Normal
Aku tidak tahu harus memulai dari mana. Sebab Chanyeol tiba-tiba muncul dan memberiku sebuah buku cacatan, berwarna hitam polos tanpa corak atau apa pun. Dia menyuruhku mencatat. Semuanya. Yang dia maksud dari semuanya adalah benar-benar semuanya dan aku tidak tahu harus memulai dari mana. Kurasa ini akan menjadi catatan yang panjang.
Akan kumulai dengan namaku. Namaku Kim Jongin. Ibuku memanggilku Crap¹, karena katanya namaku memiliki arti; sakit, cacat, keributan, hukuman dan lupa pada kewajiban. Dan kurasa arti namaku akan menempel terus padaku hingga aku mencium peti mati. Sebab ibuku selalu mengingatkanku akan hal itu hingga aku percaya padanya. Dia memberiku rasa sakit, dia membuatku cacat, dia selalu membuatku mencari keributan dan menghukumku jika aku lupa akan kewajibanku yang begitu banyak. Dia membuatku ketakutan setengah mati.
Yang kuingat, aku selalu merasa cemas dan tertekan. Ayahku sangat kaya, tapi sangat pelit dan dia aneh. Terkadang dia terlalu bahagia hingga tidak sengaja menendang kepalaku saat sedang melompat kegirangan, lalu bekerja tanpa henti. Tapi beberapa hari kemudian, dia akan meringkuk dan melukai dirinya sendiri. Hal itu terus terjadi hingga terus menempel diotakku. Yang selanjutnya terjadi, ibu akan datang dan berteriak memarahi ayahku. Mereka bertengkar dan saling menyakiti. Lalu mereka mulai membawa namaku. Disaat-saat seperti itu, ibuku akan memanggilku 'Bakteri Kecil' dan ayah akan memanggilku 'Kai Kecil'. Aku berakhir meringkuk dimeja makan, sambil menggigit kuku jariku. Aku masih melakukannya sampai sekarang. Ujung-ujung jariku jadi bonyok dan bantet.
Aku tidak pernah berhenti mengompol hingga membuat ibuku frustasi dan ngamuk besar. Dia menyuruhku tidur tanpa seprai, selimut dan baju tidur. Tapi aku selalu terbangun dengan selimut dari kain perca yang terasa lembut dan hangat. Kurasa itu kakakku, Kris.
Kris tidak banyak bicara dan aku jarang melihatnya. Kurasa ia menikmati kegiatan diluar rumah dan menghindari rumah juga ibu dan ayah. Ibu tidak pernah memarahinya, memukulnya atau melakukan sesuatu yang jahat padanya. Itu tidak adil. Tapi aku juga tidak pernah melihat Ayah memeluk Kris, padahal ayahku sering memelukku―walaupun dia aneh.
Saat aku berumur delapan tahun, aku mulai menyadari faktor yang membuat ibu membenciku sepenuh hati, suka rela da tanpa pamrih. Karena aku mirip ayah. Benar-benar mirip, tanpa celah. Aku hanya memiliki telingaku dan rambut ibuku. Hal itu membuat ibuku selalu menarik rambut dan telingaku. Dia selalu berkata, "Seonggok Bakteri Kecil sepertimu tak pantas mendapatkan genku."Dulu aku bertanya-tanya apa itu gen?
Saat umurku sebelas tahun. Aku mulai mengerti semuanya. Ayahku kaya. Sangat kaya. Hartanya tidak akan habis sampai keturunan setujuh, delapan, bahkan mungkin keturunan kesepuluh. Dan ayahku menikahi perempuan karena kesalahan. Dan kesalahan itu aku. Alasan ibuku mau ditiduri ayahku tanpa pengaman adalah karena ia mengincar harta ayahku. Tapi ayahku cukup pintar untuk menelan uangnya bulat-bulat dan hanya memberikan serpihannya saja pada ibuku. Dan wajahku ini mirip ayahku. Tak puas bertengkar dengan ayah, ibuku akan menyiksaku. Dan aku tahu kalau ayahku benar-benar mencintai ibuku dan tidak cukup pintar untuk memilih dan melepas cintanya. Tahun kesebelas hidupku benar-benar bencana.
Aku tidak tahu kenapa, di usiaku yang kesebelas, hidupku benar-benar banting stir sampai mentok. Aku benar-benar merasa gila. Segala tekanan, bahkan euforia, kelelahan, ambisi, semuanya bercampur. Terkadang aku melambung, terkadang aku tenggelam. Ada disaat aku tertawa seperti orang kesetanan, melakukan semua hal dengan gairah dan semangat tinggi hingga aku tidak tidur semalaman. Tapi, ada disaat aku menangis, meringkuk sambil menjambakki rambutku. Semuanya terjadi seperti sebuah siklus. Berputar-putar, dan aku mulai merasa bahwa aku ini benar-benar pantulan cermin ayahku.
