From The Darkest Side Chapter 12 BY SANTHY AGATHA

"Kami ini dua yang menjadi satu . satu yang terdiri dari dua. Aku tak tega membiarkanmu mencintaiku, Karena dengan begitu , kau harus bisa mencintai sisi jahatku. Dan sisi jahat ku ini , sangat sulit untuk di cintai ….

Kris Wu -

"Bukankah Cinta Juga sama? Aku selalu Berpikir bahwa cinta hanyalah bentuk puitis dan obsesi dan keinginan untuk memiliki satu sama lain .

Wu Yi Fan –

*****

Ketika Sehun terbangun di pagi harinya, dia dipenuhi perasaan yang tidak enak. Mimpi itu lagi, mimpi pertemuannya dengan Yi Fan, dan kemudian lelaki itu berbisik bahwa dia adalah milik Yi Fan…

Sehun bergidik ngeri. Kenapa dia memimpikan Yi Fan lagi? Apakah diam-diam lelaki itu menjadi kuat dan mengirimkan pesan melalui mimpinya? Sehun meraba samping ranjangnya dan menemukan ranjangnya kosong. Kris sudah tidak ada di sana. Dia bergegas bangun dan melangkah ke kamar mandi.

Perutnya terasa mual. Sehun melangkah ke arah wastafel dan menggosok gigi, tetapi tidak bisa menahan rasa mualnya dan muntah-muntah di sana. Setelah selesai dia menyalakan keran air keras-keras dan menyiramkan air ke mukanya. Sehun lalu membuka pakaiannya dan melangkah ke pancuran air hangat, dia menyalakan keran pancuran dan membiarkan hempasan air hangat menimpa tubuhnya, melemaskan otot-ototnya.

Tubuhnya terasa pegal. Pegal yang nikmat. Percintaannya dengan Kris begitu menggebu-gebu dan memuaskan. Kris seolah tidak ada puasnya menyentuh Sehun. Ketika mereka tertidur dan tanpa sengaja tubuh mereka bergesekanpun, lelaki itu akan terbangun dan menggoda Sehun dengan penuh gairah, membangunkannya dan mereka akan bercinta lagi. Sehun mengelus perutnya yang mulai membuncit. Di dalamnya ada bayinya, buah cintanya dengan Kris. Kris bilang dia akan menjaga Sehun dan bayinya, jauh dari jangkauan Yi Fan. Tetapi benarkah Yi Fan semudah itu dikalahkan?

Perasaan gelisah yang aneh menyergap Sehun, membuat dadanya terasa sesak. Mimpi itu, mimpi di mana Yi Fan mengatakan bahwa Sehun adalah miliknya terngiang-ngiang jelas di benaknya. Sehun merasa takut, takut kalau Yi Fan benar-benar melaksanakan apa yang dikatakannya.

Sehun turun menuju ruang makan dan menemukan Kris sedang berbicara dengan pria yang dipanggil Yi Fan dengan nama KangIn, sejenak wajah Sehun pucat pasi, masih segar di dalam ingatannya ketika KangIn waktu itu berdiri di rumah Myungsoo dan kemudian Yi Fan menyuruhnya membereskan mayat Myungsoo. Lelaki itu jelas biasa-biasa saja melihat Yi Fan membunuh seseorang, jadi dia pasti orang kepercayaan Yi Fan, bukan Kris. Kenapa Kris berbicara kepadanya?

Mata Kris melirik ke arahnya, lalu sedetik kemudian menatap ke arah KangIn dengan dingin,

"Kurasa sudah selesai KangIn, kau boleh pergi."

KangIn membalikkan badan dan langsung berhadapan dengan Sehun yang berdiri ragu ketakutan di ambang ruang makan. Ada sedikit sinar geli di mata KangIn melihat ketakutan Sehun, dia menunduk memberi hormat sedikit dengan sopan kepada Sehun, lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan.

Sehun masih berdiri ragu di ambang pintu dan menatap Kris dengan ragu. Apakah yang ada di depannya ini Kris…ataukah Yi Fan?

Kris tersenyum dan mengerutkan keningnya melihat Sehun hanya berdiri di situ, "Sehun? Kemarilah."

Sehun melangkah mendekat dengan takut, "Kenapa kau berbicara kepada KangIn?" matanya melirik ke arah kepergian KangIn.

Ekspresi Kris tampak biasa saja, "Dia kepala pengawalku Sehun, kenapa?"

Sehun menelan ludahnya dan mengamati Kris dengan cermat, berusaha mencari tanda-tanda, apa saja yang bisa memberitahunya siapakah yang sekarang ada di depannya.

"Dia ada di sana malam itu, ketika Yi Fan membunuh Myungsoo…" Sehun berbisik dengan pelan sambil tetap menatap Yi Fan. "Dia…dia biasa saja ketika melihat mayat itu, Yi Fan. Yi Fan bahkan menyuruhnya membereskan mayat itu dan dia melakukannya."

Kris meletakkan garpunya dan menatap Sehun dengan sedih, "Sehun… maafkan aku karena kau harus mengalami kejadian itu, sungguh. Tetapi KangIn masuk ke dalam rumah ini memang karena Yi Fan yang membawanya masuk…dan aku berpikir dia diperlukan di rumah ini, kau tahu." Kris menatap Sehun dengan pandangan menyesal, "untuk membereskan 'masalah' yang dibuat Yi Fan."

Sehun menatap Kris. Dia termenung dan kemudian ingatan itu datang. Ingatan akan kesedihannya, kehilangan seluruh keluarganya karena apa yang dilakukan Yi Fan, "Dia akan selalu datang bukan?" Airmata menetes dari sudut mata Sehun, mengalir ke pipinya, "Dia membunuh kakek dan nenekku dengan kejam…mereka memang sudah tua, tetapi mereka seharusnya bisa menghabiskan masa tua mereka dengan sehat, tetapi Yi Fan membuat mereka sakit, mereka sakit hingga meninggal…." Sehun menatap Kris, napasnya terengah, terisak karena air mata, "Yi Fan juga membuatku tidak pernah bertemu dengan ayah kandungku dan keluarganya.. ayah kandung yang mencintaiku….Dan aku.. aku memang tidak dekat dengan ibuku, tetapi aku menyayanginya…dan Yi Fan tetap merenggut itu semua dariku…." Tangisan Sehun makin keras, "Semuanya direnggut oleh Yi Fan….dia mengambil semuanya, dia mengambil semuanya dengan kejam…bahkan kaupun akan diambilnya…"

Kris mengamati Sehun dengan wajah tanpa ekspresi, dia berdiri dan mencoba memeluk Sehun, tetapi Sehun menjauh, dia memeluk dirinya sendiri dan membuat Kris berdiri dengan ragu di dekatnya,

"Sayang, kau tidak apa-apa? Maafkan aku sayang, maafkan aku atas apa yang dilakukan Yi Fan kepadamu." Kali ini Sehun tidak menolak ketika Kris berlutut di depannya dan memeluknya, "Kau tidak pernah mengatakan ini semua padaku, aku tahu kau sedih tapi aku selalu berpikir kau baik-baik saja."

Sehun menatap Kris yang berlutut didepannya, posisi kepala mereka sangat dekat dan mereka sejajar, lalu dia tersenyum ragu kepada Kris, "Aku tidak marah kepadamu, aku memendam kemarahan kepada Yi Fan, atas sikap kejamnya, atas hatinya yang dingin, membunuh orang-orang tanpa pandang bulu…." Sehun mencoba tersenyum kepada Kris. Dan Kris menghapus air matanya dengan lembut,

"Apa yang dilakukan Yi Fan dilakukan dengan tanganku juga. Karena itu, aku meminta maaf untuk kami berdua."

Sehun mengangguk, tetapi kemudian dia mengernyitkan matanya, membuat Kris memandangnya dengan cemas,

"Kenapa Sehun…?"

"Perutku sakit…" wajah Sehun pucat pasi, dia menatap Kris bingung dan panik, "Perutku…bayiku…"

Kepanikan langsung menyebar ke arah Kris, "Kita ke rumah sakit sekarang!"

Diangkatnya Sehun ke dalam gendongannya. Lelaki itu melangkah cepat menuju keluar rumah sambil meneriakkan beberapa instruksi kepada supir pribadinya.

Sehun termenung, menahan sakit di perutnya. Tetapi kemudian keadaan ini, dalam gendongan Kris ini membuatnya merasakan deja vu. Dia pernah mengalami hal ini, dibawa dalam gendongan Yi Fan pada malam percobaan pemerkosaan yang dilakukan oleh Myungsoo. Cara menggendongnya sama. Semua terasa sama.

Kris masuk ke dalam mobil sambil memangku Sehun dan mobil itupun melaju ke luar, menuju rumah sakit. Sehun merasakan jantungnya berdebar. Inipun terasa sama.

Dengan ragu dan takut, dia mengangkat kepalanya dan menatap lelaki yang sedang memeluknya dalam pangkuannya.

"Yi Fan?"

Kris tampak membeku mendengar panggilannya. Lalu dia menurunkan matanya dan menatap Sehun datar. Seketika itu juga Sehun sadar. Yang ada di depannya ini bukan Kris melainkan Yi Fan. Kenapa dia tak menyadarinya? Apakah karena Yi Fan begitu pandai berakting sebagai Kris? Oh ya Tuhan. Sejak kapan Yi Fan berpura-pura sebagai Kris?

Dokter sudah memeriksanya, dan Sehun dibaringkan di atas ranjang ruangan privat Rumah Sakit itu. Yi Fan mendekati dokter itu kemudian bercakap-cakap dengannya. Dia sama sekali tidak mengajak Sehun berbicara ketika di mobil sampai dengan pemeriksaan di Rumah Sakit. Sementara itu Sehun berbaring, menahan nyeri di perut bagian bawahnya di atas ranjang dan ketakutan yang berkecamuk di dalam benaknya.

Dokter itu pergi dan Yi Fan lalu berbalik, melangkah mendekati ranjang pelan-pelan dan berdiri dengan tenang di ujung ranjang.

Sehun menatap Yi Fan dengan tatapan menuduh penuh kebencian dan ketakutan yang bercampur menjadi satu, "Sudah berapa lama?" dia bertanya dengan suara bergetar, batinnya ingin mendapatkan jawaban dengan segera. Sudah berapa lama Yi Fan menguasai tubuh ini dan berpura-pura sebagai Kris? Apakah selama ini dia bercinta dengan Kris? Atau dengan Yi Fan? Kepalanya terasa berdentam-dentam dan rasa sakit di perutnya semakin menjadi.

Yi Fan melirik ke arah Sehun yang memegang perutnya menahan sakit, tatapannya menajam meskipun ekspresinya masih datar, "Kau harus menahan emosimu Sehun, dokter bilang itu membuat rahimmu kontraksi dan bisa membahayakan janinmu."

"Sudah berapa lama?!" Sehun menjerit meneriakkan frustrasinya, tiba-tiba tidak merasa takut lagi kepada Yi Fan. Lelaki itu telah menghancurkan hidupnya, semua yang dicintainya, dan kalau sekarang dia ingin menghancurkan Sehun, Sehun merasa kalau sudah tidak ada lagi yang harus dia pertahankan.

Yi Fan menatap Sehun dan kemudian jawaban itu keluar dari mulutnya, pelan dan menakutkan, "Sudah lama sekali Sehun…jauh sebelum pernikahan kita."

Oh Tidak! Jadi Kris sudah menghilang selama itu? Jadi selama ini dia bercinta bukan dengan Kris tetapi dengan Yi Fan? Ingatan itu berkelebat di benaknya dan membuatnya muak, bayangan dia bercinta dengan begitu berani, menunggangi suaminya, menggoda suaminya, membuka pahanya untuk suaminya, Tetapi ternyata dia bukan bercinta dengan suaminya, bukan dengan Kris melainkan dengan sisi gelap suaminya, Yi Fan.

Air mata mengalir lagi di mata Sehun, dia menutupkan tangan di mulutnya untuk menahan erangan putus asanya, "Apakah selama itu Kris tidak ada?"

Yi Fan menggelengkan kepalanya, menatap Sehun datar, "Dia ada di dalam sini dan tertidur."

