Disclaimer : Naruto mutlak milik Masashi Kishimoto, saya hanya pinjam karakter nya saja.
WARNINGS : typo(s), aneh, tidak nyambung, kurang bagus, maybe OOC, jalan cerita kemana-mana, ide pasaran, author yang lagi konslet, OOT, AU, membingungkan, dan DON'T LIKE DON'T READ!
Summary : Naruto Namikaze adalah putra bungsu dari Minato dan Kushina pemimpin Kerajaan Konohagakure, dia selalu bertingkah konyol dan hiperaktif. Suatu hari ia dijodohkan dengan putri dari negeri seberang, namun dia enggan menerimanya dan lebih memilih untuk meninggalkan istana. Bagaimana kisah Naruto selanjutnya? Akankah dia menemukan sendiri cinta sejatinya?/Badsumma/RnR?
Naruto © Masashi Kishimoto
I Love You, Stupid Prince © Akihiko Fujiwara
I Love You, Stupid Prince
Chapter 1 : Keluar Dari Istana!
.
.
.
Pada suatu hari di negeri yang sangat jauh terdapat sebuah wilayah Kerajaan yang begitu besar di zamannya dimana rakyat nya hidup bahagia dan sejahtera. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang Raja yang sangat bijaksana dan arif bersama dengan sang Ratu, mereka dikarunia tiga orang anak yang diharapkan dapat melanjutkan tahta raja dan membawa Kerajaan lebih maju lagi.
Kerajaan tersebut dikenal dengan nama Konohagakure, Kerajaan Konohagakure sangat besar dan dikelilingi oleh pegunungan yang menakjubkan disekitarnya. Mayoritas para rakyat bekerja sebagai petani dan memiliki lahan perkebunan mereka sendiri, ada juga yang berprofesi sebagai pencari kayu bakar. Di dalam, istana dijaga dengan ketat oleh para pasukan yang bertugas. Sekarang kita akan membahas bagaimana kisah sang putra bungsu Raja bernama Naruto Namikaze akan berlangsung.
Pangeran berambut blonde itu terlihat tengah berdiri diatas balkon kamarnya sembari menikmati semilir angin yang menggerakkan rambutnya pelan, mata sapphirenya memandangi aktivitas kedua kakaknya yang tengah duduk bersama dan bercanda bersama di gazebo belakang istana.
Naruto mempunyai dua kakak, yang paling tertua adalah Sasori Namikaze dan kakaknya yang kedua adalah Karin Namikaze. Mereka berdua memiliki warna rambut yang sama dengan ibu nya kecuali Naruto sendiri yang punya rambut blonde seperti ayahnya. Itulah sebabnya ia selalu dimanja oleh kedua orang tua nya sebagai anak bungsu dan punya ciri khas yang berbeda dari kedua kakak nya.
"Tuan Muda Naruto…"
Naruto menengok pelan kebelakang mendengar seseorang yang memanggilnya, seorang yang berpakaian jas berwarna hitam tengah berdiri dihadapannya.
"Ada apa Kabuto?"
"Saya kemari diperintahkan oleh Yang Mulia untuk memanggil anda, beliau berkata bahwa Tuan diminta untuk menemui nya segera diruang makan, sekaligus makan siang bersama" jelas Kabuto sembari memperbaiki kacamatanya, Naruto menghela napasnya pelan setelah mendengar penjelasan pelayan nya itu.
"Ada perlu apa lagi Tou-chan memanggilku?" balas Naruto malas kembali berbalik dan menopang dagu diatas pondasi balkon nnya, berdiri disini lebih baik daripada harus mendengar ceramah super panjang yang selalu diberikan oleh Minato padanya.
"Saya juga kurang tahu Tuan, tapi beliau hanya memerintahkan saya untuk memanggil tuan, dan katanya penting" kata Kabuto.
Naruto masih tak bergeming, ia hanya menatap lurus menikmati pemandangan yang tersaji didepan matanya. Tak lama ia mengangguk sesaat pertanda ia akan datang kesana, seakan mengerti Kabuto segera membungkuk dan berpamitan untuk pergi dari sana.
