Trouble Class, Trouble Love

.

.

.

.

.

Disclaimer Masashi Kishimoto

Story from Akemi Miharu

Rate : T+

Pairing : SasuSaku

Warning : AU, OCC, TYPO, GeJe, dls

.

.

.

.

Happy Reading ^_^

.

.

1

.

.

"Sial aku terlambat," umpat seorang gadis berambut merah muda. Dengan langkah kilat gadis itu memasuki sebuah ruang bertuliskan 'administration room'.

Diruangan itu nampak seorang wanita memegang beberapa dokumen, terlihat kaget melihat gadis itu tiba-tiba masuk ke dalam ruangnya.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu ramah.

"Anoo~ saya Haruno Sakura, saya pindahan dari Suna. Saya baru masuk hari ini," kata Sakura masih dengan nafas yang berat dan terpotong-potong akibat paru-parunya yang mulai kekurangan oksigen setelah berlari.

"Ohh jadi kamu murid pindahan yang dikatakan Tsunade-sama. Saya Shizune, sekertaris sekaligus bagian administrasi. Baiklah, kamu duduk saja dulu, saya akan panggilkan wali kelasmu,"

"Hai, arigatou gonzaimasu," Shizune hanya tersenyum sambil meninggalkan Sakura di ruangannya.

"Hah, gara-gara tou-san pindah kerja, aku juga harus pindah. Untung ini masih awal semester satu, jadi aku tidak akan tertinggal banyak," helaan nafas lega terdengar pelan. Sakura memandang keluar jendela, mengamati beberapa siswa yang akan mulai pelajaran olahraga.

Seminggu lalu, sang ayah memberitahunya bahwa mereka sekeluarga akan pindah ke Konoha. Padahal ia baru saja menjalani tahun keduanya selama satu bulan. Sakura sempat menolak, namun apa daya sang ayah memaksanya bahkan mengancamnya. Dan akhirnya disinilah ia, menjadi seorang murid di Konoha High School. Salah satu sekolah elite di Konoha.

"Sepertinya sekolah disini tidak terlalu buruk," gumam Sakura. Karena terlalu fokus pada pikirannya, Sakura tidak menyadari bahwa Shizune telah kembali bersama seorang guru.

"Ehem, Haruno-san. Ini wali kelasmu, beliau akan mengantarkanmu kekelas." kata Shizune mengagetkan Sakura.

Sakura sedikit tertegun melihat wali kelasnya. Wajah memakai topeng, rambut berwarna putih keperakan, tangan kirinya memegang sebuah buku berwarna hijau yang ia yakin itu bukan buku pelajaran. 'Guru macam apa ini,' batin Sakura.

"Baik Haruno-san, ikut saya," kata sang guru sambil berlalu meninggalkan Sakura dengan Shizune. Sakura buru-buru mengejar gurunya yang kini telah hilang dibalik pintu, setelah membungkukkan sedikit badannya kepada Shizune.

.

.

.

.

.

"Baik anak-anak, bisakah kalian diam." peringatan ketiga sudah meluncur dengan jelas dari guru abu-abu itu, namun kelihatannya peringatan sang guru tidak diindahkan oleh murid-muridnya. Semua masih sibuk dengan rutinitasnya sendiri-sendiri. Sang guru hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. 'Sepertinya terpaksa aku harus menggunakan taktik terakhir,' batin sang guru.

"Jika kalian tenang dan mendengarkanku, aku akan membebaskan pelajaranku untuk seminggu kedepan," kata-kata sang guru membuat semua anak diam. Mereka mulai fokus mendengarakan dan duduk manis ditempatnya masing-masing. 'Hah, ternyata ini memang jalan yang paling ampuh membuat mereka diam,' batin sang guru.