Jantung Sehun terasa diremas hingga terasa ngilu, ditatapnya Yi Fan dengan penuh kebencian, "Kenapa kau harus muncul? Aku tidak menginginkanmu! Aku ingin Kris! Kembalikan suamiku kepadaku!"

Dan Sehun tertegun melihat ekspresi kesedihan, kesedihan yang nyata, terpantul jelas di wajah itu. Lelaki itu menatapnya dengan kesedihan yang berasal dari palung hatinya yang paling dalam. Seakan topeng kejam yang selama ini menutupi wajah Yi Fan dipecahkan begitu saja, menampakkan wajah asli di dalamnya yang penuh dengan kesedihan, "Aku ini ada Sehun, aku ini nyata, sama seperti Kris. Tetapi tidak ada yang menginginkanku Sehun. Tidak pernah ada yang pernah menginginkanku."

Lalu lelaki itu berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Sehun dalam keheningan kamar rumah sakit.

"Para wartawan itu, mereka menunggu di luar." KangIn melaporkan sambil melirik ke jendela menatap para wartawan dan reporter yang sudah bergerombol di dekat area parkiran rumah sakit, "Ada yang mengawasi rumah ketika anda membawa Nyonya Sehun keluar tadi."

Yi Fan mengernyitkan keningnya. Dia yang salah. Biasanya dia berpikiran dingin. Tetapi tadi entah kenapa secara impulsif dia membawa Sehun tanpa pemikiran apapun. Dan dengan memakai salah satu mobilnya yang berkaca bening pula. Yi Fan selalu memakai mobilnya yang berkaca paling gelap dan pekat. Tetapi tadi mobil berkaca bening itu yang sedang diparkir di luar dan tanpa pikir panjang Yi Fan memasukinya. Dia memang impulsif, tetapi mengetahui Sehun kesakitan dan bayi mereka kemungkinan terancam membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

"Biarkan mereka mengendus tanpa henti. Kalau tidak ada konfirmasi apapun mereka akan mundur dengan sendirinya. Kau pastikan keamanan di sini terjaga. Tidak boleh ada orang luar yang memasuki area Sehun. Periksa dokter dan perawat yang memeriksa Sehun. Mereka harus orang-orang yang sudah terdaftar. Awasi mereka, jika kau menemukan mereka berani membuka mulut kepada pers, bereskan."

KangIn menganggukkan kepalanya, "Akan saya lakukan Tuan Yi Fan. Saya akan membereskan semuanya, anda bisa tenang." Dia lalu melangkah pergi.

Sementara itu Yi Fan masih termenung. Memikirkan kata-kata Sehun yang mengganggunya. Sehun membencinya. Dia tahu persis itu. Yi Fan telah merenggut seluruh keluarga Sehun dengan tangannya sendiri. Dan Yi Fan telah terbiasa dibenci. Semua orang menginginkan Kris dan menolak dirinya.

Tangannya menggenggam erat tanpa sadar. Menyadari hasrat terdalam di benaknya. Ternyata dia hanya ingin ada seseorang yang menginginkannya.

Hari ini Sehun sudah boleh pulang, dia tahu itu dari perawat yang mengganti infusnya. Tetapi dia menunggu seharian penuh dan tidak ada tanda-tanda Yi Fan akan membawanya pulang.

Sehun sudah tertidur pulas ketika menjelang tengah malam dan Yi Fan melangkah masuk, diikuti oleh beberapa pegawainya.

"Sehun. Bangun." Yi Fan sedikit mengguncang tubuh Sehun, membuat Sehun menggeliat dan membuka matanya. Dia langsung terkejut, terduduk dengan waspada sambil menatap Yi Fan yang membawa selimut tebal di tubuhnya.

"Apa…apakah kau akan membunuhku?" Sehun menatap ke arah selimut itu. Imajinasinya melayang, apakah Yi Fan membangunkannya tengah malam untuk menusuknya dan kemudian membungkus mayatnya dengan selimut tebal itu untuk kemudian dibuang?

Ada bayangan geli di mata Yi Fan ketika melihat ketakutan di mata Sehun, "Bukan. Aku harus membawamu pergi, diam-diam di tengah malam. Kau sudah membaik dan sudah boleh pulang, tetapi aku tidak bisa membawamu begitu saja. Para wartawan itu, mereka mengendus keberadaan kita. Jadi kita harus sembunyi-sembunyi." Yi Fan membungkuskan selimut tebal itu ke tubuh Sehun, "Di luar akan dingin."

Benarkah Yi Fan menatapnya dengan lembut? Sehun mengamati lelaki itu dengan cermat, tetapi ekspresi Yi Fan begitu datar dan tidak terbaca, dia membiarkan Yi Fan mengangkat tubuhnya dan menggendongnya.

Mereka berjalan melalui koridor rumah sakit, menuruni lift khusus, dan melangkah keluar dengan hati-hati. Di luar sangat sepi, mereka memakai pintu samping rumah sakit yang paling jarang digunakan. Memang sepi, tetapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi? Mungkin saja para wartawan itu sedang bersembunyi di semak- semak.

Sebuah mobil sudah menunggu mereka di depan sana. Dan tiba-tiba jantung Sehun berdebar liar, kalau memang Yi Fan akan menguasai tubuh Kris selamanya, maka Sehun harus melarikan diri. Dengan sekuat tenaga Sehun meronta, hingga Yi Fan yang tidak siap hampir menjatuhkannya. Merasa dirinya sudah lepas, Sehun mencoba lari. Tetapi Yi Fan mengejarnya dan meraih lengannya, mencengkeramnya erat-erat.

"Jangan bertindak bodoh, Sehun."

Sehun meronta dengan kuat, melihat bahwa jalan raya hanya beberapa ratus meter dari dirinya. Kalau dia bisa lari ke jalan raya itu, dia bisa meminta pertolongan seseorang. Memang sudah tengah malam, tetapi di dekat rumah sakit biasanya masih banyak orang yang berjaga. Sehun bisa meminta pertolongan siapapun yang ada di sana, polisi, bahkan mungkin wartawan. Yi Fan tidak akan berbuat apapun kalau ada wartawan di antara mereka.

Rontaan Sehun makin erat, diiringi rasa putus asa dan ketakutan yang luar biasa untuk melepaskan diri dari Yi Fan yang kejam. Tiba-tiba ada kilatan blitz lampu kamera wartawan yang memotret mereka. Ternyata memang ada wartawan yang bersembunyi di sana. Yi Fan menoleh dengan marah, silau oleh lampu blitz itu. Dia melirik dan melihat hanya ada satu orang yang sedang memotret di sana. Kurang ajar.

"KangIn!" dia memerintah dan pada saat yang bersamaan KangIn sudah mengejar wartawan yang hendak lari setelah mendapatkan foto bagus itu. KangIn menarik kamera wartawan amatiran itu dan menghancurkannya, dia menginjaknya sampai remuk. Dan entah ancaman apa yang diucapkannya kepada wartawan itu, karena sang wartawan langsung lari terbirit-birit.

Karena wartawan itu, Yi Fan menjadi lengah, pegangannya pada Sehun sedikit mengendor. Pada saat itulah Sehun menyentakkan pegangan Yi Fan sekuat tenaga, dia terlepas. Tanpa berani menoleh ke belakang dia lari sekencang-kencangnya, sekuat tenaganya menuju arah jalan raya, dia tahu Yi Fan mengejarnya.

"Sehun! Awas!"

Karena berlari begitu kencang, Sehun tidak menyadari bahwa dia sudah menyeberang jalan raya. Di sisi lain ada mobil berkecepatan tinggi sedang melaju ke arahnya dengan sangat kencang. Sehun menjerit, lampu mobill itu membuatnya silau dan dia yakin bahwa dalam beberapa detik dia akan mati.

Tetapi sebuah tangan yang kuat mendorongnya dengan keras hingga terguling ke aspal di seberang jalan yang sepi. Lalu terdengar suara rem berdecit dan tabrakan yang keras. Dan kemudian teriakan-teriakan panik orang-orang.

Sehun bangun dari posisi badannya yang telungkup. Lutut dan telapak tangannya tergores oleh aspal, tetapi dia baik-baik saja. Dan kemudian dia terperangah menatap pemandangan di depannya.

"Yi Fan?"

Yi Fan terbaring di sana bersimbah darah, kepalanya berdarah, juga darah lain yang mengalir entah di bagian mana tubuhnya. Yi Fan menyelamatkan nyawanya? Lelaki itu mendorong Sehun agar selamat dari tabrakan itu dan membiarkan dirinya tertabrak.

Sehun setengah merangkak mendekati Yi Fan. Sementara itu KangIn dan beberapa pegawai lainnya tertegun di sana, tetapi mereka segera memanggil bantuan dari Rumah Sakit,

"Yi Fan?"

Lelaki itu masih sadarkan diri, dia memalingkan kepalanya dan menatap Sehun, darah mengalir di kepalanya, membasahi pelipis dan mengalir turun ke rahangnya. "Ironis bukan? Aku, Yi Fan…. merelakan diriku untuk menyelamatkan nyawamu…" lelaki itu tersengal dan matanya tampak berkabut, akan kehilangan kesadarannya. Tetapi dia menatap Sehun dan melirik ke arah perutnya, "Apakah dia… bayi itu, baik-baik saja?"

Air mata mengalir di pipi Sehun. Yi Fan menyelamatkan nyawanya dan mencemaskan bayinya. Lelaki itu memang kejam, tetapi dia menyelamatkan Sehun.

Sehun menganggukkan kepalanya, mulai terisak-isak. Sementara Yi Fan tersenyum lega melihat anggukan kepala Sehun. Jemarinya yang berdarah menyentuh pipi Sehun, meninggalkan bekas darah di sana, "Bagus. Jaga anak kita baik-baik…." lalu jemari itu lunglai ke aspal

"Yi Fan? Yi Fan? Bertahanlah!…. Yi Fan?" Sehun menjerit mencoba memanggil-manggil Yi Fan

Paramedis berdatangan, mencoba membantu Sehun berdiri. Beberapa langsung memeriksa Yi Fan dan menjauhkan Sehun darinya.

Yang bisa dilakukan Sehun hanya memanggil-manggil nama Yi Fan dengan ketakutan yang amat sangat. Takut kalau lelaki itu pada akhirnya akan meninggal.

Sehun duduk di kursi, di dekat tempat tidur itu dan termenung. Di atas ranjang di depannya, tubuh Yi Fan masih terbaring tak sadarkan diri. Alat-alat pemonitor kehidupan masih tersambung di badannya, memonitor detak jantung dan pernapasannya.

Sehun mengamati lelaki itu dan mengeryit. Tabrakan itu cukup keras menghantam Yi Fan sehingga menimbulkan cedera serius di kepalanya dan jahitan melintang di dahinya. Luka itu mungkin disebabkan karena Yi Fan terbanting dan dahinya membentur aspal. Luka di kepala adalah luka yang paling ringan, masih banyak luka-luka lain di sekujur tubuhnya, di organ dalamnya. Sehun mengernyit. Dokter bilang lelaki ini akan sembuh, meskipun membutuhkan waktu pemulihan yang lama.

Kalau nanti lelaki di depannya ini bangun…siapakah yang akan muncul? Kris…atau Yi Fan? Siapakah yang sebenarnya paling dia inginkan? Kris yang baik dan penuh kasih sayang kepadanya…atau Yi Fan yang mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Sehun?

Pikiran Sehun menjadi kalut. Dia bingung…bahkan dia tidak bisa membaca perasaannya sendiri. Pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan. Dia memang membenci Yi Fan. Sangat. Yi Fan telah merenggut seluruh keluarganya. Membuatnya sebatang kara di dunia ini hanya karena obsesi gilanya untuk memiliki Sehun. Tetapi pada saat yang sama, bayangan akan Yi Fan yang bersimbah darah di aspal, terluka karena menyelamatkannya, lalu menanyakan keadaan bayinya menyentuh hatinya yang paling dalam. Bagaimanapun juga, Yi Fan telah dua kali menyelamatkan Sehun, dia telah menyelamatkan Sehun dari percobaan permerkosaan mengerikan yang dilakukan oleh Myungsoo, lelaki itu dulu juga merawat luka-lukanya.

