"A Romantic Story About Baekhyun"

Remake Story by Santhy Agatha

A Romantic Story About Serena

Park Chanyeol

Byun Baekhyun (GS)

Kim Jongin

Others

[Chanbaek]

.

.

.

.

.

.

Dua manusia yang seharusnya tidak pernah bersilang jalan ini pun dipertemukan oleh

keadaan. Dua manusia yang saling membenci satu sama lain tetapi dikalahkan oleh

hasrat dan kebutuhan. Hubungan mereka panas membara, luar biasa sampai mereka

bisa terbakar habis di dalamnya. Mereka menjalin hubungan karena keterpaksaan, yang

lama kelamaan menjadi hubungan saling membutuhkan, saling merindukan dan saling

memuaskan dan akhirnya menyerah untuk saling mencintai.

.

.

.

.

.

Baekhyun menarik napas panjang sebelum membuka pintu itu, pintu besar kokoh yang terlihat begitu mewah dan berkuasa itu seakan mencerminkan apa yang menunggu dibaliknya. Sambil menenangkan debar jantungnya dibukanya pintu itu, dan ketika menyadari tangannya berkeringat, Baekhyun tersenyum kecut,

Seperti akan menghadapi hukuman mati saja, desisnya dalam hati.

Ketika masuk Baekhyun menyadari ruangan itu sangat luas. Suasana didalam ruangan itu sungguh elegan, dengan penataan ruang dari desainer terkenal dan perabotan kelas tinggi yang khusus dipesan untuk ruangan ini. Temperaturnya diatur senyaman mungkin dan samar-samar tercium aroma cendana yang menenangkan. Semua yang ada diruangan ini sungguh menyenangkan, ups!,.. salah, semua menyenangkan kecuali satu hal, dan satu hal itu adalah sosok dingin yang duduk tegak dibalik meja dengan keangkuhan yang mencerminkan seolah-olah dirinyalah pusat dunia,

Lalu tatapannya itu, tatapannya itu! Sangat mengerikan. Mata biru itu menatapnya dengan kadar kebencian yang begitu kental.

Baekhyun membasahi bibirnya dengan gugup, dan menunggu, dan terus menunggu. Tetapi lelaki itu hanya diam menatapnya, mempertahankan keheningan di antara mereka. Baekhyun mengangkat dagunya dan melemparkan tatapan "well aku sudah disini, sekarang apalagi?" kepada lelaki itu.

Si mata biru mengerutkan alis gusar melihat tingkah berani Baekhyun, mulutnya menipis,

"Kudengar kau menyebabkan kekacauan di proyek kali ini",

Akhirnya! Baekhyun menghembuskan napas setengah lega setengah panik mendengar kalimat pembuka laki-laki itu.

"Saya hanya mencoba menyelamatkan keadaan", sebenarnya Baekhyun tidak mau kedengaran begitu kurang ajar, tapi tatapan meremehkan laki-laki itu mau tak mau memunculkan sisi defensif dari dirinya.

"Menyelamatkan keadaan katamu?" , Lelaki itu tampak begitu murka mendengar jawaban Baekhyun, "Kau mengusir klien terpenting kita, dan mempermalukannya di depan umum, dan kau bilang itu untuk menyelamatkan keadaan ?"

Baekhyun membalas tatapan garang lelaki itu dengan tak kalah garang, "Orang yang anda katakan klien terpenting kita itu, merayu dan meraba salah satu SPG kita di tengah-tengah pameran tersebut, apakah menurut anda, saya, sebagai supervisor yang bertugas dilapangan hanya boleh diam saja dan tidak membelanya ?!"

Tatapan mata meremehkan dari mata biru itu benar benar membuat Baekhyun sebal, "Kau bekerja disini sebagai supervisor dan seorang supervisor bertugas menjaga hubungan baik dengan klien potensial, bukannya mengusirnya", jawab lelaki itu tenang.

"Jadi menurut anda saya harus melupakan moralitas hanya demi keuntungan

perusahaan semata?!"

"Moralitas selamanya tidak akan dapat memberikan keuntungan, dalam hal apapun", si mata biru mengangkat bahu dengan bosan.