Sang pangeran hanya menutup matanya dalam-dalam kembali merasakan sensasi angin yang menerpa wajah tampannya, ia merasa bahwa dunia nya terasa biasa saja dan setiap hari selalu terasa seperti ini. Akankah ada sesuatu yang mengejutkan terjadi ? Entahlah, Naruto tak berharap lebih pada Kami-Sama, ia hanya mau hidupnya tidak penuh dengan hal merepotkan.
Naruto berlalu pergi dari sana menuju ruang makan tempat dimana sang ayahanda tengah menunggunya.
XXX
Minato terlihat duduk dikursi meja makan sembari merapikan pakaian miliknya, Kushina yang duduk disamping Minato tengah asyik menyiapkan makan siang dibantu pelayan-pelayan lainnya.
Di meja makan yang panjang nan megah itu tersedia berbagai macam makanan yang akan mereka makan, bukan hanya keluarga besar Raja namun pelayan disana juga bersama-sama memakan makan siang mereka.
"Kabuto kau sudah menyuruh Naruto kesini kan?" tanya Minato sembari mengambil koran yang tergeletak di atas meja makan.
"Sudah Yang Mulia, mungkin sebentar lagi Tuan Muda akan segera kemari…" jawab Kabuto berdiri disamping kiri Minato.
Minato hanya mengangguk mengerti melanjutkan aktivitas membaca korannya, Sasori berjalan perlahan kearah meja makan diikuti Karin dibelakangnya. Ia menyapa Kabuto sekilas kemudian duduk disamping kursi Kushina dan Karin yang duduk di kursi dihadapan Sasori.
Tidak lama Naruto terlihat berjalan dengan raut wajah mengantuk, terang saja sebenarnya ia malas jika harus mendengarkan ceramah yang mungkin saja akan diucapkan oleh ayah nya.
Ia duduk disamping Sasori yang tersenyum lebar padanya, Naruto hanya menguap melihatnya membuat Karin ikut-ikutan terkekeh melihat adik bungsu mereka begitu menggemaskan.
"Naru-kun, kau lama sekali tumben?" tanya Sasori pelan.
"Aku malas saja kalau Tou-chan berkata bahwa ia mau bertemu denganku, pasti dia akan selalu menceramahiku. Memangnya kau tidak pernah seperti itu Nii-chan?" balas Naruto menatap malas para pelayan yang tengah sibuk menyiapkan makanan.
"Ohh jadi begitu, itu tandanya bahwa Tou-chan menyanyagimu oleh karena itu ia selalu menasihatimu. Aku juga dulu pernah seperti itu Naru-kun sebelum kau lahir," jelas Sasori menoleh sekilas dan tersenyum tipis kearah adik terkecil nya itu.
Naruto hanya manggut-manggut mengerti ucapan kakak nya itu, kalau dipikir-pikir waktu itu kakaknya Sasori pernah dilamar oleh Putri Kerajaan Sunagakure yang tergila-gila padanya. Pantas saja Naruto akui bahwa kakak nya ini memang keren sekali, wanita mana yang tidak mau jika dijodohkan dengan kakak nya itu. Tapi Sasori malah menolak dengan tegas dan sekarang ia punya hubungan spesial dengan Putri Kerajaan Iwagakure, Deidara-Hime. Pangeran blonde itu hanya menghembuskan napasnya pelan.
"Baiklah kita akan makan siang dulu, setelah itu Tou-chan akan menyampaikan sebuah pesan untukmu Naruto." Jelas Minato menatap putra bungsunya yang duduk disamping Sasori, Naruto hanya mengangguk malas.
Seluruh keluarga besar kerajaan terlihat menikmati makan siang mereka tanpa ada keributan disana-sini, semuanya tenang dalam aktivitas makan siang mereka.
30 menit berlalu dan semua nya terlihat puas dengan makan siang kali ini termasuk Naruto yang menambah hampir 3 piring sekarang terlihat lemas memegangi perutnya.
Kushina hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putra bungsunya itu, semua pelayan kembali sibuk merapikan meja dan tidak lama meja sudah rapi kembali.