"Baiklah, hari ini kelas kalian akan kedatangan murid baru. Dan sepertinya akan menggenapkan jumlah murid perempuan dikelas ini. Haruno-san, silahkan masuk,"

Dengan langkah sedikit gugup Sakura memasuki kelas yang terletak dibagian paling belakang sekolah itu. Iris emeraldnya sedikit melebar melihat jumlah anak yang ada di dalam kelas, namun ia segera menutupinya dan memasang wajah biasa. Namun mau tak mau Sakura tertarik untuk menghitung jumlah murid yang ada disana. Di kelas itu hanya ada tiga murid perempuan, sedangkan jumlah murid laki-laki lebih banyak, jika dihitung mungkin jumlah siswanya hanya duabelas anak termasuk dirinya. 'Kanapa kelas ini sedikit sekali jumlah siswanya,' batin Sakura.

"Watashi no namae Haruno Sakura. Go aisatsu to tasuketekudasai" kata Sakura sambil membungkukkan sedikit badan tanda perkenalan.

"Baiklah Haruno-san, karena hanya ada satu bangku yang tersisa terpaksa kau harus duduk di pojok belakang, dibelakang Aburame. Kau tidak keberatan kan?" sejenak Sakura mengamati deret tampat duduknya, tiga murid didepannya semuanya adalah laki-laki. Murid yang duduk didepan mempunyai rambut yang aneh, mirip dengan nanas dan sedari tadi hanya menopangkan dagunya serta sesekali menguap.

Bangku dibelakangnya berisikan seorang pemuda dengan rambut berwarna coklat gelap dengan iris berwarna indigo. Sedangkan bangku setelahnya diisi seorang pemuda yang memakai kacamata hitam. Terlihat cool? Tentu tidak. Aneh? Mungkin ia.

"Baiklah, ehh..." Sakura nampak mengerutkan kedua alisnya. Dia belum tahu nama wali kelasnya itu.

"Hehe, aku lupa mengenalkan diri ya. Aku Hatake Kakashi, wali kelas ini. Baiklah, sekarang kau duduk Haruno-san. Kita akan mulai pelajaran untuk hari ini,"

"Hai sensei, bukannya katamu kita akan dibebaskan pelajaran sensei selama seminggu kedepan? Lalu kenapa ada pelajaran sekarang?" protes seorang pemuda bertato segitiga terbalik di kedua pipinya.

"Hai, benarkah? Aku sudah lupa, segera keluarkan buku kalian," kata-kata Kakashi membuat seisi kelas ribut kembali. Protes menggema dipenjuru kelas.

"Tch, merepotkan," kata pemuda berambut nanas tadi, kemudian menumpukan kepalanya pada kedua tangannya yang kini telah terlipat diatas meja. Tidur. Kakashi-sensai hanya tersenyum melihat tingkah anak didiknya dan menggelengkan kapala pelan.

"Tidak ada protes atau aku akan mengadakan kuis setelah pelajaran selama seminggu penuh," lagi-lagi kata-kata Kakashi berhasil membuat seisi kelas tenang, walaupun guru penggemar buku Icha Icha itu kini mendapat tatapan membunuh dari semua siswanya.

Sakura hanya bisa tertegun ditempat duduknya. 'Bukankah ini sekolah elite, tapi kenapa murid dan gurunya seperti ini,' batin Sakura.

.

.

.

.

.

"Halo, Haruno-san. Aku Yamanaka Ino, senang bertemu denganmu. Selamat datang di Sains Two," kata seorang gadis berambut pirang sambil tersenyum ramah kearahnya.

"A-aku Hyuga Hinata, salam kenal Haruno-san," kini seorang gadis lain membungkuk dihadapan Sakura, tanda memperkenalkan diri. Rambutnya berwarna lavender dengan iris mata berwarna indigo pucat. 'Sepertinya anak ini mirip dengan seseorang,' batin Sakura.

"Kalo aku, panggil saja Tenten. Tak perlu pakai marga karena kau adalah keluarga Sains Two sekarang, bagaimana kalau kami memanggilmu dengan namamu saja,"

"Eh baiklah,"

"Wah akhirnya kelas kita genap duabelas orang, perempuannya pun juga genap jadi empat orang. Terima kasih Sakura," kata Ino sambil memeluk Sakura.

"Ehh.." Sakura sedikit kaget mendapat pelukan dari Ino. Tidak ia sangka teman-teman barunya akan sebaik ini padanya.

