-Prev Chapter-

Ketika Luhan keluar dari ruangan, Eomma Chanyeol masih berdiri di sana dan langsung tersenyum begitu melihatnya,

"Eomma." Luhan langsung bergumam sebelum Eomma Chanyeol sempat berkata-kata, dia langsung mengedikkan kepalanya ke arah Baekhyun, membuat Eomma Chanyeol menoleh ke sana, menatap dua orang perempuan yang duduk di sudut yang hening dengan ekspresi cemas, "Yang di sana itu Baekhyun, kurasa dia ingin menengok Chanyeol juga."

Ekspresi kaget tampak di wajah semua orang, tak terkecuali Sehun, Baekhyun sendiri dan Kyungsoo.

Apa kata Luhan tadi?

REMAKE NOVEL

Menghitung Hujan

By: Santhy Agatha

Cast: Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Wu Yifan, Xi Luhan, Oh Sehun, Do Kyungsoo, and others.

WARN!

Gender Switch. Typo(s) everywhere

If you don't like

.

.

.

Don't read!

.

.

.

Check this out

Yang tertinggal hanyalah kau dan aku

Dalam senyum dan tatapan mata rindu

Bersenandung teriring debaran merdu

Melangkah maju dalam langkah-langkah terpadu.

Kau dan aku adalah sepotong cinta yang tiba tanpa rencana

Membawa harapan baru yang penuh dengan doa

Kau adalah segalanya.

Pelukan untukku dihari dingin hujan dan petir yang menyambar

Pagi yang cerah tempatku membuka mata dalam pelukan dan malam yang indah tempatku menutup mata dalam buaian.

Belahan jiwaku yang selalu menemaniku melangkah di setiap goncangan kehidupan.

Satu-satunya manusia yang bisa mengucap dengan sempurna kalimat "Aku cinta padamu."

Bukan dengan kata-kata, namun dengan tatapan memuja dan pelukan yang tak pernah lelah.

Kau adalah segalaku. Dan aku adalah segalamu

Semua mata langsung memandang ke arah Baekhyun, membuat Baekhyun merasa canggung luar biasa. Luhan sendiri tampak tenang, perempuan itu tersenyum dan menghampiri Baekhyun,

"Ayo Baekhyun, aku kenalkan kepada Eomma dan Appa Chanyeol." Gumamnya cepat, meraih tangan Baekhyun hingga Baekhyun terlepas dari Kyungsoo yang masih terduduk shock. Baekhyun tersendat-sendat mengikuti langkah Luhan yang menarik lengannya,

"Eomma, Appa, ini Baekhyun. Eomma dan Appa pasti sudah mendengar namanya dari Chanyeol." Luhan tersenyum ceria, kemudian menepuk bahu Baekhyun, "Ayo, masuklah ke sana, dokter pasti akan mengizinkan kita menambah satu orang untuk membesuk Chanyeol, apalagi kalau mengetahui itu akan memberikan efek yang bagus bagi kesembuhan Chanyeol."

Semua orang masih terpaku bisu dalam suasana yang canggung, kecuali Luhan yang memasang wajah ceria, seperti tidak ada hal yang aneh di balik suasana ini.

Appa Chanyeol yang kemudian tersadar dan berusaha memecah suasana canggung itu,

"Saya Appanya Chanyeol." Gumamnya mengulurkan tangan yang segera di sambut Baekhyun dengan gugup. "Saya tahu Baekhyun pasti sangat ingin menengok Chanyeol, iya kan yeobo?"

Eomma Chanyeol yang masih menelusuri seluruh penampilan Baekhyun dengan tatapan mata menyelidik tampak kaget karena namanya disebut.

Dia kemudian menganggukkan kepalanya meskipun tampak tidak rela.

"Silahkan, Chanyeol pasti sangat ingin bertemu denganmu, Baekhyun."

Dengan Izin dari Eomma Chanyeol pun, Baekhyun masih ragu-ragu, dia benar-benar kebingungan akan keadaan yang tidak diduga-duganya ini. Tetapi kemudian Luhan mendorongnya dan terkekeh ceria,

"Ayo, masuklah ke dalam sana." Gumamnya setengah mendorong Baekhyun, membuat Baekhyun mau tak mau melangkah masuk ke dalam ruangan tempat Chanyeol terbaring.

-CB-

Begitu Baekhyun masuk dan menghilang di balik pintu, Eomma Chanyeol langsung menyambar Luhan dengan pertanyaan,

"Kenapa kau lakukan itu Luhan?" tanyanya tajam.

Luhan menatap lembut ke arah Eomma Chanyeol,

"Itu yang seharusnya dilakukan, Eomma. Kita tidak boleh memisahkan dua pasangan yang saling mencintai."

"Tetapi Luhan... bagaimana denganmu? Kau..."

