Title: Love Tour

Author: bts fanfic dump

Trans: Myka Reien

Main Cast: NamJin

Genre: Rate T, YAOI

Note: No bash, no flame, no copycat. Let's be a good reader and good shipper.

HAPPY READING

Ppyong~

.

.

.

Love Tour

.

.

.

"Di sebelah kiri, seperti yang anda semua lihat, adalah Pier (dermaga) 39. Selain memiliki pemandangan indah laut yang memanjakan mata, di Pier 39 kita juga bisa melakukan banyak hal. Yang paling sering saya lakukan saat berada di Pier 39 adalah melihat para singa laut yang sedang berkumpul dan bersantai di sepanjang dermaga". Namjoon menggeser sedikit mikrofon dari depan bibirnya dan terdiam sejenak, sekedar memberi kesempatan pada para turis penumpang kapal ferry wisata San Francisco untuk memotret apapun yang menurut mereka menarik.

Tur berjalan mulus sesuai jadwal, Namjoon dengan lancar menjelaskan banyak hal menarik layaknya pemandu wisata profesional dan terkadang dengan ramah memberikan pendapatnya jika ada turis yang bertanya. Namun, pendapat yang awalnya hanya sesekali menyela penjelasan itu lama-kelamaan berubah menjadi seperti bagian dari teks panduan tur dikarenakan ada satu turis, yang kemudian Namjoon tahu bernama Seokjin, yang ternyata adalah orang dengan rasa ingin tahu besar. Dan Namjoon tidak yakin apakah keingintahuan Seokjin itu merupakan hal baik atau malah sebaliknya.

Beberapa pertanyaan yang dilontarkan Seokjin kebanyakan tidak masuk akal dan seolah dipaksakan, seperti: "Kenapa jembatan Golden Gate disebut Golden Gate Bridge jika catnya saja berwarna oranye?". Dan jawaban Namjoon adalah: "Jembatan Golden Gate tidak dinamai berdasarkan pada warna catnya, melainkan dari posisi dimana jembatan itu dibangun. Jembatan Golden Gate berada di jalur Golden Gate Strait yang mana merupakan pintu pembatas antara Samudra Pasifik dan teluk San Francisco."

Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan Seokjin semakin melenceng dari topik dan seringkali membuat Namjoon kebingungan. Pikirkan saja, apa yang harus seorang pemandu wisata katakan jika ada turis yang bertanya: "Kau sangat tampan. Sudah punya pacar?"

Dengan alis mengerut, Namjoon pun hanya dapat menjawab: "Terima kasih…belum…?"

Tapi, meskipun cerewet dan selalu menyela penjelasan dengan pertanyaan aneh tak masuk akal, tak dapat Namjoon ingkari jika Seokjin memang orang yang menarik dan manis. Namjoon menyadarinya sejak pertama melihat namja tersebut menjejakkan kaki jenjangnya di geladak kapal bersama dengan turis lain. Dan mungkin karena alasan itulah Namjoon yang biasanya tenang dan sangat profesional memandu tur, kini harus rela berkali-kali gugup juga kebingungan menghadapi pujian tak berakhir yang dilontarkan oleh klien manisnya tersebut.

"Jika anda melihat ke sebelah kanan, ada Pulau Alcatraz yang juga disebut sebagai Pulau Rock," Namjoon melanjutkan penjelasannya sambil berusaha keras menghindari tatapan mata Seokjin yang jelas-jelas mengarah antusias padanya. "Pulau Alcatraz dulunya merupakan penjara dan tempat 'pembuangan' narapidana berbahaya. Letak pulau Alcatraz yang terpencil dan sangat jauh dari pemukiman warga, membuat para napi itu mustahil untuk melarikan diri".

"Kau tahu banyak hal," puji Seokjin lagi begitu Namjoon selesai menuturkan sejarah tentang Pulau Alcatraz pada para turis dan kembali diam untuk memberikan kesempatan memotret pada mereka. "Pengetahuanmu itu membuatmu makin menarik".

Namjoon menggigit bibir bawahnya, menahan diri supaya tidak tersenyum lebar penuh kegirangan seperti orang idiot.

"Terima kasih," kembali namja pemandu wisata itu membalas pujian Seokjin dengan kalimat sopan dan standar. "Aku sangat tersanjung".

Seokjin memiringkan kepalanya dan seketika membuat batin Namjoon menggumam, Cute…

"Kau tahu, kau tidak perlu pura-pura menghindariku seperti itu," ujar Seokjin. "Aku tahu kau memperhatikanku dari atas sampai bawah lebih dari sekali. Benar 'kan?"

"Uhuk!" Namjoon nyaris tersedak dan terbatuk dengan sangat tidak elite begitu mendengar penuturan polos Seokjin yang dihias indah oleh senyuman manis(dan evil)nya.

