Which One?

.

Chapter 1

By: Oh AiLu © 2014

Main Cast: Oh Sehun & Luhan.

Genre: Romance.

-Genderswitch-

.

- AiLu -

.

Tap tap tap

Deru langkah terdengar begitu nyaring di heningnya koridor sekolah yang sudah sepi. Hanya suara angin musim semi yang bertiup, dan terkadang membuat suara lirih menemani seorang pemuda tinggi nan tampan menyusuri koridor berpenerangan remang itu. Ya, itu sudah tentu, mengingat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.

Pemuda itu sedikit bergumam dengan perasaan kesal. Karna belajar terlalu keras untuk mendapatkan salah satu bangku dikelas unggulan di sekolahnya, sekarang diapun jadi pulang terlalu malam karna tertidur di perpustakaan sekolah.

Srek srek

Pemuda itu terkesiap, disebarkannya pandangannya ke segala arah sambil memperlambat langkahnya saat dia berada di perempatan koridor dengan salah satu kelas yang bername tag XII B-3. Langkah pertama..

"Aaaa..." teriak seorang gadis yang sedang melintas di depannya membuatnya terkejut bukan main, serta merasakan sesuatu menginjak kakinya membuat pemuda itu cukup emosi, "Hei, hei apa yang kau lakukan?" tanya pemuda itu sambil menggenggam kedua lengan gadis itu. Gadis itu terkesiap dan menolehkan kepalanya.

Seketika mereka berdua terdiam, saling menatap satu sama lain. Sampai suara ringisan menghentikan aktifitas mereka, "Aduh, kakiku..." gadis itu segera tersadar dan menarik dirinya menjauhi pemuda itu.

"K-kau siapa? Mau apa disini?" tanya gadis itu takut-takut. Pemuda itu kembali menoleh kearah gadis itu setelah membersihkan sepatunya dari debu tebal. Dia kenal gadis ini, teman seangkatannya, tetapi beda kelas. "Aku baru pulang sekolah, kau tidak lihat?" tanya pemuda itu.

Gadis itupun memandanginya dari atas sampai bawah. Ya, dia benar, bahkan seragamnya masih melekat di tubuh tingginya itu. "Kau sendiri?" tanya pemuda itu.

"Aku ingin mengambil buku catatan matematikaku yang tertinggal. Aku belum belajar sedangkan besok sudah tes masuk kelas unggulan..." kata gadis itu dengan suara yang sangat-sangat lembut. Pemuda itu tersenyum dan lama-kelamaan tertawa kecil.

"Bukankah kejadian tadi terasa aneh?" tanya pemuda itu. Gadis itu mengernyit, menurutnya tidak sama sekali. Kejadian tadi hampir merenggut jantungnya.

"Mm, kalau begitu aku pergi dulu. Ini sudah larut.." kata gadis itu dan melangkah meninggalkan pemuda itu. "Tak mau pulang bersama?" tanya pemuda itu dari tempatnya. Gadis itu menoleh dan menggeleng, "Aku bersama adikku. Lagipula gedung apartementku hanya berjarak 300 meter dari sini..."

Pemuda itu mengangguk dan hendak melangkah kearah yang berlawanan dengan gadis itu, sampai dia mengingat sesuatu, "Hei! Siapa namamu?" tanyanya setengah berteriak. Gadis itu kembali menoleh, "Aku Luhan..."

.

- AiLu -

.

Ting tong tong tong

Suara lembut alunan dentingan itu menyadarkan seluruh siswa kelas 2A, dan 3A memasuki ruang kedap suara dengan fasilitas lengkap juga kursi empuk dan meja yang terbuat dari jati asli. Mungkin jika didengar dari penjelasannya, ini adalah ruangan yang sangat nyaman dan menyenangkan. Tapi tidak dengan siswa kelas unggulan di Internasional School Of Seoul atau lebih dikenal dengan ISOS, seminggu sekali mereka akan memenuhi ruangan ini hanya untuk menyelesaikan berpuluh-puluh soal dengan waktu terbatas, dan mereka sering menyebutnya ulangan mingguan.