"Luhan tidak apa-apa, Eomma. Luhan sudah sampai di suatu titik untuk menyadari bahwa Chanyeol mungkin memang bukan jodoh Luhan, banyak sekali kejadian sebelum ini yang menunjukkan kepada Luhan akan kenyataan itu." sekilas Luhan melirik ke arah Sehun yang segera tahu apa maksudnya. Semua kejadian sebelumnya... kenyataan bahwa Luhan adalah anak angkat, kenyataan bahwa Luhan mempunyai kakak lelaki yang ternyata adalah Yifan...

Luhan meremas jemari Eomma Chanyeol,

"Luhan sudah merelakan Chanyeol, Eomma. Tetapi Eomma tidak usah khawatir, hal ini tidak akan merenggangkan sayang Luhan kepada Eomma, Luhan akan selalu menjadi putri Eomma."

Air mata bergulir dari mata Eomma Chanyeol, perempuan setengah baya yang masih cantik itu menangis, lalu memeluk Luhan erat-erat.

-CB-

Sehun menggenggam jemari tangan Luhan erat-erat dalam perjalanan mereka pulang dari rumah sakit, mereka sudah berada di tempat parkir. Dengan sopan Sehun membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Luhan masuk, dia kemudian duduk di balik kemudi.

Luhan masih memasang ekspresi datar, tetapi kemudian dia menyadari bahwa Sehun tidak segera menjalankan mobilnya, lelaki itu malahan menatap Luhan dengan intens, membuat Luhan mengerutkan keningnya,

"Kenapa kita tidak segera jalan?" Luhan akhirnya bertanya dengan bingung.

Sehun menghela napas panjang,

"Kita sudah di sini berdua, Luhan. dan kau tidak perlu berakting lagi. Kau bisa menangis di depanku." Bisiknya lembut.

Kata-kata Sehun itu meluluhkan hati Luhan yang sejak tadi telah dipasangi benteng melingkar yang rapat, benteng itu runtuh seketika, bersamaan dengan air mata yang meleleh di pipinya.

"Aku... sesungguhnya aku masih tak rela aku selalu merasa bahwa cintaku kepada Chanyeol yang paling kuat..." suara Luhan tercekat oleh tangis, "Tetapi memang semua sudah seharusnya begitu... aku juga tidak mungkin bisa bersama Chanyeol, apalagi setelah mengetahui bahwa jantung Yifan... jantung kakakku... yang ada di dadanya... sepertinya semua sudah diatur agar aku tidak berjodoh dengan Chanyeol." Luhan bergumam di antara tangisnya, di antara kepedihan yang meluap di dadanya.'

Benak Sehun terasa diremas, dia langsung meraih Luhan ke dalam pelukannya, mengusap rambutnya dengan sayang dan mengecup puncak kepalanya dengan lembut,

"Aku di sini untukmu Lu, kau boleh menangis semaumu di dadaku. Gunakan aku Lu, aku milikmu, aku sangat mencintaimu sayang." Sehun berbisik lembut di antara kata-kata penghiburannya, memeluk Luhan semakin erat, berusaha meredakan kepedihan perempuan itu, berusaha menyerap seluruh kepedihan dari diri Luhan.

Dia akan mendampingi Luhan dengan sepenuh hatinya, akan menunggu Luhan dengan setia sampai Luhan menyembuhkan diri dan mau membuka hati untuknya.

Saat itu mungkin akan tiba untuk Sehun. Bahkan kalaupun nanti hati Luhan tidak tertambat kepadanya, sepenuh hatinya Sehun rela. Tidak apa-apa. Yang penting dia bisa melihat Luhan yang berbahagia, yang tersenyum cerah dan menghangatkan hatinya, yang tidak digayuti kepedihan lagi.

Saat itu akan tiba pada akhirnya, karena waktu akan menyembuhkan segala luka.

-CB-

Ketika menyadari siapa yang masuk, Chanyeol hampir saja menegakkan tubuhnya, melupakan rasa nyeri yang menggayutinya.

"Baekhyun-ah?" suaranya serak, penuh kesedihan, melihat perempuan yang sangat dicintainya itu berjalan mendekat.

Baekhyun mendekat dan menatap Chanyeol dengan sedih,

"Maafkan aku Chanyeol, maafkan aku atas kata-kata terakhirku sebelum kau pergi. Maafkan aku." Setetes air mata bergulir di pipinya, membuat suaranya bergetar, "Aku bersikap egois dan tidak mempedulikan perasaanmu... aku berikap jahat... hingga... hingga kau jadi seperti ini."

Chanyeol tersenyum lembut dan mengulurkan tangannya kepada Baekhyun, dengan lembut menyentuh jemari Baekhyun,

"Semua bukan salahmu, dan semua bukan kesengajaan. Percayalah Baekhyun, tidak pernah ada niat di benakku untuk mengakhiri hidupku dan bersikap tidak bersyukur kepada Tuhan yang telah memberiku kesempatan kedua. Aku ingin kau tahu bahwa itu adalah murni kecelakaan."