Cukup sudah! Baekhyun menarik napas dalam-dalam,

"Kalau begitu saya tidak mau bekerja di perusahaan yang tidak bermoral, paling cepat nanti siang, anda akan menerima surat pengunduran diri dari saya !",

Sejenak suasana menjadi begitu hening, dan kalaupun si mata biru itu kaget dengan keputusan impulsif Baekhyun, dia berhasil menyembunyikannya dengan baik karena ekspresinya tidak dapat ditebak, dia hanya memandang Baekhyun dengan ekspresi menilai.

Suasana terasa makin hening, dan Baekhyun menunggu. Ketegangan terasa bagaikan senar yang ditarik kencang, siap untuk putus.

Lalu, sebuah senyum muncul disudut bibir lelaki itu, walaupun begitu, sinar matanya tamMr begitu kejam.

"Tidak semudah itu nona Byun, mungkin saya adalah pemimpin tertinggi sekaligus pemilik perusahaan ini, tetapi bukan berarti saya tidak mengetahui setiap detail terkecil pegawai di sini",

Lelaki itu menatap dengan tajam sebelum menjatuhkan bom-nya, "Kau memiliki pinjaman yang belum selesai pada perusahaan ini senilai 40 juta, katakan sekarang nona Byun, apakah kau bisa melunasi pinjaman itu dengan tunai sekarang juga? Kalau ya, saya akan dengan senang hati meluluskan permohonan pengunduran dirimu".

Wajah Baekhyun benar-benar pucat pasi, dalam kemarahannya tadi, sama sekali tidak terpikirkan mengenai pinjaman itu. Dan si mata biru tadi menanyai apakah dia bisa membayar pinjamannya secara tunai? Tanpa sadar Baekhyun mengernyit seolah kesakitan, Ya Tuhan , itu tidak mungkin, bahkan sekarang dia sedang dalam kekalutan besar dan membuktikan lebih banyak uang untuk..., cepat-cepat dihapusnya pikiran itu sebelum melayang lebih jauh,

Si mata biru mendengus menghina melihat kebekuan Baekhyun, "Oke saya asumsikan kau tidak dapat membayar tunai pinjaman itu, meskipun saya sedikit bertanya-tanya kenapa wanita lajang seperti anda bisa menghabiskan uang sebanyak itu, tapi toh itu bukan urusan saya",

Senyum di sudut bibir lelaki itu langsung menghilang dan tatapannya berubah menjadi dingin,

"Jadi, selama kau masih berhutang pada perusahaan ini dan belum bisa menyelesaikan kewajibanmu, jangan seenaknya mengira kau bisa mengundurkan diri dari perusahaan ini. Hanya sayalah, yang bisa memutuskan apakah kau layak dipertahankan atau disingkirkan, jadi kembalilah bekerja dan singkirkan moralitasmu yang munafik itu !"

Baekhyun menatap lelaki itu dengan kebencian yang meluap-luap, "Hanya pinjaman itu yang menahan saya disini, dan jika saya berhasil melunasi pinjaman itu, saya akan langsung angkat kaki dari perusahaan ini!, sekarang mohon ijin permisi, saya akan kembali bekerja!"

Chanyeol menatap pintu yang tertutup dengan agak keras di depannya. Dia menunggu beberapa saat, lalu mendesah sambil melonggarkan ikatan dasinya yang terasa mencekik, dengan letih dia bersandar di kursi sambil memejamkan mata,

Bukan salah gadis itu jika sekarang tubuhnya terasa begitu panas, tidak!, bukan Cuma panas, kau sekarang benar-benar terbakar man!,

"Byun Baekhyun",

Chanyeol menggumamkan nama itu bagaikan mantra, lalu matanya membuka penuh perhitungan,

Well, jangan harap kau bisa semudah itu pergi dari sini, karena aku tak akan membiarkanmu pergi, Baekhyun, gumamnya dalam hati.