Kakak laki-laki ayahku yang membuat semuanya menjadi lebih baik. Dia membawaku dan ayahku kerumah sakit. Aku harus memakai baju lengan panjang dan celana panjang dimusim panas. Untuk menutupi bekas luka pukulan ibu dan ayahku. Disana aku melaksanakan beberapa tes. Bersyukur karena dokter yang memeriksaku tidak menyuruhku untuk melepas pakaianku. Yang kami lakukan hanya berbicara, menggambar dan menulis. Aku biasanya tidak banyak bicara,tapi saat itu aku merasa euforia yang mendebarkan hingga aku mengatakan banyak hal. Aku menyesal tidak membicarakan masalah ibuku. Aku terlalu takut untuk melakukan hal itu. Karena menurutku itu terlalu sakral. Aku takut ibuku tiba-tiba muncul. Dia bahkan muncul dalam mimpiku hampir setiap malam. Saat menulis ini akujuga merasa ketakutan setengah mati dan selalu menengok kebelakang. Aku takut ibuku akan menarik rambutku dari belakang.
Beberapa hari kemudian, kakak laki-laki ayahku datang kerumah kami dengan sekantung plastik obat. Sebagian besar milik ayah. Aku hanya mendapat sebotol besar Sodium Valproate². Aku tidak akan pernah melupakan nama obat itu. Sebab aku harus meminumnya dua hari sekali, selama beberapa bulan atau tahun? Entahlah, aku lupa. Tapi obat itu sangat membantu.
Aku hanya memiliki satu teman. Sehun. Dia yang terbaik dan selalu ada untukku. Setidaknya untuk beberapa tahun dia selalu membantu. Kami bertemu di SMP. Dia pendiam dan maniak tattoo. Dia tidak memiliki tattoo, baru berencana. Tapi sudah memiliki banyak desain tattoo untuknya dimasa depan. Kami tetangga dan dia tahu apa yang terjadi didalam rumahku. Kami tidak pernah bicara sebelumnya. Tapi suatu hari dia datang kerumahku dan mengajakku bermain. Ibuku tidak bisa berkata tidak demi citra dan pandangan sosial tentangnya. Aku kebingan saat ibuku memanggil namaku. Bukan Crap atau Bakteri Kecil seperti yang biasa ia katakan. Dia memanggil Jongin, dengan suara sok perhatian yang terdengar benar-benar palsu. Aku bertambah bingung saat melihat anak laki-laki berwajah lancip, datar, berkulit pucat dan hanya pernah bertemu dengannya disekolah. Aku terdiam tapi Sehun langsung menarik tanganku dan mentraktirku segelas bubble tea greentea yang rasanya enak sekali. Ibuku hanya memperbolahkanku makan tahu dengan nasi dan minum air putih. Walau kadang-kadang ayahku diam-diam memberikanku ayam goreng. Itu adalah makanan terenak yang pernah kumakan dirumah. Dan sejak saat itu, entah kenapa, dengan sendirinya terbuatlah janji tak terucapkan antara aku dan Sehun. Sebab setelah itu, hampir setiap hari Sehun datang kerumahku, mengajakku keluar rumah dan bersenang-senang. Lalu dia menghilang. Ibu memekik riang saat mengetahui keluarga Sehun mengalami kebangkrutan dan kedua orang tuanya bunuh diri hingga Sehun dan kakak laki-lakinya pindah ke rumah kakeknya di Seoul. Aku benar-benar sedih.
Aku memiliki satu teman lagi. Yang sangat aneh. Hanya aku yang bisa melihatnya. Namanya Baekhyun. Dia muncul saat aku berusia tiga belas tahun. Dia datang saat beberapa anak disekolah memukuliku. Dia menggeplak wajah anak itu dengan pintu loker hingga hidung anak itu patah dan dia terlalu kesakitan untuk memperdulikanku yang ditarik kabur oleh Baekhyun. Sejak saat itu kami berteman. Rambutnya hitam, matanya sipit dan tangannya sebagus suaranya. Dia memiliki tattoo dipergelangan tangan yang tidak kuketahui bentuknya dan tattoo ular naga di sekeliling lehernya. Dia selalu ada disampingku, kapanku, dimana pun. Walau kadang-kadang sering menghilang tapi disaat aku membutuhkannya dia selalu muncul. Walau pun dia agak menyebalkan dan terlalu jujur, tapi Baekhyun selalu mencoba menolongku. Pertolongannya tidak selalu berhasil, tapi aku senang masih ada orang yang peduli padaku.