Baekhyun langsung merasakan kelegaan memenuhi sekujur tubuhnya. Syukurlah dugaan pahitnya tidak benar. Chanyeol tidak sedang mencoba bunuh diri, ini adalah murni kecelakaan.

"Setidaknya meskipun kakiku sakit, aku masih bisa bersyukur karena semua kejadian ini membuat kau datang kepadaku." Chanyeol tersenyum lembut, menatap Baekhyun penuh cinta, membuat air mata Baekhyun semakin mengalir deras,

"Baekhyun-ah..." Chanyeol melanjutkan perkataannya, "Semua pertanyaanmu di apartemen Yifan waktu itu mungkin ada benarnya. Kalau aku jadi kau aku pasti akan bertanya-tanya juga. Pasti kau meragukan apakah aku mencintaimu karena ada jantung Yifan di sini, ataukah karena aku memang benar-benar mencintaimu? Pasti kau berpikir apakah jantung Yifan yang mencintaimu, ataukah Chanyeol? Aku sendiri tidak bisa menjawabnya Baekhyun..." Tatapan Chanyeol meredup, penuh cinta. "Tetapi satu hal yang aku tahu pasti, ketika bersamamu aku merasa nyaman, kau membuatku merasa telah berlabuh, setelah berkelana sekian lama... kau membuatku merasa lengkap. Hanya itu saja. Aku tidak mau bertanya-tanya bagimana seandainya aku tidak mendapatkan jantung Yifan, bagaimana seandainya jantung orang lain yang ada di dalam dadaku, apakah semuanya akan berbeda? Semua itu hanya Tuhan yang tahu jawabannya. Dipikirkan seperti apapun, toh yang terjadi sekarang adalah Chanyeol memiliki jantung Yifan di dadanya dan itu adalah takdir yang tidak bisa diubah, salah satu rencana Tuhan." Chanyeol meraih tangan Baekhyun dan menggenggamnya, "Yang aku tahu. Bahwa aku mencintaimu dan bahagia bersamamu, dan ingin bersamamu."

Air mata Baekhyun mengalir deras mendengar pengakuan cinta Chanyeol itu, dadanya terasa sesak dipenuhi oleh rasa haru, syukur yang bercampur kepedihan. Tetapi ada satu rasa yang sangat menonjol di sana, rasa yang akhirnya mampu diakui oleh Baekhyun, di antara isakannya, Baekhyun bergumam lembut,

"Chanyeol-ah, Saranghae."

Chanyeol... dan bukan Yifan.

-CB-

Sementara itu kedua orang tua Chanyeol tampak mengawasi Baekhyun dan Chanyeol dari balik kaca besar itu. Appa Chanyeol memeluk Eomma Chanyeol yang masih menatap semuanya dalam keheningan,

"Kurasa kita harus membiarkan anak kita berbahagia dan menentukan pilihannya."

Eomma Chanyeol masih terdiam, mengamati wajah anak tunggalnya yang menatap wajah Baekhyun dengan penuh cinta. Dia menghela napas panjang dan kemudian menghela napas panjang. Tidak tahu harus berkata apa.

-CB-

Ketika Sehun dan Luhan sampai di rumah, Sehun masih memeluk pundak Luhan yang rapuh dengan hati-hati,

"Bagaimana dengan pengetahuanmu itu Lu? Apakah kau akan membicarakan dengan orangtuamu?"

Luhan termenung kemudian menganggukkan kepalanya, "Kurasa aku akan memberitahukan kepada Appa dan Eomma bahwa aku sudah tahu kenyataan diriku bukan anak kandung mereka. Aku tidak bisa menyimpannya terus.." desahnya pelan,.

Dalam hati Sehun merasa lega. Kalau Luhan membuka kenyataan tentang dirinya kepada keluarga mereka. Akan terbuka kesempatan bagi Sehun untuk mendekati Luhan secara terang-terangan. Semua akan lebih nyaman kalau seluruh keluarga tahu bahwa Sehun dan Luhan sama sekali tidak berhubungan darah.

Kemudian Luhan mengangkat kepalanya dan menatap Sehun dengan serius.

"Tetapi mengenai masalah Yifan adalah kakakku, aku ingin kita menyimpannya untuk diri kita sendiri Sehun, cukup kita yang tahu, bahwa jantung yang ada di dada Chanyeol adalah jantung kakak kandungku, bahwa Yifan dan aku mempunyai hubungan darah, aku ingin menyimpan semua itu sendiri dulu, sampai aku bisa menelaah semuanya."

Sehun menganggukkan kepalanya,

"Kau tahu aku selalu bisa menyimpan rahasia." Gumamnya pelan. "Aku akan tetap diam sampai saatnya nanti kau siap untuk membuka semuanya."

Luhan menghela napas panjang. Entah kapan dia siap. Kenyataan bahwa Yifan adalah kakak kandungnya masih membuatnya shock.

