MY STOIC MANAGER

Cast :

Kim Jongin

Oh Sehun

Kim Joonmyun

Zhang Yixing (gs)

Xiumin

Do kyungsoo

Genre : Drama, Romance, Hurt/Comfort

Rated : T

Author : Ohorat

Warning : YAOI. BL. TYPO(s)

.

.

.

.

Sehun mengernyit sebelum membuka matanya, lalu melihat sekeliling ruangan yang tidak familiar. Ia bangkit duduk diatas ranjang king size yang ia yakin bukanlah miliknya. Di ruangan inilah, ia selalu membangunkan Jongin secara brutal saat pertama kali menjabat sebagai manager artis. Dan entah apa yang terjadi, Sehun malah terbangun di kamar artisnya sendiri.

Lamunannya terbuyar saat pintu terbuka dan muncul sang pemilik kamar sambil tersenyum, ia berjalan menghampiri Sehun yang menatapnya bingung.

"Kenapa aku disini? Apa aku mabuk?" tanya Sehun saat Jongin duduk berhadapan dengannya.

Jongin menggeleng pelan, "Kau tidak ingat apa yang terjadi tadi malam?"

Kening Sehun berkerut lalu menggeleng satu kali membuat Jongin terkekeh pelan.

"Tadi malam kau datang sambil menangis, lalu berteriak 'AKU SANGAT MENGKHAWATIRKANMU BODOH! BERITA ITU MEMBUATKU TIDAK BISA BERPIKIR JERNIH! BISAKAH KAU TIDAK MEMBUAT MASALAH SEKALI SAJA?! AKU SANGAT KHAWATIR, JONGIN!'"

Sehun memandangnya tidak suka saat Jongin menjelaskan kejadian tadi malam, dimana Sehun berteriak tidak jelas dengan nada mengejek. Dan Jongin malah tertawa makin kencang.

"Tidak lucu! Diamlah! YA!" Sehun melempar bantal dan mendarat di kepala Jongin, membuat namja berkulit tan itu terdiam sambil meringis kesakitan.

"Aish, baiklah, aku minta maaf." ucap Jongin sambil meraih tangan Sehun untuk digenggamnya.

"Tapi Jongin, apa karirmu akan baik-baik saja setelah penangkapan kemarin?" tanya Sehun menatapnya cemas.

"Aku tidak tahu. Selama ini aku sudah mengalami banyak hal, dan itu semua cukup membuatku lelah. Para fansku pasti kecewa, meskipun aku tidak melakukan kesalahan itu sama sekali. Apa aku berhenti saja?"

Sehun menggeleng cepat, "Tidak. Semua fansmu pasti akan lebih kecewa jika kau berhenti. Selain itu... aku akan kehilangan pekerjaanku,"

Jongin mengulum senyum sambil menggenggam tangan Sehun semakin erat, "Kau tidak ingin kehilangan diriku rupanya. Tenang saja, meskipun aku berhenti, kupastikan kau akan selalu bersamaku."

Sehun segera melepaskan tangannya dan menatap Jongin sebal, "Memangnya kau siapa sampai aku harus selalu bersamamu?"

"Apa? Kau benar-benar tidak ingat dengan tadi malam?" mata Jongin membulat tak percaya.

"Memangnya apa lagi yang terjadi?"

Jongin mendecak kesal sebelum bangkit dan berjalan menghampiri sebuah meja besar di pojok ruangan kamar luas itu. Ia membuka salah satu lacinya dan mengambil sebuah benda yang Sehun tidak tahu apa itu. Setelah mengambilnya, Jongin kembali duduk di atas ranjang.

"Ulurkan tanganmu," ucap Jongin yang lebih terdengar seperti perintah.

"Tangan? Untuk apa?"

Jongin tak menjawab, ia meraih tangan kanan Sehun membuat sang empu tangan kebingungan. Membuka kotak kecil yang tadi ia bawa lalu mengeluarkan sebuah gelang dan memasangkannya di pergelangan tangan Sehun. Dahi Sehun makin berkerut saat melihat bandul gelangnya berbentuk gembok kecil yang lucu.