Dahi berkerut, alis menyatu dan bibir yang terkadang mengumpat kepada lembar di depannya, membuat gadis berperawakan manis itu terlihat seperti menahan buang air. Sudah dari setengah tahun yang lalu, dari dia baru memasuki kelas unggulan, dia akan selalu menemukan satu, hanya satu soal yang membuat kerutan di dahinya semakin bertambah. Entah itu karena dia yang tidak membaca habis bukunya atau gurunya lah yang memang terlalu sadis membuat soal seperti ini.

"Lu.. Lu..." merasa dipanggil, gadis itu menoleh ke belakang dan menemukan sesosok wajah yang menampilkan ekspresi yang hampir mirip dengannya tadi. Pemuda itu menatap Luhan-gadis tadi-dengan wajah memelas yang bahkan menurut Luhan lebih lucu dari Shiro, anjing tetangganya.

"Jawaban essay nomor 5 bagian c apa?" tanyanya senantiasa berbisik. Luhan tersenyum tipis, ternyata bukan dia saja yang tak menemukan jawaban dari soal itu. Pemuda itu juga, Sehun namanya. Ketua kelasnya sekaligus teman sekongkolannya ketika ujian mingguan, karna tempat duduk Sehun tepat berada di belakangnya.

"Aku juga sedang berfikir, Hun..." kata Luhan. Seketika suara lembut serta senyum tipis Luhan membuat Sehun tenang dan sejenak berhenti memikirkan lembar soal di hadapannya yang bahkan sudah penuh coretan dan beberapa sobekan di setiap sisinya.

"Ehem..." suara deheman membuat Luhan kembali menghadap ke depan dan langsung menunduk. Tak berani menatap sang guru yang mungkin sedang menatapnya.

"Maaf saem, saya rasa ada kesalahan di soal essay nomor 5 bagian c.." suara itu sukses menyorot semua perhatian diruangan itu. Semua siswa menunggu sang guru yang sedang memperhatikan soal.

"Ah benar, ganti x menjadi 3√2..." kata sang guru. Dengan itu, Luhan pun kembali menoleh ke belakang dan kembali menemukan ekspresi Sehun yang hampir mirip dengannya. Kemudian mereka berdua tertawa pelan.

"Aku kira kau tadi sedang berfikir..." kata Sehun. Luhan mengerucutkan bibirnya. "Aku memang sedang berfikir dan kau tahu itu.." kata Luhan sambil mengacungkan pensil yang berada di tangannya ke depan wajah Sehun.

Sehun mendengus, "Ya sudah, silahkan berfikir kembali nona Lu, dan jangan lupa untuk memberikan jawabannya kepadaku...". Luhan melirik Sehun dengan ekor matanya, "Tak akan.."

.

- AiLu -

.

Langkah demi langkah terasa ringan dirasa seorang gadis manis dengan rambut hitam sebahunya yang terbawa semilir angin. Luhan berjalan dengan santainya karna di ujian minggu ini, dia berhasil mendapat nilai matematika tertinggi, lagi. Ya, segala perjuangannya terbalas sudah, setelah meminta belas kasihan Park saem untuk mengajarinya setiap sore dan selalu diceramahi eommanya karna membiarkan apartementnya berantakan, jika eommanya datang berkunjung. Tapi sekarang dia merasakan hasil dari itu semua.

Tin tin

Luhan menepi dan membiarkan mobil Ford hitam itu meminggir di sampingnya. Tak lama kaca mobil itu terbuka setengah, memperlihatkan wajah seorang pemuda tampan di sana.

"Hai Lulu sayang..." Luhan mendengus kesal tapi ia tetap mencoba tersenyum. "Bukankah aku sudah pernah mengatakan untuk tidak memanggilku dengan sebutan itu?" tanya Luhan lembut. Jongin-pemuda itu-terkekeh pelan, "Kau memang selalu bersikap lembut Luhan, aku selalu suka kepadamu...". Luhan hanya memutar bola mataya malas.