"Bagaimana kalau sepulang sekolah nanti kita ke Sky Cafe? Sekalian merayakan masuknya Sakura ke kelas kita." usul Ino yang diikuti anggukan setuju dari Hinata dan Tenten.

"Baiklah, nanti sepulang sekolah. Kau naik apa Sakura?"

"Aku naik bis Ino," Sebenarnya Sakura mempunyai mobil sendiri, namun ia lebih nyaman memakai alat transportasi umum. Baginya lebih menyehatkan.

"Wah kita bisa pulang sama-sama, aku juga naik bis. Kau tinggal dimana Sakura?"

"Didaerah Konoha Gold Regancy,"

"Benarkah? Berarti kita satu kompleks, kamu blok berapa Sakura? Hinata di blok C, Tenten di blok F, sedangkan aku di blok A." kata Ino semangat.

"Aku di blok B, bagaimana jika kalian mampir ke rumah setelah dari cafe? Aku juga ingin mengobrol lebih jauh,"

"Baiklah, itu bisa diatur," kata Ino mewakili kedua temannya yang lain.

"Em, Ino bolehkah aku bertanya sesuatu?" raut wajah Sakura kini berubah serius. Sejak masuk tadi banyak hal yang ingin ia tanyakan tentang kelasnya ini. Sedangkan Ino hanya mengangguk pelan.

"Memang mau tanya apa Sakura?"

"Kenapa kelas ini hanya ada duabelas anak? Soalnya ketika lewat kelas lain, aku lihat jumlah siswanya sekitar tigapuluhan. Kenapa kelas kita berada dipojok sekolah?"

Ino, Hinata dan Tenten saling berpandangan mendengar pertanyaan Sakura. Tak menyangka bahwa murid baru ini akan segera sadar dan bertanya seperti itu pada mereka.

"Sebenarnya kelas kita ini..."

Braakk...

Suara pintu yang dibuka dengan keras membuat keempat gadis itu kaget dan otomatis menoleh ke arah pintu. Seorang pemuda berambut pirang tengah berdiri disana dengan nafa yang sedikit berat.

"Naruto, bisakah kau pelan sedikit?" omel Ino pada seorang pemuda berambut pirang yang baru saja berulah. Naruto hanya tersenyum lima jari sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Gomen gomen," kata Naruto sambil melangkah masuk kelas, diikuti murid-murid cowok di kelas itu.

Sakura mengamati teman-taman lelakinya satu persatu. Mereka sangat unik dengan gaya dan kepribadian mereka masing-masing. Terutama pemuda yang bernama Naruto. Sakura tersenyum simpul.

Namun ketika iris emeraldnya bertemu dengan iris onyx, Sakura merasakan rasa yang berbeda. Si pemuda hanya memandang Sakura sekejap kemudian melangkah masuk dan duduk dibangku dekat Naruto. Sakura melihat si pemuda berambut dark blue itu mulai menggunakan headphone yang sebelumnya menggantung dilehernya.

"Semoga kau betah disini Sakura" Sakura menautkan dahinya tanda tak mengerti dengan ucapan Ino barusan.

'Apa maksudnya betah disini?' batin Sakura.

.

.

.

.

.

"Tadaima.."

"Okaeri, wah sudah pulang Sakura-chan. Loh, ternyata ada temannya Sakura. Ayo silahkan masuk. Sakura ajak mereka ke kamarmu, kaa-san akan menyiapkan cemilan."

"Arigatou, baa-san" jawab ketiga gadis itu serempak.

"Ayo, kamarku ada diatas,"

Ketiga gadis hanya mengangguk pelan kemudian mengekor di belakang Sakura.

"Wah kamarmu luas Sakura, nyaman lagi" seru Ino ketika mereka memasuki kamar Sakura yang didominasi warna soft pink dan putih.

"Buat diri kalian nyaman ya, ini baa-san bawakan jus dan cake. Kalau begitu baa-san tinggal dulu ya. Selamat bersenang-senang," kata Ibu Sakura sambil meletakkan napan berisi beberapa gelas jus dan beberapa potong stroberi shortcake kemudian meninggalkan keempat gadis itu didalam kamar Sakura.

"Sakura, memang kau baru pindah dari mana?"