Chanyeol mengingat saat dia pertama kali melihat Baekhyun, biasanya dia tak pernah memperhatikan wanita, para wanitalah yang biasanya mengejar-ngejar dirinya, Meski suka berganti ganti wanita, Chanyeol dikenal sebagai kekasih yang sangat dingin. Dia selalu menjaga jarak dan tak pernah mengijinkan siapapun terlalu dekat, baginya wanita hanyalah tempat penyaluran gairahnya dan dia akan membayar itu dengan perhiasan mahal, Mraian mewah dan hadiah-hadiah lainnya, dan itu sudah cukup memuaskan bagi dirinya dan wanita-wanita itu.

Tapi Baekhyun..., gadis itu sudah 2 tahun bekerja sebagai supervisor lapangan disini, dan Chanyeol bahkan tak pernah bertemu langsung dengannya,

Yah tentu saja! Chanyeol mendengus,

Seorang CEO tidak ada urusannya dengan supervisor lapangan.

Dan entah nasib sial apa yang menghinggapinya ketika pertama kali dia bertemu dengan Baekhyun, ketika itu dia sedang menjamu tamu penting dilokasi yang berdekatan dengan proyek pameran pemasaran yang sedang berlangsung, maka secara impulsif diputuskannya untuk mampir. Manajer pameran langsung tergopoh-gopoh menyambutnya.

Lalu gadis itu muncul.

Dengan tubuh mungil, pakaian kerja yang efisien dan make up sederhana, Baekhyun jelas-jelas kalah jika dibandingkan dengan pacar-pacarnya yang selalu seksi dan spektakuler serta berasal dari kelas atas. Tapi tubuh Chanyeol bagaikan disadarkan ketika melihat Baekhyun, dan ketika mereka bersalaman, tangannya bagaikan disengat listrik,gairah langsung meletup dari ujung kepala sampai ke kakinya begitu menggebu-gebu sampai membuat kepalanya pening.

Kenyataan bahwa Baekhyun sama sekali tidak memperhatikannya kecuali sebagai bos sama sekali tidak membantu,

Chanyeol menyadari ia mulai terobsesi pada Baekhyun, dimanapun ia berada, kapanpun ia ada, ia selalu mencari gadis mau seharipun dilewatinya tanpa menyempatkan diri melihat Baekhyun, hingga seolah-olah gadis itu merupakan eksistensi kehidupannya. Bahkan demi hal itu, sekarang ia mendapati dirinya mulai memanipulasi beberapa proyek yang sedapat mungkin melibatkan divisi Baekhyun semata-mata agar dia bisa sering melihat Baekhyun.

Mungkin ini kegilaan sesaat, atau mungkin alamiah. Chanyeol pernah membaca bahwa ada orang-orang tertentu yang memang dapat membuatmu sangat bergairah, entah karena hormon, aroma atau yang lainnya, mungkin Baekhyun salah satu diantaranya.

Ini hanyalah masalah nafsu, dan akan segera hilang begitu nafsu ini dipuaskan, gumam Chanyeol dalam hati, berusaha menenangkan dirinya.

Dengan dahi berkerut dipandanginya laporan pinjaman karyawan dimejanya.

Yah sepertinya ini akan sangat mudah, melihat besarnya pinjaman Baekhyun, kelihatannya gadis ini sangat konsumtif dan menyukai uang, dengan sedikit pengeluaran ekstra pasti akan sangat mudah menarik gadis itu ke ranjangnya, dan setelah dia terpuaskan, pasti akan lega sekali bisa terlepas dari obsesi yang menyiksa ini.

"Bagaimana kondisinya suster?",

Baekhyun baru saja sampai, di luar hujan deras sekali, dan air menetes-netes dari rambutnya.