"Apa ini?"

"Ini gelang pasangan, aku membelinya saat di Daejeon,"

Sehun mengernyit, "Pasangan kau bilang? Kenapa aku harus memakai ini?"

"Karena kau pasanganku, bodoh! Sudah diamlah, mulai sekarang kau milikku."

Kedua mata sipit Sehun membulat sempurna, "Apa? Jangan seenaknya-"

"Tidak. Tadi malam kau menerima pernyataan cintaku, itu berarti mulai sekarang kita adalah pasangan. Kau mengerti, manager Oh?"

"A-apa benar begitu? Kenapa aku tidak mengingatnya?" pipi Sehun tiba-tiba merona merah, "La-lalu, mana gelangmu?"

Jongin mengeluarkan satu buah gelang yang sama namun memiliki bandul berbentuk kunci kecil, seukuran gembok yang terdapat di gelang Sehun sambil tersenyum.

"Kenapa milikmu kunci? Apa maksudnya gembok dan kunci?"

Namja bermarga Kim itu menghela napas lelah. Kenapa Sehun menjadi bodoh seperti ini?

"Sebenarnya tidak ada alasan khusus. Tapi, anggap saja kau adalah rumahku. Aku bisa memasuki rumahku dengan kunci yang kupunya, dan akan menguncinya agar orang lain tidak mudah masuk. Seperti Chanyeol, aku tidak akan membiarkan dia memasuki rumahku."

Lagi-lagi, mata Sehun membulat dan itu karena mendengar Chanyeol menjadi contoh penjelasan Jongin.

"K-kenapa tiba-tiba membawa nama Chanyeol. Bagaimana kalau orang lain yang masuk?"

"Sama saja! Aku tidak akan membiarkan pihak ketiga memasuki hubungan kita."

Sehun mendengus dalam hati. Belum satu hari pacaran saja, Jongin sudah begitu menyebalkan. Bagaimana kalau kedepannya?

"T-tapi, kenapa kau yang harus memegang kuncinya? Kau membuatnya seolah-olah aku selalu membiarkan pihak ketiga masuk ke dalam sebuah hubungan! Aku tidak setuju!"

"Hey, bukan begitu maksudku. Aku tahu, kau masih belum bisa melupakan Chanyeol, makanya aku yang memegang kuncinya!"

"Apa? Jangan sok tahu! Seharusnya aku yang memegang kunci, bisa saja 'kan kau membuka pintu untuk Kyungsoo!"

"K-kenapa tiba-tiba- aaah... aku mengerti, kau pasti cemburu padanya?" goda Jongin yang membuat wajah pucat Sehun menjadi semakin pucat.

"A-apa katamu? Aku tidak cemburu!"

"Akui saja, Sehunnie~"

"YA! Jangan memanggilku seperti itu!"

Jongin tertawa keras setelahnya. Menggoda Sehun seperti menjadi sebuah candu untuknya. Menggemaskan juga menggelikan. Tapi sangat menyebalkan bagi Sehun. Ia malah menatap kesal pada kekasih barunya ini, sampai akhirnya Jongin pun lelah dan memilih diam.

"Hey, jangan marah, aku hanya bercanda." Kata Jongin sambil kembali menggenggam tangan Sehun.

"Kau memang menyebalkan." Ucap Sehun dengan tatapan kesalnya lalu menyibak selimut tebal yang sedari tadi menutupi paha sampai ujung kakinya. Sedetik kemudian ia hendak bangkit sebelum Jongin menarik tangannya hingga ia kembali pada posisi semula, namun sedikit lebih dekat membuat wajah keduanya hampir menempel.

"A-apa yang-"

Chu~

Jongin mengecup bibir tipis Sehun yang membuat namja berkulit putih pucat itu membelalak kaget.

"YA! Apa yang kau lakukan?!" Sehun memukul kepala namja dihadapannya sampai meringis.