"Mau ikut pulang denganku dan makan siang sebentar, mungkin?" tawar Jongin masih dari dalam mobilnya. Luhan menghela nafasnya.

"A-" seketika suaranya hilang melihat sebuah motor sport hitam melintas di depannya. Terlihat seorang pemuda dan gadis imut yang sedang memeluk pemuda itu dari belakang.

"Jong, Lu, kami duluan..."

Sontak Luhan tersenyum tipis kepada gadis itu, sedangkan sang pemuda hanya memandang lurus ke depan.

"Hati-hati Baek, pegangan yang kuat kepada Sehun.." kata Jongin setengah berteriak. Luhan tersenyum miris kearah Jongin dan langsung dihadiahi dengan tatapan... Lapar?

"Bagaimana? Kau mau makan siang denganku? Aku sudah kelaparan tau.." kata Jongin dengan wajah cemberut. Luhan menyerah, tak ada salahnya juga dia ikut dengan Jongin. Toh dia juga sudah merasa lapar. Mungkin sepiring spagetti akan membuatnya kembali ke mood asalnya.

.

- AiLu -

.

15 menit telah berlalu semenjak Luhan memasuki mobil Jongin, bahkan apartementnya yang hanya ditempuh 5 menit dengan berjalan kaki sudah terlewati. Apakah tempat makannya sejauh itu?

"Sampai..." ujar Jongin setelah dia meminggirkan mobilnya di dekat sebuah gedung yang keseluruhan terbuat dari kaca dan sedikit aksen kayu.

Ini terlalu mewah, pasti makanannya juga mahal. Luhan meneguk air liurnya, apakah sisa uang jajannya masih cukup untuk membayar satu porsi makanan di restoran ini. Luhan menatap Jongin was-was, "Kau mengajakku makan di tempat seperti ini? Kau tau aku tidak bawa cukup uang.." kata Luhan berbisik. Jongin tersenyum tipis dan menggandeng tangan Luhan memasuki gedung itu.

Pssss

Seketika udara sejuk langsung menghantam kulit susu Luhan ketika Jongin membuka pintu kayu yang tentu terdapat ukiran kaca ditengahnya.

"Selamat datang tuan.." Jongin mengangguk dan membawa Luhan menaiki lift.

Luhan terus menganga dengan semua yang baru dia lihat ditempat ini. Dinding, prabot, meja, bahkan liftnya terbuat dari kaca tembus pandang, membuat Luhan bisa melihat keindahan arsitektur lantai satu gedung itu dari atas lift.

Tak hanya sampai situ, begitu mereka sampai di lantai dua, Luhan kembali disuguhkan dengan seni arsitektur yang tertanam di ruangan itu. Berbeda dengan lantai satu, lantai dua hanya memuat sekitar 10 meja, dan disini terasa lebih pribadi dengan dinding yang kebanyakan terbuat dari kayu, tidak dari kaca seperti yang terlihat dari luar.

Satu hal yang Luhan baru sadari ialah, tak ada orang di tempat ini, hanya mereka berdua. Dan kemana para pelayan atau yang lainnya?

"Jong... Kenapa disini hanya ada kita berdua?" tanya Luhan pelan. Jongin menoleh seraya menumpukan kedua tangannya di atas meja kaca. "Ini sebenarnya ruangan pribadi, biasanya dipakai untuk rapat keluarga atau dibooking untuk suatu rapat perusahaan..."

Bulu tangan Luhan meremang, begitu istimewanya tempat ini. Mengingat mereka hanyalah siswa SMA labil yang masih bergantung kepada orang tua mereka.

"Kalau begitu ayo kita pergi dari sini, kita tidak ada urusan pribadi di sinikan? Lebih baik kita makan di bawah saja.." kata Luhan sambil bangkit dari duduknya. Jongin tak bergeming, "Haraboji sudah memperbolehkanku memakai tempat ini, tenanglah.."

"Haraboji?"

Ting

Suara lift berbunyi dan muncullah seorang pelayan dengan kereta dorong yang berisi beberapa makanan yang terlihat mewah. Luhan menelan air liurnya.

