Basketball

By: Khy13

.

Epilog

.

Happy Reading^^

.

Sebuah smartphone tanpa case yang disimpan di ujung meja nakas di samping tempat tidur itu bergetar lama kemudian berdering nyaring. Ada panggilan masuk, tapi tak ada yang menerima panggilan itu. Ini jam delapan pagi, cerah matahari telah terlihat samar di balik tirai dan menyelusup masuk menembus jendela kamar yang tak tertutup tirai. Seseorang yang masih bergulung di dalam selimut, tampak tak terganggu dengan cahaya terik itu ataupun dering ponsel yang terus berulang, menandakan bahwa seseorang yang menelepon tidak menyerah dengan panggilan yang tak kunjung di terima itu.

"Kyuhyun! Kyuhyun!"

Seseorang di balik selimut mengerang, perpaduan dering ponsel dan teriakan itu mulai membuatnya terganggu. Ia mengulat sesaat sambil menyingkirkan selimut, kemudian beranjak mengambil ponselnya dan menghampiri pintu kamarnya yang sepertinya akan hancur akibat ketukan keras dari luar.

"Yak! Kyuhyun! Buka pintunya! Ini sudah jam del—"

Teriakan itu berhenti tepat ketika pintu terbuka. Kyuhyun mengembuskan napas lelah dan menatap orang yang mengganggu tidurnya itu dengan tatapan tajam.

"Pagi…" sapa orang itu, menghindari tatapan Kyuhyun yang tampak 'membunuh'.

Kyuhyun membuka pintu lebar-lebar kemudian kembali ke tempat tidurnya dengan ponsel ia dekatkan ke telinga, tampak tak memedulikan Donghae.

"Yeoboseyo?"

Donghae masuk. Langsung merebahkan tubuhnya di samping Kyuhyun setelah menutup pintu kamar. "Disini hanya ada satu kamar. Aku tidur disini ya, Kyu."

"Tidurlah," Jawab Kyuhyun pelan. Donghae melihat Kyuhyun yang kembali serius 'menyimak' seseorang di seberang line telepon.

Donghae menatap adiknya dengan posisi berbaring menyamping. Ia menarik selimut terlebih dahulu dan menatap Kyuhyun yang terlihat serius dengan ponselnya. Adiknya itu sesekali menatapnya tajam dan hanya berkata "Hm," dan "Ya" tanpa ekspresi. Ia agak heran dengan sikap Kyuhyun yang dapat berubah sewaktu-waktu.

"Ya, ia disini." Ujar Kyuhyun datar, Donghae kembali menatap adiknya. "Hm, akan aku katakan. Ya, hati-hati di jalan, Hyung."

"Jungsoo hyung?" tanya Donghae ketika Kyuhyun telah menyimpan ponselnya dan kembali berbaring di sampingnya.

"Kau membuat skandal dan kabur ke sini?" tuding Kyuhyun. Donghae tampak tak peduli, memilih memejamkan mata. Ia tahu, yang menelepon memang Jungsoo.

"Selamat tidur, Kyu..." bisiknya serak, konser semalam mulai terasa efek lelahnya.

"Jungsoo hyung bilang, aku harus membawamu ke rumah sakit, hari ini juga." Lagi-lagi Kyuhyun mengembuskan napas kasar. "Hyung, apa lagi yang kau lakukan sampai Jungsoo hyung marah-marah, huh?"

"Kembalilah ke rumah, Kyu..."

"Mwo?"

Donghae membuka mata, menatap Kyuhyun dengan tampang memelas. "Sejak kau memutuskan untuk pergi dari rumah, Jungsoo hyung jadi uring-uringan!" adunya.

"Jungsoo Hyung uring-uringan karena tidak ada yang menangani fans-fans gilanu yang setiap hari nongkrong di depan rumah! Mereka mengganggu ketenangan anak istrinya, bagaimana Jungsoo hyung tak marah?!" kesal Kyuhyun. "Biasanya aku yang mengusir mereka. Jungsoo hyung tak pernah tega mengusir 'gadis-gadis muda' katanya. Sekarang, aku keluar dari rumah itu dan dia menanggung semuanya sendiri."

