Basketball

.

Cast:

Kyuhyun, Donghae, Jungsoo, Sungmin, Kibum, Changmin, Siwon

.

Brothership Fanfiction

By:

Khy13

.

.

Seorang namja berlari secepat mungkin mengejar temannya yang berjalan jauh dihadapannya. Tangannya sibuk mengancingkan jaket tebalnya yang baru saja ia pakai, sambil sesekali membenarkan letak tas punggung yang disampirkan sebelah di bahu kanannya yang terus saja melorot turun.

Laki-laki yang dikejarnya itu tiba dihadapan pintu elevator, menekan tombol di samping pintu besi itu dan menunggu pintu terbuka sambil bersiul santai.

"Kyuhyun-ssi tunggu aku sebentar!" teriak namja itu. Kyuhyun menoleh dan kemudian tampak tak peduli ketika melihat murid baru dikelasnya itu tengah berlari tergesa.

Pintu lift terbuka, Kyuhyun masuk disusul oleh namja yang berlari itu.

"Selamat pagi, Kyuhyun-ssi.."

"Ya, selamat pagi Changmin-ssi.."

"Kukira aku terlambat. Dingin sekali hari ini, aku jadi terlambat bangun karena tidur terlalu lelap," celotehnya. Kyuhyun hanya menganggukan kepala saja.

Shim Changmin. Teman baru yang baru beberapa hari ini masuk sekolah itu sangat ramah. Kebetulan sekali, saat kelas bahasa inggris beralangsung, Changmin duduk di sampingnya dan laki-laki itu berceloteh dalam bahasa inggris dengan lancar. Menurut desas-desus yang beredar -yang sering Kyuhyun dengar ketika makan di kantin sekolah- Changmin itu pindahan dari luar negeri, entah dari mana. Mungkin itu sebabnya laki-laki itu sesekali berbicara dengan bahasa inggris.

Ting!

Lift terbuka di lantai empat. Kyuhyun melangkah terlebih dahulu keluar dari lift, dan Changmin menyusulnya lalu berajalan di samping kirinya.

Sejak saat kelas bahasa inggris itu, Changmin tidak pernah lagi berbicara dalam bahasa inggris karena Kyuhyun sama sekali tak meresponya. Changmin kira Kyuhyun tak mengerti bahasanya. Kyuhyun memang tidak bisa berbicara selancar itu, bukan karena tidak bisa bahasa inggris tapi karena Kyuhyun memang tidak terlalu sering berbicara. Dan apa yang Changmin bicarakan selama kelas berlangsung itu Kyuhyun pikir tidak harus direspon. Kyuhyun lebih memilih memerhatikan Seonsaeng-nim yang sedang menjelaskan.

"Kau sedang sakit, Kyu? Beberapa hari ini kuliahat kau diam saja."

Lihat? Changmin memang senang berbicara, apalagi sekarang namja itu sudah mulai berbicara tidak formal lagi pada Kyuhyun.

"Tidak, aku memang seperti ini," jawab Kyuhyun singkat sambil berbelok ke kanan untuk masuk ke dalam kelas matematika yang didalamnya ternyada sudah berdiri Han Seonsaeng-nim yang baru saja membuka pelajaran.

"Mianhaeyo saya terlambat, seonsaeng-nim.." Kyuhyun membungkuk sopan. Changmin menirunya sambil tersenyum kepada guru matematikanya yang terlihat keji itu.

"Masuklah, Kyuhyun-ssi.. dan Changmin-ssi, kau boleh membuka jaketmu terlebih dahulu sebelum masuk." Singkat! Padat! Dan sangat jelas tak dapat di bantah.

Kyuhyun masuk setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih. Sedangkan Changmin mendengus sebal lalu membuka jaketnya sebelum masuk.

Seharusnya Changmin tahu, sekolah seperti ini memiliki pengatur suhut ruangan di setiap kelas. Tidak perlu khawatir kedinginan saat musim dingin atau kepanasan saat musim panas.

.

.

"Hya! Kim Kibum! Kim Kibum!"