"Lu?" Jongin mengibas-ngibaskan tangannya kedepan wajah gadis itu, "Lulu?". Luhan masih tak bergeming. "Lulu sayang..."

Dengan sekejap Luhan menoleh kearah Jongin dengan pandangan tidak suka. "Baiklah, aku akan menghentikannya, kalau begitu makanlah hidanganmu..." kata Jongin. Luhan menghela nafasnya menyerah. Diapun menatap piring berisi daging sapi yang masih kemerahan itu dan beberapa kentang goreng.

Ya, walaupun Luhan masih belum menangkap tentang perkataan Jongin tadi, tapi dia akan menyimpannya dan menanyakannya nanti setelah dia selesai makan.

"Restoran ini punya harabojiku. Pasti itu yang sedari tadi kau pikirkankan?" tanya Jongin membuat Luhan yang hendak menyuapkan sepotong daging itu ke mulutnya, jadi terhenti. Tapi diapun langsung tersadar, "Begitu..." katanya singkat.

Merekapun melangsungkan acara makan mereka dalam diam, seakan ingin merasakan setiap gigitan dari hidangan yang ada di depan mereka. Tak lama, Jongin menyelesaikan makannya, begitu juga dengan Luhan.

"Diatas masih ada ruangan?" pertanyaan itu lolos dengan mudah dari bibir Luhan dan dibalas anggukan oleh Jongin. "Di atas ruangannya lebih private. Maaf untuk saat ini tak bisa membawamu ke sana. Ruangan itu nantinya akan diberikan haraboji untuk salah satu cucunya..." kata Jongin sambil menengok ke arah atas. "Ani, aku tak ingin kok..." kata Luhan.

"Hanya keluarga Kim yang boleh masuk ke atas. Tapi mungkin saja suatu saat kau juga bisa memasukinya.." kata Jongin dengan kerlingan di matanya membuat Luhan harus menahan nafasnya dan mengalihkan pandangannya dari pemuda tan itu.

"Oh iya, lain kali aku akan meneraktirmu. Karna hari ini kau sudah meneraktirku.." kata Luhan. Jongin tersenyum lebar, itu berarti peluang dia bisa makan bersama Luhan masih ada.

"Baiklah..."

.

- AiLu -

.

Ting tong

Seorang gadis untuk kesekian kalinya berlari dari kamarnya menuju pintu apartementnya. Memastikan siapa lagi yang bertamu ke apartementnya kali ini.

"Annyeong Kyungsoo, Luhan ada?"

Bingo!

Untuk yang kelima kalinya di hari ini, seorang pemuda datang dan menanyakan keberadaan Luhan padanya. Gadis itu mendengus, "Maaf sunbae, Luhan eonnie belum pulang sejak tadi. Apa mau titip pesan?" tanya gadis berperawakan mungil itu.

"Ah ya, katakan kalau Chanyeol sunbae datang kesini. Oke?" tanya pemuda tinggi itu. Kyungsoo-gadis tadi-tersenyum lembut, persis senyuman seorang Luhan dan segera mengangguk.

Kyungsoo kembali menutup pintu apartementnya dan kembali ke kamarnya. Tapi tak lama setelah itu, suara bel pintu kembali membuatnya menghela nafas panjang. "Oh, apakah mereka memang tak memperbolehkanku istirahat satu jam saja?" tanyanya sambil mengacak pelan rambutnya dan kembali berbalik untuk membuka pintu.

Cklek

Kyungsoo kalah cepat, pintu itu terbuka dengan pelan dan menampilkan seseorang yang menjadi tersangka dari ketidakbisaannya untuk istirahat.

"Annyeong Kyungie, kau sedang apa disitu?" tanya Luhan ceria sambil membuka pintu lebih lebar. Kyungsoo tersenyum tipis, tapi seketika senyum itu hilang menyadari Luhan tak datang sendiri.

"Annyeong..." suara itu menyahut dari belakang. Terlihat Jongin dengan senyum andalannya melambai ke arah Kyungsoo. Luhan berbalik, "Kau belum pulang, Jong?" tanya Luhan. Jongin tersenyum memelas, "Kau tak menawarkan aku masuk? Atau sekedar berkenalan dengan nona manis yang ada disana?"