Donghae mengernyit, merasa kyuhyun berlebihan dengan kata-katanya. "Kau berkata seperti aku melimpahkan semua dosa hidupku pada Jungsoo hyung."

"Memang tidak seperti itu?"

"Aish! oke, aku memang salah... tapi, kau tetap akan mengurusku di rumah sakit, kan?"

"Untuk apa? kau ke rumah sakit hanya untuk 'kabur' dari gossip. Tidur saja di lantai rumah sakit, aku tak peduli!" rutuk Kyuhyun. "Dan lain kali aku akan mengganti password apartemenku ini agar kau tak bisa masuk seenaknya lagi!"

"Menyebalkan sekali!"

Donghae menarik selimut, menggulungnya hingga menutupi tubuhnya sendiri. dihiraukannya Kyuhyun yang masih mengoceh memberinya pepatah.

Ah, anak itu.. Baru magang satu minggu di rumah sakit pun sudah bersikap bak seorang dokter yang sibuk. Bahkan rela membeli sebuah apartmen untuknya tinggal agar lebih dekat pergi ke kampus ataupun ke rumah sakit, katanya.

"Aku pasti ditanyai suster-suster tentangmu. Ah, Hyung! Aku tak mau jadi artis sepertimu!" keluh Kyuhyun keras-keras.

Donghae tertawa. "Popularitasku, Kyu. Maafkan aku," ujarnya di sela tawa. "Kau hiraukan saja mereka."

"Mana bisa! Aku masih magang, bagaimana kalau nilai magangku kecil hanya karena aku menghiraukan mereka." Kyuhyun bangkit mengambil handuk baru di lemari dan berjalan pelan keluar kamar. "Aku ingin sarapan, Hyung. Di kulkas ada bahan makanan tapi aku tidak bisa masak. Aku mau mandi dulu."

Donghae melongo, pintu kamar sudah tertutup sempurna. Apa maksud Kyuhyun tadi adalah menyuruhnya memasak?

"Yak! Dasar adik kurang ajar!" teriaknya sekeras mungkin.

.

.

"Selamat pagi, Kyuhyun-ssi."

Kyuhyun tersenyum, seperti biasa ia berjalan dengan banyak sapaan dari para perawat wanita di rumah sakit ini. Apalagi sekarang ada Donghae, menambah tingkat popularitasnya di tempat ini selain menjadi 'dokter magang yang tampan'. Itu menurut desas-desus yang beredar sampai kembali terdengar di telinganya.

"Kau popular hari ini, beruntunglah karna ada aku," bisik Donghae ditelinganya.

"Diamlah! Kau tidak tahu saja bagaimana terkenalnya aku disini." decak Ktuhyun tak terima. "Istirahatlah di ruangan itu," Kyuhyun menunjuk sebuah ruangan. "Aku akan mengambil peralatanku dulu. Sepertinya kau harus di infus."

"Mwo?"

"Kau dehidrasi sepertinya. Bukankah kau ada konser lagi besok? istirahat sana!"

Donghae melotot tajam, sedangkan Kyuhyun tersenyum penuh kemenangan. Kyuhyun tahu, Donghae takut jarum.

"Hae-ya! Kyuhyun-ah!"

Langkah Donghae terhenti, seseorang dengan pakaian formal menghampiri mereka. Kim Kibum.

"Sedang apa kau disini, Kibum hyung?"

Kibum mendelik tak suka. "Tentu saja untuk melihat keadaan Donghae. Aku mampir sebelum meeting nanti malam dengan perusahaan baru Yesung hyung."

"Ah, aku jadi merindukannya. Bagaimana dia sekarang?"

"Seperti yang tersebar di media. Bisnisnya mulai menanjak naik. Dia sangat sibuk, aku pun harus menunggu malam nanti hanya untuk meeting membicarakan proyek bersama kami."