"Tou-chan tadi bilang akan menyampaikan sesuatu untuk Naruto kan? Katakan saja sekarang, aku penasaran…" seru Karin bersemangat dengan mata berbinar, Naruto mendesah melihat kakak perempuannya itu. Ia bahkan tidak mau mendengarnya kenapa Karin bersemangat sekali.
"Benar juga, baiklah. Tadi pagi Tou-chan mendapatkan pesan dari Kerajaan Hyuga, kami sepakat bahwa minggu ini Hinata-Hime akan kemari bersama dengan pasukan kerajaan…"
"Lalu hubungannya denganku?" tanya Naruto ogah-ogahan menatap ayah nya itu.
"Tentu saja ini ada hubungan nya denganmu Naruto, Konohagakure dan Hyuga sepakat bahwa kalian berdua akan dijodohkan,"
"APA?"
Naruto terbelalak mendengarnya, dijodohkan? Yang benar saja, ia bahkan tidak mengenal seseorang yang akan dijodohkan dengannya. Apa yang dipikirkan oleh ayahnya itu? Tentu saja dia akan menolaknya, berita menyebalkan macam apa ini.
"Aku tidak mau, aku bahkan tidak mengenal siapa yang mau dijodohkan denganku,"
Minato memejamkan matanya merasa tahu bahwa putranya ini pasti akan menolak.
"Naruto, Tou -chan tidak bisa membatalkan perjodohan ini begitu saja. Jadi kau harus menerimanya, karena kau tidak mengenal nya itulah alasan dia datang kemari agar kalian bisa dekat"
"Ini salah Tou-chan sendiri kenapa tidak menanyakan persetujuan dariku juga, aku tidak peduli pokoknya aku tidak mau jika harus menyetujuinya. Kenapa tidak Tou-chan saja yang berjodoh dengan nya…" seru Naruto menantang keputusan ayahnya itu, Sasori yang duduk disebelahnya berusaha menenangkan adik nya itu. Naruto segera berlalu meninggalkan ruang makan tanpa memperdulikan teriakan ayah nya.
"Naruto kembali Tou-chan belum selesai bicara, jangan jadi anak kurang ajar!" Minato berteriak memanggil namun Naruto tidak memperdulikannya dan hilang didepn pintu ruang makan, Kushina yang duduk disamping suaminya berusaha menenangkan Minato.
"Minato sudahlah, seharusnya kau jangan dulu memaksanya untuk menyetujui hal ini. Naru-kun juga butuh waktu untuk memikirkan nya lagi…" ucap Kushina pelan mengusap pundak Minato.
Karin dan Sasori yang menyaksikan perdebatan ayah dan adik mereka hanya bisa diam tanpa mampu berkomentar apa-apa, seharusnya ayahnya memang seharusnya jangan dahulu memaksakan kehendaknya. Apalagi Naruto masih terlalu muda untuk dijodohkan diusia 16 tahun.
XXX
Naruto berdiri lesu menghadap kolam ikan di pondok yang tersedia di gazebo belakang istana, ia malas kalau akhirnya seperti ini. Kenapa ayah nya selalu memaksakan kehendak nya begitu saja. Lagipula Naruto juga enggan untuk memikirkan tentang kekasih ataupun hal merepotkan lainnya, ia lebih tertarik untuk mengasah kemampuannya menggunakan teknik pedang dan melindungi kerajaan Konoha menggunakan kemampuannya daripada memikirkan hal-hal tidak penting seperti itu.
Mata sapphirenya menengadah keatas melihat awan-awan yang bergerak leluasa di langit tanpa halangan, ia merasa ingin seperti awan. Bebas kesana-kemari tanpa ada paksaan dan merasakan sendiri bagaimana ia bisa mencari jodohnya dan mewujudkan impiannya daripada menyetujui hal yang diucapkan ayah nya itu.
"Naru-kun, kau disini rupanya. Ada apa dengan raut wajah itu? Biasanya kau akan selalu menganggu kami tapi sekarang kau malah sendirian disini…apakah karena perjodohan itu?" tanya Sasori yang datang tiba-tiba dan merangul pundak adik kecilnya itu dari belakang, dibelakangnya Karin mengikutinya dan ikutan berdiri disamping kanan Naruto.