Luhan memutar bola matanya malas dan sejenak memandang adik sepupunya-Kyungsoo- yang tertunduk dalam dan tak menengok ke arah mereka.

"Kenalkan ini adikku, Kyungsoo. Kyungsoo, ini teman sekelasku-" Jongin memotong pembicaraan Luhan, "Jongin.." dengan senyum penuh arti Jongin menunggu Kyungsoo membalas senyumnya. Tapi...

"Senang berkenalan denganmu sunbae..." kata Kyungsoo tetap menunduk dan langsung berlari menuju kamarnya. Jongin menatap Luhan bingung, "Kau maklum saja ya, dia memang anak yang pemalu..." kata Luhan sambil tersenyum tipis. Jongin mengangguk mengerti. "Baiklah, jadi apa besok kita makan siang bersama lagi?" tanya Jongin membuat Luhan membulatkan matanya.

"Tenanglah, aku akan membawamu ke tempat yang mungkin lebih sederhana dan aku akan membiarkanmu meneraktirku..." kata Jongin. Luhan mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih Jongin, walaupun kau terkadang menyebalkan, tapi aku perlu berterimakasih atas semuanya.." kata Luhan membuat Jongin terawa geli dan mengacak rambut Luhan singkat. "Kau terlalu jujur, aku suka..." kata Jongin. Luhan ikut tersenyum. Ini pertama kalinya dia merasakan nyaman berada di samping Jongin.

.

- AiLu -

.

Luhan berjalan perlahan berdampingan dengan Kyungsoo yang masih setia menjelaskan semua pemuda yang mendatangi apartement mereka semalam. Dengan siratan rasa kesal Kyungsoo menyuruh eonnienya itu melarang para pemuda itu datang ke apartement dan mengganggu Kyungsoo. Setidaknya mereka harus menghubungi Luhan dulu baru datang ke apartement.

"Oke oke, aku minta maaf. Lain kali aku akan menegur mereka, deal?" tanya Luhan sambil menyodorkan tangan kanannya. Kyungsoo menerima tangan itu sambil tersenyum.

Tit tit

Luhan dan Kyungsoo sontak menoleh, menemukan pemuda berkulit putih itu melambai dari motornya ke arah mereka dan langsung melesat memasuki gerbang sekolah yang tinggal berjarak 10 meter dari mereka.

"Siapa lagi itu?" tanya Kyungsoo. Senyum tercetak di bibir manis Luhan.

"Mau kukenalkan?" tanya Luhan, Kyungsoo mengangguk. "Kalau begitu boleh dong dia bertamu ke apartement..." kata Luhan lagi, Kyungsoo memutar bola matanya malas, "Jika eonnie yang membukakan pintunya, aku setuju..." katanya. Luhan mengangguk dan lebih dulu melenggang masuk ke dalam gerbang.

.

- AiLu -

.

Suara hiruk pikuk terdengar dari kelas dengan papan nama XI A-1, dengan langkah santai seorang pemuda memasuki kelas yang sedang diajar seorang guru itu.

"Maaf saem, saya terlambat..." kata Jongin sopan, guru lelaki itu menggelengkan kepalanya sejenak dan mengayunkan dagunya seraya menyuruh Jongin duduk di tempatnya. Seorang gadis tengah menatap penasaran ke arahnya, ini pertama kalinya seorang Jongin terlambat.

"Aku terlambat karna tidur terlalu nyenyak setelah kita makan siang bersama.." bisik Jongin seakan mengetahui isi kepala Luhan-gadis itu. Luhan pun terkejut dan kembali menghadap ke papan tulis, tepatnya ke arah rumus-rumus yang rumitnya minta ampun.

Jongin menghela nafasnya pelan, sangat lelah rasanya setelah semalam begadang hanya untuk menonton piala dunia. Dia sedikit merenggangkan otot-otonya dan sedetik kemudian meraba laci yang berada di depannya dan tersenyum tipis.