"Kalau begitu kau bisa mengantar Donghae hyung ke kamar rawat itu, Hyung?" pinta Kyuhyun, sama sekali tidak nyambung dengan topik pembicaraan. Ia sangat menghindari pembicaraan mengenai perusahaan-perusahaan yang digeluti Kibum. Sangat tidak mengerti hal-hal seperti itu. "Dia tampaknya harus di infus atau mungkin di suntik," tambahnya.

"Yak! kau bercanda, Kyuhyun!"

"Aku tak pernah seserius ini, Hyung."

"Kau gila, Kyu. Kau tahu aku baik-baik saja! Aku bahlan tak pernah sakit sejak pulang dari Amerika."

"Ya, dan sekarang kau sakit!"

Kibum menatap dua kakak beradik ini bergantian. Ia paham sekarang, disini ada yang usil dan diusili rupanya.

Senyum miring tercetak di bibirnya. "Baiklah Hae-ya. Ayo ke kamar rawatmu. Demi kau aku rela mampir jauh-jauh dari kantor ke sini."

"Sok sibuk," ejek Kyuhyun sebelum meninggalkan mereka. Kibum tertawa dan segera menyeret Donghae ke kamar yang telah di tunjuk Kyuhyun.

"Sial! Kalian bersekongkol mengerjaiku!" umpat Donghae tepat setelah Kibum menutup pintu. Ia merebahkan dirinya di ranjang pasien.

Kibum mengangkat bahu tak acuh. "Kau benar-benar sakit, kan?"

"Aku tahu, kau tahu kalau aku baik-baik saja!"

"Kalau begitu aku pergi." Kibum membuka pintu kembali sebelum—

"Yak! tetaplah disini!" teriak Donghae. "Kau tidak sibuk, kan? sudah lama sekali kita tidak ngobrol."

Dengan tampang sok pasrah Kibum menggeser sebuah kursi dan duduk di sisi ranjang. "Apa yang akan kita bicarakan?"

"Bantu aku menghapus gossip sialan hari ini, oke?"

"Dengan cara?"

"Kau tahu gadis yang semalam jalan denganku usai konser?"

"Benar-benar pacarmu, kan? Lalu aku harus apa?"

"Pura-pura menjadi pacarnya, bagaimana?"

"Kau gila!" umpat kibum otomatis. "Bagaimana pandangan karyawanku nanti melihat bosnya masuk televisi sebagai orang yang kekasihnya direbut anggota boy grup sepertimu?"

"Tidak akan seperti itu! aku akan bilang bahwa aku mengantar gadis itu membeli sesuatu untukmu, karena aku temanmu. Masuk akal, kan?"

"Tidak mau!"

"Ayolah, Bum-ah. Sekali ini lagi saja kau menolongku."

"Kau berkata seperti itu beribu kali, tahu!"

"Begitukah? Ah, ini benar-benar yang terakhir, ya? Sampai kapan aku akan terus disini dan berpura-pura sakit? aku harus menyelesaikan semuanya hari ini juga."

"Kau benar-benar sakit, Hyung." Kyuhyun datang dengan peralatan medisnya. Kibum otomatis menyingkir memberinya ruang.

"Mwo?"

"Kau istirahatlah sehari saja disini, sampai infusmu habis. Spertinya kau dehidrasi."

"Aku tak mau!"

"Kibum Hyung tolong pegang tangannya. Aku harus cepat menyelesailan ini, masih banyak pekerjaan menungguku."

Kibum mnenurut, membantu Kyuhyun menenangkan Donghae yang masih takut dengan jarum.

Kyuhyun tak peduli, Donghae tidak baik-baik saja menurutnya. Ia tahu, Hyung-nya itu kelelahan. Mungkin akibat banyak pekerjaan yang di handle setelah Eunhyuk, partner duo nya pergi wajib militer, dan akibat tertangkap basah letika tengah kencan dengan pacarnya.

