Hanya dengan sekali melihat, orang-orang disekelilingnya pasti akan tahu. Ya, tentu saja. Siapa yang tak menyadarinya?
Aura yang tak menyenangkan itu.
Pandangan dingin itu.
Tatapan yang seolah-olah berkata pada orang yang berada disekitarmya, bahwa dia tidak mengizinkan siapapun untuk mendekati dirinya. Untuk bergabung dalam kehidupannya.
Sosok perempuan dingin. Yang terlihat kuat dan tegar. Tapi meski bagaimanapun itu hanyalah topeng. Semua yang terlihat adalah Palsu. Itu adalah Kebohongan. Dan dari itu dia tidak akan pernah membiarkan emosinya muncul ke permukaan.
Jika kau menyadarinya, alasannya sangatlah sederhana.
.
.
.
Dia sudah cukup muak dengan kehidupannya.
.
.
.
Dia muak dengan dunia ini.
.
.
.
Karena bagi seorang Haruno Sakura semua kehidupan dan dunianya sudah terhenti sejak ia dilahirkan.
You Found My Life
Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing : Uchiha Sasuke x Haruno Sakura
Rated T
Genre : Hurt and comfort
Warnings : AU, OOC, Typo, dll
"Hei, Sasuke, kau lihat perempuan itu?"
"Hn"
"Itu perempuan yang sedang duduk di kursi taman"
"Hn"
"Kau itu mendengarkanku tidak, sih?"
Malas dengan perdebatan yang mungkin akan berlangsung jika dia tetap mengacuhkan bocah kuning berisik yang ada disebelahnya, dengan rasa malas Sasuke menengokkan kepalanya menuju tempat yang Naruto maksud.
Oh, perempuan itu. Perempuan yang tidak jarang dibicarakan oleh kebanyakan siswa di sekolahnya. Bagaimana tidak? Sifatnya yang acuh tak acuh pada lingkungan sekitar membuatnya sulit didekati. Bahkan menurut pengetahuan Sasuke, perempuan tersebut tidak memiliki seseorang yang disebut teman. Tapi meski begitu, perempuan tersebut adalah salah satu murid yang pintar, memiliki IQ diatas rata-rata,sekolah dengan mengandalkan beasiswa, bahkan kepintarannya membuat sosok Uchiha Sasuke secara tidak langsung menganggap perempuan tersebut sebagai saingannya.
Setidaknya hanya itulah yang diketahui Sasuke tentang Haruno Sakura.
Dilihatnya dari jendela yang tepat berada diatas Sakura, Sasuke mengira pasti perempuan tersebut sedang mendengarkan musik, sama seperti yang Sasuke lakukan saat ini. Hal itu terlihat dari tangannya yang sedang sibuk mengotak-ngatik mp3.
"Sasuke apa kau tahu perempuan itu?"
Kegiatan Sasuke yang sedang memerhatikan sosok Haruno itu harus teralihkan saat sahabat kuningnya membuka suara.
"Ya" Sasuke menjawab dengan mengalihkan kembali wajahnya kepada perempuan tersebut.
"Kenapa ya? Terkadang kalau aku lihat perempuan itu, kesannya dia tidak mau berdekatan dengan orang lain." Naruto masih melanjutkan ucapannya sambil melihat sosok Haruno Sakura keluar jendela.
Heninglah yang menjawab ucapan Naruto. Menyadari teman dihadapannya tidak menanggapi sama sekali, Naruto mengalihkan pandangannya dan berganti memandang Sasuke.
"Tapi Sasuke, menurutku itu hanya terlihat dari luarnya saja. Terkadang jika aku memperhatikannya dia terlihat err …. Sedikit kesepian"
Lalu Sasuke menolehkan pandangannya pada Naruto
"Ya kau benar"
TEET.. TEET
Bel sekolah berbunyi, menyita seluruh perhatian siswa-siswa Konoha High School termasuk Naruto yang memperbaiki posisi duduknya menjadi menghadap kedepan dan Sasuke yang melepaskan headseat dari telinga kanannya. Sebelum perhatian Sasuke benar-benar teralihkan kepada guru yang baru saja memasuki kelas, Sasuke menyempatkan dirinya untuk melihat sebentar keluar jendela hanya unuk mendapati Haruno Sakura berjalan memasuki gedung sekolah.
"Anak-anak sekarang buka buku pelajaran kalian halaman 38."
Suara guru yang terdengar membuat Sasuke mencurahkan seluruh konsentrasinya pada guru yang sedang menuliskan rumus-rumus logaritma di papantulis, yang tentu saja membuat hampir setiap murid menghela nafas lelah. Tapi, ini adalah pelajaran kesukaan Sasuke, mana mungkin dia mengeluh,kan?