"Itu benar, aku tidak mau menerimanya. Aku bahkan tidak mengenal gadis itu, jadi aku tidak akan pernah menerimanya!" seru Naruto tajam.
"Tapi Naru-chan dengar-dengar Hinata-hime itu cantik loh, kau serius tidak mau dengannya?" goda Karin menyikut lengan Naruto membuat pemuda blonde itu memasang raut wajah berpikir.
"Aku tetap tidak mau, untuk apa dia cantik kalau aku tersiksa karena tidak mencintai nya?" balas Naruto singkat. Dua kakak beradik itu diam sejenak dan saling bertatapan kemudian tersenyum lebar.
Sasori tertawa lepas dan menepuk pelan kepala kuning Naruto, begitu juga Karin ikutan terkekeh mendengar jawaban singkat adik kecilnya itu namun cukup membuat mereka berdua merasa kagum.
"Naru-kun kau sudah besar rupanya…" ucapnya masih diselingi tawa bersama Karin.
"Tentu saja aku sudah besar, memangnya kenapa sih dengan ucapanku tadi? Ada yang salah ya?" tanya Naruto dengan wajah bingung.
Karin melirik kearah Sasori dan mengangguk pelan, pemuda berambut merah itu meletakkan tangan kanan nya kearah dada bidang Naruto. Naruto menatap aneh melihat Sasori melakukan hal itu.
"Naru-kun kau tahu, cinta itu tidak bisa kita cari. Namun dia akan muncul dengan sendirinya dari sini didalam sini, kau akan tahu itu suatu saat nanti…"
"Dari dalam sini?!" Naruto menunjuk sendiri dada bidangnya.
"Iya dari dalam sini, saat kau jatuh cinta nanti kau akan merasakan getaran yang berbeda dari sini. Dan itu hanya bisa kau dapatkan saat kau percaya bahwa kau jatuh cinta pada seorang gadis…" ucap Sasori tersenyum lebut menatap adiknya itu yang tengah memasang wajah serius, Karin yang berdiri disebelahnya ikutan tersenyum lembut.
"Kalau kau tidak percaya kau bisa bertanya pada gadis disebelahmu itu bagaimana ia merasakan sendiri hati nya bergetar disamping si bocah Uchiha," ejek Sasori membuat Karin menatapnya tajam.
Naruto menoleh kearah Karin yang salah tingkah, ia tertawa melihat ekspresi kakaknya yang gelagapan dan berusaha menyembunyikan wajah nya yang memerah itu.
"Sasori-Nii kau mengatakannya lagi, lagipula kan Sasuke itu pacarku jadi wajar saja bila aku merasa deg-degan. Kau sendiri kalau bersama Deidara-hime pasti seperti itu kan?" ucap Karin sewot sembari memegangi kacamatanya, Sasori hanya tersenyum-senyum aneh membuat Karin sebal saja.
"Karin-Nee kau lucu sekali kalau sedang jatuh cinta…aku jadi ingin merasakannya" Naruto tertawa lepas menampakkan deretan gigi putih putihnya disetujui dengan anggukan Sasori, Karin semakin sewot diejek oleh kedua saudara nya itu, ia membuang mukanya malas. Namun Naruto dan Sasori masih saja menertawakannya.
XXX
Siang telah berganti malam, sang surya telah hilang digantikan oleh rembulan yang menyinari bumi. Didalam kamar pemuda blonde itu tengah terbaring sembari memandangi pedang putih miliknya, sudah lama ia tidak berlatih bersama dengan panglima kerajaan yang begitu kuat yaitu Panglima Jiraiya. Gurunya itu sekarang tengah menjalankan misi untuk melakukan ekspansi perluasan kerajaan.
Bunyi pintu diketuk terdengar nyaring ditelinganya, ia menoleh malas kearah pintu dan melihat ibunya Kushina berdiri diambang pintu dengan senyuman manisnya. Naruto bangkit dan duduk di atas kasur melihat ibunya masuk, Kushina berjalan perlahan dan duduk disamping putra bungsunya itu. Wanita bersurai merah itu mengelus pelan rambut blonde Naruto.