"Kau terlalu banyak berpikir. Bilang saja gadis itu benar-benar pacarmu dan kalian akan segera menikah." Kyuhyun merapikan alat-alatnya setelah selesai memasang infus di lengan kiri Donghae.

"Mana bisa, aku ada kontrak. Tidak boleh ketahuan pacaran hingga dua tahun lagi."

"Kalau begitu putuskan saja," sahut Kibum enteng.

"Carilah pasanganmu sendiri kalau kau iri, Kibum!"

Kyuhyun tertawa melihat Kibum mengangkat bahu tak peduli dan mengeluarkan ponsel, menunjukan sebuah foto seorang gadis cantik.

"Tunggu saja undangannya," ujarnya dingin, membuat dua orang disana terpaku sesaat.

"Kau akan menikah? semuda ini?" tanya Dinghae tak percaya.

"Yeah, kau tahu aku sangat diperebutkan." jawab Kibum bangga. "Ketampananku tiada tara."

"Sombong sekali! Pasti kau dijodohkan karna perusahaanmu bangkrut!" Kyuhyun ikut tak terima.

"Enak saja! Perusahaan sedang sangat baik-baik saja. Jangan terlalu banyak nonoton drama!"

"Kau lihat saja, aku akan segera menyusulmu!" serunya kesal sambil pergi meninggalkan ruangan itu.

"Kau tidak boleh mendahuluiku, Kyu!" teriak Donghae.

Kyuhyun tak peduli, toh ia tidak benar-benar serius mengatakannya. Ia tersenyum, ingat Kibum yang menujukan foto gadisnya dengan penuh rasa bangga. Kalau tidak salah, gadis itu pernah dibawa Kibum ketika datang ke pernikahan Sungmin tahun lalu.

Ah, mengingat itu Kyuhyun jadi merindukan dua Hyung tertuanya. Jungsoo yang sudah punya satu anak bayi lucu, dan Sungmin yang akan segera menyusul menimang bayi.

'Paman Kyuhyun' Kyuhyun tersenyun lagi membayangkan bagaimana ia akan di panggil oleh keponakannya nanti.

.

.

Ruangan dengan cat serba putih ini sangat rapi, Kim Hyerin duduk di salah satu kursi tamu di sisi ruangan. Ketika terdengar suara pintu terbuka, ia mendongak dan melihat Kyuhyun tersenyum ke arahnya.

"Ternyata ada tamu," canda Kyuhyun.

Hyerin balas tersenyum lalu menunjukan berbagai macam makanan yang sudah tersedia di atas meja tamu ruangan itu. "Aku memasaknya sendiri. Ajak Donghae kesini, kita makan bersama. Aku merindukan kalian berdua."

Kyuhyun memeluk Hyerin dengan erat. "Aku juga… Donghae Hyung di kamar rawatnya dengan Kibum Hyung. Dia agak kelelahan."

"Kalau begitu kita makan disana saja?" Hyerin bersiap membereskan makanan yang ia bawa sebelum Kyuhyun menghentikannya.

"Biar Donghae hyung saja yang kesini. Dia bisa gunakan kursi roda kalau tidak kuat berjalan," usulnya, kemudian mengeluarkan ponsel menghubungi Kibum untuk segera membawa Donghae ke ruangan khusus tamu ini.

Hyerin mengangguk setuju. "Datanglah ke rumah jika sempat, Kyu. Ayahmu masih saja sibuk dengan pekerjaannya."

"Akhir minggu nanti aku akan ke rumah, bagaimana rumah baru kalian?"

"Menyenangkan, Ayahmu tak lagi sibuk memikirkan ke empat anaknya setelah kami pindah." Hyerin terkekeh. "Dia senang semua anaknya sudah benar-benar dewasa."

"Tentu saja, giliran kami yang memikirkan kalian. Dan yang terpenting adalah, aku tidak kekanakan lagi dengan tetap ingin menjadi atlet basket, dan Donghae hyung tidak mendapat nilai 'D' lagi di ujian matematikanya."