Teriakan menggema di gedung olah raga Sekolah yang mewah itu. Salah satu bintang lapangan basket, Kim Kibum, tengah menjadi sorotan utama mata para penonton sejak beberapa menit yang lalu pertandingan dimulai.

Permainan itu tampak berjalan seru. Kibum sebagai kapten tim, berteriak memberikan instruksi kepada teman-temannya yang tersebar di lapangan. Pertandingan ini hanya latihan, tapi mereka tampak bermain maksimal dan tidak tanggung-tanggung mengeluarkan kemampuan terbaik mereka di lapangan.

Changmin sebagai salah satu penonton disana berteriak kagum melihat keahlian senior-seniornya yang sedang menguasai lapangan itu. Ia menyukai olahraga yang satu ini, dan sekarang tujuannya datang kesini selain untuk menonton latihan mereka juga untuk mendaftar sebagai anggota ekstrakulikuler basket. Ia berharap, Club basket sekolah masih menerima anggota baru. Nanti setelah latihan ini selesai ia ingin langsung menemui Kim Kibum untuk mendaftar.

"Kim Kibum itu tidak pernah turun dari jabatannya sebagai kapten, kau tahu?" Changmin menoleh kepada Siwon yang duduk di sampingnya. Siwon juga merupakan anggota club basktet sekolah, tapi hari ini ia baru masuk sekolah setelah seminggu kemarin ia terkena demam berdarah, jadi hari ini ia belum boleh ikut latihan.

"Dia akan melepas jabatannya kalau sudah lulus sekolah, kan?"

Siwon mengangguk. "Memang, tapi rasanya sayang jika harus melepas pemain berbakat seperti itu. Sejak junior school juga dia menjadi kapten tim basket. Setelah dia lulus, Kyuhyun menggantikannya.."

"Kyuhyun?" mata Changmin membulat. "Kyuhyun anak pendiam di kelas kita itu?"

Siwon mengangguk lagi. "Iya itu, siapa lagi? Dia dulu aktif di tim basket sekolah. Katanya dia juga anggota salah satu club basket Seoul. Tapi setahun belakangan ini dia tidak main lagi."

"Kenapa?"

Siwon mengangkat bahu. "Tidak tahu!"

"Kukira anak itu hanya kutu buku. Dia pintar sekali, Siwon."

"Memang. Sejak junior shool dia memang seperti itu. Di kelas dia pintar, dan dilapangan dia jago!"

Changmin nampak kagum. "Kau berteman dengan Kyuhyun dan Kibum sunbae sejak junior school?"

"Tidak berteman juga sih, Kyuhyun memang pernah sekelas denganku. Tapi kalau Kibum sunbae, aku mengenalnya hanya sebagai kapten tim basket. Teman-teman Kibum sunbae hanya anggota club basket sekolah saja, kecuali Donghae sunbae. Donghae sunbae itu kakaknya Kyuhyun. Kibum sunbae dan Donghae sunbae berteman sejak kecil. Mereka tetangga."

Changin mengangguk-anggukan kepala saja selama Siwon menjelaskan. Fakta-fakta baru yang didapatnya dari Siwon cukup membuatnya terkejut, terutama di bagian 'Kyuhyun jago basket' ia tidak menyangka anak itu jago basket. Changmin kira anak yang pintar dalam mata pelajaran di kelas tidak bisa ahli dalam pelajaran olah raga. Tapi sepertinya kyuhyun lain. Ia jadi iri, kapan ya ia bisa seperti Kyuhyun? Anak itu seperti tanpa cela!

.

.

Sungmin keluar dari lift sambil sesekali mengeratkan jaket cokelat yang membungkus tubuhnya, setelah menyerahkan laporan pekerjaannya kepada atasan yang masih sibuk di ruang kerjanya di lantai lima. Ia berjalan tergesa menuju loby kantor tempatnya bekerja itu dan senyumnya mengembang begitu saja ketika seseorang yang duduk di kursi tunggu itu melihatnya dan melambaikan tangan sambil tersenyum cerah.