"Kaa-chan apakah aku harus menerima perjodohan ini? Aku tidak ingin, tapi aku juga tidak mau melukai perasaan Tou-chan" ucap Naruto pelan memandang ibunya. Kushina hanya tersenyum lembut.
"Naru-kun, Kaa-chan mengerti bagaimana perasaanmu saat ini. Tapi yang bisa menemukan jawaban itu adalah dirimu sendiri nak…" ucap Kushina lembut.
"Tadi Sasori-nii dan Karin-nee mengatakan padaku bahwa cinta itu bukan sesuatu yang bisa dicari tapi cinta akan datang dari dalam sini," ucap Naruto menggenggam tangannya dan mendekatkannya pada dada bidangnya, Kushina lagi-lagi tersenyum lembut pada anaknya.
"Apakah aku bisa mendapatkannya ya Kaa-chan?! Aku penasaran dengan ucapan mereka berdua tadi siang…"
"Kau pasti akan merasakannya Naru-kun seseorang yang akan kau anggap berharga dan ingin kau lindungi suatu saat nanti, baiklah kalau begitu kembalilah tidur ini sudah malam" Kushina mengecup kening Naruto perlahan dan beranjak pergi dari sana, pemuda itu menatap kepergian ibunya sampai menghilang didepan pintu.
Mata sapphirenya menerawang kelampu kamarnya yang bersinar terang, kalau dipikir-pikir perkataan Sasori dan Karin tadi mengingatkannya tentang sesuatu. Mereka bilang bahwa cinta datang dari dalam hati, kalaupun iya apa mungkin cinta yang akan berasal dari dalam hatinya ada didalam diri putri yang berjodoh dengannya nanti?
Naruto menggeleng kuat-kuat menepis pikirannya, entah kenapa ia tidak merasakan firasat tentang itu. Ia hanya merasa bahwa cinta nya tidak berada disini, melainkan diluar sana didunia yang belum pernah ia lalui. Naruto tiba-tiba bangkit berdiri memasang wajah serius dan mengambil beberapa lembar baju dilemari untuk dimasukkan kedalam tas ransel kemudian menyambar pedangnya keluar dari dalam kamar, ia menengok kanan dan kiri berharap tidak ada orang yang melihatnya.
Ia sudah membulatkan tekadnya sekarang, bahwa ia akan keluar dari istana untuk mencari dan merasakan sendiri hal yang dikatakan oleh kedua kakaknya itu. Ia tidak bisa jika harus berdiam diri disini tanpa melakukan apa-apa, ia juga harus melakukan sesuatu.
Naruto menyimpan pedangnya dibelakang punggung dan melanjutkan kembali langkahnya yang begitu hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang menarik perhatian. Ia menatap jam berukuran besar di lobby utama yang menunjukkan pukul 9 malam. Bagus, istana sudah sepi di jam segitu mungkin beberapa pengawal saja yang tengah berjaga.
Pemuda blonde itu menyelinap melewati ruang rapat ayahnya dan berjalan dengan perlahan-lahan, saat ia melangkahkan kakinya menuju pintu utama ia melihat seorang pengawal tengah berdiri didepan pintu.
Naruto mendecah kesal, ia merogoh kantongnya dan mengeluarkan panah kecil yang berguna untuk membuat orang pingsan, Naruto menutup sebelah matanya dan membidik pengawal itu tepat diarah tengkuknya. Panah itu berhasil melesat tepat mengenai sasaran membuat korban terjatuh pingsan, bidikan yang lumayan.
Naruto segera melanjutkan perjalanannya, langkah kakinya akhirnya sampai diluar istana. Tanpa berlama-lama lagi ia segera berlari kearah peternakan kuda untuk mengambil salah satu kuda disana sebagai kendaraannya, lagi-lagi ia melihat pengawal menyebalkan yang tengah berjalan mondar-mandir. Ia menengok kearah kantongnya, tidak ada lagi stock panah kecil miliknya. Itu salahnya karena tidak membawa banyak sekali panah itu.