Yi Fan bilang dia sudah menguasai tubuh ini sejak sebelum mereka menikah. Tetapi dia memutuskan berpura-pura sebagai Kris dan berlaku baik padanya, bercinta dengannya setiap malam dengan lembut, tidak pernah menyakitinya dan menjaganya. Kenapa Yi Fan repot-repot berbuat seperti itu?

Dia masih ingat akan kata-kata Yi Fan yang diucapkannya dengan ekspresi sedih malam itu…Tidak pernah ada yang menginginkannya. Mungkin selama ini Yi Fan hanya ingin seseorang menginginkannya dengan sepenuh hati. Lelaki itu selama ini selalu sendirian, hidup dalam bayang-bayang Kris Wu, kesepian jauh di dalam sana, dan ketika dia muncul yang didapatinya hanyalah penolakan dan ketakutan. Tiba-tiba Sehun merasakan simpati yang dalam kepada Yi Fan.

Digenggamnya tangan lelaki itu, dia berbisik lembut. "Aku tahu kalian mendengar di dalam sana. Bangunlah…aku menginginkan kalian berdua."

Air matanya menetes, dia mengelus perutnya, tempat buah hatinya dengan lelaki yang sekarang terbaring tak sadarkan diri ini bersemayam. Anak ini adalah buah cintanya dengan Kris, begitu juga dengan Yi Fan. Anak ini adalah anak mereka berdua. Sehun tidak bisa mengakui yang satu dan menolak yang lain. Seperti kata Kris dulu, Kris dan Yi Fan adalah satu kesatuan. Kalau Sehun mau mencintai Kris, dia harus bisa mencintai dan menerima Yi Fan sebagai sisi gelapnya.

Sehun bisa. Dia bisa mencintai mereka berdua. Meskipun ingatan tentang kekejaman Yi Fan membuatnya takut, tetapi lelaki itu tidak pernah sekalipun menyakitinya dengan sengaja. Dan mungkin tanpa sadar, karena mencintai Kris, Sehun mencintai Yi Fan juga.

Sehun lama duduk di kursi itu, menatap tubuh lelaki yang terbaring masih tak sadarkan diri di ranjang di depannya. Lelaki itu adalah ayah anaknya.

Siapakah yang benar-benar dia inginkan?

Hankyung melangkah mendekati Sehun yang masih duduk di kursi di tepi ranjang. Hari ini sudah hari ketiga sejak Kris ataupun Yi Fan tidak sadarkan diri. Dan Sehun masih menunggu dengan cemas. Hankyung berdiri di dekat Sehun dan menatap berganti-ganti.

"Tuan Yi Fan menyelamatkan nyawa anda." Hankyung menghela napas panjang, "Dari semua hal yang dilakukannya, saya tidak pernah menyangka dia akan melakukan ini."

Sehun ikut menghela napas panjang. "Dia mendorongku dan membiarkan dirinya tertabrak. Kadang aku mengira mungkin saat itu Kris yang melakukannya, bangun seketika dari dalam tubuh itu dan menyelamatkanku. Tetapi ketika aku mendekat dan dia berbicara denganku, aku yakin kalau itu memang Yi Fan…..Dia…dia menanyakan kondisi bayiku sebelum dia tak sadarkan diri…" mata Sehun terasa panas dan dia ingin menangis.

"Tuan Yi Fan menyamar sebagai Tuan Kris karena tidak ingin anda menjadi emosi dan kehilangan bayi anda." Hankyung menatap ke arah tubuh lelaki yang terbaring itu.

"Mungkin bayi itu telah mengubahnya, tetapi mungkin juga anda yang telah mengubahnya."

"Aku tidak tahu…" Sehun mengusap air matanya, "Saat ini aku hanya ingin dia bangun."

Hankyung menatap Sehun ragu, "Siapakah 'dia' yang anda maksud itu Nyonya Sehun? Apakah itu Tuan Kris? Ataukah…Tuan Yi Fan?"

Tengah malam, ketika Sehun tertidur sambil duduk di kursi, kepalanya menelungkup di tepi ranjang. Tangan itu bergerak, dan mengelus rambutnya dengan lembut.

Sehun langsung terjaga dan mengangkat kepalanya waspada.

"Yi Fan?"

Mata itu membalas tatapannya, masih tampak berkabut. "Sehun?….apa yang terjadi kepadaku?"

Jantung Sehun langsung berdegup kencang. Ini Kris. Yang ada di depannya adalah Kris.

"Kris?" Sehun mendekatkan wajahnya ke arah lelaki itu, "Kris?"

Kris mengernyitkan matanya, menatap Sehun lama lalu menganggukkan kepalanya. "Ya sayang…ini aku."

"Aku akan memanggil dokter." Sehun memencet tombol di sebelah ranjang, menunggu dengan cemas. Seorang suster langsung menengok dalam beberapa menit,

"Dia sadar." Sehun berkata kepada suster itu, suster itu langsung keluar lagi untuk memanggil dokter.

"Apa yang terjadi denganku?" Kris memegang kepalanya dengan tangannya yang tidak di infus, "Sehun?"

Sehun menggenggam tangan Kris lembut, "Nanti akan kujelaskan, Kris."

Lalu dokter datang dan memeriksa Kris.

"Yi Fan menyelamatkanmu." Pagi itu Kris setengah terduduk di ranjangnya, dia masih memakai infus dan perban di beberapa bagian tubuhnya. "Dia menyelamatkanmu." Kris mengulang-ulang kata-kata itu seolah masih tidak mempercayai apa yang didengarnya.

"Kadangkala ketika Yi Fan menguasai tubuh ini, aku masih bisa sadar….melihat apa yang dilakukannya, seperti ketika masih awal-awal kau ada di rumah itu, ketika Yi Fan mendatangimu, kadang-kadang aku bisa sadar dan melihat semuanya. Tetapi kadang Yi Fan terlalu kuat sehingga kebanyakan ketika dia menguasai tubuh ini, aku dalam kondisi tertidur dan tidak ingat apa-apa lagi." Kris menatap Sehun dengan sedih, "Karena itu aku hampir tidak ingat sama sekali apa yang terjadi. Kalau kau bertanya, memang benar-benar Yi Fan yang waktu itu menyelamatkanmu."

"Jadi kau juga tidak mengingat pernikahan kita?"

Kris menggelengkan kepalanya, lalu meraih jari Sehun yang mengenakan cincin itu di tangannya, "Aku tidak mengingatnya dan itu adalah penyesalanku yang paling dalam…." dikecupnya jemari Sehun, "Meskipun aku sangat senang mengetahui bahwa kau sudah menjadi istriku."

Kata-kata Kris membuat Sehun tersenyum lembut, "Aku juga senang menjadi istrimu."

"Apakah Yi Fan menyakitimu selama aku tak ada? Apakah dia menyakiti anak kita?"

"Tidak." Sehun menggelengkan kepalanya, "Dia berpura-pura sebagai dirimu, aku bahkan tidak menyadarinya sampai akhir."

"Kalau begitu, aku asumsikan dia memperlakukanmu dengan lembut dan penuh kasih sayang." Dahi Kris berkerut, "Aku tidak tahu Sehun, aku bingung. Yi Fan yang aku kenal tidak begitu. Untuk apa dia repot-repot berpura-pura sebagai aku kalau yang diinginkannya adalah menguasaimu? Aku yakin dia pasti akan sangat senang menunjukkan dirinya kepadamu dan mendominasimu secara terang-terangan. Tetapi dia malah menyamar sebagai aku dan memperlakukanmu dengan baik. Itu bukan Yi Fan yang aku tahu."

"Aku juga tidak tahu apa tujuannya." Sehun menatap Kris bingung, "Tetapi Hankyung mengatakan bahwa Yi Fan menyamar sebagai dirimu karena tidak mau aku terkejut dan terlalu emosi sehingga mempengaruhi kandunganku."

"Dia memikirkan bayi itu." Kris tercenung, "Sebuah kejutan lagi."

Sehun menatap Kris lembut, "Apakah kau merasakan dirinya di dalam dirimu sekarang?"

Kris menggelengkan kepalanya, "Tidak Sehun, ini aneh. Yi Fan selalu terasa, bahkan ketika aku sadar penuh, dia selalu terasa mengawasi dari sudut yang gelap….Sekarang yang kurasakan ini, hampir seperti perasaan…kosong."

Sehun merasakan jantungnya serasa diremas. Apakah itu berarti….Yi Fan sudah tidak ada? Apakah kecelakaan itu telah melenyapkan Yi Fan? Kalau begitu kenapa dia tidak merasa senang?

Bukankah ini yang dia inginkan karena hidupnya akan lebih mudah bersama Kris? Tetapi kenapa dia merasakan seolah-olah sesuatu yang berharga direnggut dari dalam dirinya? Kenapa seolah-olah dia merasa…patah hati? Apakah tanpa sadar selama ini dia juga mencintai Yi Fan?

Kris menyentuh dagu Sehun dan mengangkatnya, "Kau sedih?"

Sehun tidak bisa berkata tidak. Dia menganggukkan kepalanya. Air matanya menetes membuat Kris langsung mengusapnya dengan lembut.

"Apakah kau….mencintai Yi Fan juga?"

Sehun tercenung lama. Benarkah? Jadi siapa yang sebenarnya dia cintai? Yi Fan? Atau Kris? Tetapi bukankah mereka memang satu? Mencintai Kris berarti juga mencintai Yi Fan bukan? Begitu juga sebaliknya. Bisakah Sehun mencintai dua lelaki di saat bersamaan? Dua lelaki yang terjebak di dalam satu tubuh, saling bertolak belakang. Sehun menghela napas, dia telah menemukan jawabannya.

"Ya Kris. Aku…sepertinya aku juga mencintai Yi Fan."

Kris langsung meraih Sehun ke dalam pelukannya, dengan sebelah tangannya yang tidak diinfus.

"Oh Tuhan. Sehun…maafkan aku. Maafkan aku karena kau harus mengalami ini…"

Setelah dirawat intensif beberapa lama, Kris akhirnya boleh pulang dari rumah sakit. Dia masih belum pulih total, luka-lukanya masih dalam proses penyembuhan. Jalannya masih agak pincang dan beberapa jahitannya masih belum dilepas. Tetapi kondisi Kris sudah jauh lebih baik daripada setelah kecelakaan itu. Ia bahkan sudah bisa berjalan meskipun kadang masih harus berhenti untuk menarik napas. Dokter menyuruhnya menggunakan kursi roda dulu selama tubuhnya masih lemah, tetapi Kris tidak mau. Kakinya tidak akan lemas dan membaik kalau dia harus menggantungkan dirinya kepada kursi roda. Dengan tekad yang kuat, lelaki itu akhirnya bisa berjalan meskipun kadang masih meringis menahan sakitnya.

Mereka keluar dari rumah sakit itu tengah malam. Kali ini benar-benar memastikan tidak ada wartawan yang bersembunyi dan mengambil gambar mereka. Masalah kecelakaan Kris sempat menimbulkan kehebohan di kalangan pers apalagi beberapa rumor mengatakan Kris sedang bersama Sehun, anak gelap Jin-Ri. Tetapi KangIn telah menangani semuanya dengan baik. Semua kabar itu hanyalah menjadi rumor tanpa bukti dan konfirmasi.

Sehun merangkul Kris, membantunya berjalan memasuki rumah, menaiki tangga menuju kamar mereka. Dengan langkah pelan, Sehun membimbing Kris dan mendudukkannya di atas ranjang.

"Apakah kau ingin sesuatu sebelum tidur?"

"Tidak, aku hanya ingin memelukmu. Kemarilah." Kris mengulurkan tanganya dan Sehun langsung jatuh ke dalam pelukannya. Mereka berbaring dan berpelukan bersama.

"Aku mencintaimu Sehun."

"Aku juga Kris."

Tetapi ada sesuatu yang menggantung di benak Kris. Rasanya berbeda. Seperti yang dia katakan kepada Sehun kemarin. Ada rongga kosong yang terasa di dadanya. Rongga kosong yang terasa hampa, yang dulu diisi oleh Yi Fan sebagai bagian dirinya. Dan Sehun….istrinya itu juga mencintai Yi Fan. Si brengsek itu telah berhasil membuat Sehun jatuh cinta kepadanya. Dan Kris tidak bisa menyalahkan Sehun, bagaimanapun, dia dan Yi Fan adalah satu.