"Kau lama, Hyung!"

Kyuhyun, orang yang menunggunya itu menggerutu tak senang. Sungmin memohon maaf dengan tulus lalu mereka berjalan pelan keluar dari gedung lalu menyusuri jalan setapak yang dipasangi plaving blok heksagonal berwarna merah kecoklatan di pinggiran jalan.

"Sekarang kita kemana, Hyung?"

"Tentu saja ke rumah sakit. Dokter Jung menunggumu untuk check up." Sungmin memasukan kedua tangannya kedalam saku jaket tebalnya. "Kurasa musim dingin sudah dekat, dingin sekali hari ini."

Kyuhyun tertawa di sampingnya, adik bungsunya itu meliriknya sesekali sambil menyamakan langkah mereka.

Baru dua minggu yang lalu Seoul mengalami pergantian musim. Dari musim panas ke musim gugur, dan tentu saja Kyuhyun akan menertawakan Sungmin karena tidak mungkin musim dingin sudah dekat, musim gugur saja masih di awal-awal.

Tapi Sungmin benar, udara sore ini begitu dingin. Kyuhyun bahkan harus mengenakan sebuah jaket dan mantel tebal di luar seragam sekolahnya. Setelah pulang sekolah tadi ia langsung diajak oleh Sungmin untuk menemaninya menyerahkan laporan pekerjaan ke kantor.

Semua orang di sekitar mereka berjalan cepat dan tergesa, mencoba membuat tubuh lebih hangat dengan berjalan cepat seperti itu. Berbeda dengan Kyuhyun dan sungmin yang berjalan santai, tidak memerdulikan angin yang mulai bertiup kenacang mengugurkan dedaunan kering yang tumbuh di pinggiran trotoar.

"Kau tidak kedinginan, kan?"

Kyunyun mengangguk pasti sehingga sungmin menghela napas tenang dan melanjutkan langkah tanpa khawatir adiknya kedinginan, padahal dia sendiri berbicara dengan sedikit menggigil dan asap putih mengepul dari mulutnya ketika berbicara.

"Kau yang kedinginan," tuduh Kyuhyun. Sungmin tertawa tanpa menatapnya.

"Biar saja, aku bisa langsung minum teh hangat atau berendam air hangat ketika sampai di rumah nanti."

Kyuhyun mendengus sebal. Selalu begitu, Sungmin ataupun Jungsoo –Hyung tertuanya- akan sangat menjaganya sedangkan diri mereka sendiri tidak terlalu diperhatikan.

"Kalian tidak adil," sungut Kyuhyun sebal.

Sungmin merangkul pundaknya. "Kami menyayangimu, Kyuhyun-ie.."

.

.

Malam hari ini, kediaman empat bersaudara itu tampak sepi. Kyuhyun yang sedang berbaring di sofa malas sambil memegang sebuah komik yang hampir habis dibacanya. Sungmin duduk di depan sofa itu sambil memainkan laptop yang menyala di atas meja dihadapannya. Lalu Donghae, Hyung Kyuhyun yang umurnya hanya terpaut dua tahun itu asyik menonton pertandingan sepak bola di televisi.

Mereka memang duduk dalam satu ruangan, tapi tak ada percakapan sedikitpun. Hingga pintu rumah terbuka, dan Jungsoo masuk dengan raut wajah lelah disambut oleh teriakan Donghae yang bertanya apakah Hyung tertuanya itu membawa makanan atau tidak.

"Hyung tidak membeli apapun Hae, bukankah Sungmin masak makan malam?" Jungsoo melepas kaus kakinya asal lalu melemparkannya kedalam keranjang pakaian kotor di sudut ruangan. Kemudian ia berjalan lunglai menghampiri Kyuhyun yang masih tenggelam dalam komik yang dibacanya. Tangannya terulur menyentuh kepala Kyuhyun dan mengusapnya lembut beberapa kali.

"Sudah makan dan minum obat, Kyuhyun-ie?"

Kyuhyun mengangguk tanpa menoleh.