"Aish, menciummu, apa lagi? Bahkan ini bukan yang pertama kali, tapi kau masih belum tahu apa itu ciuman? Ckck, benar-benar."

"Bu-bukan begitu! Hey, sudah berapa kali kau melakukannya? Kau selalu melakukannya tanpa izin!" mata Sehun berkilat marah namun pipinya pun merona merah.

Jongin menatap ke atas, terlihat seperti mengingat-ingat sesuatu, "Um... berapa kali ya? Satu... dua... tiga-"

"YA! Apa yang kau hitung?"

"Ciuman kita, kau 'kan tadi menanyakan itu,"

"Aku tidak menyuruhmu untuk menghitungnya, bodoh! Dan apa tadi kau bilang? Ciuman kita? Hey, aku tidak pernah menciummu. Kau selalu mencurinya!"

Jongin kembali mengulum senyum, membuat Sehun merinding melihatnya, "Oh, kau sudah mulai mengerti rupanya. Jadi... 'ciuman kita' itu yang bagaimana? Hm?"

"Y-Ya! M-mana kutahu!"

"Hm?" Jongin semakin mendekatkan tubuh dan wajahnya membuat Sehun terhimpit di kepala ranjang.

"Jongin, menjauhlah!" Sehun berusaha mendorong dada bidang milik Jongin namun tak menghasilkan apapun. Yang ada, Jongin malah semakin mendekat dengan senyuman nakal yang sangat menyebalkan bagi Sehun.

"Jelaskan dulu, baru aku menjauh." Goda Jongin semakin menjadi-jadi.

"A-apanya yang harus dijelaskan? Aku-"

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

Sehun dan Jongin melihat ke arah suara yang tiba-tiba muncul secara bersamaan. Mata keduanya membulat sempurna begitu melihat siapa yang tengah berdiri di mulut pintu kamar yang semula tertutup rapat. Jongin pun secara refleks menjauhkan dirinya dari Sehun.

"P-presdir..."

.

.

.

Suasana ruang tengah apartemen Jongin kini begitu menegangkan setelah kedatangan Joonmyun dan memergoki kelakuan Jongin yang membuat Presdir itu kesal. Ia duduk tenang sambil terus menatap Jongin dan Sehun yang duduk di hadapannya. Ekspresi keduanya kentara sekali berbeda. Jika Jongin terlihat lebih tenang, sama sepertinya. Berbeda dengan Sehun yang sedari tadi menunduk dengan jantung berdebar tak karuan. Ia takut jika pekerjaannya akan berakhir sampai disini.

"Oh Sehun," panggilan Joonmyun seolah suara jantungnya yang meledak setelah berdetak begitu cepat. Mau tak mau Sehun pun mendongak.

"I-iya, Presdir?"

"Apa Jongin begitu susahnya dibangunkan sampai kau harus menginap?"

Tangan Sehun terasa gemetar mendengar pertanyaan Joonmyun yang lebih terdengar seperti sebuah sindirian.

"I-itu... saya-"

"Hm? Atau kau sudah pernah menginap sebelumnya?"

Mata sipitnya membulat, ia memang pernah menginap sebelumnya. Karena saat itu keadaannya yang tidak memungkinkan untuk pulang.

"Aku yang memintanya untuk menginap." Jawab Jongin sambil menatap datar kakaknya. Ia benar-benar muak dengan kelakuan Joonmyun yang seolah tengah menginterogasi pencuri.

Joonmyun tersenyum samar, "Sebenarnya tidak masalah jika dia menginap atau tidak. Itu urusan kalian."

'Lalu kenapa bertanya, bodoh!' batin Jongin kesal.

"Ah ya, bagaimana keputusan akhir dari kepolisian? Kenapa kau tidak langsung menghubungiku?"

Sehun menghela nafas lega karena arah pembicaraannya sudah berubah. Kali ini ia sangat berterima kasih pada Jongin.

"Tadi malam aku sangat lelah, jadi aku tak sempat memberitahumu. Kita bicarakan itu nanti."