Tetapi Yi Fan tidak ada di mana-mana. Alter egonya yang jahat itu sepertinya menghilang tanpa bekas. Ini sebenarnya yang diharapkan oleh Kris, sudah sejak lama dia menginginkan Yi Fan menghilang dari kehidupannya. Dan sekarang itu semua terwujud. Tetapi kenapa dia sama sekali tidak merasa senang?

Kris berusaha mengenyahkan pikiran tentang Yi Fan, direngkuhnya tubuh Sehun ke dalam pelukannya, dan dikecupnya dengan lembut,

"Maukah kau bercinta denganku, sayang? Rasanya sudah lama sekali, dan aku sangat merindukanmu."

Sehun menatap Kris tak yakin, "Kris, kondisi badanmu…."

"Aku tidak apa-apa…." Kris meraih tangan Sehun dan menyentuhkannya ke kejantanannya yang mengeras, "Kau rasakan itu sayang? Dia begitu keras, dia siap untukmu dan menginginkanmu…"

Sehun merasakan kejantanan Kris yang panas dan berdenyut di tangannya, Kris mendekatkan kepalanya ke arah Sehun dan kemudian melumat bibirnya, mereka berciuman dengan panas dan penuh gairah, lelaki itu melumat seluruh sisi bibir Sehun untuk kemudian lidahnya menguakkan bibir Sehun dan menjelajahi mulutnya, bersatu dengan lidah Sehun dan saling menggoda di dalam sana.

Ketika Kris mengangkat kepalanya, matanya tampak membara penuh gairah, "Aku mungkin tidak bisa menaikimu, tetapi kau bisa menaikiku."

"Aku bisa melukaimu Kris…." Sehun terengah, bergairah atas ciuman Kris, tetapi sekaligus mencemaskan kondisi Kris yang baru keluar dari rumah sakit.

"Aku tidak apa-apa." Kris tersenyum, "Satu-satunya bagian tubuhku yang kesakitan adalah ini." Dia meremas tangan Sehun yang masih menangkup kejantanannya yang berdenyut panas, "Aku membutuhkanmu Sehun…."

Kris kemudian menghela tubuh Sehun supaya menaikinya. Dan kemudian mengarahkan tubuh mereka untuk menyatu. Sehun semula gugup, tetapi Kris membantunya. Dan pada akhirnya tubuh mereka menyatu, membuat keduanya mengerang.

Sehun duduk mengangkangi Kris yang berbaring. Tangan lelaki itu di pingangnya, matanya memandanginya dengan penuh hasrat,

"Bergeraklah sayang, puaskan aku."

Sehun bergerak, membuat Kris mengerang parau. Ritmenya semula pelan karena Sehun tidak mau menyakiti Kris, tetapi tangan lelaki itu yang mencengkeram kedua pinggangnya membantunya mempercepat ritme, membuatnya bergerak semakin cepat. Napasnya tersengal-sengal karena gerakan itu, dan kenikmatan yang menjalarinya membuat seluruh tubuhnya bagaikan tersengat aliran listrik, dia mengerang ketika Kris membantu gerakannya dengan menggerakkan pinggulnya dari bawah, semakin mempertegas penyatuan diri mereka, membuat kejantanan Kris tenggelam lebih dalam di tubuh Sehun

Lalu puncak itu akhirnya datang juga. Sehun mengerang, merasakan tubuhnya melayang ketika puncak kepuasan melandanya. Kris menyusulnya di bawahnya, menaikkan pinggulnya dan meledak di dalam diri Sehun diiringi erangan dalam penuh kepuasan.

Tubuh Sehun jatuh lemas menimpa Kris, dan lelaki itu langsung memeluknya, mengelus punggungnya dengan lembut. Napas mereka terengah dan jantung mereka yang berdebar saling berpadu.

Lalu Kris mendongakkan wajah Sehun dan menundukkan kepala untuk mengecup lembut bibirnya dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih sayang." bisiknya parau.

Sehun tersenyum, lalu merebahkan kepalanya di dada Kris, menikmati debaran jantungnya yang semakin lama semakin tenang, bagaikan musik pengantar tidurnya.

Hampir dini hari ketika Kris terbangun tiba-tiba. Dia terduduk di atas ranjang dengan Sehun yang masih terlelap di sampingnya. Dalam kegelapan dia menggerakkan tangannya, mengernyit ketika merasakan beberapa bagian tubuhnya terasa sakit.

Ketika itulah Sehun memiringkan tubuhnya, tampak tidak nyaman dengan tidurnya, apakah Sehun sedang bermimpi buruk? Kris mengamati kerut kecil yang muncul di antara kedua alis Sehun. Dan kemudian jemarinya bergerak lembut ke sana, mengusapnya agar kerutan itu hilang.

Sehun mendesah merasakan usapan Kris di kepalanya, kemudian bergumam,

"Yi Fan…"

Kris tertegun. Menatap ke arah Sehun lagi, tetapi Pria itu sedang tertidur pulas, matanya tertutup rapat dan napasnya teratur.

Dengan pelan Kris melangkah menuju kamar mandi. Mencuci mukanya di wastafel, lalu mendongakkan wajah dan menatap cermin wastafel dengan tatapan tajam.

Lama Kris menatap bayangannya di cermin, menanti Yi Fan muncul dan berkomunikasi dalam benaknya. Tetapi semua terasa begitu hening.

"Dia mencintaimu juga. Sehun mencintaimu juga." Kris bergumam, lebih seperti berbicara dengan kehampaan yang kosong. Lalu menunggu. Tetapi tidak ada reaksi apapun dari dalam jiwanya. Tidak ada jawaban sinis dari kegelapan. Yi Fan seakan sudah menghilang.

"Dia sedih karena berpikir kau sudah meninggal." Kris dengan keras kepala melanjutkan, mencoba memanggil Yi Fan, "Dia mencintai kita berdua dan bersedia memaafkan kita berdua. Mungkin sudah saatnya kita melakukan gencatan senjata dan membuat kesepakatan, demi Sehun dan calon anak kita."

Hening.

"Bangun Yi Fan, dimanapun kau berada. Kau diinginkan. Ingat itu." Kris bergumam pelan sebelum melangkah pergi.

Dan kemudian dia merasakan sesuatu berdesir di dalam benaknya. Menggeliat dan mencoba untuk terjaga…

Sehun menyadari bahwa Yi Fan mungkin tidak akan muncul lagi, sepertinya kecelakaan itu telah benar-benar melenyapkannya. Dielusnya perutnya dengan lembut. Menyadari kesedihan dalam dirinya yang masih mencoba untuk sembuh. Yi Fan memang pantas disalahkan atas semua kekejamannya. Tetapi Sehun menyadari bahwa lelaki itu melakukannya sebagai pelampiasan kemarahan di dalam dirinya, karena dia dilupakan, karena dia kesepian, karena tidak ada yang menginginkannya.

Tiba-tiba Kris sudah berdiri di belakangnya dan memijit pundaknya dengan lembut lalu mengecup pundaknya dari belakang, "Kenapa kau duduk sendirian di sini?"

"Aku sedang memandangi keindahan taman." Sehun sedang duduk di teras halaman belakang rumah Kris, menghadap ke taman luas yang dipenuhi rumput hijau dan bunga-bungaan.

Kris mengambil tempat duduk di sebelahnya, lalu menatap Sehun dengan serius, "Mengenai apa yang kau katakan tempo hari, bahwa kau juga mencintai Yi Fan, benarkah?"

Sehun tersenyum, "Maafkan aku Kris…."

"Tidak. Kau tidak perlu minta maaf, bukan masalah untukku. Kau ingat bukan, aku malah pernah meminta kepadamu, kalau kau mencintai diriku, kau harus bisa mencintai Yi Fan…." Kris menghela napas panjang, "Bahkan setelah apa yang dilakukan Yi Fan kepadamu, kekejamannya dengan merenggut seluruh keluargamu, kau bisa memaafkan dan mencintainya?"

Sehun memandang ke tengah taman dengan mata menerawang. Kekejaman Yi Fan tidak bisa dimaafkan. Tetapi itu terjadi saat Yi Fan masih sangat jahat. Ketika bersamanya akhir-akhir ini, Yi Fan sepertinya sudah berubah, lelaki itu memikirkan bayinya, lelaki itu menyelamatkan nyawanya. Salahkah Sehun kalau dia berpikir bahwa di dalam hati Yi Fan yang gelap itu, masih ada kasih sayang di dalamnya?

"Aku memang tidak bisa menoleransi kekejamannya di masa lalu." Sehun bergumam menjawab, "Tetapi apa yang dia lakukan untukku….aku merasa bahwa masih ada kesempatan untuk Yi Fan, di dalam hatinya dia masih menyimpan sedikit kebaikan."

"Yi Fan sangat kejam. Kau tidak takut lagi kepadanya?"

Sehun menggelengkan kepalanya, dan mengusap pipi Kris dengan lembut, membiarkan Kris mengecup tangannya, "Dia adalah dirimu juga. Suamiku. Ayah dari anakku, dan tidak seharusnya aku takut kepadanya. Lagipula dia tidak pernah menyakitiku dengan sengaja."

"Apakah….apakah kau menginginkan Yi Fan kembali?"

Sehun tersenyum, "Semua orang pasti akan bilang aku bodoh dan terlalu mengambil resiko. Tetapi ya…aku menginginkan Yi Fan kembali. Aku ingin ada saatnya Kris dan Yi Fan berdamai, saling berkompromi. Dan aku akan mencintai mereka berdua."

Kris tersenyum, tiba-tiba senyum itu berubah menjadi senyuman khas yang dingin, "Hati-hati dengan permohonanmu, Sehun…karena jika itu terkabul, kau harus menanggung akibatnya."

Jantung Sehun langsung berdebar kencang. Dia menoleh ke arah Kris dan menatap wajahnya cermat. Sekarang dia bisa mengetahuinya, dia bisa mengenali dan membedakan Kris dan Yi Fan dengan jelas. Jika mereka melakukan 'switching' dalam beberapa detik pun, Sehun akan bisa mengenalinya.

"Yi Fan…" Sehun bergumam mantap, berusaha menahan senyumnya karena pengenalan itu, "Kau…kau tidak lenyap? Kris bilang dia tidak bisa merasakanmu…"

"Tadinya aku memutuskan akan diam dan lenyap. Karena kupikir itu yang kau inginkan." Yi Fan menatap Sehun dalam-dalam. " Tetapi Kris memanggilku dan mengatakan bahwa kau….kau menginginkanku kembali. Kenapa Sehun? Bukankah kau menginginkanku lenyap?"

Sehun menggelengkan kepalanya, "Tidak…tidak lagi. Aku…" tiba-tiba pipi Sehun memerah, dia telah mengatakan bahwa dia mencintai Yi Fan tanpa tahu bagaimana perasaan lelaki itu kepadanya, Yi Fan bisa saja belum berubah, masih jahat dan kejam. Mungkin saja lelaki itu akan memanfaatkan perasaannya untuk mendominasinya. Bagaimana kalau itu terjadi? Ditatapnya Yi Fan dengan ragu, lelaki itu masih menatapnya dengan tatapan yang tak terbaca. "Aku tidak menginginkanmu lenyap, Yi Fan." Akhirnya Sehun bisa berkata.

Yi Fan tampaknya masih belum puas, "Apakah karena kau merasa bersalah, karena aku menyelamatkanmu dari kecelakaan itu?"

"Bukan." Sehun mengamati Yi Fan yang sekarang duduk dengan ragu di depannya, lelaki ini begitu frustrasi untuk mendapatkan jawaban. Tiba-tiba terbayang di benak Sehun, lelaki kecil yang menahankan pukulan-pukulan ayahnya, meringkuk sendirian di malam hari, merasa sakit dan kesepian, merasa tidak diinginkan oleh siapapun. "Aku pernah mengatakan bahwa aku tidak menginginkanmu Yi Fan. Tetapi aku salah, Aku menginginkanmu."