"Kalau begitu kau harus segera tidur, ini sudah lewat jam tidurmu."

Kyuhyun menutup komiknya, beranjak duduk, lalu tersenyum pada Jungsoo. "Arraseo, Hyung. Kau juga harus makan, lalu tidur."

Senyum itu tersungging begitu saja. Lelah yang dirasakan Jungsoo menguap begitu saja ketika melihat adiknya tersenyum seperti itu.

"Hm, tentu saja. Jalja, Kyuhyun-ie.."

"Jaljayo, Jungsoo Hyung, Min Hyung, Hae Hyung.."

Sungmin melambaikan tangannya pada Kyuhyun tanpa menoleh, ia masih sibuk dengan laptopnya. Lalu Donghae.. anak itu malah mendengus sebal melihat Kyuhyun yang masuk kedalam kamarnya.

"Kau memperlakukannya seperti bayi saja, Hyung!" ketusnya, lalu ia pergi ke kamarnya. Tanpa ucapan selamat tidur, tanpa salam selamat malam untun kedua Hyung-nya disana.

Jungsoo hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Donghae, ia pikir mungkin saja ada yang salah dengan waktu lahir Kyuhyun dan Donghae. Kyuhyun terkadang lebih terlihat seperti 'Hyung' dan Donghae terlihat seperti maknae yang selalu cemburu dan manja.

Semenjak meninggalnya ibu mereka, Jungsoo lebih mengenal pribadi adik-adiknya. Ayahnya yang lebih memilih menikah lagi dan tinggal di rumah baru bersama isteri barunya setahun yang lalu hanya sesekali menjenguk mereka. Jadi, ia sebagai anak tertua harus menggantikan peran ibu sekaligus ayah untuk ketiga adik kecilnya, dibantu oleh Sungmin yang memang sudah lebih dewasa dibandingkan dua adiknya yang lain.

Sungmin bekerja di salah satu perusahaan kontraktor di Seoul. Pekerjaannya yang membuatnya tidak bisa terus berada di rumah selalin hari sabtu dan minggu itu membuatnya tidak terlalu dekat dengan Kyuhyun dan Donghae.

Sedangkan Jungsoo bekerja bersama ayahnya di perusahaan yang ayahnya rintis mulai dari bawah hingga sekarang telah berkembang dan mendirikan cabang perusahaan di luar kota. Perusahaan itu bergerak di bidang konstruksi, tepatnya perusahaan pembuatan baja ringan dengan kualitas tinggi.

"Kau menginap, Sungmin-ie?" Jungsoo memulai percakapan. Ia duduk di sofa sambil memperhatikan Sungmin yang sedang merancang sebuah gambar gedung.

Sungmin mengangguk. "Aku kangen Kyuhyun dan Donghae. Minggu depan ada proyek baru di Daegu, mungkin aku tidak bisa pulang selama beberapa minggu."

"Mereka pasti merindukan masakanmu, Min-ie.."

Sungmin tertawa. "Masakan Jung Ahjuma jauh lebih enak, Hyung."

"Hm, tapi Donghae bilang hanya masakanmu dan Eomma yang paling enak."

Hening seketika. Salah Jungsoo yang sempat-sempatnya mengingatkan tentang ibu mereka dalam keadaan sensitif seperti ini. Besok adalah hari peringatan kematian ibunya, dan mereka akan sangat sensitif jika saja kata "eomma" masuk kedalam pembicaraan.

Tiga tahun lalu, di musim gugur yang sama seperti sekarang, di musim gugur yang jauh terasa lebih dingin dari musim gugur yang lain, ibu mereka meninggal karena serangan jantung yang terlambat ditangani. Penyakit jantung koroner yang telah lama diderita ibunya itu akhirnya berhasil merenggut nyawa sang ibu dari kehidupan mereka. Dan penyakit itu juga yang sekarang membuat mereka resah, penyakit yang sama yang diderita ibu mereka juga diderita Kyuhyun, adik bungsu mereka.