"Rasanya menyedihkan, mempunyai kakak kandung yang hubungan darahnya begitu dekat dengan kita, tetapi tidak menyadarinya." Mata Luhan tampak sedih, "Bahkan aku tidak akan pernah dan tidak akan pernah bisa melihat oppaku dan bertemu dengannya."

Sehun tersenyum tipis, "Aku selalu bisa menjadi oppamu kalau kau mau."

Luhan mencibir, "Seorang oppa tidak mungkin mencium adiknya sendiri." Meskipun pipinya merona ketika mengungkit ciuman itu, tetapi Luhan merasa puas bisa menggoda Sehun. Yah. Kehadiran lelaki itu yang menopangnya sedikit banyak telah membantu Luhan supaya tegar dan kuat. Bahkan dia bisa dengan gagah berani melepaskan Chanyeol.

Dan ternyata setelah dia ikhlas melepaskan, semuanya jadi terasa lebih ringan. Batinnya terasa tenang dan ringan, tidak digayuti dengan berbagai kesedihan, kemarahan dan perasaan dikhianati... mungkin sudah sejak lama dia harus melakukan ini.

Apa yang sudah terjadi tidak bisa dibalik lagi. Sebagai manusia, dia hanya bisa terus melangkah dan menjalaninya.

Sementara itu pipi Sehun tampak sedikit merona ketika mendengar godaan Luhan kepadanya. Sehun tentu saja tidak sengaja bersikap impulsif, mencium Luhan seperti itu.. tetapi memang perasaan cintanya yang bertumbuh makin besar kepada perempuan di depannya ini sulit untuk dibendungnya.

"Aku tidak akan melakukannya lagi kalau kau tidak mau. Aku berjanji." Gumam Sehun sungguh-sungguh. Dia tidak mau ciuman itu menjadi batu sandungan kedekatannya dengan Luhan.

Kalau saat ini Luhan menginginkan keberadaannya sebagai kakak laki-lakinya, sepupunya atau apalah. Sehun akan melakukannya, dia akan berusaha sedapat mungkin agar Luhan nyaman bersamanya.

Luhan sendiri hanya tersenyum simpul penuh rahasia.

"Siapa bilang aku tidak mau?" dan kemudian setengah menahan senyumnya, perempuan itu membalikkan badannya, dan masuk ke kamar, meninggalkan Sehun yang masih terpaku mendengar kata-kata Luhan yang sama sekali tidak diduganya itu.

Apakah Luhan sedang bercanda, ataukah perempuan itu serius dengan kata-katanya?

Sehun terpaku, tidak menemukan jawabannya. Matanya masih menatap pintu kamar Luhan yang tertutup rapat dengan sia-sia.

-CB-

"Aku akan menunggu di rumah sakit." Baekhyun bergumam lembut kepada Kyungsoo setelah di keluar dari ruangan Chanyeol, sementara itu Kyungsoo menatap Baekhyun penuh perhatian,

"Kau tidak apa-apa? Semua baik-baik saja?"

Air mata Baekhyun bergulir, tetapi itu bukan air mata kesedihan,

"Semua baik-baik saja."

Jawaban Baekhyun sederhana, tetapi Kyungsoo mengerti, itu sudah cukup untuk mencakup semuanya. Kyungsoo memeluk sahabatnya dengan lembut,

"Syukurlah kalau begitu, aku akan pulang ke rumahmu dan kembali kemari untuk membawakan baju ganti."

"Kau tidak perlu repot-repot, Kyung." Baekhyun tersenyum sungguh-sungguh tidak mau merepotkan sahabatnya itu.

Tetapi Kyungsoo menggelengkan kepalanya dan membantah perkataan Baekhyun,

"Aku sahabatmu, jadi jangan pernah memikirkan akan merepotkanku. Kurasa akan datang saatnya nanti ketika akulah yang akan merepotkanmu." Kyungsoo tersenyum jahil. "Kalau begitu aku pergi dulu ya, nanti aku kembali lagi."

Baekhyun menganggukkan kepalanya dan masih menyimpan senyumnya sampai Kyungsoo menghilang dari pandangan.

Kemudian dia menyadari ada orang yang berdiri di dekatnya. Dia menolehkan kepalanya dan mendapati Eomma Chanyeol berdiri di belakangnya. Perempuan itu tampak canggung menatap Baekhyun,

"Appa Chanyeol sedang check in di hotel terdekat dari rumah sakit ini. Dan Chanyeol sedang tidak boleh dibesuk, jadi saya pikir, kalau Baekhyun ada waktu, kita bisa duduk di cafetariadan berbicara."

Jantung Baekhyun berdebar, tiba-tiba saja merasa gugup.

-CB-

"Saya pernah meneleponmu waktu itu, Baekhyun. Dan maafkan saya karena pada akhirnya tidak datang menemuimu untuk menepati janji. Kau tahu, keadaan begitu rumit waktu itu dan Chanyeol melarang saya." Gumam Eomma Chanyeol datar sambil menyesap tehnya.