"Dari Suna, Otou-san sedang mengurus perusahaan kakek di sini. Sebenarnya terpaksa juga aku ikut pindah. Apalagi aku sudah tingkat dua, terlalu nanggung. Yah walaupun masih awal semester," Ino, Hinata dan Tenten hanya manggut manggut saja.

"Etto~ aku ingin tanya pertanyaan yang tadi. Yang belum terjawab karena... Ehh siapa nama pemuda tadi?"

"Ohh, dia Namikaze Naruto. Salah satu pembuat onar dikelas, eh sebenarnya disekolah," Hinata langsung melirik kesal kearah Ino. Sedangkan Ino hanya mengerling jahil pada Hinata.

"Souka.." kata Sakura polos tanya mengerti godaan kecil yang Ino tujukan pada gadis lavender disampingnya.

"Nee~ Kau tadi tanya apa Sakura?"

"Kenapa jumlah murid dikelas kita sedikit sekali?"

Ino tersenyum tipis sebelum menaggapai pertanyaan Sakura. "Kenapa? Karena kelas kita kelas istimewa Sakura."

Alis Sakura kini bertaut. "Istimewa?"

"Ya, kelas kita adalah kumpulan anak-anak spesial. Para guru biasanya menyebut kelas kita Trouble Class. Walaupun anak IPA, sifat anak-anak dikelas kita lebih mirip anak IPS, bahkan terkadang lebih parah. Murid lelaki kelas kita biasa disebut pembuat onar, tapi mereka juga mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing."

"Lalu kenapa aku dimasukkan ke kelas kalian?" Sakura tak habis pikir, menurutnya dia adalah murid yang biasa-biasa saja. Bahkan kurang dalam bidang olahraga. Bagaimana bisa ia dimasukkan ke kelas itu?

"Entahlah kami bertiga juga tidak pernah tahu kenapa bisa masuk kelas itu," kata Tenten sambil menggigit cake bagiannya.

"Ohh ya Sakura, kau sudah kenal murid laki-laki dikelas kita?" Sakura menggeleng pelan.

"Hah, sebenarnya gampang menghafal murid kelas kita karena jumlahnya sedikit. Ambilkan aku kertas dan bolpoint akan aku kenalkan mereka secara singkat." Sakura segera melangakah ke meja belajarnya dan mengambil barang yang dibutuhkan Ino.

Ino segera mengambil kertas dan mulai menggambar denah kelas mereka yang terdapat bangku dengan urutan 3 bangku kesamping dan 4 bangku kebelakang. Sakura memperhatikan dengan seksama sambil mengingat-ingat wajah teman-teman sekelasnya tadi. Sesekali mengangguk tanda mengerti.

.

.

.

.

.

Bel istirahat baru saja berbunyi, semua penghuni laki-laki kelas XI IPA 2 sudah menghilang dari kelas meninggalkan keempat murid perempuan disana. Ino, Hinata dan Tenten sudah bersiap untuk keluar. Sementara itu Sakura masih menyalin catatan dari Kurenai-sensei dengan tekun. Saking fokusnya tak menyadari Ino telah berdiri disampingnya.

"Sakura, berhentilah mencatat dan ayo kita ke kantin," dengan paksa Ino menarik bolpoint dari gengaman Sakura, membuat gadis merah muda itu menghela nafas pelan.

"Sebentar lagi Ino, ini sudah mau selesai." kata Sakura sambil berusaha meraih bolpointnya dari tangan Ino. Tapi Ino berhasil menghindar.

"Sudahlah Sakura-chan, kau bisa meminjam catatanku nanti," usul Hinata dengan senyum ramah.

"Benar, Sakura kau bisa meminjam catatan Hinata. Dan sekarang kita ke kantin, aku sudah mulai lapar," ucap Tenten sambil memegang perutnya.

"Kau mirip dengan Chouji kalau seperti itu Tenten," ujar Ino yang langsung mendapat tatapan sinis dari Tenten.

"HINATA-CHAN..." teriak Naruto yang tiba-tiba saja memeluk Hinata dari belakang. Membuat gadis lavender itu kaget. Kini ia dapat merasakan wajahnya mulai memerah. Namun tiba-tiba...