Jantung koroner memang bisa menurun, dan Kyuhyun adalah orang yang dipilih Tuhan untuk mengidap sakit yang sama dengan ibunya. Tapi anak itu sama sekali tidak mempermasalahkan penyakitnya, ia bilang "Tuhan pasti lebih menyayangiku, seperti Tuhan menyayangi eomma. Jadi hanya aku yang sakitnya sama seperti eomma, bukan Jungsso hyung, bukan Sungmin hyung, atau Donghae hyung. Kalian jangan iri, ya!" kata Kyuhyun kecil dulu, sebelum ia mengerti seperti apa penyakit jantung koroner itu.

Jungsoo tersenyum mengingatnya. Adinya itu memang tidak pernah mengeluh dengan sakitnya. Sampai sekarangpun ia tetap seperti itu, Kyuhyun yang ceria dan ramah, hanya saja semenjak ibunya pergi Kyuhyun menjadi lebih pendiam. Jika saja ada yang lebih kehilangan dengan perginya sang ibu, mungkin itu Kyuhyun, karena memang sejak kecil Kyuhyun sangat dekat dengan ibunya. Ibunya tak akan pernah membiarkan Kyuhyun kesakitan, anak itu selalu dijaga. Sekarang, itu akan menjadi tugas ketiga hyung-nya. Kejadian serangan jantung yang terlambat ditangani sampai ibunya meninggal itu tak boleh terulang lagi.

"Tidurlah, Hyung." Sungmin mematikan laptopnya lalu berdiri. "Selamat malam, Hyung.."

"Sungmin.." panggil Jungsoo. Sungmin menghentikan langkahnya. "Apa yang dikatakan Dokter Jung hari ini?"

"Semuanya jauh lebih baik. Kurasa menghentikan anak itu dari kegiatan basketnya adalah keputusan yang tepat."

"Ya, tapi.."

"Kyuhyun akan mengerti, Hyung. Kau lihat kan dia tidak ada masalah setelah satu tahun ini keluar dari club basket-nya."

Jungsoo mengangguk, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa memang tidak ada apa-apa. Kyuhyun pasti mengerti.. Ya, Kyuhyun harus mengerti.

.

.

Empat bersaudara itu duduk melingkari sebuah meja makan, dengan kepala keluarga yang menduduki kursi utama di kepala meja.

Jungsoo duduk di paling ujung berhadapan dengan sebuah kursi kosong yang ditinggalkan pemiliknya. Disampingnya, Donghae duduk berhadapan dengan Sungmin. Lalu disamping Sungmin, Kyuhyun duduk tanpa siapapun dihadapannya.

Younghwan yang menempati kursi utama, berbincang ringan dengan Jungsoo mengenai pekerjaan mereka, sambil menunggu seorang wanita yang masih bolak-balik menyajikan di atas meja.

Wanita itu tersenyum puas setelah semua makanan tersaji apik di atas meja, ia kemudian duduk di hadapan Jungsoo dan mulai mengambilkan makanan untuk piring suaminya.

"Berhentilah membicarakan pekerjaan. Waktunya makan, kalian pasti lapar, kan?" Wanita itu tersenyum cerah. Setelah piring suaminya telah penuh oleh makanan, ia mengisi piringnya sendiri.

Begitu pula dengan empat orang pemuda disana. Mereka tampak tenang melahap makanan di piring masing-masing. Ayah mereka selalu menekankan untuk tidak ada percakapan ketika acara makan berlangsung.

Ini adalah hari peringatan kematian ibu dari empat pemuda yang tampak murung itu. Semua yang ada disana memakai pakaian serba hitam, suasana berkabung. Ayah mereka akan datang untuk ikut dalam acara keluarga ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, setelah melakukan prosesi penghormatan kepada mendiang sang ibu dengan mengunjungi makamnya, mereka akan makan siang bersama lalu melakukan semua hal bersama di dalam rumah.