Perawat itu memandangnya dengan penuh kasih, sudah 2 tahun dia mengenal Baekhyun. Dari Baekhyun masih gadis polos yang kebingungan, sampai akhirnya dia berubah menjadi gadis tegar yang penuh semangat dan mengambil alih semua tanggung jawab yang mungkin terlalu berat untuknya,

Kasihan sekali kau nak, gumamnya dalam hati,

"Kondisinya baik Baekhyun, tekanan darahnya normal dan detak jantungnya stabil, itu bagus, dia begitu tenang seharian ini, dia tidak mengalami serangan, jadi tidak perlu merasakan kesakitan"

"Dia tidak mengalami serangan?", mata Baekhyun melebar bahagia, "terimakasih suster Zhang ,kalau begitu aku akan melihatnya dulu",

Baekhyun memasuki ruangan putih sederhana itu, dipandangnya ranjang yang menjadi pusat ruangan itu. Di atas ranjang, terbaring sosok yang lemah, tubuhnya terhubung dengan selang yang terjalin ke mesin-mesin,

Baekhyun duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangan yang terhubung dengan jarum infus, sebuah cincin emas melingkar di jari lelaki itu, ya, cincin yang sama yang melingkar di jarinya, lelaki ini adalah Kim Jongin, tunangannya yang terbaring koma sejak lebih dua tahun yang lalu,

"Apa kabarmu sayang?", gumamnya penuh perasaan.

Sosok itu tetap diam dan ruangan terasa hening, hanya suara mesin mesin pemonitor detak jantung dan desisan alat pengatur oksigen yang terdengar,

Baekhyun mengecup cincin di jari lelaki itu, ingatannya menerawang kembali ke masa dua tahun lalu dimana hidupnya yang indah dan bahagia berubah menjadi tragedi,

Saat itu persiapan pernikahan mereka, Jongin sudah cukup mapan dan sangat mencintai Baekhyun, dan Jongin tidak mempunyai keluarga, lelaki itu dibesarkan di panti asuhan lalu berjuang mandiri sehingga bisa menjadi pengacara handal yang cukup sukses,

"Aku sebatang kara di dunia ini sebelum bertemu denganmu", begitu ucapan syukur Jongin dulu ketika Baekhyun menerima lamarannya. Baekhyun begitu bahagia waktu itu, dia begitu dicintai dan kedua orang tuanya begitu mendukungnya, sebagai anak tunggal orang tuanya memang sedikit lebih protektif padanya dibandingkan orang tua lainnya, tapi mereka bisa melihat ketulusan hati Jongin dan menerima Jongin dengan tangan terbuka,

Lalu pagi yang penuh tragedi itu terjadilah, Baekhyun sedang melakukan pengepasan gaun pengantin, pernikahan mereka tinggal sebulan lagi. Ketika itu Jongin menelpon, karena Baekhyun meminta tolong padanya untuk menjemput orangtua Baekhyun di bandara, orang tua Baekhyun baru pulang dari tugas dinas ayah Baekhyun di Busan.

Sebenarnya merupakan tugas Baekhyun menjemput mereka, tetapi karena supir keluarga sedang cuti dan waktunya bersamaan dengan jadwal fitting baju pengantin, Baekhyun meminta bantuan Jongin . Jongin tidak pernah merasakan punya orang tua, jadi dia sangat menyayangi kedua orang tua Baekhyun, begitu pula sebaliknya, jadi, tugas sepele seperti menjemput orangtua di bandara terasa sangat menyenangkan baginya,

"Kami akan menuju ke tempat fitting baju segera setelah sampai,lalu kita bisa makan siang bersama-sama, tapi ups! Kamu kan tidak boleh makan banyak-banyak, nanti baju pengantin itu tak akan cukup sebulan lagi"' candanya dengan riang

Baekhyun sempat merajuk tapi kemudian Jongin bisa membuatnya tertawa lagi,

"Kau tahu,aku tidak sabar bertemu dengan orangtuamu,...aku merindukan mereka"

Lelaki itu tertawa lalu menutup telepon setelah mengucapkan satu-satunya janji yang

tidak bisa ditepatinya,

"Aku janji,segera setelah kami dekat tempatmu, aku akan menelponmu, jadi kau bisa siap-siap di depan, Bye calon pengantinku, i love u",

Itulah saat terakhir Jongin menelponnya.

Sama sekali tidak ada firasat hari itu, sama sekali tidak ada pertanda bahwa pagi itu akan menjadi mimpi paling buruk dalam hidupnya, Dan telepon itulah awal dari rentetan bencana.