Baekhyun menganggukkan kepalanya, menangkupkan jemarinya di mug cokelat panas di depannya. Mereka duduk di sudut cafetaria besar yang ada di lantai dasar sayap rumah sakit itu.

Cafetaria itu dulunya mungkin adalah aula besar, dengan langit-langit yang tinggi dan kios-kios penjual makanan yang elegan di sepanjang sisi kanannya. Sementara itu di sisi kirinya berupa jendela kaca berukuran besar-besar yang menampilkan pemandangan taman yang hijau.

"Saya mengerti." Gumam Baekhyun lemah.

Eomma Chanyeol mengamati Baekhyun, meneliti. Baekhyun memang cantik, meskipun tidak secantik Luhan, ada kelembutan dalam pembawaannya. Meskipun begitu, Eomma Chanyeol masih tidak yakin mengenai Baekhyun, benarkah perempuan di depannya ini yang terbaik untuk anaknya?

"Masalah ini begitu rumit, dan kau mungkin sependapat denganku bahwa hal ini bahkan sulit dipahami oleh akal sehat." Eomma Chanyeol menghela napas, "Bolehkah aku asumsikan bahwa kau sudah mengetahu segalanya tentang Chanyeol? Tentang jantung itu?"

Baekhyun menganggukkan kepalanya lemah,

"Ya, saya sudah tahu semuanya, dan saya sungguh-sungguh terkejut."

"Tentu saja." Eomma Chanyeol mendesah, "Memang tidak adil menyalahkanmu atas rusaknya hubungan Luhan dengan Chanyeol... karena Chanyeol bahkan meninggalkan Luhan sebelum bertemu denganmu, kau memang tidak pernah menjadi orang ketiga di antara mereka. Dan ketika akhirnya kau mulai membuka hatimu untuk Chanyeol, anak itu masih merahasiakan semuanya kepadamu. Karena itulah saya... tidak mungkin menyalahkanmu atas semuanya." Tatapan Eomma Chanyeol tampak dalam, menembus jauh ke dalam hati Baekhyun,

"Maukah kau ceritakan kepadaku kisah tentang Yifan? Mungkin dengan begitu saya bisa lebih memahami kejadian ini, dan mencoba mengerti."

Baekhyun menganggukkan kepalanya. Dan kemudian mulai bercerita, semuanya, tentang kisahnya dengan Yifan, tentang kematian Yifan menjelang hari pernikahan mereka, tentang Chanyeol yang datang kemudian, dan tentang kesadaran Baekhyun bahwa dia mencintai Chanyeol, tidak peduli jantung siapa yang ada di dadanya.

Mata Eomma Chanyeol tampak berkaca-kaca setelah Baekhyun bercerita, perempuan setengah baya itu menghela napas panjang berkali-kali dan kemudian menyusut air matanya dengan sapu tangan yang dibawanya.

"Saya rasa... kalau kau memang benar-benar mencintai Chanyeol, bukan hanya karena jantung di dadanya, saya bisa menerima bahwa kau mungkin perempuan yang bisa membuat Chanyeol bahagia, apalagi mengingat betapa besarnya cinta Chanyeol kepadamu."

Baekhyun menghela napas panjang, menatap Eomma Chanyeol dalam senyuman tipis.

"Terimakasih... saya.. saya akan mencoba sebaik mungkin membahagiakan Chanyeol."

Eomma Chanyeol menganggukkan kepalanya,

"Ya. Eomma percaya kau akan bisa melakukannya, Baekhyun." Perempuan itu setengah beranjak dari duduknya, "Luhan memang akan selalu menjadi putri kesayanganku, dan tak akan tergantikan. Tetapi mungkin aku bisa menambah satu putri lagi." Perempuan setengah baya itu berdiri, dan ketika Baekhyun mengikutinya berdiri, tanpa diduga, Eomma Chanyeol memeluk Baekhyun dengan lembut.

-CB-

Meskipun kakinya masih di gips, Chanyeol sudah bisa bergerak sekarang dan tidak tergantung pada infus. Pagi itu suster membantunya pindah ke kursi roda. Dan sekarang dia sedang berada di taman, menatap ke arah pemandangan rumput yang menghijau dan ditata dengan indah, dengan Baekhyun berdiri di belakangnya,

"Aku senang semua akhirnya berlangsung dengan baik antara kau dan keluargaku." Gumam Chanyeol kemudian, memecah keheningan yang syahdu.

Baekhyun terdiam, menatap keindahan di depannya, lalu menatap puncak kepala Chanyeol dan tersenyum sendu.

Mereka sudah bisa bersama dan direstui sekarang. Keluarga Chanyeol sudah menemui keluarga Baekhyun, ada saling pengertian yang terjalin di antara mereka, pengertian bahwa kedua anak mereka memang benar-benar saling mencintai dan ditakdirkan bersama.

"Aku bersyukur semua baik adanya yeol." Air mata Baekhyun menetes, "Berjanjilah setelah ini kau akan berhati-hati kalau menyetir, bahwa kau akan menjaga dirimu untukku."