Sebuah surat, berwarna biru langit dengan gambar teddy bear di sisi kanan atasnya. Surat yang selalu ada di lacinya setiap harinya. Yang kadang membuatnya senyum-senyum sendiri dan membuatnya nyaman. Seperti saat ini, seakan energinya sedikit tergantikan dengan membaca surat itu.

Surat dari secret admirer-nya...

.

- AiLu -

.

"Baiklah, semua bentuk kelompok berdasarkan baris. Ketua diambil dari orang yang duduk di baris depan. Sekarang dimulai..." suara berat milik guru mata pelajaran bahasa Korea itu menggeman diseluruh sudut kelas. Dengan sedikit keributan yang tercipta karna gesekan meja atau bangku dengan lantai, akhirnya merekapun selesai membuat kelompok mereka.

Disana seorang Luhan memperhatikan teman-temannya dan menangkap Jongin berbeda kelompok dengannya, ya mereka tak sebaris. Jongin yang menyadari tatapan Luhan langsung tersenyum hangat yang berhasil membuat Luhan malu dan mengalihkan pandangannya.

"Sehun, kau yang jadi ketua. Yugyeom sedang ijin hari ini..." suara lembut Tao membuat Luhan tersadar dan beralih menatap gadis manis itu.

"Baiklah, dengan syarat kita harus mempunyai juru bicara. Sangat melelahkan berbicara di depan dengan tatapan aneh dari orang-orang disini.." Tao mengangguk dan menoleh kearah Luhan.

"Bagaimana? Kau mau?" tanya Tao membuat Luhan sedikit berfikir. "Pasti mau, kajja bekerja.." kata Sehun membuat Luhan terdiam. Dipandangnya pemuda itu bingung dan sedetik kemudian Sehun melepaskan senyumannya kearah Luhan membuatnya menatap pemuda itu kesal.

Ya, Luhan sekelompok dengan Sehun beserta Tao, Minseok dan Yugyeom. Sedangkan Jongin sekelompok dengan Baekhyun, Jackson, Youngjae, dan Jaebum.

Kelas terasa sedikit gaduh setelah Jung saem meninggalkan kelas untuk membuat murid-muridnya merasa lebih nyaman saat mengerjakan tugas yang dia berikan.

"Yak Jongin! Kau sangat susah diatur. Pergi saja kau dari sini atau mati sekalian.." seluruh perhatian mengarah kearah Baekhyun dengan wajah merahnya, menatap Jongin tajam, sedangkan Jongin menghela nafasnya lagi dan bangkit dari tempat duduknya.

"Dasar makhluk hitam tak berotak..." kembali Baekhyun mengeluarkan omongan pedasnya. Ya, itulah seorang Baekhyun. Dia tak akan menahan apa yang ada di dalam pikirannya, walaupun itu adalah sesuatu yang sangat kasar.

Luhan menghela nafasnya, di dalam lingkungan keluarganya, ucapan seperti itu sangat dihindari dan sangat berakibat fatal jika digunakan di lingkungan keluarganya yang memang keluarga berpendidikan dan terpandang. Seluruh keluarganya selalu memakai bahasa yang halus dan terkesan formal, sama seperti dirinya dan Kyungsoo, dan berprilaku layaknya seorang gadis yang lembut dan terlihat manis.

Luhan menyadari sesuatu dan sejenak menoleh kearah Sehun, tapi sepertinya Sehun mengabaikan teriakan sadis Baekhyun dan memilih mengerjakan tugasnya. Kadang Luhan berfikir, kenapa Sehun mau berpacaran dengan gadis kasar seperti Baekhyun? Cantik sih cantik, tapi... Jika Luhan menjadi laki-laki dia akan berfikir lima kali untuk berhubungan dengan gadis seperti itu.

Apakah Baekhyun dapat disebut gadis yang beruntung? Mendapatkan Sehun, seorang pemuda tinggi nan tampan, berpotensi dan menjadi murid kesayangan beberapa guru di sekolahnya. Diapun sangat bijak menjadi ketua kelas dan selalu adil memperlakukan yang salah, sekalipun itu Baekhyun, kekasihnya.