Yang menelponnya kemudian bukanlah Jongin yang dicintainya, melainkan petugas rumah sakit. Mobil yang dikendarai Jongin menjadi salah satu korban tabrakan beruntun di jalan tol, Ayahnya meninggal di tempat, Ibunya dalam kondisi kritis dan Jongin sudah tak sadarkan diri karena benturan keras di kepalanya.

Baekhyun menjalani semuanya seorang diri, hari itu dia bergerak bagai robot mengurusi pemakaman ayahnya sekaligus mengkhawatirkan kondisi ibu dan tunangannya, tak ada waktu untuk menangis, dan kemudian keesokan harinya ibunya meninggal menyusul ayahnya, Baekhyun harus menanggung kepedihan memakamkan kedua orang tuanya dalam dua hari berturut-turut seorang diri, lalu malam itu, ketika dokter memutuskan bahwa Jongin mengalami koma serta tidak diketahui kapan akan sadar, ketegaran Baekhyun runtuhlah sudah, semua kepedihan bertubi-tubi yang menerjangnya sudah tidak dapat ditanggungnya lagi, dia pingsan dan ketika sadar dia hanya bisa menangis,

Lalu Suster Zhang datang, seorang perawat setengah baya yang sangat keibuan. Suster itulah yang membantu Baekhyun agar tidak terpuruk, yang membuat Baekhyun sadar bahwa dialah satu-satunya yang dimiliki Jongin untuk membantunya bertahan hidup.

Dengan cepat Baekhyun bangkit, menyadari bahawa dia sendiri yang harus berjuang demi Jongin, lelaki yang sangat dia cintai. Dan mengetahui bahwa biaya perawatan Jongin tidak murah, Baekhyun segera bergerak cepat, dijualnya rumah keluarganya, dan dikumpulkannya semua aset yang dimilikinya lalu pindah ke tempat kost yang mungil memahami bahwa efisiensi sangatlah penting, lalu dia pindah pekerjaan dengan gaji lebih bagus,

"Berjuanglah untuk bertahan Jongin, karena aku akan berjuang untukmu", tekad Baekhyun dalam hati waktu itu.

Namun sekarang hampir dua tahun lebih berlalu, seluruh aset yang dimiliki Baekhyun sudah habis, bahkan dia harus menanggung hutang ke perusahaan untuk menutup biaya perawatan Jongin, dan tunangannya tercinta itu masih belum sadar juga,

"Kau tahu tadi pagi aku bertengkar dengan bosku", Baekhyun memulai kebiasaannya, mengobrol satu arah dengan Jongin, menceritakan kisah kehidupannya sehari-hari pada Jongin, "Matanya biru dan dia sangat menyebalkan, dan kau tahu? Dia sama sekali tak menghargai moralitas, kau pasti akan bertengkar hebat dengannya karena sebagai pengacara kau sangat menjunjung tinggi moralitas",

Baekhyun terkekeh membayangkan hal itu, lalu direbahkannya kepalanya di ranjang sambil mengamati wajah Jongin," aku merindukanmu tahu, sudah lama aku tidak mendengar suaramu, sampai kapan kau mau tidur terus? Awas ya, jangan salahkan aku kalau suatu saat kau memanggilku ditempat ramai dan aku tidak mengenali suaramu",

Diluar pintu, suster Zhang yang mendengar percakapan itu menutup mulutnya dengan tangan, matanya berkaca-kaca. Betapa tegarnya gadis itu, betapa hebatnya dia, selama dua tahun dia berjuang dan belum mendapat jawaban, tapi semangatnya sama sekali tidak pernah surut.

Selama hampir dua jam Baekhyun bercakap-cakap searah dengan Jongin, lalu ketika Suster Zhang mengingatkan bahwa waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, Baekhyun bangkit dari duduknya, dikecupnya dahi Jongin penuh kasih sayang,

"Sudah dulu ya, aku akan pulang dan tidur, besok aku akan kesini dan menengokmu lagi, aku mencintaimu Jongin",

Baekhyun lalu menemui suster Zhang yang masih menunggu di luar, suster itu menyerahkan kantong plastik pada Baekhyun,

"Ini jajangmyeon kesukaanmu, kau tadi buru-buru kesini karena hujan, pasti kau tak sempat makan malam"

"Terimakasih suster", Baekhyun memeluk wanita gemuk setengah baya yang selama dua tahun ini telah menjadi sandaran hatinya.