Tapi tahun ini ada yang berbeda, kehadiran isteri baru ayahnya cukup membuat suasana menjadi lebih canggung. Apalagi melihat sikap Kyuhyun yang tidak terlalu menerima kehadiran ibu baru mereka. Memang bisa dimaklumi, Kyuhyun adalah anak yang paling dekat dengan ibunya, jadi ia tak bisa semudah itu menerima kehadiran wanita lain yang disebut "eomma" oleh ketiga Hyung-nya.

"Setelah ini, kita akan melakukan apa?" Younghwan buka suara. Acara makan siang telah selesai, dan biasanya setelah itu mereka akan menonton film atau sekedar ngobrol ringan di ruang keluarga ditemani oleh teh hangat dan beberapa camilan. "Ingin nonton film? Appa dengar Donghae mengoleksi banyak DVD film baru?"

"Jungsoo Hyung kan yang bilang?" Donghae asal tuduh. "Bukan aku, tapi Kyuhyun! Dia setiap hari menyuruhku membeli DVD film atau game terbaru jika aku sedang keluar," sungutnya kesal. "Kau tahu, Appa, Kyuhyun keseharihannya seperti itu saja... sekolah, makan, main game, nonton film, tidur. Dasar pemalasan!"

Semuanya tertawa mendengar gerutuan Donghae, kecuali Kyuhyun tentu saja. Kyuhyun memang tidak pernah melakukan apapun selalin itu. Dirumah, dia diperlakukan seperti anak kecil yang memang hanya bisa melakukan hal-hal yang disebutkan Donghae.

"Kau tak pernah belajar, Kyuhyun-ie?" Younghwan menimpali.

Kyuhyun meneguk habis air putih di gelasnya sebelum berbicara. "Aku belajar, Appa. Hae Hyung saja yang tidak tahu!"

"Belajar baca komik, Appa!" tambah Sungmin. Semua tertawa lagi, kecuali Kyuhyun yang mengerucutkan bibirnya kesal.

"Bagaimana dengan club basketmu, hm?"

Hening seketika. Younghwan sepertinya salah mengambil topik pembicaraan.

Jungsoo berdehem, lalu meraih gelasnya untuk minum. "Kyuhyun-ie harus berhenti main basket, Appa," jelasnya ragu.

Younghwan tampak terkejut. Sebelumnya, ia sangat bangga dengan keahlian Kyuhyun yang satu itu.

"Bukankah Kyuhyun-ie atlet basket yang hebat?"

Younghwan mengangguk, meng-iya-kan pertanyaan dari isterinya.

"Kesehatannya akan jauh lebih baik jika dia tak bermain basket lagi," giliran Sungmin yang angkat bicara.

"Bukankah selama ini tak ada masalah?" Younghwan cukup heran. Selama ini Kyuhyun baik-baik saja dengan aktif di tim basket. Bukankah seorang pengidap jantung koroner juga butuh olah raga?

"Kyuhyun tidak sadar diri! Dia terus saja aktif di tim basket, padahal dia tahu kalau dia itu sakit," celetuk Donghae cuek. Anak itu tak sadar kalau Kyuhyun tengah menatapnya dengan tatapan terluka.

"Aku sakit, Appa. Aku memang tak sadar diri." Kyuhyun berucap dingin. Ia bangkit dari kursinya dan berlalu pergi. "Kalian nonton saja, aku ingin istirahat."

Semua mata menatap Donghae tajam. Terutama Jungsoo, Hyung tertua itu tampak benar-benar marah.

"Kau sadar tidak apa yang baru saja kau katakan, Donghae?" desisnya tajam. Donghae menundukan kepala.

"Kau keterlaluan, Donghae. Seharusnya kau bisa menjaga perasaan Kyuhyun!" Sungmin ikut marah.

Donghae mengangkat kepalanya, menatap Sungmin dan Jungsoo bergantian. "Aku mengatakan yang sebenarnya, kan? Dia memang sakit, Hyung! Kenapa kalian semua menyangkal hal itu?"

"Tapi tidak seharusnya kau mengatakan Kyuhyun tidak sadar diri! Dia sudah cukup tertekan dengan tidak boleh bermain basket lagi, dan kau jangan menambah beban pikirannya!" benatak Jungsoo.