"Aku ikut kelompok kalian..."

Luhan sontak menoleh kearah kanannya, terlihat Jongin duduk di bangku yang dia bawa dengan santai. "Aku rasa itu bagus.." kata Luhan dan mendapat lirikan tajam dari Sehun.

"Kekasihmu sangat kejam, Oh Sehun.." kata Jongin membuka pembicaraan. Sehun masih terdiam.

"Kau tak pernah merasa kesal berada di sampingnya? Maksudku-" Sehun menatapnya tajam dan meletakkan pulpennya keatas bukunya dengan keras. "Kalau kau tak mau kesal, jangan dekati dia.." kata Sehun. Apakah tadi Sehun terlihat seperti seorang pemuda yang marah ketika pemuda lain mulai mendekati gadisnya? Luhan tersenyum miris.

Sehun bahkan sangat menyayangi Baekhyun. Dan itu berarti tak ada harapan..

.

- AiLu -

.

Bel pulang sekolah kedua berbunyi membuat seluruh siswa kelas unggulan segera membereskan barang-barang mereka dan langsung meninggalkan sekolah. Begitu juga dengan Luhan. Sekarang dia bahkan sudah hampir mencapai gerbang saat sebuah motor meminggir di sampingnya.

"Lu, mau bareng?" tanya pemuda itu yang ternyata Sehun. Luhan tersenyum dan sejenak menyebarkan pandangannya. "Kemana Baekhyun?" tanya Luhan. Sehun tersenyum tipis. "Masih ada kegiatan.." kata Sehun. Luhan kembali tersenyum miris.

Ya, sudah tentu Baekhyun sedang ada kegiatan atau lainnya. Karna hanya di waktu-waktu seperti itu Sehun akan terlihat dekat dengan Luhan. Luhan menyimpulkan sih jika Sehun itu tak mau membuat Baekhyun yang sensitive itu salah sangka dengan kedekatan mereka. Atau, ada hal lain...

"Kau tahu apartementku cuma 10 langkah dari sini?" kata Luhan lembut, dengan senyuman bak dewi kebahagiaan. Sehun berenggut, "Atau jalan-jalan sebentar?" tanya Sehun tak mau kalah. Luhan sedikit berfikir. Sebenarnya dia mau, sangat malahan. Tapi dengan menerima ajakan itu akan membuat hatinya sakit dengan menyangka Sehun mendekatinya hanya saat Baekhyun sedang tidak ada. Seperti pelampiasan.

"Bagaimana?" tanya Sehun lagi. Dengan ragu akhirnya Luhan menganggukkan kepalanya.

.

To Be Continue

.

Annyeong readers~

Aku kembali dengan membawa sebuah fanfic hasil kestresanku menghadapi ujian semester. Ini terinspirasi dari cerita aku yang punya partner in crime cowok waktu ujian. Hampir miriplah sama cerita yang di atas. Tapi tidak dengan sekolahnya ya, sekolah saya tidak se elit itu kok.

Aku juga mau bilang kalo fanfic 'Exchange' sama 'Dream World' akan aku stop dulu atau bahasa kerennya mah HIATUS. Soalnya aku gak dapet feel lagi karna udah terlalu lama gak lanjutin. Dan mungkin karna faktor review juga sih. Pokoknya gitu deh.

Oiya, biar lebih greget lagi, aku mau ceritain sedikit tentang fanfic ini. Fanfic ini menceritakan tentang Sehun yang udah punya pacar yaitu Baekhyun, tapi masih deket aja sama Luhan yang merupakan partner in crime-nya. Karna Luhan punya sesuatu yang gak di punyai Baekhyun. Terus nanti Sehun harus milih gitu antara Luhan dan Baekhyun, tapi nanti akhirnya Sehun milih *pip*. Diakhir, (Aku kasih bocoran) keadaan berbalik, Sehun nasibnya kayak Luhan. Luhan juga harus milih. Nah Loh.

Oke, segitu aja lah...

And... review, please please please?