Sisanya buram dan agak sukar untukku terka. Yang jelas, suram. Biar kusimpulkan dengan jelas; aku ini gila. Itu yang semua orang katakan kecuali Baekhyun, Kris dan ayahku. Dosis obatku bertambah tinggi dan aku sering kejang-kejang. Ibu bertambah bringas dan ayahku bertambah tak berdaya. Otakku semakin penuh, panas dan siap meledak. Suara-suara di kepalaku berteriak menyuruhku untuk mengakhiri hidupku. Tapi Baekhyun selalu ada untuk menghentikanku. Aku marah padanya, tapi aku tak sanggup.
Bencana terus terjadi, hingga aku menemukan sebuah surat di kolong meja rias ibuku. Saat itu ibuku sedang pergi dengan kaum-kaum sosialita lainnya dan aku memiliki banyak waktu untuk melakukan banyak hal termasuk menyelinap kekamar ibuku. Surat itu dari Sehun. Isinya singkat;
Datanglah kealamat yang tertera diamplop. Aku akan menunggumu.
Oh Sehun.
Aku nyaris mati berdiri karena kegirangan. Aku langsung mencari Baekhyun, tapi yang kutemukan justru Kris. Aku memberitahunya dan dia terlihat sedih tapi lega. Aku tidak mengerti. Aku mengajaknya untuk ikut sambil bergelantungan dikakinya. Tapi dia menggelang dan berkata akan menjaga ibu agar tidak mencari dan membunuhku. Aku masih merinding ketika mengingat hal itu Bahkan tanganku bergetar dengan hebohnya saat aku menulis hal itu. Aku berakhir bungkam dan menangis, karena aku ingin Kris ikut. Aku ingin mengajak ayahku, tapi ayahku terlalu mencintai ibu dan itu membuatku kesal sampai keubun-ubun. Aku tidak akan pernah mengerti konsep hati ke otak atau kebalikannya. Teori itu absurd dan banyak versinya. Tidak ada titik pusatnya. Jadi kubiarkan ayahku tenggelam dengan cintanya yang buta.
Aku menghabiskan waktu beberapa minggu untuk persiapan ini-itu dan aku bersyukur Kris memberiku terlalu banyak uang hingga tasku penuh dengan uang bukan pakaian karen pakaianku bisa dihitung. Jelek semua. Tidak ada yang bagus. Kata ibuku orang jelak hanya memakai pakaian jelek. Wajar saja ibuku memakai pakaian cantik.
Akhir bulan, saat ibuku pergi berpesta dan semua persiapanku sudah total. Aku siap pergi ke Seoul. Sebelum pergi, aku menyempatkan diri memeluk ayahku yang sedang teler dan menciumnya. Aku mencari Kris tapi yang kutemukan hanya sepasang pakaian bagus. Dengan surat dan tertera namaku disana. Aku tahu itu dari Kris. Tapi aku terlalu ragu untuk mengambilnya. Karena orang jelek tidak memakai pakaian bagus. Pada akhirnya aku tetap mengambilnya dan menyodokkannya kedalam tas ranselku yang dipenuhi uang. Aku tidak menyangka pergi dari neraka ini bisa membuatku begitu sedih. Aku menangis semalaman dikereta.
Cukup mudah bagiku dan Baekhyun untuk menemukan rumah Sehun. Kami memiliki terlalu banyak uang dan ada banyak taxi di Seoul. Kami berhasil menemukan rumah Sehun. Dan dia tidak berubah kecuali tubuhnya yang sekarang terdapat beberapa tattoo. Dia benar-benar memenuhi janjinya dulu. Dia seorang tattoo artist, freelance.
TBC
¹.sampah, tahi, kotoran, hal yg bukan-bukan
².Sodium valproate memiliki fungsi yang sama dengan lithium yaitu sebagai stabilisator mood.
Ini jam tiga pagi loh. Saya nyusun konsep ff ini dari sore. Bukannya ngerjain tugas yang lalahilalah banyak malah bikin ff. Ini fast project kok. One Shoot. Weekend project sambil nemenin saya nyelesai in Not The Worst chapter 5 yang sempet ke tunda UAS dan cerpen pesenan guru.
Cuma peringatan ini bukan ff yaoi dan ff ini mengandung kekerasan dan berbagai macam penyakit kejiwaan dan berbagai bahasa orang orang rsj(?) yah begitulah._.