Mereka tertawa bersama, lalu duduk bersampingan di hadapan meja dengan makanan yang menggugah selera. Hening menyelimuti. Hyerin menatap Kyuhyun lembut. Ia tak menyangka Kyuhyun akan menerimanya setelah bertahun-tahun hanya menganggapnya orang lain. Ternyata hati manusia memang tidak bisa di tebak.

"Kyuhyunie…" Hyerin mengusap kedua tangan Kyuhyun dengan lembut. "Aku sangat menyayangi kalian."

Kyuhyun mengangguk. Tersenyum lembut dan menggenggam tangan Hyerin. "Aku juga menyayangimu—Eomma."

.

.

Keadaan begitu tegang ketika Kyuhyun mendudukan dirinya di salah satu kursi di samping lapangan basket sekolah ini. Ia bersedekap dan bertumpang kaki, serius memerhatikan salah satu pemain yang tengah bersiap melemparkan bola kedalam ring. Kemudian bola itu masuk sempurna tanpa menyentuh pinggiran ring sama sekali. Sorak sorai penonton dan kru pertandingan yang pro dengan tim tersebut langsung terdengar Kyuhyun, ia bertepuk tangan dengan bangga akan salah satu pasiennya itu.

"Anyyeong, Kyuhyun-ssi. Kau disini?"

Kyuhyun mendongak, tersenyum melihat siapa yang bertanya. Ia kemudian berdiri, menjabat uluran tangan orang itu dan mengajaknya duduk kembali.

"Aku harus melihat perkembangan anak itu di lapangan."

Orang itu mengangguk. Matanya mengikuti arah pandang Kyuhyun. Seorang yang baru saja mencetak poin untuk timnya itu tersenyum ke arah mereka. "Kurasa sudah baik-baik saja."

"Jonghyun-ssi, anak didikmu itu luar biasa. Kurasa dia hampir mengimbangimu di lapangan."

Kim Jonghyun tertawa, Kyuhyun tak tahu apa yang membuat 'temannya' ini tertawa.

"Bukan maksudku meremehkanmu, kau tahu," ralat Kyuhyun. "Hanya saja dia benar-benar terobsesi dengan basket. Tapi kau tenang saja, dia sangat menghargaimu sebagai pelatih."

"Dia bukan saja mengimbangiku, Kyuhyun-ssi. Kalau kau tak tahu, dia ingin mengalahkanmu. Dia pikir, kalau dia berhasil mengalahkanmu, dia akan menjadi 'yang terhebat'. Heran sekali, dia lebih memilih mengidolakanmu daripada Choi Minho yang jelas-jelas sudah menjadi atlet professional." Jonghyun tertawa lagi. "Dia sangat senang saat tahu kau kerja part time disini, mengisi kekosongan Dokter Kim di hari sabtu. Katanya dia akan sering ke ruanganmu untuk berguru."

Alih-alih tertawa, Kyuhyun malah tercenung. Darimana anak itu tahu tentang dirinya?

"Siapa yang tak tahu kau, Kyuhyun-ssi. Satu-satunya anggota klub basket yang dikeluarkan tapi mendapat benghargaan yang luar biasa." Jonghyun seolah menjawab pertanyaan di kepala Kyuhyun.

Pantas saja anak itu selalu 'sakit' setiap jadwalnya berjaga di klinik asrama, dan berakhir dengan beribu pertanyaan tentang basket. Awalnya Kyuhyun kira anak itu hanya tahu kalau ia juga suka basket, bukan sebagai anggota klub yang pernah juara Nasional.

"Kemarin dia cedera," gumam Kyuhyun.

"Itu sungguhan, Kyuhyun-ssi."

Kyuhyun mengangguk. "Aku tahu. pergelangan kakinya bengkak, luarbiasa sekali dia bisa bermain bagus hari ini."