.
Sasuke sedang berjalan dikoridor. Setelah peajaran berakhir, Anko sensei menyuruh Sasuke untuk membawa tumpukan buku tugas milik kelasnya ke meja kerjanya yang ada diruang guru. Saat Sasuke sudah berada di depan pintu ruang guru, Sasuke membuka pintu tersebut perlahan. Berjalan dalam keheningan, Sasuke dengan mantap berjalan menuju meja yang berada diujung ruangan, tepatnya meja disamping jendela. Setelah menyimpan semua buku tugas tersebut diatas meja, Sasuke bergegas meninggalkan ruang guru.
"Uchiha"
Namun sebelum Sasuke benar-benar meninggalkan ruang guru, ada suara yang terlebih dulu memanggilnya.
Sasuke menengokkan kepalanya kearah guru yang memanggilnya. Kurenai Sensei.
"Bisa tolong saya sebentar, Uchiha?" Kurenai sensei membuka suaranya saat Sasuke sudah mendekati gurunya tersebut. Dilihatnya tangan Kurenai sensei yang memegang lembaran kertas yang tidak diketahui Sasuke.
"Tolong bantu saya untuk menyerahkan dokumen ini pada Haruno Sakura di kelas XI-3 dan juga katakan padanya untuk menyerahkan berkas ini besok pagi."
Sasuke menerima dokumen yang ditujukan pada Haruno Sakura nanti. Melihat sedikit apa yang tertera dikertas tersebut. Ah, ternyata dokumen tentang beasiswanya ya.
"Baik bu. Kalau begitu saya permisi dulu."
"Iya, terimakasih Uchiha."
Sasuke melangahkan kakinya menjauhi ruang guru. Sebenarnya perut Sasuke sudah memberontak ingin mendapat asupan makanan, tapi apa boleh buat, sekarang Sasuke justru mendapat tugas tambahan dari Kurenai Sensei. Mau tidak mau Sasuke melangkahkan kakinya menuju kelas dimana Haruno Sakura berada.
Saat sudah berada didepan kelas XI-3. Sasuke mengedarkan pandangannya dikelas tersebut, berusaha menemukan sosok yang dicarinya. Namun hasilnya nihil, Sasuke idak menemukan Haruno disana.
Akhirnya Sasuke memutuskan untuk menanyakan keberadaan Haruno kepada teman sekelas Haruno yang baru saja akan meninggalkan kelas tersebut.
"Maaf, apa kau melihat Haruno Sakura?"
"Oh, Haruno. Tadi dia baru saja pulang kerumahnya." Jawab perempuan dengan rambut cokelat dicepol dua tersebut.
"Pulang?" Tapi ini kan masih jam pelajaran, pikir Sasuke.
"Ya, keliatannya tadi dia terburu-buru setelah mendapatkan izin dari petugas piket sekolah. Memangnya ada apa?"
"Begitu. Tidak, hanya saja aku harus menyerahkan dokumen ini padanya."
Kalau Haruno tidak ada dan dokumen ini harus diserahkan Haruno besok, bagaimana? Menitipkan dokumen ini pada temannya? Atau menyerahkan sendiri dokumen ini pada Haruno dengan menyusul kerumahnya setelah pelajaran terakhir selesai? Kalau Sasuke memilih opsi pertama terlalu beresiko, bisa jadi orang yang dititipkan tidak langsung memberinya pada Haruno, dan bisa jadi nanti malah Sasuke yang mendapatkan omelan panjang lebar dari senseinya karena tidak bisa menyampaikannya dengan baik.
Kalau memilih opsi kedua, bisa saja sih, hanya saja Sasuke tidak tahu rumah Haruno dimana.
"Apa kau tahu dimana rumah Haruno?" Ya sebaiknya tetap Sasuke saja yang mengantarkannya. Meski bagaimanapun Sasuke tidak ingin mengambil resiko apapun nantinya.
"Ehm, tentu saja. Kalau tidak salah rumah Haruno itu ada di Jalan xxx no xx." Jawab perempuan tersebut sambil memegang dagunya.
"Tenten!"
Dari kejauhan terlihat segerombolan perempuan yang tengah memanggil seseorang. Perempuan yang sedang bersama Sasuke menolehkan kepalanya saat mendengar teriakan tadi, sepertinya perempuan dihadapannyalah yang dimaksud oleh segerombolan perempuan tersebut.
"Kalau begitu aku pergi dulu err…"
"Uchiha, Uchiha Sasuke."
"Oh, baiklah Uchiha sampai nanti."
"Ya, terimakasih atas bantuannya."
"Tidak masalah."