Ketahuan! Batin Namjoon langsung salah tingkah.

"A-aku…"

"Apa yang di sana itu pulau Angel?"

Namjoon menghembuskan napas lega saat dia mendengar seorang penumpang lain (akhirnya) bertanya tentang sesuatu yang berhubungan dengan tur kapal feri ini. Sembari mengalihkan perhatian dengan menjawab pertanyaan penumpang tadi, Namjoon berusaha keras untuk melupakan percakapannya dengan Seokjin yang belum selesai.

Sejujurnya, Namjoon pun ingin menanggapi kalimat Seokjin dengan kata-kata manis serupa kalau saja dia tidak sedang dalam tugas dan mendapat bayaran untuk memberikan pengalaman tur menyenangkan pada turis lain. Dan sialnya, profesi pemandu wisata ini masih akan berlanjut hingga beberapa jam ke depan.

Tur kapal feri pun selesai, dan Namjoon baru sadar jika mungkin dia tidak akan pernah melihat apalagi bertemu kembali dengan Seokjin. Hal itu membuat pemandu wisata tersebut sedikit sedih. Namun Namjoon kembali sadar, tidak mustahil Seokjin pun menganggap dirinya hanya sebatas orang yang secara kebetulan bertemu dan menjadi teman ngobrol selama kurang lebih satu setengah jam.

Tapi sore ini, ketika Namjoon berjalan sendirian menyusuri trotoar kota guna menemukan kafe untuknya melepas lapar seusai mennyelesaikan tugas sebagai pemandu wisata, tanpa sengaja dia melihat siluet tubuh seseorang yang tidak terasa asing baginya. Orang itu berdiri di antara para pejalan kaki sambil sesekali memotret gedung serta pemandangan di sekelilingnya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Namjoon memutuskan untuk mendekati orang yang dia sangat yakin dia kenal itu. Dengan pelan namja tersebut menepuk bahu Seokjin dari belakang.

Merasa ada yang menyentuh pundaknya dengan akrab, Seokjin menoleh dan manik matanya langsung bisa menemukan iris Namjoon yang menatapnya ramah. "Namjoon?"

"Hei," sapa Namjoon percaya diri, tentu saja karena saat ini dia bisa mengobrol santai dengan Seokjin tanpa harus memikirkan kenyamanan turis lain. "Aku pikir kita tidak akan pernah bertemu lagi".

Seokjin tersenyum manis sebelum bicara.

"Sepertinya takdir pun menge-ship kita untuk bersama," canda Seokjin yang kemudian segera dia ralat. "Maaf, aku tidak bermaksud untuk menyindir pekerjaanmu". (ship = jodoh / kapal)

Namjoon tertawa ringan. "Kau keterlaluan".

"Aku tahu, maafkan aku," Seokjin ikut tertawa, menertawakan kebodohannya sendiri barusan.

Dan hening. Canggung. Hingga akhirnya Seokjin membuka suara lebih dulu untuk mencairkan suasana.

"Kalau kau tidak keberatan, apa kau bisa membawaku berkeliling sekitar sini kapan-kapan?" Namja manis itu bertanya sekaligus meminta bantuan.

Tanpa pikir panjang Namjoon segera menjawab, "Tentu saja! Tapi, kau akan di kota ini sampai kapan?"

"Sampai kapan?" ulang Seokjin dengan mata membulat bingung. Untuk beberapa detik dia diam, masih memproses kalimat Namjoon hingga kemudian mengembanglah sebaris senyuman manis dengan bonus kikikkan geli di bibirnya yang langsung dia tutup cantik dengan telapak tangan, membuat namja di hadapannya mengerutkan alis keheranan. Namjoon merasa tidak ada yang lucu di pertanyaannya barusan, tapi kenapa Seokjin tertawa?

"Aku orang baru di kota ini. Aku pindah ke sini minggu lalu saat kita bertemu di kapal".

"Jadi…kau bukan turis?" tanya Namjoon tidak percaya.

Seokjin mengangguk. "Bersiaplah, kau tidak akan bisa kabur dariku, Kim Namjoon," gurau Seokjin sambil tersenyum cerah dan membentuk V sign dengan jarinya.

"Sial, nasibku buruk," Namjoon berpura-pura kecewa meski ada binar lega yang terpancar samar di kedua matanya.

Sekali lagi Seokjin tertawa renyah. "Jadi, bagaimana kalau kita mulai saja 'tur kehidupan' ini, Pemandu Wisata Kim?"

Dan Namjoon hanya tersenyum.

-END-


Sekedar mampir buat bilang:
NamJin! Another parental feeling! Another KrisHo feeling! #plak XD
OMG! Baru kenal mereka dan langsung jatuh cinta :3 Bapak-Emaknya BTS XD
Cute~❤
Oke, selesai. Hiatus lagi~( '-') XD