Bletaakk...

Sebuah pukulan mendarat tepat di kepala Naruto, membuat pemuda pirang itu meringis kesakitan.

"Ittaii~ Kau ini kenapa Neji,"

"Jangan seenaknya peluk Hinata, baka. Atau kau akan mendapat hadiah lebih dari itu," ucap Neji sambil mengacungkan kepalan tangannya dihadapan Naruto.

"Sudah Neji-nii, Naruto-kun tidak sengaja," Hinata berusaha memberi penjelasan pada kakak sepupunya itu. 'Oh ternyata mereka saudara, pantas saja mereka mirip,' batin Sakura sambil manggut-manggut sendiri.

"Ck, seharusnya aku tidak memberimu izin berpacaran dengannya," guman Neji pelan.

'Oh jadi pemuda ini pacarnya Hinata, sangat bertolak belakang,' batin Sakura lagi sambil memandang Naruto dan Hinata bergantian.

Sementara Naruto yang merasa kepalanya mulai benjol hanya bisa memasang senyun tiga jarinya. "Terima saja Neji, nasi sudah menjadi bubur. Cinta tidak bisa dibohongi, benarkan Hinata-chan?"

"Ha-hai Naruto-kun," wajah Hinata kini tampak memerah, membuat Naruto memandang gadis dihadapannya dengan tatapan gemas.

"Aih~ kau cantik jika sedang malu Hinata-chan. Kawaii~" Naruto lagi-lagi memeluk Hinata dengan erat. Dan...

Bletaakk...

Lagi-lagi Naruto mendapat jitakan keras dari Neji. Membuat semua yang ada disana sedikit meringis memdengar suara yang dihasilkan dari pukulan Neji.

"Pantas saja kau bodoh, Dobe. Ternyata bukan aku saja yang sering memukul kepalamu," Naruto menatap garang pemuda berambut raven yang sedari tadi hanya diam dibelakangnya.

"Cih, diam kau Teme,"

"Bukannya tadi kalian sudah keluar, kenapa ada disini?" tanya Tenten.

"Sebenarnya kami tadi ke kantin, tapi ternyata semua penuh. Akhirnya hanya beli ini," Naruto menunjukkan kantong belanjanya yang berisi 7 potong sandwich dan 3 botol air mineral. "Yah aku kira tidak ada salahnya juga makan di kelas. Kerena aku tidak melihat kalian dikantin jadi aku pikir kalian belum kesana, yah jadinya aku membeli untuk kalian juga. Sekalian merayakan bergabungnya Sakura dikelas kita," imbuh Naruto.

Ino, Sakura, Hinata dan Tenten hanya menganguk dan ber-oh ria. Mereka memutuskan untuk duduk di belakang kelas yang memang menyisakan ruang cukup luas. Naruto segera membuka kantong belanjanya dan mengisyaratkan semua untuk mengambil satu.

"Arigatou Namikaze-san," ucap Sakura yang kebetulan mengambil paling akhir.

"Douitas. Araa~ jangan panggil marga Sakura, cukup panggil Naruto saja. Bukankah kita keluarga?" kata Naruto diselingin cengiran khasnya. Sakura hanya mengangguk pelan.

"Teme, kau ingat pesananku kemarin?" Naruto menepuk pemuda berambut raven disebelahnya. Pemuda yang dipanggil Teme hanya menatap sahabat pirangnya itu datar.

"Hn"

"Memang kau pesan apa Naruto-kun?" Hinata menatap kekasih pirangnya itu dengan heran.

"Sebentar lagi kau akan tahu Hinata-chan," sebelah tangan Naruto mengacak pelan rambut indigo Hinata.

Dengan santai Sasuke Uchiha -pemuda berambut raven tadi- berdiri dan berjalan menuju tempat duduknya. Mengambil sesuatu yang sedari tadi tersender di dekat kursinya.

'Sebuah gitar?' batin Sakura. Sasuke kembali ketempat duduknya semula.