Seketika itu juga topeng dingin di wajah Yi Fan runtuh, dia menatap Sehun, seolah-olah takjub dan tak percaya, "Kau menginginkanku?"

"Ya Yi Fan."

"Tetapi tanganku ini penuh darah." Yi Fan menatap Sehun, "Aku kejam dan jahat dan semua orang takut padaku."

"Kau tidak bisa membuatku takut padamu lagi." Sehun menyipitkan matanya, "Kecuali kalau kau mengacung-acungkan pisaumu di depan mataku."

Yi Fan tersenyum, "Aku tidak akan mengacung-acungkan pisau di depan matamu." Lalu wajahnya tampak sedih, "Tetapi akulah orang yang bertanggungjawab karena telah merenggut seluruh keluargamu darimu."

"Kau membunuh kakek dan nenekku."

"Ya." Yi Fan menyipitkan matanya. "Aku tahu aku tidak termaafkan."

"Memang." Sehun menatap Yi Fan sedih, "Aku masih marah kepadamu mengenai itu. Dan kau membunuh ayahku, Woo Bin."

"Sebenarnya Woo Bin tidak masuk rencana. Tetapi tanpa kuduga dia ikut ke mobil itu." Yi Fan memandang Sehun dengan serius. "Aku minta maaf Sehun atas semua kejahatan yang kulakukan kepadamu dan keluargamu."

Sehun menatap mata Yi Fan dan menemukan kesungguhan di sana. Yi Fan tidak pernah menyesali pembunuhan yang dilakukannya, tetapi entah kenapa dia berhasil meminta maaf kepada Sehun dengan tulus dan sungguh-sungguh, "Bagaimanapun juga kau adalah ayah anak ini. Kau dan Kris adalah ayah anak ini." Sehun menatap Yi Fan, "Maukah kau berjanji untuk menahan diri? Maksudku…keinginan membunuh itu, bisakah kau menekannya?"

"Kemarahan selalu menjadi kekuatanku. Aku selalu melampiaskannya dengan membunuh orang-orang yang menggangguku. Tetapi kalau kau memintanya…" Yi Fan menatap Sehun dengan serius, "Ya Sehun, aku akan menahan diri…mungkin tidak dengan membunuh, mungkin melukainya sedikit.."

"Yi Fan!" Sehun menyela mengingatkan.

Yi Fan tersenyum tanpa rasa bersalah, dia mengangkat bahunya, "Aku akan berusaha, Sehun."

"Dan jangan suka mengancam dan menakut-nakuti orang-orang di sekelilingmu, auramu sudah cukup menakutkan tanpa kau harus mengancam mereka."

Perkataan Sehun itu membuat Yi Fan terkekeh. "Aku selalu yakin bahwa kau tidak pernah takut padaku. Waktu itu…ketika aku ingin membunuhmu, kau malah menawariku plester untuk membalut lukaku. Saat itulah aku tahu bahwa aku akan terus mencarimu."

"Hankyung bilang kau masih menyimpan plester itu dalam sebuah kotak di dalam brankasmu."

"Memang." Yi Fan menatap Sehun lurus-lurus, "Kadang-kadang aku suka menatapnya di malam hari, sambil membayangkan bahwa aku akan memilikimu suatu saat nanti."

Sehun menghela napas panjang, "Kau sudah memilikiku. Kau sudah menjadi suamiku."

"Begitupun Kris." Suara Yi Fan berubah serius, "Akan seperti apa kita ke depannya nanti? Kau jelas-jelas tidak bisa memilih antara aku dan Kris."

"Tidak, aku tidak mau salah satu dari kalian lenyap."

"Apakah kau….mencintai kami berdua? Maksudku…semua orang selalu bisa mencintai Kris, tetapi mereka tidak bisa menerimaku."

"Karena kau juga tidak bisa mencintai mereka, Yi Fan."

Yi Fan menganggukkan kepalanya, "Aku tidak pernah bisa menerima siapapun, Sehun. Bagiku semua orang adalah musuh yang akan siap menyerangku kapan saja kalau aku tidak waspada. Tetapi sepertinya aku bisa menerimamu, dan kurasa….meski aku tidak pernah merasakan ini…sepertinya aku mencintaimu."

Hening. Dan Sehun tertegun, Mencoba mengulang kata-kata Yi Fan di benaknya. Apakah tadi Yi Fan baru saja mengatakan cinta kepadanya?

"Kau? Bisa mencintai?" Sehun menatap ragu, "Aku meragukannya, bukankah yang kau rasakan hanyalah obsesi dan dorongan untuk memiliki?"

"Bukankah cinta juga sama? Aku selalu berpikir bahwa cinta hanyalah bentuk puitis dari obsesi dan keinginan untuk memiliki satu sama lain. Tetapi selain itu, aku tidak bisa melukaimu. Aku senang bersamamu, dan aku menginginkan bayi itu." Yi Fan mengedikkan bahunya ke arah perut Sehun, "Bukankah itu berarti aku mencintaimu?"

Sehun tersenyum dalam hati. Jadi seperti itukah definisi Yi Fan untuk cinta? Lelaki itu benar-benar tidak pernah merasakan cinta sebelumnya. Mungkin Sehun harus mengajarinya pelan-pelan, supaya Yi Fan bisa membuka hatinya dan belajar menemukan kasih sayang dan cinta di hatinya yang hitam kelam.

Sehun yakin akan ada saatnya Yi Fan mengerti tentang cinta, dan berubah menjadi lebih baik. Mungkin lama kelamaan Yi Fan akan belajar mencintai yang sesungguhnya, Sehun yakin akan ada saatnya di mana Yi Fan tidak akan menyebarkan aura menakutkan lagi.

"Jadi kau kembali." Kris bergumam pelan sambil menatap bayangan Yi Fan di depannya.

"Ya. Aku kembali.

"

"Apakah kau akan membunuh orang-orang lagi dan mengotori tanganmu dengan darah?"

"Aku tidak janji." Yi Fan mengangkat bahunya, "Tetapi aku sudah berjanji kepada Sehun untuk lebih menahan diri."

"Kau memang harus lebih menahan diri. Kita akan menjadi seorang ayah."

Yi Fan tersenyum, "Seorang ayah eh? Dari semua yang pernah kubayangkan, menjadi seorang ayah tidak pernah masuk dalam imajinasiku."

"Dalam imajinasiku juga." Kris mengernyit, "Aku selalu menjauhkan kita berdua dari anak-anak, karena aku takut kau melukai mereka, kita sama sekali tidak punya pengalaman berdekatan dengan anak-anak. Aku bertanya kepadamu Yi Fan, apakah kau akan melukai anak kita? Karena kalau jawabannya 'ya' maka aku akan menjauhkan kita, sejauh mungkin dari Sehun."

"Kau bercanda? Aku tidak mungkin melukai darah dagingku sendiri."

Kris memandang Yi Fan tidak yakin, "Benarkah, bagaimana mungkin kau bisa begitu yakin? Kau kan belum pernah berdekatan dengan anak-anak."

Yi Fan tampak berpikir, lalu kemudian dia tersenyum, "Dia anak Sehun juga. Kau tahu, aku tidak akan melukai Sehun, begitupun dengan anaknya."

Kris menatap Yi Fan dalam-dalam, sedikit tidak percaya, tetapi Yi Fan tampak begitu serius, sehingga Kris berpikir lelaki itu pantas mendapat kesepakatan,

"Karena itu kita harus berkompromi. Mau tak mau kita tinggal di tubuh yang sama, saling berbagi. Kita tidak bisa melenyapkan satu sama lain, kita harus melakukan kesepakatan."

"Kesepakatan? Kedengarannya menyenangkan." Yi Fan tersenyum, "Dia mencintai kita berdua ya?"

"Dia mencintaiku dengan mudah." Kris menyipitkan matanya, "Dan dia bisa mencintaimu juga, itu luar biasa. Mungkin hanya Sehun yang bisa melakukannya, mencintai kita berdua."

"Aku setuju denganmu." Yi Fan menatap Kris dengan penuh ingin tahu, "Jadi kesepakatan apa yang harus kita lakukan?"

"Mulai dengan pengaturan waktu." Kris bergumam. Menjelaskan kepada alter egonya apa yang harus mereka lakukan supaya bisa sama-sama tetap ada, menjadi pasangan Sehun tanpa harus saling melukai satu sama lain.

Bulan-bulan berlalu tanpa insiden apapun. Hingga malam itu tiba waktunya Sehun melahirkan. Kris sudah membawanya ke rumah sakit sebelum kontraksinya makin sering. Dan dia sedang berbaring sambil menghitung kontraksinya, menanti detik-detik kelahiran bayinya.

Kris terus menggenggam jemari Sehun, meremasnya seolah ingin menyalurkan kekuatan ketika Sehun mengerang menahan ketegangan kontraksinya dan membantunya mengingat bagaimana cara menghirup dan menghela napas untuk meredakan sakitnya.

"Kau tidak apa-apa sayang?"

Sehun menatap Kris penuh senyum, suaminya itu tampak cemas dan menatapnya dengan sedikit panik. Senyumnya melebar, berusaha meredakan kepanikan Kris,

"Aku tidak apa-apa Kris. Kontraksinya makin sering. Kurasa tinggal sebentar lagi." Diremasnya jemari Kris yang sedang menggenggam tangannya, "Kau akan menemaniku kan?"

"Tentu saja." Kris menganggukkan kepalanya dengan mantap. Membuat Sehun menghela napas lega.

Kehidupan perkawinan mereka adalah kehidupan perkawinan yang unik. Tidak semua orang bisa mengalaminya. Tetapi Sehun mengalaminya. Pada awalnya dia masih perlu beradaptasi. Seperti memasakkan makanan udang untuk Kris, ternyata Yi Fan yang makan malam bersamanya, dan lelaki itu tidak suka udang. Atau bercinta dengan Kris hanya untuk bercinta lagi karena tiba-tiba Yi Fan yang menguasai tubuh itu dan bergairah terhadapnya.

Semua terasa berbeda. Tetapi Yi Fan dan Kris telah mencapai kompromi. Dan dia belajar makin cepat, mengenali Yi Fan dan Kris dengan pasti, Yi Fan tidak akan bisa berpura-pura sebagai Kris lagi di depan Sehun, karena Sehun pasti akan langsung mengenalinya.

Tidak ada lagi pembunuhan yang dilakukan Yi Fan dengan dingin. Dia telah belajar menahan diri, seperti yang dijanjikannya. Kalau Yi Fan sedang tidak bisa menahan kemarahannya, maka dia sekarang memilih untuk mundur dan membiarkan Kris yang menguasai tubuhnya dan mengambil alih permasalahan itu, cara itu terbukti bisa menahan Yi Fan untuk melukai siapapun.

Sehun bersyukur semua berjalan baik untuk mereka, dia menghela napas panjang, mengumpulkan tenaga selama jeda kontraksinya untuk menunggu kontraksi berikutnya yang akan lebih sakit dari sebelumnya.

"Sepertinya jeda kontraksinya makin cepat." Kris beranjak dari duduknya, menoleh kepada perawat yang dari tadi memeriksa tekanan darah Sehun, "Apakah sudah waktunya?" tanyanya kepada perawat itu.

Sang perawat menganggukkan kepalanya, "Saya akan memanggil dokter, dan kami akan mempersiapkan ruang melahirkan."

Kris sedang mencuci tangannya di wastafel dan mengenakan baju untuk masuk ke dalam ruang melahirkan. Dia akan menemani Sehun untuk melahirkan anak mereka di dalam sana.

Tetapi dia lalu melihat bayangan Yi Fan yang panik dan pucat pasi di kaca wastafel itu. Yi Fan menatapnya dengan pandangan kesakitan dan ketakutan, seakan ada teror yang menghantuinya.

"Aku tidak bisa Kris…" Yi Fan bergumam sambil mengerang seolah kesakitan, "Aku tidak bisa punya anak Kris. Aku takut. Aku tidak tahu apakah aku akan menyakiti anak itu atau tidak."

Hari ini Sehun sudah boleh pulang dari rumah sakit sambil membawa bayinya, putra kecil yang sangat tampan dengan rambut tebal dan wajah tampan yang menurun dari ayahnya.