Ia terpaksa berjalan kearah pengawal itu yang nampak kaget melihat sang Pangeran menghampirinya, ia segera membungkuk menunjukkan tanda hormat.
"Tuan muda kenapa anda belum tidur di jam segini?!" tanya pengawal berambut hijau itu canggung.
"Tidak ada aku hanya mau melihat kuda-kuda disini, boleh kan kalau aku menunggangi nya?"
"Apa? Saya mohon maaf tapi ini sudah larut malam Tuan, saya bisa dimarahi oleh Yang Mulia jika mengijinkan anda untuk menunggangi kuda malam-malam," jelas pengawal itu. Naruto hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat respon sang pengawal.
"Sayang sekali, kalau begitu akan kubuat kau mewujudkannya…"
Naruto tiba-tiba memukul sang pengawal tepat di tengkuknya, membuat sang empunya terbelalak dan akhirnya pingsan ditempat. Naruto tersenyum lima jari melihatnya, tidak sia-sia juga usahanya untuk menyingkirkan pengawal merepotkan ini. Ia melepaskan tali yang mengikat salah satu kuda terbaik disitu dan segera menungganginya pergi dari sana.
Kuda berlari kuat meninggalkan halaman istana, Naruto menoleh kebelakang sesaat melihat istana yang semakin lama semakin jauh. Tempat dimana ia besar dan dilahirkan disana, ia harap keputusannya untuk pergi dari sana sudah benar.
"Semuanya, maafkan aku pergi tanpa memberitahu kalian. Aku harap saat aku kembali aku dapat membawa seseorang untuk kalian…dan menunjukkan siapa sebenarnya Naruto Namikaze," gumam Naruto pelan dan segera melanjutkan perjalanannya bersama kuda istana kearah barat kerajaan.
XXX
Suasana di istana Konohagakure pagi itu nampak riuh dan tidak seperti biasanya, semua pelayan serta penjaga istana sibuk masing-masing berjalan kesana-kemari memeriksa satu-persatu ruangan di istana. Kabarnya pangeran mereka anak bungsu dari raja kabur dari istana saat semua orang tengah terlelap, bahkan ia membawa lari kuda istana untuk memudahkannya dalam berkendara.
"Benar Yang Mulia, semalam saya melihat Tuan Muda Naruto menghampiri saya malam-malam. Saya pikir tidak biasanya Tuan bermain ke peternakan, dia meminta saya untuk memperbolehkannya menunggangi kuda. Tapi saya menolaknya, karena tolakan itulah Tuan Muda memukul tengkuk saya sampai pingsan…" jelas pengawal berambut hijau yang selalu bertugas di peternakan menjaga kuda-kuda agar tetap sehat dan gemuk untuk bisa dipakai dalam peperangan.
Minato mengangguk paham dengan kesaksian pengawal itu, sama hal nya dengan ucapan pengawal barusan itu. Pengawal-pengawal lainnya yang menjadi korban Naruto juga menceritakan apa yang terjadi malam itu pada sang Raja.
Minato nampak berpikir sesaat, ia tidak menyangka bahwa ucapannya itu bisa membuat sang putra bungsunya meninggalkan istana daripada menyetujui perjodohannya.
"Kalau begitu kalian cari Naruto sampai dapat, apapun yang terjadi kalian harus membawanya lagi kemari. Kalau perlu kalian adakan sayembara agar para rakyat menyeretnya langsung kesini…" Para pengawal istana serentak menjawab siap dan berbaris keluar dari ruangan
Minato memegangi kepalanya pusing memikirkan kelakuan anak bungsunya itu, ia menoleh kearah istrinya yang tengah berdiri didepan jendela besar yang mengarah langsung ke halaman istana. Dia berjalan menghampiri Kushina yang terlihat lesu, ia mengerti apa yang dirasakan oleh istrinya itu. Minato mengelus pundak Kushina pelan.
"Aku tidak menyangka Naruto akan meninggalkan istana…"
"Minato, kau tahu kalau saja kau tidak memaksakan kehendakmu Naru-kun pasti tidak akan pergi, dia pergi sendirian keluar. Kau tahu sendiri bahwa diluar sana berbahaya kan? Apalagi kalau sampai ada yang tahu bahwa dia pangeran Konohagakure, aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya nanti," seru Kushina berlinangan air mata tanpa memandang sedikitpun wajah Minato, pria itu menunduk lesu merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan.