Chanyeol meraih jemari Baekhyun yang berdiri di belakangnya dan mengecupnya,

"Aku berjanji sayang, dulu bahkan aku merasa tidak punya harapan hidup lagi, tetapi jantung Yifan di sini telah memberiku kesempatan kedua. Kesempatan untuk mencintaimu dengan sepenuh hatiku, dan aku tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan itu. Betapa aku mencintaimu Baekhyun, di hatiku, di kepalaku. Aku mohon segera setelah aku sembuh, menikahlah denganku."

Baekhyun tertegun. Lamaran untuk menikah, diucapkan di taman rumah sakit yang indah. Sungguh romantis dan menggugah hati, meskipun tanpa cincin.

Chanyeol mendongak, berusaha mencari wajah Baekhyun yang terdiam dan kemudian, lelaki itu menatap Baekhyun dengan ragu,

"Apakah kau mau menikah denganku, Baekhyun?"

Air mata bergulir di pipi Baekhyun, air mata kebahagiaan.

"Ya Chanyeol. Aku mau. Aku mau menikah denganmu."

Chanyeol menatap Baekhyun dengan tatapan mata berkaca-kaca, "Terimakasih Baekhyun, aku... bahagia."

Dan kemudian dua anak manusia itu berpegangan tangan dengan eratnya, seperti halnya dua hati mereka yang terjalin penuh cinta dan kepercayaan.

Baekhyun pernah patah hati, pernah hancur karena cinta, dan Chanyeol lah yang telah membawanya kembali, membuatnya berani untuk mencintai. Mungkin jantung Yifan di dalam sana memberikan pengaruh, mungkin juga tidak, Baekhyun sudah tidak memikirkannya lagi.

Yang terpenting sekarang, dia menyayangi Chanyeol, dia membuka hatinya untuk Chanyeol sekaligus membuka masa depan mereka untuk bersama. Mereka memang telah melalui segalanya, menyakiti satu sama lain dan kemudian dipersatukan lagi. Tetapi satu hal yang pasti Baekhyun yakini. Chanyeol mencintainya dengan tulus, setulus cinta Baekhyun kepada lelaki itu.

Dan mereka akan menjaga cinta itu selama Tuhan mengizinkan mereka. Sampai di suatu titik jantung mereka akan berdebar satu sama lain untuk saling setia.

Bukan lagi jantung Yifan, tetapi jantung Chanyeol. Bukan lagi mencintai kenangan, tetapi mencintai kesempatan yang dihadiahkan Tuhan kepada mereka berdua.

FIN

Gakdengg masih ada epilog, khusus HunHan disini:3 langsung saja yaa!

CHECK THIS OUT!

.

.

.

Epilog

Malam yang tenang dan syahdu, Luhan keluar dari ruang keluarga dan menatap Sehun yang menunggunya di ruang tamu. Kedua orang tua Luhan, dan seluruh keluarga berkumpul di rumah sang nenek di Seoul untuk acara temu keluarga yang diadakan rutin setahun sekali.

Dan Luhan memilih waktu yang tepat untuk membuka semuanya kepada orang tua dan seluruh keluarganya, bahwa dia sudah tahu kenyataan dirinya sebagai anak angkat.

Ibunya menangis dan ayahnya cemas, takut Luhan akan berubah sikap kepada mereka, tetapi Luhan berhasil meyakinkan semuanya, bahwa dia tetaplah Luhan yang sama, entah dia anak kandung atau bukan. Bahwa dia tetaplah putri mereka yang mencintai dan dicintai oleh mereka.

Acara keluarga itu pun berlangsung dengan haru, dengan tangis dan peluk-pelukan yang memenuhi akhirnya.

Luhan menghela napas panjang, merasakan kelegaan memenuhi dadanya, bersyukur sepenuh hati bahwa dia memiliki keluarga yang selalu siap sedia mendukungnya... dan juga memiliki Sehun.

Sudah beberapa bulan berlalu, dan Sehun selalu setia menemaninya, seperti yang dijanjikannya. Lelaki itu dengan semangat mengunjungi Luhan kalau Luhan sedang di Beijing, begitu pun dia selalu menyambut dengan gembira kalau Luhan lebih banyak menghabiskan waktunya di Seoul, di tempat neneknya.

Hati Luhan sudah hampir sembuh, dia bahkan sudah tidak pernah memikirkan Chanyeol lagi, bahkan ketika menerima kabar pernikahan Chanyeol dengan Baekhyun, Luhan sama sekali tidak merasa sakit hati, mereka semua diundang tentu saja, tetapi Luhan memutuskan tidak akan datang, karena dia tahu kehadirannya akan menimbulkan kecanggungan tersendiri.

Tetapi bukan itu yang penting, yang penting baginya adalah ketika dia benar-benar menyembuhkan luka hatinya, ketika kemudian dia bisa menelepon Chanyeol dan Baekhyun, mengucapkan selamat dengan tulus tanpa rasa pedih sedikitpun.