"Wajahmu terlihat pucat, kau pasti kecapekan, jangan terlalu memaksakan diri",

Baekhyun menarik napas letih tapi tetap mencoba tersenyum riang,

"Aku harus terus bekerja suster, apalagi sudah hampir tanggal lima",

Tanggal lima adalah tanggal rutin Baekhyun harus melunasi biaya perawatan Jongin yang makin membengkak setiap bulannya,

Suster Zhang memandang Baekhyun dengan hati-hati,

"Kau tahu nak, ada beberapa cara yang lebih ringan, dokter memperbolehkan Jongin dirawat dirumah...",

"Tidak!", Baekhyun memandang suster Ana dengan ngeri, "Jongin kan sering mengalami serangan, aku tidak mau Jongin kenapa-kenapa, disini adalah tempat Jongin akan mengalami penanganan yang paling tepat, dan aku akan berjuang berapapun biayanya"

Suster Zhang memandang Baekhyun dengan penuh kasih sayang, menyadari betapa bisa keras kepalanya gadis itu jika dia sudah punya kemauan,

"Ya sudah, pulang dan istirahatlah, jangan lupa dimakan mienya, dan ingat Baekhyun kalau kau kekurangan uang, aku punya simpanan uang yang...",

Baekhyun memeluk suster Zhang sekali lagi dengan penuh rasa sayang,

"Anda tahu suster, Bantuan suster sudah lebih dari cukup selama ini, saya tidak tahu bagaimana lagi saya harus berterimakasih"

Pagi itu hujan deras sekali, Baekhyun menunggu di halte bus dengan panik, hujan deras akan menyebabkan macet parah, dan sampai sekarang bis yang dia tunggu tak kunjung kelihatan. Sementara itu hujan turun makin deras hingga pemandangan di depannya makin kabur ,orang orang mulai menyingkir karena halte itu tak dapat lagi melindungi mereka dari terpaan hujan, dan Baekhyun masih berdiri sambil mencengkeram payungnya erat-erat, menahan tiupan angin yang makin kencang. Matanya bergantian melirik jam tangannya dan ujung jalan dengan harap-harap cemas, dia pasti akan terlambat hari ini, Mr Lee, manajer lapangannya yang galak itu pasti akan marah besar karena pagi ini dia dijadwalkan meeting pagi dengannya, lelaki itu sangat tepat waktu dan dia tidak suka menunggu.

Tiba-tiba sebuah mercedes hitam legam yang sangat mewah meluncur mulus dan berhenti tepat didepan Baekhyun. Mulanya Baekhyun tidak menyadari kalau mobil itu berhenti untuknya karena perhatiannya terlalu terfokus pada ujung jalan, tetapi ketika pintu mobil itu mendadak terbuka, Baekhyun hampir terlonjak karena kaget,

"Masuklah",

Mulanya Baekhyun ingin mendamprat siapapun pengemudi mobil itu yang dengan seenaknya mengira Baekhyun adalah wanita gampangan yang mudah dibawa, tetapi ketika Baekhyun merasa mengenali suara lelaki itu, dengan ragu ditundukkannya kepalanya untuk memastikan bahwa pegemudi itu sesuai dengan dugaannya,

Mata biru yang tajam itu membalas tatapannya, yah kalo tidak bisa dibilang sedang sial, setidaknya dugaannya tidak salah,

"Ayo masuk, kau akan basah kuyup jika berdiri terus disitu, kita kan searah", Chanyeol agak berteriak mengalahkan derasnya suara hujan dan petir yang bersahut-sahutan.