Sasori yang melihat kedua orang tuanya tengah bersedih dari balik pintu hanya menatap miris, keputusan apa yang sedang dibuat oleh adiknya Naruto itu. Ia harap Naruto akan baik-baik saja, ia juga sadar kehendak ayahnya juga tidak seharusnya memaksa Naruto untuk menyetujuinya.
"Sasori-Nii…"
Sasori menoleh kebelakang melihat adiknya Karin tengah berkaca-kaca sembari menarik baju pemuda itu pelan, Sasori tersenyum simpul melihatnya. Dia mengelus pelan rambut Karin berusaha menenangkan ia yang tengah bersedih karena adik kesayangannya pergi meninggalkan istana.
"Karin-chan sudah jangan menangis, aku yakin Naru-kun akan baik-baik saja diluar sana, lagipula ia pergi karena pasti ia punya alasan sendiri. Kau juga tahu sendiri bukan bagaimana sifatnya?" ucap Sasori, Karin hanya mengangguk pelan dan menghapus air mata yang keluar dari pelupuk matanya.
XXX
Didalam sebuah hutan yang lebat dan ditumbuhi oleh berbagai pohon besar yang menjulang tinggi membuat suasana nya terlihat begitu tenang dan rindang, hanya sesekali terdengar kicauan burung dan bunyi aliran air disungai.
Dibawah salah satu pohon yang begitu besar seorang pemuda berpakaian ala Pangeran tengah duduk santai bersandar dibatang pohon tersebut ditemani oleh kuda miliknya yag tengah asyik memakan rumput, kelopak matanya tertutup rapat merasakan sensasi angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah tenangnya. Ia membuka perlahan matanya dan mengerjap-ngerjap sesaat, ia memandangi sekeliling dan menguap lebar.
Naruto menoleh ke botol minumnya, nampaknya air persediannya sudah mulai habis. Pemuda itu bangkit berdiri dan membereskan barang-barangnya. Ia berpikir sesaat kemudain memperhatikan penampilannya, ia sekarang tengah memakai baju seorang Pangeran. Bukankah para warga akan curiga padanya, lebih baik ia melepas baju dan memakai baju yang biasa-biasa saja.
Naruto melepas pakaian miliknya dan hanya memakai sebuah celana pendek dan kaos oblong, baguslah dengan begini orang-orang tidak akan mengira kalau dia seorang pangeran. Lagipula ia juga jarang keluar dari istana menampakkan wajahnya dari orang banyak, jadi mereka hanya tahu sebatas nama saja tapi tidak dengan wajah nya.
Naruto memasang tas ransel nya dan naik keatas kuda miliknya segera berangkat menuju sungai jernih yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pendengarannya, ia memacu kudanya berlari lebih kencang menembus rindangnya hutan dan pohon-pohon raksasa. Saat tengah asik-asik berpacu dengan perjalanan Naruto tiba-tiba berhenti mendadak bersama kudanya ketika melihat seorang gadis berjalan tepat dilintasan kudanya, Naruto berteriak kencang begitu pula dengan gadis itu yang tengah membawa kayu bakar di punggungnya.
Tanpa diduga akhirnya kayu-kayu malang itu berserakan tak tentu arah begitu pula dengan dua anak manusia itu sekaligus si kuda yang tak berdosa.
"Aduhh…kepalaku rasanya terbentur…" Naruto memegangi kepalanya sembari jatuh terduduk di tanah.
"Hei bodoh, kalau tidak bisa mengendarai kuda jangan sok-sok bisa. Kau membuat seorang wanita terluka saja, cih!" seru gadis itu kesal memegangi lengannya yang nampaknya lecet dan memandang Naruto tajam.
"Apa kau bilang? Sudah jelas-jelas kau yang jalan tidak melihat-lihat, dasar gadis aneh!" balas Naruto tidak mau kalah menatap balik dengan tajam.