"Kemarin aku dan Sasuke mencoba mengcover lagu All Of Me, sekarang bisakah kalian mendengarkan dan beri kami masukan," kata Naruto penuh semangat. Sedang Sasuke hanya terdiam sambil sibuk menyetel senar gitarnya. Setelah dirasa pas, Sasuke menatap Naruto mengisyaratkan dirinya sudah siap. Naruto mengangguk paham.

"Yosh~ dengarkan minna.. Bagi yang jomblo jangan sampai jatuh cinta pada Teme... Hahaha," Sasuke hanya menghela nafas pelan sambil tetap mamasang wajah dinginnya.

Tak berapa lama dentingan gitar pun mulai berbunyi. Sasuke mulai memainkan gitarnya dengan gaya akustik. Suara Sasuke terdengar merdu ketika menyanyikan bagian awal lagu John Lagend itu. Semua yang berada disana terpukau, tak terkecuali Sakura.

Pada bagian reff Naruto mulai masuk menyanyikan bagiannya. Terasa sangat pas didengar. Alunan gitar terus mengalun hingga akhir lagu.

"Wow itu sangat menakjubkan, aku baru tahu kalau pacarmu ini punya suara yang bagus Hinata," wajah Hinata kini berubah semerah tomat mendengar sindiran Ino, sedangkan Naruto hanya tersenyum.

"Ano~ Naruto boleh aku berkomentar?" tanya Sakura ragu.

"Nee~ tentu Sakura, memang ada yang salah?"

"Tidak, hanya saja bagian reff terakhir suaramu sedikit goyang, kau terlalu memaksakan mengambil nada tinggi. Jangan terlalu dipaksakan, pita suaramu bisa rusak lama-lama,"

"Kau tahu soal olah vocal Sakura?" tanpa sadar Ino memegang tangan Sakura, tak percaya.

"Tidak, aku hanya bisa merasakan saja jika ada nada yang kurang pas," jawab Sakura dengan wajah merona.

"Kalau begitu kau menyanyilah, aku akan mengiringi," kata Sasuke tiba-tiba. Tanpa sadar Naruto memegang dahi pemuda dark blue itu. Memastikan suhu tubuh sahabatnya itu.

"Tidak panas," Sakuke mengernyitkan dahinya, tak mengerti dengan maksud pemuda itu.

"Apa maksudmu Dobe?"

"Tidak, lupakan," kata Naruto ambigu.

"Menyanyilah Sakura, biar Sasuke mengiringmu," desak Tenten diikuti anggukan teman-temannya yang lain.

"Tapi aku tidak tahu harus menyanyi lagu apa?"

"Nyanyi saja lagu tadi, gampang kan," ujar Ino santai.

"Etto~ baiklah,"

"Siap?" Sasuke memandang gadis merah muda dihadapannya. Iris onyxnya bertemu dengan iris emerald Sakura. Untuk sejenak pemuda Uchiha itu tertegun. 'Mata yang indah,' batin Sasuke.

Sakura menangguk dengan canggung. Menatap pemuda dihadapannya dengan ragu. Kini Sasuke kembali memetik senar gitarnya, kembali dengan gaya akustik yang tadi ia mainkan ketika bernyanyi bersama Naruto. Sakura mulai menyanyikan lagu yang terkenal itu. Iris emeraldnya tak henti menatap iris onyx Sasuke, begitu pula sebaliknya. Seakan hanya ada mereka berdua disana. Suara Sakura seperti menghipnotis Sasuke untuk terus menatap gadis musim semi itu.

'Sial, kenapa hatiku berdebar,' batin Sasuke.

.

.

.

.

.

Tak terasa sudah sebulan Sakura pindah ke Konoha. Dengan cepat ia bersahabat dengan teman-teman sekelasnya, terutama murid wanita. Yah maklum saja hanya ada empat kaum hawa dikelasnya. Selama bersekolah disana, Sakura merasa nyaman-nyaman saja. Hari-harinya dilalui dengan hal yang menyenangkan.

Dikelas kadang ia bertengkar dengan Naruto karena sifat pemuda itu yang sedikit urakan dan seenaknya. Terkadang ia juga kesal dengan sikap ketua kelasnya, Nara Shikamaru. Ya, pemuda berambut nanas itu memang terkenal genius. Tapi bukan berarti dia boleh tidur selama pelajaran berlangsungkan?