Ya, Luhan sekarang sudah sembuh, dulu dia pernah mencintai dengan sangat dalam. Tetapi kemudian cintanya tak tepat hati. Dan dengan tegar, Luhan berhasil menyembuhkan diri dengan sempurna. Dia telah benar-benar bisa berbahagia dan tak mengharapkan Chanyeol lagi. Baginya, Chanyeol hanyalah sebuah sejarah masa lalu yang bisa dijadikan pembelajaran.

Ada sebuah tawaran kerja di Seoul yang sesuai dengan bidang pendidikan Luhan, dan Luhan berpikiran untuk menerimanya. Seoul, kota ini memang membawa kesakitan untuk dirinya, kesakitan ketika kehilangan kekasihnya. Tetapi Luhan sudah jatuh cinta kepada Seoul, kota yang diselimuti mendung dan kesejukan, hujan alami yang kadang turun tanpa permisi, dan udara basah yang menyenangkan.

Dan juga... ada Sehun di Seoul. Sehun pasti akan senang kalau mengetahui rencana Luhan, tetapi Luhan bertekad akan menyimpannya dulu sebagai kejutan untuk lelaki itu.

"Aku sangat bangga padamu Lu." Sehun menatap Luhan dengan tatapan mata berbinar, memuji ketegaran perempuan itu ketika mengungkapkan semuanya di hadapan keluarga mereka. "Kau sangat kuat, tegar dan mengagumkan."

Pujian Sehun itu membuat pipi Luhan memerah karena malu,

"Kau berlebihan." Gumamnya lembut, "Tetapi setidaknya hal ini membuatku lega." Gumamnya pelan. "Ketika kita tidak menyimpan rahasia lagi, ternyata menyenangkan. Aku pikir hal ini juga membuat orang tuaku lega, bertahun-tahun mereka menyimpan rahasia ini dariku, demi menjaga perasaanku, sekarang mereka bisa bersikap bebas dan apa adanya."

"Ya. Dan mereka tetap mencintaimu dengan tulus, tidak berubah setitikpun." Sehun mendekat, berdiri di sebelah Luhan yang merenung menatap ke luar ke arah jendela kaca yang memantulkan pepohonan besar di halaman rumah nenek mereka, "Dan akupun juga merasa sedikit lega."

"Lega?" Luhan mengalihkan perhatiannya ke wajah Sehun, menemukan kegugupan misterius di sana. Lelaki ini sungguh tampan. Sekali lagi Luhan menggumamkan kenyataan itu kepada dirinya sendiri.

"Ya, aku merasa lega." Sehun tersenyum, "Karena setelah seluruh keluarga tahu bahwa kita tidak sedarah, aku bisa mendekatimu dengan terbuka."

Pipi Luhan memerah, "Kau juga harus menjelaskannya kepada masyarakat karena mereka semua berpikiran kalau kita sedarah."

"Tidak masalah, aku sudah memikirkan semuanya, bahkan aku sudah berpikir untuk mengurus surat-suratnya kalau memang diperlukan supaya bisa mensahkan secara hukum."

"Surat-surat?" Luhan mengerutkan alisnya dengan bingung, "Apa maksudmu?"

"Surat-surat. Kalau kita akan menikah nanti, ada surat-surat yang harus diurus. Kau tahu, mungkin akan sedikit repot karena kau diadopsi secara resmi dan dinyatakan sebagai anak yang sah secara hukum, itu berarti secara hukum pula aku adalah saudara sepupumu yang sah, yang membuat pernikahan kita akan dipertanyakan. Tetapi aku sudah berkonsultasi dengan ahli hukum dan dia mengatakan bahwa pernikahan ini masih bisa dilakukan, mungkin urusannya memang jadi lebih rumit dari pernikahan normal biasa, tetapi tetap bisa dilakukan." Sehun terus berbicara, tidak mempedulikan wajah terkejut Luhan.

"Pernikahan? Apa maksudmu, Sehun...apa..." kata-kata Luhan terhenti ketika melihat Sehun mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya, sebuah kotak. Dan ketika Sehun membuka kotak itu, lalu menunjukkannya di depan Luhan, Luhan ternganga, luar biasa kagetnya.

"Luhan. Aku mencintaimu sudah sejak lama, bahkan mungkin sejak aku melihatmu dalam gendongan eommamu, bayi yang cantik dan lucu, sejak itu aku bertekad menjagamu, ingin menjadi pangeranmu yang selalu siap untukmu." Sehun mendesah, "Meskipun ketika dewasa aku menyadari bahwa aku tidak boleh mencintaimu, karena kita bersaudara, aku tetap menyimpan cinta itu dan mengubahnya menjadi cinta saudara."