Urat-urat tidak diundang muncul di dahi lebar gadis itu, ia memicingkan matanya menatap pemuda kurang ajar dan sok dihadapannya itu. Sang gadis mencengkeram erat kerah baju Naruto membuat pemuda blonde itu sedikit merinding.
"Kau bilang aku gadis aneh? Kau belum pernah melihat seorang hulk wanita marah ya? Bakayaro!" sebuah tinju mendarat sempurna di pipi mulus Naruto membuat pemuda itu tersungkur ketanah dan keluar asap dari kepala kuningnya.
"Sumimasen…aku hanya bercanda. Kenapa kau galak sekali sih?!" Naruto memegangi pipinya bekas korban KDRT tangan sang gadis galak itu, kalau dipikir-pikir ia jadi teringat ibunya saat melihat sifat kasar dari gadis itu.
"Rasakan itu, makanya jangan macam-macam denganku baka! Sekarang cepat bantu aku membereskan kayu-kayu ini atau kau mendapat pukulan lagi dariku hah!" terka gadis itu tajam dengan ekspresi mengerikan membuat Naruto sweatdrop dan hampir mati ketakutan, yaampun mimpi apa dia semalam bisa bertemu gadis mengerikan seperti ini.
"Baiklah-baiklah aku akan membantumu…"
Mereka berdua memunguti kayu bakar yang berserakan itu satu persatu, Naruto memperhatikan gadis itu penasaran siapa sebenarnya dia. Sepertinya dia pernah bertemu dengannya tapi dia juga tidak tahu kapan dan dimana, wajahnya begitu familiar dalam ingatannya. Ah sudahlah mungkin hanya perasaan nya saja.
"Apa lihat-lihat bakayaro?" seru gadis itu risih diperhatikan dengan laki-laki yang ada dihadapannya itu
"Ah eh apa? Aku tidak melihat apa-apa kok," elak Naruto masih memunguti kayu-kayu itu, sang gadis mendecah kesal. Mimpi apa dia bisa bertemu pemuda super menyebalkan dan kurang ajar itu.
"Oh ya aku belum menanyakan namamu, namaku Menma salam kenal…" kata Naruto memperkenalkan nama palsunya yang sengaja dia buat agar tidak ada orang lain yang menyadari keberadaan dirinya termasuk gadis dihadapannya itu.
"Aku Sakura Haruno," jawabnya ogah-ogahan masih tetap memunguti kayu-kayu itu.
"Begitu ya, salam kenal ya Sakura-chan…"
Sakura menoleh kearah Naruto yang menambahkan embel-embel "chan" dibelakang namanya, pemuda blonde itu hanya tersenyum lima jari khas dirinya melihat ekspresi gadis pink itu. Sakura mendesah pelan, mau bagaimana lagi tidak mungkin dia memukul seorang yang hanya memanggilnya dengan embel-embel seperti itu
.
.
.
To Be Continued
A/N : Konnichiwa, saya balik lagi membawa new story. Entah apa yang terjadi didalam kepala saya membuat cerita seperti ini -_-
Tapi kalau dipikir-pikir sayang juga seandainya ide seperti ini dibuang hehehe #plak. Padahal ada beberapa fic in-progress saya yang belum complete eh sekarang malah nambah in-progress, tapi sepertinya cerita ini tidak akan saya buat lebih dari 5 chap insyaallah hanya ada 3 chap saja.
Gomen kalau di chap satu ini masih ada yang kurang, engga nyambung mungkin atau susah diartika oleh readers tercintrong, kedepannya bisa saya perbaiki.
Satu lagi itu waktu Sakura bawa kayu bakar anggap saja seperti di anime attack on titan waktu mikasa dan eren bawa kayu bakar di eps pertama, baiklah segitu saja ceramah saya kali ini. Permintaan terakhir mohon review di kotak dibawah,silahkan masukkan semua kritik, saran, curhat(?), curcol(?), uneg-uneg dan sebagainya disitu. Satu review dari kalian sangat berarti untuk author, Arigatou Gozaimasu sampai jumpa di next chapter.
Salam Langit dan Bumi~