Joonmyun terdiam sesaat, ia kembali melihat Sehun yang langsung menundukan kepalanya.

"Baiklah. Aku tunggu kau di kantor siang ini. Dan kau, Sehun. Kau bekerja lagi mulai besok, hari ini biarkan Jongin beristirahat."

"B-baik, Presdir."

Pria ber-tuxedo abu itu bangkit dari duduknya, ia meninggalkan apartement itu membuat Sehun kembali bernapas lega.

"Kenapa kau begitu gugup, Sehun?" tanya Jongin yang masih duduk disampingnya.

"Bagaimana aku tidak gugup? Dia melihat kita saat di kamar tadi!"

"Memangnya kenapa? Lagi pula dia tidak menanyakan soal itu,"

Sehun terdiam sesaat, ia menatap kekasih barunya yang terlihat bingung.

"Bagaimana jika Presdir tahu hubungan kita?" tanya Sehun dengan kilatan panik di matanya.

Dan yang ditanya malah tersenyum –mengulum senyum lebih tepatnya, "Itu bagus! Dengan begitu kita akan mudah mendapat restu untuk menikah-"

"Apa kau bilang? Jangan bicara seenaknya!" Sehun memukul cukup keras di bahu Jongin.

"Apanya yang seenaknya? Memangnya kau tidak mau menikah denganku? Aku ini tampan, keren, kaya, banyak di sukai orang, tidak mungkin ada yang menolak pesonaku." Bangganya membuat Sehun melotot tak percaya. Jika begini, Sehun jadi harus memikirkan kembali keputusannya karena sudah menerima Jongin.

.

.

.

Kaki jenjangnya melangkah memasuki ruangan Presiden Direktur EXO Entertainment. Sepanjang perjalanan menuju kantor, semua orang menatapnya heran dan bingung. Mereka belum mengetahui kabar Jongin yang dinyatakan ternyata negatif menggunakan narkoba. Dan Jongin tidak terlalu memperdulikan itu. Ia melangkah dengan angkuhnya seperti biasa.

"Aku sudah mendapat kabar dari kepolisian dan aku sudah mendengar semuanya." Ujar Joonmyun saat Jongin mendudukkan diri di hadapannya.

"Baguslah, aku jadi tak perlu repot-repot menjelaskannya padamu." Jawab Jongin datar. Sedatar tatapannya di balik kacamata hitam yang belum ia lepas sejak masuk tadi.

Joonmyun tersenyum samar, "Apa kau tidak ingin menjelaskan yang lain? Tentang hubunganmu dengan Sehun, mungkin?"

Jongin sedikit tertegun dengan pertanyaan kakaknya, namun ia tetap berusaha tenang.

"Apa yang harus kujelaskan?"

"Setelah melihat kedekatan kalian tadi pagi, aku pikir itu bukan hanya sekedar hubungan antara artis dan manager," Joonmyun terdiam beberapa saat, ia memperhatikan perubahan mimik muka Jongin yang sedikit menegang, "Kau menyukainya?"

Jongin tak langsung menjawab. Ia menelan ludahnya yang terasa mencekik lehernya.

"Apa itu urusanmu juga?"

Senyum Joonmyun lenyap seketika. Pertanyaan Jongin terasa seperti sebuah bumerang untuknya.

"Ya, seharusnya itu menjadi urusanku. Karena jika kau menyukainya... itu berarti kau menyukai calon keponakanmu sendiri."

"Maksudmu?"

.

.

.

To be continue...

.

.

.

Yeah! MSM baru apdet lagi setelah sekian lama, hehehe.

Maaf ya kalo di chapter ini karakter Sehun sama Kai sedikit berbeda, udah kelamaan soalnya wkwk jadi agak lupa sama karakter mereka di chapter2 sebelumnya.

Dan maaf juga kalo kependekan, idenya udah mentok wkwk. Semoga chapter ini gak mengecewakan kalian yang udah nunggu kelanjutannya :D

So, yang udah baca, jangan langsung close, review dulu siapa tau ketagihan/?