Sehun menoleh ke arah Yi Fan yang sedang mengamati bayinya dengan begitu tertarik, "Di mana Kris?" dia mengernyit karena Kris tiba-tiba saja menghilang pagi ini. Dua malam yang lalu Krislah yang menemani Sehun melahirkan anak ini, menggenggam erat tangannya di ruang melahirkan dan terus memberinya semangat sampai proses itu selesai. Kata Kris, dia sengaja tidak memberi kesempatan Yi Fan masuk ke ruang melahirkan karena khawatir, di sana ada darah dan darah bisa memicu Yi Fan untuk kembali melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Kris pulalah yang menggendong putra mereka untuk pertama kali dan memeluknya penuh kebahagiaan. Yi Fan sama sekali tidak muncul. Tetapi pagi ini ketika mereka hendak pulang dari rumah sakit, Kris menghilang dan Yi Fan yang menemaninya pulang.

Sejenak Sehun cemas akan reaksi Yi Fan terhadap putranya, tetapi lelaki itu hanya mengangkat alisnya dan tersenyum. Tidak bereaksi apa-apa. Berbeda sekali dengan sikap Kris yang penuh kasih sayang kepada putranya.

"Kami berganti peran." Yi Fan menjelaskan. "Aku.. sebenarnya aku ketakutan dengan bayi itu." Yi Fan melirik lagi ke arah putra mereka, "Aku takut aku akan melukainya… tapi Kris mendorongku, katanya aku harus mencoba."

"Kau mau menggendongnya?" Sehun menaikkan bayinya, menunjukkan wajah mungil yang sedang tertidur pulas dengan damai,

"Tidak!" Yi Fan langsung beringsut menjauh, lalu menatap Sehun dengan tatapan menyesal, "Maafkan aku Sehun, aku hanya tidak ingin melukai bayi itu. Pelan-pelan ya?"

Sehun menatap Yi Fan dan tersenyum melihat kesungguhan yang ada di sana. Yi Fan pastilah mencemaskan anaknya, kalau tidak dia tidak akan mungkin menanggung ketakutan yang amat sangat bahwa dirinya mungkin akan melukai anak ini.

"Kau tidak akan melukai anak ini, aku yakin." Sehun tersenyum lembut kepada Yi Fan, "Mungkin kau hanya harus membiasakan diri."

Yi Fan tersenyum masam, "Kris bisa begitu luwes menggendong anak ini seperti sudah melakukannya bertahun-tahun, sementara aku berjingkat ketakutan. Kau pasti menertawakan kekonyolanku."

Sehun tersenyum, "Seperti yang kubilang tadi. Kau hanya perlu terbiasa."

Tetapi Yi Fan menghindari Yoogeun, putera mereka itu seperti wabah. Dia tidak mau berada dalam jarak kurang dari 10 meter dari bayinya. Lelaki itu sangat tertarik kepada bayinya, dia menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mengamati Sehun. Matanya terus mengikuti gerakan Sehun ketika menggendong anaknya, mengganti popoknya, maupun ketika Sehun menyusuinya.

Sampai kemudian Sehun merasa sedikit jengkel atas tingkah Yi Fan, "Sampai kapan kau akan menatap di kejauhan seperti itu, Yi Fan." Sehun bergumam sambil menatap Yi Fan dengan tatapan ingin tahu, dia sedang duduk di kursi goyang dan menyusui Yoogeun. "Kalau kau tidak mau mendekatinya dan terbiasa, maka kau tidak akan pernah terbiasa."

Yi Fan menatap Sehun dengan pandangan sedih, lelaki itu memilih duduk di bawah bayang-bayang di dekat jendela. "Dia begitu mungil… " Yi Fan memandang tangannya sendiri, "Dan aku begitu kuat, aku takut akan meremukkannya."

"Kalau kau memegangnya dengan benar, kau tidak akan meremukkannya." Sehun menyipitkan matanya, "Maukah kau mencobanya?"

Yi Fan menggelengkan kepalanya, "Tidak. Belum. Sepertinya aku belum siap."

Sehun mendesah tak sabar, tetapi lalu memutuskan untuk memberi Yi Fan waktu. Ini mungkin memang berat bagi Yi Fan. Dan Sehun bisa mengerti ketakutan itu, ketakutan jika tidak bisa mengendalikan dirinya dan pada akhirnya melukai anak mereka.

Dia mengecup puncak kepala Yoogeun dengan sayang ketika anak itu melepaskan puting susunya dengan kenyang. Yoogeun sudah tertidur lelap. Sehun menatap wajah anaknya dengan penuh sayang.

Di sudut sana, di bawah bayangan dekat jendela, Yi Fan mengamati Sehun dan bayinya dalam diam.

"Dia memang konyol." Pagi itu Krislah yang bangun di samping Sehun. Lelaki itu mendengarkan cerita Sehun tentang Yi Fan dan mengerutkan dahinya, "Jadi dia hanya mengamati dari kejauhan?"

"Bukan hanya mengamati, dia menghindari Yoogeun seperti wabah, selalu menghindar kalau aku membawanya mendekatinya." Sehun tiba-tiba tertawa. "Sungguh aku tidak menyangka orang seperti Yi Fan, begitu takut kepada bayi."

Kris terkekeh, "Kalau aku tahu, dari dulu aku akan membuat anak untuk menakutinya."

"Kris!" Sehun memukul lengan Kris pelan, "Ini bukan candaan, kau harus berbicara kepada Yi Fan, kalau tidak dia akan begitu terus, hanya bisa mengintip dari kejauhan. Yoogeun tidak akan menjadi bayi selamanya, dia akan semakin besar dan pasti akan bertanya-tanya kenapa ayahnya disisi lain begitu sayang padanya, tetapi di lain waktu ketakutan dan menghindarinya."

Kris tercenung, "Yah itu akan menjadi masalah kalau Yoogeun besar nanti…sebenarnya Yi Fan ada dan pasti mendengarkan kita saat ini. Tetapi ya. Aku akan berbicara kepadanya." Dikecupnya Sehun dengan penuh sayang.

Tepat pada saat itu bayi mereka menangis. Kris yang berdiri duluan dan menengok Yoogeun, dia mengangkat alisnya dan tersenyum.

"Dia mengompol." Kris mencegah ketika Sehun hendak bangkit dari ranjang, "Biarkan aku saja yang mengganti popoknya, aku harus belajar bukan?"

Sehun berbaring tengkurap di ranjang, menopang tangannya dengan siku dan mengamati Kris yang begitu cekatan mengganti popok Yoogeun dengan senyumnya.

"Kau tampak seperti ayah yang berpengalaman."

Kris tersenyum malu. "Aku belajar, kami berdua belajar. Yi Fan dan aku diam-diam membeli buku-buku tentang kelahiran, tentang bayi dan sebagainya."

Bayangan tentang Kris yang membaca buku-buku tentang bayi membuat hatinya hangat, tetapi bayangan tentang Yi Fan yang melakukannya membuatnya geli, "Kau bersungguh-sungguh, Yi Fan melakukannya juga?"

Kris terkekeh, "Meskipun semula tidak mau, dia yang paling rajin membaca kemudian. Kami berdua sangat menyayangi anak ini." Kris menyelesaikan mengganti popok dan mengangkat Yoogeun yang terbangun dalam gendongannya, anak itu mulai merengek karena lapar, jadi Kris menyerahkannya kepada Sehun.

Sehun langsung duduk dan menyusui Yoogeun, membuat Yoogeun langsung menghisap putingnya dengan bersemangat.

Sementara itu Kris mengamati pemandangan menakjubkan itu dengan haru. Diusapnya kepala Yoogeun dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih Sehun telah memberikan keindahan di dalam hidupku. Telah memberikan Yoogeun dalam hidupku. Semula aku menyangka, dengan adanya Yi Fan, aku akan hidup sendiri selamanya, tidak akan ada orang yang mampu menerima aku sekaligus menerima Yi Fan… Tetapi ternyata kau mampu melakukannya, kau mencintai kami berdua, kau membuatku dan Yi Fan bisa berkompromi."

Sehun tersenyum, mendongakkan kepalanya dan membiarkan Kris menciumnya, "Sama-sama Kris. Terima kasih telah memberikan Yoogeun dalam kehidupanku. Seluruh keluargaku terenggut, tetapi kalian telah memberikan keluarga baru untukku, untuk kucintai."

"Kau pasti akan mengataiku konyol." Yi Fan menatap Kris dengan pandangan menantang, "Ayo katakan saja."

Kris tertawa. "Tidak Yi Fan, aku sudah cukup menertawakanmu. Dan sekarang kau harus mencoba mengatasi ketakutanmu. Aku tidak menyangka seorang Yi Fan akan ketakutan kepada bayi yang tak berdosa."

"Aku tidak takut kepada Yoogeun, aku takut pada diriku sendiri."

"Karena kau mungkin akan melukainya?" Kris bergumam, menatap Yi Fan dengan penuh rasa ingin tahu.

Yi Fan menatap jemarinya, "Tanganku ini penuh darah…. aku menyakiti orang-orang dengan tanganku, tanpa ampun…" Dia menatap Kris dengan sedih, "Dan bayi itu begitu rapuh… begitu mungil dan tak berdaya…. Bagaimana kalau aku melukainya?"

"Apakah kau akan melukai anakmu sendiri? Darah dagingmu sendiri? Aku tidak percaya kau akan melakukannya. Bukankah kau mengatakan bahwa kau mencintai Sehun dan anak itu adalah darah daging Sehun juga, jadi kau tidak akan mampu melukainya?" Kris menatap Yi Fan dengan tajam. "Kau harus bisa mengalahkan ketakutanmu Yi Fan, kau harus bisa menguatkan dirimu. Anak itu, Yoogeun adalah darah daging kita. Kita sudah bertekad menjadi ayahnya. Kita sudah bertekad akan membesarkannya dengan baik, dan kau tidak akan bisa menjadi ayahnya kalau kau terus menghindarinya dan bersembunyi di balik ketakutanmu sendiri."

Yi Fan tercenung lama. Lalu menatap Kris dengan sedih. "Kalau aku tak berhasil mengatasi ketakutanku ini, aku ingin kau melenyapkanku saja. Kris. Aku lebih baik lenyap daripada harus melukai anak itu."

Kris menganggukkan kepalanya, "Akan kulakukan. Tetapi kita belum tahu kalau kau tidak mencobanya dulu kan? Cobalah dekati Yoogeun dan gendong dia, kau pasti akan langsung tahu kalau kau tidak akan pernah bisa menyakitinya."

Yi Fan mendesah, masih kelihatan tidak yakin. Dia lalu mengangkat bahunya. "Baiklah, aku akan mencobanya begitu aku siap."

Lama kedua laki-laki itu bertatapan dalam benaknya masing-masing. Mencoba mencari jawaban.

Sehun terkejut ketika membuka matanya dan menyadari ada sosok dalam kegelapan yang sedang berdiri di dekat boks bayinya. Dia mengucek matanya dan mempertajam pengelihatannya.

Itu Yi Fan yang sedang berdiri dekat dengan boks bayinya dan mengamati anaknya.

"Dia sangat mirip denganmu bukan?" Sehun bergumam lembut sambil duduk di atas ranjang, membiarkan Yi Fan menuntaskan pengamatannya kepada anak mereka.

Yi Fan tersenyum miring kepada Sehun dan mengamati Yoogeun yang sedang tertidur pulas, dengan lembut. Napas Yoogeun teratur, dia bayi yang tenang dan tidak rewel, yang selalu tidur pulas kalau perutnya sudah tenang dan memberikan kesempatan kepada ibunya untuk beristirahat. Yi Fan menggerakkan jemarinya, seolah hendak menyentuh Yoogeun, tangannya bergetar.

"Bolehkah aku menyentuhnya?"

Sehun menganggukkan kepalanya, tersentuh dengan rasa takut Yi Fan yang kental, "Kau adalah ayahnya."

Yi Fan menghela napas panjang. Lalu menyentuhkan jemarinya, dengan begitu hati-hati seolah Yoogeun akan menyengatnya. Jemarinya menyentuh kelembutan pipi yang montok itu, dan kemudian mengusapnya, "Dia lembut sekali." Yi Fan berbisik takjub dengan apa yang ditemukannya, "Aku tidak pernah memegang seorang bayi sebelumnya."