"Persis sepertimu," kata jonghyun pelan. Kyuhyun mendelik tak suka mendengarnya.

"Kau seperti tidak saja, Jonghyun-ssi."

Jonghyun pun tertawa lagi. Kyuhyun tersenyum, melihat tawa lepas Jonghyun seperti ini membuat hatinya tenang. Perasaan bersalah yang menggerogoti hatinya bertahun-tahun sirna begitu saja ketika Heechul bilang bahwa adiknya ini telah resmi menjadi salah satu pelatih di sekolah olah raga ternama di Seoul. Jantung baru yang diterima Jonghyun sangat cocok untuk tubuhnya. Ia bersyukur, satu orang telah terselamatkan dari sakitnya.

Suatu saat nanti, ia yang harus menyembuhkan. Ia harus menjadi dokter yang hebat, seperti Kim Hyerin dan professor Jung yang berhasil menyelamatkannya. Seperti Kim Heechul juga, seniornya semasa sekolah tang menjadi seniornya lagi sekarang di klinik sekolah olah raga ini.

Kyuhyun tahu, sakit sekali rasanya saat ia harus meninggalkan apa yang ia sukai. Tapi ternyata, kekecewaan itu dapat terobati dengan ia menjadi seseorang yang dibutuhkan orang banyak. Tidak mudah memang.

Sebelum menemukan tujuan hidupnya lagi, berulang kali Kyuhyun gagal. Merasa bahwa sia-sia saja hidupnya jika tidak melakukan apa yang dia inginkan. Ternyata tidak seperti itu, hidup tidak hanya harus mengikuti apa yang diinginkan. Tapi, menjadi apa yang diperlukan orang lain. Menjadi orang yang bermanfaat.

Donghae yang menjadi idola banyak orang.

Kibum yang membantu ayahnya memimpin perusahaan dengan baik.

Yesung yang juga sangat sukses dengan perusahaan barunya.

Minho yang benar-benar meraih cita-citanya untuk menjadi atlet basket.

Jonghyun yang telah berhasil menjadi seorang pelatih basket handal.

Heechul yang telah diangkat menjadi dokter.

Kini yinggal menunggu ia menyelesaikan magang kemudian menjadi seorang Dokter.

Lalu Shim Changmin?

"Yak, Kyuhyun-ah! Aku mencarimu di klinik, dan kau bersenang-senang disini tanpaku?"

Shim Changmin, datang dengan gaya kasual khas-nya. Membuyarkan lamunan Kyuhyun seketika.

"Lama sekalo tak duel denganmu, Kyu. Aku ada game baru."

Yah, begitulah... sahabatnya yang telah terobsesi dengan game ini kini menjadi gamer profesional.

"Setelah pertandingan ini selesai, Changmin-ah. Siap-siap saja kalah olehku."

"Aku tunggu kekalahanku," ejek Changmin, merasa dirinya tetap menjadi terhebat urusan game. "Kau bahkan tak pernah menang lagi dariku setelah pertandingan tiga tahun lalu."

"Itu karena aku terlalu sibuk dengan kuliahku, tak sempat lagi bermain sepertimu."

"Bilang saja kau mulai kalah olehku."

"Aku bahkan memenangkan olimpiade matematika di sekolah!"

"Apa urusannya? Kalah ya kalah saja, Kyu..."

"YAK! SHIM CHANGMIN!" pekik Kyuhyun kesal, membuat Changmin dan Jonghyun tertawa. Jonghyun bahkan sudah tak mengamati pertandingan lagi sejak Changmin datang.

Dua sahabat ini, selalu luar biasa!

.

END

.

Akhirnya! Berhasil bikin ending yang gak ngambang kah kali ini?

Kalau masih ngambang juga ya… maaf xD

Maaf juga untuk typo (seperti biasa) xD

Oh, ya… yang mau baca ff baru boleh di tengok di rumah baru saya

khyerin13(titik)wordpress(titik)com

jangan lupa tinggalkan jejak ya x))

Annyeong!