Senyum Sehun terkembang, penuh cinta, "Lalu Tuhan memberikan kesempatan kepadaku, dengan mengetahui bahwa kita tidak sedarah, dengan mengetahui bahwa aku masih punya kesempatan memperjuangkan cintaku. Dan aku akan memperjuangkannya Lu, tak mungkin ada lelaki yang bisa mencintaimu sebesar aku, kau sempurna, kau yang paling indah, kau adalah segalanya bagiku. Dan seandainya kau mau menjadi istriku, aku bersumpah akan membahagiakanmu dengan sepenuh hatiku." Suara Sehun tertelan di tenggorokkannya dan dia tampak gugup, "Luhan-ah... aku membelikanmu cincin ini dengan harapan, untuk mengikatmu menjadi milikku dan memberikan diriku untuk menjadi milikmu, maukah kau mengabulkan harapanku ini dengan menerima lamaranku?"

Sehun tampak begitu sungguh-sungguh dengan perkataannya, membuat mata Luhan berkaca-kaca, membuat bibirnya gemetar menjalar ke seluruh tubuhnya.

Tidak pernah dia menyangka akan dicintai sedalam itu, semurni itu dan dengan sepenuh hati. Luhan pernah disakiti, pernah dilukai sampai akhirnya berusaha menyembuhkan dirinya sendiri, mengembalikan rasa percaya dirinya yang telah mati, dan sekarang Sehun berdiri di depannya, mengatakan bahwa dia adalah wanita segalanya, bahwa dia adalah segalanya bagi Sehun.

Dan tidak akan ada, tidak akan pernah ada lamaran seindah ini, selain dari Sehun.

Jantung Luhan berdebar ketika dia menjawab dengan gemetar,

"Ya Sehun-ah... aku mau. Aku mau menjadi istrimu." Jawabnya pelan, air mata bergulir dari sana, air mata haru dan bahagia.

Sehun memejamkan matanya, mendesah penuh kelegaan,

"Terimakasih Tuhan." Dan kemudian dia meraih jemari Luhan, memasangkan cincin itu di sana lalu mengecup jari Luhan dengan lembut dan penuh cinta,

"Saranghae, Luhan-ah." Lelaki itu menghela Luhan ke dalam pelukannya dan memeluknya erat-erat, "Aku akan menjagamu."

Luhan membalas pelukan Sehun dan memejamkan matanya yang penuh air mata di pundak lelaki itu,

"Gomawo Sehun-ah, Nado Saranghae."

Kedua sejoli itu berpelukan dengan begitu bahagia, tidak menyadari ketika orang tua mereka menengok dari ruang tengah dan melihat anak-anak mereka sedang berpelukan.

Appa Sehun mengedipkan matanya kepada Appa Luhan, lalu merangkul adiknya itu masuk kembali ke dalam supaya tidak mengganggu kedua sejoli yang sedang menumpahkan rasa itu.

"Kurasa, selain menjadi kakak adik, kita akan menjadi besan sebentar lagi." Appa Sehun terkekeh, yang disambut dengan gelak Appa Luhan,

"Dan kita akan sibuk menjelaskan kepada semua orang karena mereka akan menganggap semua ini aneh." Tawanya, "Tetapi tidak apa-apa, yang penting anak-anak kita bahagia."

"Tentu saja." Sahut Appa Sehun, "Tak ada yang paling diinginkan orang tua, selain kebahagiaan anak-anaknya."

Dan kemudian mereka semua tersenyum dalam hati, mengucap syukur bahwa anak-anak mereka telah menemukan jodoh yang dicintai sepenuh hati.

FIN

HOY HOY! TAMAT SUDAH FF NYA:""3 BAGAIMANA BAGAIMANA?! YA JADI CERITANYA ITU LUHAN EMANG ASLI CINA. KALO CHANYEOL TINGGAL DICHINA DOANG TAPI DIA TETEP KOREA ASLI BHAK:3

CHANBAEK HUNHAN SUDAH BERSATU YAAAAY! MAS YIFAN JUGA UDAH TENANG DISURGA/?:v

BTW TERIMAKASIH BANYAK YANG UDAH NGIKUTIN FF INI DARI AWAL SAMPE TAMAT HEHEHE.

MAAFIN AKU KALO SERING TYPO, KEPENDEKAN xD DAN LAIN LAIN LA POKOKNYA!

BUAT PARA SIDERS JUGA TERIMAKASIH WALAUPUN GA NAMPAKIN DIRINYA/?:3

KITA MASIH BERTEMU DI YOU'VE GOT ME FROM HELLO KOK/?:3

SARANGHAE SARANGHAE!:33

BIG THANKS TO:

[ narsih.h ; SaraswatiNinuk ; Re-Panda68 ; Park FaRo ; baexian ree ; Baby K ; arvita.k ; snowy 07 ; indrisaputri ; dianahyorie1 ; OSH.K ; neli Amelia ; niasw3ty ; chenma ; jiaeraa15 ; AuliaPutri14 ]

((maaf jika salah pada penulisan nama))

ONCE AGAIN, THANKYOU FOR ALL!

Kamsahamnida! /bow