Baekhyun masih berdiri ragu-ragu, perjalanan ke kantor kan jauh dan lama, Baekhyun merasa enggan dan tak tahu apa yang akan dibicarakan dengan lelaki itu sepanjang jalan, lagipula... Baekhyun melirik dengan cemas ke arah payungnya, payungnya basah kuyup dan menetes-netes dan interior mobil itu sepertinya sangat bagus, jika kena air...

"Masuk Baekhyun! Aku tak peduli dengan payung basah itu! Kau akan membuat kita berdua terlambat!, masuk, atau aku sendiri yang akan menyeretmu...",

Suara geram Chanyeol lah yang menyadarkan Baekhyun dari keraguannya, dengan cepat dia memasuki pintu yang terbuka dan duduk di sebelah Chanyeol,

Satu detik setelah pintu tertutup, Chanyeol langsung menginjak gas menjalankan mobilnya, seolah takut Baekhyun berubah pikiran.

Chanyeol melirik sedikit pada Baekhyun yang memandang cemas pada payung yang meneteskan air di tangannya,

"Taruh saja di tempat dibelakang, pengurus mobilku akan membersihkannya, dan pasang sabuk pengamanmu",

Secara otomatis Baekhyun menoleh kebelakang dan menemukan wadah plastik silinder ditengah jok belakang, mungkin tempat koran atau semacamnya, tapi wadah itu kosong dan Baekhyun meletakkan payung itu disana, lebih baik daripada payungnya meneteskan air membasahi kursi kulit yang mewah atau karpet tebal mobil ini,

Setelah memasang sabuk pengamannya, Baekhyun menyadari bahwa sudut mata Chanyeol melirik ke arahnya,

"Terimakasih", gumamnya demi menjaga kesopanan.

Chanyeol tersenyum miring,

"Pasti kau bingung apakah ini kesialan atau keberuntungan karena akulah yang memberimu tumpangan", gumamnya tenang.

Baekhyun membuka mulut hendak membantah, tetapi akhirnya mulutnya menutup lagi. Tidak disadarinya Napas Chanyeol yang mendadak lebih cepat ketika memperhatikan gerakan mulutnya,

"Rumahmu di daerah sini ya?"

Suara Chanyeol entah kenapa berubah jadi serak hingga Baekhyun otomatis menoleh ke arahnya, tetapi lelaki itu tidak sedang menatapnya melainkan memandang lurus ke depan,

"Iya saya kost di daerah sini", jawabnya setengah melamun dan tersentak ketika Chanyeol mendadak menoleh ke arahnya.

"Kost?", kenapa informasi itu sampai terlewatkan olehnya?, "Kalau begitu di mana orangtuamu?"

"Orangtua saya sudah meninggal, saya hidup sendirian", jawab Baekhyun otomatis, "Mr. Park, mungkin sebaiknya saya diturunkan agak jauh dari kantor, nanti saya berjalan

kaki saja",

Chanyeol mengerutkan dahinya, tak suka dengan ide itu,

"Kenapa harus begitu?"

"Tempat parkir khusus direksi kan sangat mencolok, saya tidak mau orang yang melihat

saya turun dari mobil anda akan berpikiran yang tidak-tidak",

"Seperti kita melakukan seks yang hebat semalam, dan pagi ini berangkat kerja bersama-sama?",

Wajah Baekhyun memucat mendengar ucapan Chanyeol yang sangat vulgar itu.

"Dengar miss. Byun, kau dikenal sangat menjunjung moralitas dikantor, jadi orang tidak mungkin berpikir yang tidak-tidak tentangmu", Suara Chanyeol terdengar sinis dan mengejek, "lagipula...", kali ini Chanyeol sengaja membiarkan tatapan matanya menelusuri Baekhyun dari ujung kepala sampai ujung kaki, "Semua orang tahu siapa aku, dan seperti apa pacar-pacarku, mereka tahu persis bahwa kau bahkan tak masuk ke dalam kategori tipe wanita kesukaanku, lagipula aku kan tidak mungkin tertarik padamu,jadi gosip apa yang akan timbul?",

Detik itu juga Baekhyun menyadari bahwa dia tak akan pernah menyukai bosnya yang satu ini. Dengan geram Baekhyun menggertakan giginya lalu mengalihkan pandangan ke jendela luar.