Sejak berduet dengan Sasuke dihari keduanya bersekolah, Sakura dan Sasuke memutuskan untuk berlatih bersama. Sebenarnya hanya Sasuke yang memutuskan, dan dengan seenak hatinya meminta –lebih tepatnya memaksa- Sakura untuk berlatih dengannya. Naruto yang melihat kejadian 'pemaksaan' itu hanya bisa tersenyum geli. Jarang sekali –atau bahkan tidak pernah- sahabatnya yang terkenal dingin itu mau berinteraksi dengan orang lain, apalagi jika orang itu berstatus wanita.

Ketika disinggung kenapa Sasuke mau berduet dengan Sakura, alasannya selalu sama.

"Karena dia lebih baik dalam olah vocal daripada kau, Dobe," setiap itu pula perempatan selalu muncul di dahi Naruto.

.

.

.

.

.

Sore itu angin bertiup pelan. Beberapa anak tampak bermain riang di sebuah taman. Tak jauh dari sana sepasang pemuda pemudi duduk dibawah sebuah pohon yang cukup rindang. Si pemuda memegang sebuah gitar berwarna dark blue dengan aksen putih disekelilingnya.

"Sasuke, kenapa kau mengajakku latihan disini?" Sasuke hanya diam saja mendengar protes dari Sakura. Tangannya sibuk menyetel gitarnya dengan serius.

Sakura yang merasa tidak dihiraukan hanya bisa pasrah. Pandangannya kini beralih pada segerombol anak yang sedang bermain kejar-kejaran. Tanpa sadar Sakura tersenyum melihat tingkah mereka yang lucu dan menggemaskan.

Diam-diam Sasuke memandang Sakura, heran karena gadis itu tidak secerewet tadi. Namun iris Sasuke tertegun sejenak. Entah karema efek cahaya atau matanya yang sedang error, Sasuke merasa gadis dihadapannya ini berbeda dari para gadis yang selama ini mengejar-ejarnya. Ya tentu saja berbeda karena Sakura tidak melakukan itu, tidak pula berteriak histeris seperti murid di sekolahnya yang lain.

Tapi bukan itu. Gadis itu terlihat lebih cantik dari biasanya. Ditambah lagi dengan senyum yang terpatri manis diwajahnya. Angin kembali berhembus pelan, Sasuke kini dapat menghirup aroma cherry dari gadis disebelahnya itu.

"Sampai kapan kau akan memandangi mereka?"

"Cih, lebih baik aku memandangi mereka daripada mati beku karena sifatmu yang dingin itu,"dengan kesal Sakuke mengetuk dahi Sakura dengan dua jarinya, membuat Sakura sedikit mengaduh.

"Berhentilah bicara dan kita latihan," perintah Sasuke dengan nada dingin khasnya. Sakura hanya mengangguk pasrah. Denting gitar kembali berbunyi. Kali ini tidak dengan gaya akustik. Mereka memutuskan untuk menyanyikan lagu Maps dengan duet. Entah takdir atau memang kebetulan, suara mereka terdengar sangat menyatu. Seperti sudah disetel untuk saling melengkapi.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata memandang sinis kearah mereka.

"Awas kau gadis gulali, jika kau mendekati Sasuke, sama saja kau menyatakan perang denganku,"

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

.

.

A.N :

OHAYOU MINNA~ Akemi balik lagi hehehe...

Ini ff multichap pertama Akemi. Kalau boleh curhat, FF MULTICHAP ITU SUSAH *teriakpaketoa #digampar readers. Yah tadi Akemi akan berusaha sebaik mungkin biar gak mengecewakan hehehe

Hayo hayo, bagaimana cerita diatas? Gaje kah? Abal kah? Alur terlalu cepat? atau ada pertanyaan? tolong kasih Akemi masukan, biar Akemi tau mau dibawa kemana cerita ini.

Yosh~ mind to review? Tuh kotak dibawah sudah nunggu untuk di klik...

Oke deh, sampai jumpa di chap selanjutnya... Jaa nee~ Adios~ Bye bye~ Sayonara~