Sehun tersenyum, ikut berdiri di seberang boks, berhadapan dengan Yi Fan, "Kau ingin menggendongnya?"

Sejenak ketakutan muncul di mata Yi Fan, tetapi dia tidak mundur, "Maukah kau membantuku?"

"Dengan senang hati." Sehun mengambil Yoogeun yang masih terlelap dan membuainya ke dalam gendongannya. Lalu mendekatkan dirinya kepada Yi Fan, "Atur tanganmu."

"Aku harus bagaimana?" Yi Fan tampak panik. Tetapi Sehun membantunya mengatur tangannya, sehingga Yi Fan siap. Dengan lembut Sehun mengangsurkan Yoogeun ke dalam gendongan Yi Fan. Yoogeun sendiri tampak nyaman dalam gendongan Yi Fan, mungkin dia mengenali tubuh itu, tubuh ayahnya. Apalagi Kris selalu menggendongnya setiap ada kesempatan.

Yi Fan terdiam takjub, mengamati makhluk kecil di dalam gendongannya, yang tertidur pulas seakan percaya kepadanya, percaya bahwa dia tidak akan menyakitinya. Yi Fan menatap Sehun dengan ekspresi yang tak terbaca, "Dia ringan sekali…"

"Beratnya 4,2 kilo ketika lahir." Sehun tersenyum lembut, "Itu cukup berat untuk ukuran bayi."

Yi Fan tersenyum, lalu membuai bayi itu dalam gendongannya, "Dia sangat ringan untukku…dan dia bahkan tidak menangis saat kugendong."

"Mungkin dia mengenali ayahnya."

Yi Fan menatap Sehun dengan senyuman meminta maaf, "Maafkan kelakuanku beberapa hari ini, kau pasti menganggap aku konyol…. menjauhi Yoogeun seperti itu…." Mata Yi Fan kembali terpaku kepada Yoogeun, dan dia tersenyum lembut, "Aku tidak akan bisa menyakiti anak ini."

Sehun menatap bayinya dan Yi Fan berganti-ganti. "Aku percaya kalau kau tidak akan menyakiti anakmu sendiri Yi Fan."

"Kau percaya? Bahkan setelah kau melihat pembunuhan yang kulakukan? Dengan tangan dingin? Kau masih percaya kepadaku?"

"Kau sudah tidak sama lagi. Kau sudah berhasil menahan emosimu sejauh ini. Sudah tidak ada pembunuhan lagi bukan? Bagaimana perasaanmu?"

"Aku baik-baik saja." Yi Fan tampak berpikir, "Dulu aku selalu diliputi kemarahan, dan kemarahan itulah yang mendesakku untuk membunuh siapapun yang kurasa menggangguku." Yi Fan menghela napas, "Sekarang tidak lagi….aku tidak merasakan dorongan itu."

"Mungkin karena kau sudah tidak dipenuhi kemarahan."

Mata Yi Fan melembut, "Dengan adanya kau, aku tidak merasa marah lagi. Aku tidak kesepian dan merasa ditolak lagi." Lelaki itu membuai anaknya lalu menaikkan Yoogeun dan mengecup dahinya lembut, sebuah tindakan kasih sayang pertamanya yang ditunjukkannya kepada anaknya, "Dan dengan adanya Yoogeun sepertinya membuatku menjadi lebih baik."

Sehun mengelus lengan Yi Fan dengan lembut, "Aku percaya itu Yi Fan."

"Kau tahu aku tidak punya masa kecil. Aku muncul begitu saja di usia Kris yang ke enam tahun, menjadi tameng bagi kesakitannya ketika dipukuli oleh ayah kandung kami sendiri." Mata Yi Fan tampak terluka, "Aku terlahir karena kesakitan, luka, penolakan, dan kebencian… dan begitulah aku tumbuh…" Lelaki itu menatap Sehun dengan bersungguh-sungguh, "Yoogeun, anak kita ini. Aku bersumpah dia akan dibesarkan dengan baik. Tidak ada penolakan, tidak ada kebencian. Dia akan disayangi. Tidak akan ada yang memukulinya." Suara Yi Fan bergetar, membuat dada Sehun sesak oleh rasa haru. Mengenali kesakitan itu, ketika Yi Fan berbicara tentang masa kecilnya yang penuh dengan penyiksaan oleh ayah kandungnya sendiri.

Dia mengerti betapa terlukanya Yi Fan di masa lalu, merasakan kesakitan itu, dianiaya oleh ayah kandungnya sendiri. Dan sekarang, melihat kasih sayang Yi Fan kepada anaknya membuatnya tersentuh. Sehun memeluk lengan Yi Fan dan mengusap air matanya. Menyadari kalau ada air mata yang juga mengalir di mata Yi Fan.

"Kita akan membesarkan anak kita dengan baik Yi Fan. Kita bersama-sama. Aku, kau, dan Kris."

Yoogeun berjalan memasuki rumah diantarkan oleh Hankyung, dia baru saja pulang dari sekolah. Hari ini adalah hari pertamanya bersekolah di taman kanak-kanak. Dan anak itu terlalu bahagia. Semalam dia bahkan tidak mau tidur karena terlalu bersemangat untuk bisa segera berangkat ke sekolah.

Sehun baru saja menyelesaikan membuat puding cokelat kesukaan Yoogeun untuk merayakan hari istimewa ini. Dia tersenyum ketika anaknya menyusulnya di dapur dan menghampirinya dengan bersemangat. Sehun memeluk anaknya dan menggendongnya,

"Bagaimana sekolahmu hari ini?"

Yoogeun tertawa, "Banyak teman." Jawabnya senang, dia tampaknya lebih tertarik pada puding cokelat yang tersaji indah di meja dapur. "Aku mau itu." gumamnya penuh semangat.

Sehun mencium dahi anaknya dengan penuh kasih sayang. Yoogeun telah tumbuh menjadi anak yang sehat, kuat, dan bahagia. Dia tumbuh dengan dicintai oleh kedua orangtuanya. Dan dia begitu tampan seperti ayahnya. Darah Yunani mengalir kental di tubuhnya dengan struktur tulangnya yang tinggi dan khas, rambut dengan sulur hitam pekat seperti ayahnya, dan mata yang dalam. Tidak diragukan darah Wu yang mengalir di dalam tubuh Yoogeun begitu kental.

"Kau harus mencuci tangan dan kaki lalu berganti pakaian." Sehun mengecup leher anaknya, tempat aroma khas anaknya, aroma bedak yang bercampur minyak kayu putih berpadu, "Hmmm kau bau asam… ayo cepat ganti pakaianmu."

Yoogeun terkikik geli dengan ciuman ibunya di lehernya. Dia memberontak dan berteriak-teriak sambil tertawa sampai kemudian Sehun melepaskannya. Anaknya itu langsung melompat dari gendongannya, lincah seperti belut dan berlari-lari ke kamarnya untuk berganti pakaian. Seorang pelayan langsung mengikutinya untuk membantunya.

Sehun tersenyum menatap kepergian anaknya dan melanjutkan menyiramkan saus fla susu ke puding buatannya.

"Sepertinya enak."

Sehun mendongakkan kepalanya dan mendapati Yi Fan yang sedang berdiri di pintunya. Tadi lelaki itu pergi sebentar untuk urusan bisnis. Dan sepertinya dia sudah kembali hampir bersamaan dengan Yoogeun. Tiba-tiba Sehun menatap Yi Fan dengan curiga.

"Kau mengikuti Yoogeun ke sekolah barunya ya?"

Mata Yi Fan tampak bersinar penuh rasa bersalah, tetapi pria itu berusaha mengelak, dia memasuki ruangan dan mengangkat bahunya, mencolek saus fla buatan Sehun dan memasukkannya ke dalam mulutnya. "Wah ternyata rasanya seenak bentuknya." gumamnya tenang.

Sehun mengamati Yi Fan dengan tatapan menuduh. "Jangan menghindari pertanyaanku, Wu Yi Fan! Kau mengikuti Yoogeun ke sekolah ya?"

Yi Fan mengangkat bahunya, "Aku cuma ingin tahu. Aku pikir aku harus menjaganya jika terjadi sesuatu.. Kau tahu mungkin ada teman-teman sekolah yang mengganggunya.. atau guru-guru yang terlalu galak kepadanya."

"Yi Fan! Yoogeun masuk ke taman kanak-kanak, bukan ke lembaga pemasyarakatan." Sehun menyela dengan frustrasi, tetapi kemudian merasa geli. "Kau tidak bisa menahan diri untuk mengikutinya ya, apakah kau mencemaskannya, Yi Fan?"

"Sangat." Yi Fan mengakui. "Ini hari pertama sekolahnya dan aku tidak tenang memikirkannya. Ini hari pertama dia berinteraksi dengan teman-temannya, dengan orang luar. Selama ini dia hanya dengan kita dan para pelayan."

Sehun tersenyum, "Tetapi sepertinya Yoogeun sudah mengatasi semuanya dengan baik. Kau lihat tadi? Dia berlari-lari dengan gembira menghampiriku."

Yi Fan mengangguk, "Sepertinya aku bisa lebih tenang." Lalu tatapannya berubah penuh gairah, "Sayang malam ini giliran Kris."

Pipi Sehun memerah mendengar kalimat penuh arti itu, dia berusaha memfokuskan diri kepada puding di depannya, saat itulah Yoogeun muncul lagi, sudah berganti pakaian dan tampaknya tidak bisa menahan diri untuk meminta puding cokelat yang sangat menggoda itu.

Mata Yoogeun berbinar ketika melihat ayahnya, "Ayah.. aku baru pulang dari sekolah." Teriaknya dengan bersemangat, khas anak-anak, dan berlari menghampiri Yi Fan.

Yi Fan mengangkat Yoogeun dan menggendongnya, "Ayah tahu, Bagaimana hari pertama sekolahmu? Apakah menyenangkan? Kau ingin berangkat lagi besok?"

"Aku mau." Yoogeun merangkulkan tangannya yang montok di leher Yi Fan, "Ada seorang anak yang berbadan sangat besar di kelasku. Dia sering merebut mainan anak-anak perempuan dan membuat mereka menangis."

"Apakah dia mengganggumu?" Yi Fan langsung bertanya.

Yoogeun menggeleng, "Tidak. Dia tidak mengganggu anak laki-laki."

"Kalau dia mengganggumu, balas dia, jangan takut kepadanya, oke?" Yi Fan bergumam dengan serius. Membuat Sehun langsung menyenggolnya pelan di rusuk samping. Memberi Yi Fan tatapan peringatan.

Yi Fan tersenyum meminta maaf kepada Sehun, lalu memandang Yoogeun lagi, "Maksud ayah, kalau dia berbuat keterlaluan, adukan kepada gurumu, biar gurumu yang menyelesaikan masalah. Oke?"

"Oke." Yoogeun menganggukkan kepalanya. Matanya lalu menatap puding cokelat Sehun yang sudah siap, "Aku mau itu."

"Kau akan mendapatkannya karena kau anak baik." Yi Fan mengecup ujung hidung Yoogeun lalu menempatkan anaknya di kursi. Sehun mengiris seiris besar puding cokelat dengan saus fla susu di atasnya dan meletakkannya di piring lalu menempatkannya di depan Yoogeun.

Anak itu berseru girang, lalu langsung melahap puding cokelat itu dengan bahagia, membuat wajah dan tangannya belepotan warna cokelat.

Sementara itu Sehun dan Yi Fan berdiri bersama, mengamati anak mereka, lalu saling bertukar pandang dalam senyuman.

"Dan kemudian ksatria itu berhasil mengalahkan naga jahat dan menyelamatkan sang putri serta kerajaannya." Kris menutup buku ceritanya. Dia sedang duduk di pinggiran ranjang dengan Yoogeun yang setengah mengantuk di sampingnya, "Tidurlah Yoogeun."

Anak itu menguap dan tampaknya sudah tidak mampu menahan kantuknya, "Aku menyayangimu ayah…" bisiknya setengah mengigau.