Tenten berlari mendekati teman-temannya, Sasuke membalikkan badannya dan bergegas menuju kelas. Rasanya perut Sasuke sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk diisi.
"Sasuke! Kau lama sekali tau! Darimana saja?"
Suara nan merdu Naruto langsung menyeruak memasuki gendang telinga Sasuke saat pemuda tersebut baru saja memasuki kelasnya. Mendengar suara yang melebihi frekuensi yang bisa diterima oleh telinganya, Sasuke spontan menutupi kedua telinganya sambil mendelik ke arah Naruto yang masih menatapnya sebal.
"Berisik Naruto. Dan sudah berapa kali ku bilang, jangan berteriak seperti orang kerasukan begitu!"
"Aku tidak akan berteriak tanpa alasan, Teme. Kau yang memulainya duluan!" Naruto memberikan tatapan tajam kepada sahabat didepannya.
"Dan aku tidak merasa telah melakukan 'alasan' yang kau maksud, Dobe." Balas Sasuke tajam.
"Apa kau bilang?" Naruto memberikan death glare terbaiknya.
"Apa kau tuli?" Sasuke tidak terpengaruh oleh tatapan Naruto. Dan oh, ayolah Sasuke sedang kelaparan saat ini. Dan disaat yang sangat tepat sahabat kuningnya ini justru mencari masalah dengannya.
"DASAR KA -"
"BISAKAH KALIAN BERDUA DIAM!" Sentak Hyuuga Neji sebagai ketua kelas mereka. Geram karena melihat pemandangan yang selalu dia dapatkan setiap hari dari pasangan sahabat itu.
Dan teriakan tersebut mampu mengakhiri perdebatan tidak penting diantara mereka.
Tanpa ada yang mau saling melihat, mereka berdua duduk dikursi mereka masing-masing. Sasuke membuka tasnya dan mengeluarkan bekal yang sudah disiapkan Ibunya tadi pagi sebelum ia pergi kesekolah. Sedangkan Naruto memainkan ponselnya hanya sekedar untuk bermain game demi mengurangi kekesalannya.
Teman sekelas mereka sudah menganggap hal wajar jika melihat mereka meributkan hal-hal yang tak penting seperti itu dan sudah sama wajarnya saat melihat ketua kelas mereka melerai sambil membentak seperti tadi. Tapi mereka tahu, beberapa menit kemudian mereka akan berbicara seperti biasa lagi.
Sasuke sudah mebuka kotak bekalnya, hanya dengan melihat makanan yang tersaji rasanya air liur miliknya akan segera menetes. Tapi tepat saat Sasuke ingin memasukkan makanannya masuk kedalam mulutnya untuk dicerna ..
TEET.. TET
Bel tanda istirahat berakhir telah berbunyi. Dan, oke tentu saja hal itu membuat Sasuke kehilangan moodnya. Oh, kenapa disaat dia sedang lapar-laparnya justru bel tersebut malah berbunyi. Sasuke berusaha mengabaikan bel tersebut, namun sayangnya guru untuk pelajaran berikutnya telah measuki kelas, dangan hati tak rela dan mood yang berantakan Sasuke menutup makananya kembali.
.
Sasuke dan Naruto berjalan berdampingan masih dengan tampang tidak bersahabat akibat percecokan tadi siang. Diantara keduanya tidak ada yang mau memulai pembicaraan terlebih dahulu, Naruto masih merasa kesal pada Sasuke sedangkan mood Sasuke belum membaik sejak istirahat tadi. Sampai sekarangpun Sasuke belum memasukkan makanan secuilpun untuk perutnya.
Sepertinya Sasuke mulai merasa perih pada perutnya. Hah, sebaiknya nanti saja dia makan saat sudah sampai dirumah. Tapi Sasuke harus kerumah Haruno untuk memberikan dokumen-dokumen yang dititipkannya.
Saat dipersimpangan jalan, Sasuke membelokkan dirinya kearah kanan. Hal itu membuat Naruto mengernyit heran, bukankah seharusnya arah pulang mereka sama tanpa melupakan rumah Naruto tepat berada disamping rumah Sasuke.
"Sasuke! Kau mau kemana?" Naruto bertanya saat Sasuke belum terlalu jauh dari pendangannya.
"Kau duluan saja. Aku harus menyerahkan dokumen beasiswa ke rumah Haruno." Jawab Sasuke sambil melanjutkan perjalanannya.
Naruto hanya brdiri di persimpangan jalan itu hingga bayangan Sasuke hilang dari pandangannya. Setelah itu Naruto pergi meninggalkan tempat itu menuju rumahnya.
Haha melupakan hutang fanfic sebelumnya jadi malah bikin fanfic baru..
errr... enjoying.
RnR?