Saat itu tak ada percakapan lagi di antara mereka. Ketika Chanyeol memarkir mobilnya diparkir direksi, Baekhyun segera turun dan mengucapkan terimakasih dengan kaku, lalu berlari kecil menembus hujan, meninggalkan Chanyeol yang masih di mobil.

Untunglah lobby sudah sepi, hanya petugas keamanan dan resepsionis saja yang ada disana, jadi tak perlu kuatir akan terjadi gosip. Tapi ketika Baekhyun melihat jam besar yang terpasang di lobby dia langsung mempercepat langkahnya, dia terlambat , Mr Lee pasti akan marah besar.

Ketika sampai di ruangannya rekannya menatapnya sambil mengangkat alis melihat pernampilan Baekhyun yang acak-acakan dengan rambut dan baju setengah basah.

"Mr Lee menunggumu, dia bilang kalau kau datang langsung saja ke ruangannya,"

Baekhyun mengangguk, hanya mampir sebentar ke mejanya untuk meletakkan tas dan langsung mengetuk pintu ruangan Mr Lee.

"Masuk", gumam suara dari dalam,

Baekhyun melangkah masuk sambil mempersiapkan dirinya untuk mendengarkan ocehan panjang lebar tentang kedisiplinan yang menjadi ciri khas bosnya itu.

Tapi di luar dugaan , wajah Mr Lee bukannya masam melainkan sangat ramah, dia bahkan mempersilahkan Baekhyun duduk dengan bersemangat.

"Saya mengerti mengapa kau terlambat Baekhyun, tadi CEO kita Mr. Park menelpon dan menjelaskan bahwa kau ikut mobilnya, yah saya tidak menyalahkanmu, cuaca sangat buruk pagi ini bukan?",

Baekhyun hanya bisa tertegun menatap senyum bosnya yang begitu lebar. Ternyata Cuma sampai disitu arti kedisiplinan yang digembor-gemborkan Mr Lee , begitu kekuasaan berbicara, maka semua tak ada artinya lagi.

"Eh iya, tadi saya tak sengaja berpapasan dengan Mr. Park ketika sedang menunggu bus dan Mr. Park menawari saya tumpangan",

"Hebat Baekhyun, ternyata insiden kecil kemaren yang menyebabkan Mr. Park sendiri sampai turun tangan memanggilmu itu malah menguntungkan bagi divisi kita. Pimpinan tertinggi perusahaan kita. Dia mengenalimu dan bahkan mau menawarimu tumpangan!"

Baekhyun merasa muak melihat kegirangan bosnya yang tak wajar itu, memangnnya Chanyeol itu siapa? Memang dia CEO Perusahaan ini dan merupakan pimpinan tertinggi perusahaan ini di Seoul. Perusahaan mereka merupakan cabang dari perusahaan terkenal dengan nama sama di Jerman. Dan Chanyeol sebagai salah satu pemegang saham terbesar sekaligus CEO yang handal disalah satu perusahaan mereka di Jerman, menawarkan diri untuk mengisi jabatan di Seoul. Gosipnya lelaki itu menganggap bahwa memimpin cabang mereja di Seoul dengan perbedaan dan segaa keeksotisannya merupakan tantangan tersendiri baginya. Tetapi lelaki itu kan manusia juga sama seperti mereka? Seharusnya Mr Lee tak perlu segirang ini.

"Eh kalau begitu saya ijin kembali sebentar ke meja saya untuk mengambil bahan meeting kita pagi ini", gumam Baekhyun memotong kalimat Mr Lee yang masih berceloteh tidak jelas tentang kelebihan-kelebihan Chanyeol dan betapa beruntungnya Baekhyun.

Ketika Baekhyun hendak melangkah pergi, Mr Lee sepertinya baru teringat sesuatu,

"Oh ya Baekhyun , tadi Mr. Park berpesan kalau ada barang milikmu yang ketinggalan di mobilnya, dia ingin kau mengambilnya nanti jam 3 sore di ruangannya."

.

.

.

.

.

.

TBC

REVIEW PLEASE?