Kris tersenyum dan mengecup kepala anaknya, "Ayah juga mencintaimu, Yoogeun." Dengan lembut dirapikannya selimut Yoogeun lalu melangkah ke kamar samping, ke kamarnya dan Sehun.

Sehun yang sedang duduk di depan meja rias dan menyisir rambutnya menoleh dan tersenyum kepada Kris, "Yoogeun sudah tidur?"

Kris tertawa, "Setelah tiga buku cerita akhirnya jagoan kecil itu mengantuk juga."

Sehun meletakkan sisirnya dan tersenyum, "Dia sudah tidak mau denganku lagi untuk mengantarkannya tidur, dia selalu meminta ayahnya untuk membacakan cerita."

Kris berlutut di depan Sehun yang sedang duduk, kepala mereka sejajar dan matanya penuh senyum, "Mungkin dia berpikir suara ayahnya lebih cocok untuk membacakan kisah ksatria dan naga daripada suara ibunya yang lembut." Kris mengecup bibir isterinya, lalu kecupannya berubah menjadi sangat bergairah, "Apakah istriku sudah siap untukku?"

Sehun membalas ciuman Kris dengan lebih bergairah sebagai jawaban, kedua tangannya melingkari leher Kris, dan ketika ciuman Kris semakin panas, Sehun menggerakkan jemarinya untuk mengacak rambut lelaki itu.

Kris membawa Sehun berdiri sambil masih menciumnya, lelaki itu membuka kancing piyama Sehun begitu saja hingga isterinya telanjang di hadapannya. Jemarinya menelusuri punggung telanjang Sehun, merapatkan tubuh isterinya dekat kepadanya, menekankan kejantanannya yang telah mengeras ke tubuh isterinya,

"Aku belum pernah bercinta sambil berdiri sebelumnya." Kris berbisik parau, membawa Sehun ke arah tembok dan melumat bibirnya, "Kau begitu menggodaku sehingga aku ingin mencobanya."

Kris menurunkan celananya dan mengangkat salah satu kaki Sehun agar melingkari pingangnya, kedua jemarinya menangkup pantat Sehun dan sedikit mengangkatnya untuk membantu penyatuan tubuhnya, dengan bergairah dia menyatukan kejantanannya yang keras, memasuki lubang Sehun.

Sehun mengerang dan makin melingkarkan tangannya di leher Kris, bergantung kepadanya. Napas Kris terengah dan matanya menyala penuh gairah ketika dia mendorong dirinya masuk semakin dalam dan semakin menyentuh titik-titik sensitif di tubuh Sehun.

Mereka bertatapan, lalu bibir mereka bersatu lagi penuh gairah. "Apakah rasanya nikmat?" Kris berbisik pelan di bibir Sehun, sambil mengecupinya. Membuat Sehun mengerang dan memberikan jawaban dalam bentuk ciuman-ciuman putus asa.

Dengan bergairah Kris menarik dirinya, lembut, dan ketika sampai di titik itu, dia menekankan dirinya lagi dalam-dalam, tanpa peringatan sehingga Sehun memekik merasakan getaran nikmat yang luar biasa karena tekanan Kris di tubuhnya. Lelaki itu melakukannya lagi, lagi dan lagi hingga Sehun memekik, hampir mencapai puncak kepuasannya.

"Tunggu aku sayang." Kris mengecup pucuk hidung Sehun, napas keduanya terengah-engah dan gerakan mereka semakin cepat, berpacu menuju puncak kenikmatan itu. Dan ketika mereka mencapainya, mereka mengerang bersama dengan kaki Sehun melingkar kencang di pinggul Kris.

Sehun masih berdiri, terengah-engah, sepenuhnya dalam topangan tubuh Kris. Lalu lelaki itu mengangkatnya dan membawanya ke atas ranjangnya. Kris membaringkan Sehun dengan lembut di atas ranjang dan memeluknya, membisikkan kata-kata penuh cinta dan kemesraan kepada isterinya.

Sehun memejamkan matanya, siap untuk tidur ketika merasakan suaminya mengecupi pundaknya lagi, penuh gairah. Dibukanya matanya dan menatap Yi Fan yang sedang mencumbunya.

Yi Fan mengangkat kepalanya dan tersenyum sensual kepada Sehun, "Kau selalu membuatku bergairah Sehun, dan aku tidak bisa menahan diri." Lelaki itu meremas dada Sehun dengan penuh gairah, memainkan putingnya dengan menggoda, "Apakah kau juga bergairah kepadaku?"

Sehun menganggukkan kepalanya, merasakan lagi gelenyar itu mengaliri tubuhnya, lewat sentuhan Yi Fan di putingnya. Lelaki itu lalu menundukkan kepalanya dan melumat putingnya dengan bergairah, penuh kemesraan. Ketika mengangkat kepalanya, mata Yi Fan tampak berkilat,

"Kau sudah melepas kontrasepsimu?" Suaranya parau dan sensual. Sehun menganggukkan kepalanya. Dia mengenakan kontrasepsi, bersepakat untuk tidak memberikan adik dulu kepada Yoogeun karena mereka ingin mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada Yoogeun di masa kecil putra mereka. Kemarin mereka berpikir bahwa Yoogeun sudah siap mempunyai adik, karena itu Sehun mengunjungi dokternya untuk melepaskan kontrasepsinya.

"Aku ingin anak perempuan kali ini." Yi Fan menatap Sehun dan kemudian mengecup bibirnya.

Sehun tertawa dan memukul lengan Yi Fan sambil lalu, "Yi Fan, punya anak itu bukan seperti memesan makanan cepat saji yang tinggal mengatakan kau menginginkan menu A, B, C dan kau langsung menerimanya di tanganmu."

Yi Fan tersenyum lucu, "Sepertinya aku bisa menerima yang manapun, laki-laki ataupun perempuan." Jemarinya mengelus lembut perut Sehun, "Asalkan anak itu dilahirkan darimu."

Sehun tersenyum dan membiarkan Yi Fan mencumbunya, menggodanya, jemari Yi Fan bergerak di kewanitaannya dan mencumbu titik sensitif itu. Lelaki itu menempatkan dirinya yang bergairah di sela paha Sehun yang sudah terbuka dan kemudian menyatukan dirinya sampai tenggelam dalam-dalam di tubuh Sehun.

Yi Fan mencium Sehun sambil menggerakkan tubuhnya penuh gairah, membawa Sehun ke dalam puncak kenikmatan. "Kau selalu membuatku tergila-gila Sehun…" Yi Fan berbisik di sela napasnya yang tersengal, tubuhnya bergerak dengan liar, membawa tubuh Sehun bersamanya. Dan ketika puncak itu datang kembali, dia menekankan dirinya dalam-dalam dan meledakkan benihnya, jauh di kedalaman tubuh Sehun.

Mereka berbaring bersama dan terengah-engah dalam kenikmatan, Yi Fan lalu berguling dan membawa tubuh Sehun ke dalam pelukannya.

"Apakah kau bahagia? Bersama kami berdua?"

Sehun menatap Yi Fan dan menganggukkan kepalanya, matanya terasa panas oleh luapan perasaannya, Yi Fan langsung mengecup sudut mata Sehun dan memeluk Sehun erat-erat.

"Terima kasih, Sehun."

Sehun menenggelamkan kepalanya di dada Yi Fan, dia bahagia. Sungguh-sungguh bahagia. Pernikahannya dengan Kris Wu memang bukan pernikahan biasa. Ada Yi Fan di dalamnya, semula begitu menakutkan, tetapi ternyata lelaki itu hanyalah menunggu untuk dicintai. Dan Sehun bisa merengkuh keduanya. Mencintai keduanya. Kris dan Yi Fan adalah satu kesatuan, dua sisi yang bertolak belakang tetapi mereka adalah satu. Sehun mencintai Kris yang penuh kasih sayang, tetapi juga mencintai Yi Fan yang selalu berterus terang dan menyayangi anak mereka. Sehun bisa menerima dua sisi yang bertolak belakang itu. Dia mencintai Kris dan Yi Fan dengan sama besarnya.

Kehidupan memang tidak dapat diduga. Ingatan Sehun menerawang, dia telah kehilangan keluarganya di masa lalu. Tetapi dia belajar memaafkan, menerima bahwa segala sesuatu memang seharusnya terjadi, dan kemudian berjalan lagi. Melangkah ke depan. Mereka adalah satu keluarga yang bahagia, Sehun, Kris, Yi Fan, Yoogeun dan calon adik Yoogeun yang sedang mereka usahakan. Dilingkarkannya lengannya ke tubuh suaminya yang sedang memeluknya, dibisikkannya kata-kata indah itu.

"Aku mencintaimu suamiku."

"Aku juga sayang." Suaminya membalas dengan lembut dan semakin erat memeluknya

Suara pernyataan cinta mereka berpadu dalam kegelapan malam. Membawa berita kebahagiaan bahwa cinta sejati adalah cinta yang bisa berkompromi dan saling memaafkan satu sama lain.

"Yoogeun, kau sudah menyelesaikan PRmu?" Kris menengok ke anak lelakinya yang sedang tengkurap di karpet dan mewarnai gambar-gambar yang bertebaran di lantai.

Yoogeun langsung terduduk dan tersenyum kepada ayahnya, mengambil kertas yang sudah disimpan rapi di sudut, di bawah tumpukan crayonnya, "Sudah ayah."

Kris melihat gambar yang diwarnai dengan rapi itu dan tersenyum, lalu ikut duduk di lantai dan menyelonjorkan kakinya sambil mengusap kepala Yoogeun. "Anak pintar. Tahukah kau, ayah sangat menyayangimu?"

Yoogeun tersenyum lebar, "Tahu. Ayah dan papaku yang satu lagi sangat menyayangiku."

Kris membeku. Kaget. Selama ini dia dan Yi Fan berbagi peran sebagai ayah yang baik. Tidak pernah sama sekali mereka menunjukkan bahwa mereka pribadi yang berbeda di depan Yoogeun. tetapi apa kata anaknya tadi? Bahwa dia dan papanya yang satu lagi menyayanginya?

"Papamu yang satu lagi?" Kris mencoba bertanya untuk memastikan.

Yoogeun tersenyum, lalu sibuk kembali mewarnai gambarnya, tidak melihat betapa kagetnya wajah Kris.

"Iya. Kemarin siang aku sedang belajar berenang dengan ayah. Tapi aku tahu itu bukan ayah….." Yoogeun melirik ayahnya, "Jadi aku bertanya siapa dia, kenapa dia sama seperti ayah."

"Lalu?" Kris menelan ludahnya. Yoogeun menyadari perbedaan dirinya dan Yi Fan?

Yoogeun tersenyum dan melanjutkan, "Dia sangat terkejut ketika aku bertanya siapa dia, tetapi lalu dia memelukku. Katanya aku boleh memanggilnya papa Yi Fan ….. dan dia sangat menyayangiku."

T.H.E END

P.S : Cinta itu sederhana dengan hanya mencintai kekurangan dan kelebihan seseorang maka cinta akan indah , cinta bukanlah suatu kata yang harus diucapkan dalam kata , cinta merupakan bentuk pernyataan , kasih sayang , kesetian , dan kejujuran . cinta tak mengenal bentuk , waktu , dan seseorang . cinta hadir dengan sendirinya mengisi kekosongan dalam diri seseorang , karna cinta mampu mengubah segalanya .

Maaf atas keterlambatan FF ini , bukannya ga mau lanjut tapi aku kena internet positif aplikasi yang biasa aku pake tiba-tiba ga bisa dan aku baru sempet buat benerin sekarang , sekali lagi terima kasih buat yang udah nunggu FF ini .

Big Thanks For ::

[ ][ohhhrika][ChieYHanHun][DahsyatNyaff][Sehun Blackpearl][Nagisa Kitagawa][MaknaEXO][xxx][powpow][Dazzpicable][CermePhinaaa][syazajihan][oniex][ ][mitch][bibblebubblebloop][LKCTJ94][Mayzie Lee][hyemi kim][oh Yuugi][Beechanbaek][wyfosn][Min Hun][ ][Nearo O'nealy][guest][oohsehoonie][mitchihyun][youngran exo][ ][sesikyuhana][anu][rizqiya hameeda][Sehun noona][cantikmukaberbi][kukuruyuuk]