"Sudah.. Jungsoo, Sungmin, jangan tekan adik kalian seperti itu," Younghwan menengahi.

"Mungkin Donghae hanya salah bicara. Iya, kan, Donghae-ya?" eomma baru mereka menatap Donghae lembut, tapi anak itu tak ingin bicara.

Kursi berdecit keras, Donghae bangkit dengan kasar lalu pergi. "Aku ingin kerumah Kibum saja!" teriaknya sebelum membuka pintu dan keluar.

Sungmin menggelengkan kepalanya jengah. "Apa dia lupa? Kibum pasti masih di sekolah.."

.

.

Benar saja apa yang dikatakan Sungmin. Donghae benar-benar lupa kalau hari ini pasti Kibum sekolah, tidak seperti dia dan Kyuhyun yang membolos karena harus mengunjungi makam ibunya.

Setelah mendapat jawaban mengecewakan dari ibu Kibum yang berkata bahwa Kibum belum pulang, Donghae memilih duduk diam di bangku taman komplek perumahan. Kakinya memainkan bola yang tadi dia temukan di halaman rumah Kibum. Itu adalah bola miliknya yang sengaja disimpan dirumah Kibum karena tetangganya itu memiliki halaman rumah yang luas, Donghae dan Kibum sering bermain sepak bola bersama di halaman rumah Kibum.

Ngomong-ngomong masalah bola, Donghae jadi mengingat Kibum yang jago main basket sama seperti Kyuhyun. Kibum juga bisa main sepak bola, tapi sahabatnya itu lebih memilih basket daripada sepak bola, Kibum hanya bermain sepak bola jika Donghae yang mengajaknya bermain.

Ada apa dengan basket, sebenarnya? Kenapa Kibum dan Kyuhuun begitu menyukai olah raga yang satu itu. Kibum sih wajar saja jika suka basket, anak itu sehat, tidak seperti Kyuhyun yang sakit dan malah memilih basket! Donghae pikir Kyuhyun memang tak sadar diri! Sudah tahu sakit, tapi memilih olah raga yang melelahkan seperti itu.

Atau Kyuhyun sengaja supaya dia bertambah sakit dan Jungsoo hyung dan Sungmin hyung jadi tambah sayang padanya?!

"Donghae-ya!"

Donghae mngerjap, Kibum berteriak memanggil namanya dari kejauhan dan sekarang tengah berlari kearahnya. Anak itu masih mengenakan seragam sekolah yang lengkap.

"Kau bolos, huh?" ejek Kibum ketika telah tiba di hadapannya.

"Enak saja! Aku harus mengunjungi makan eomma, tahu!"

"Oh, arraseo! Tadi Han Seonsaeng menanyakanmu. Kubilang saja kau sedang sakit, dia sepertinya marah besar. Nilai ujian harianmu kemarin hancur, tahu!"

Donghae berdecak. Han Seonsaeng itu guru matematika mereka, mata pelajaran yang satu itu memang tak pernah bersahabat dengan Donghae.

"Dia pasti membandingkanku dengan Kyuhyun lagi!" gerutunya. "Donghae-ssi kulihat nilai adikmu bisa jauh lebih baik dari ini!" Donghae menirukan ucapan Han Seonsaeng ketika dia mendapat nilai E di ujian harian minggu lalu.

Kibum tertawa singkat. "Memang begitu kenyataannya, kan?" ejeknya lagi. Donghae hanya menghembuskan napas kesal.

"Kita main lagi, Bum-ie. Kau kiper dan aku akan menendang bola!"

"Tidak! Tidak! Aku tahu kau sedang bad mood, kau akan menendang bola keras-keras ke wajahku, Donghae!"

"Tidak akan! Aku hanya ingin main saja, ayo.. sudah lama kita tidak main, kau terlalu sibuk dengan tim basketmu itu!"

"Baiklah..baiklah.. tapi ada satu nyarat, eotthae?"

Donghae mendelik curiga. "Apa?"

"Bujuk Kyuhyun untuk main basket lagi!"

Kali ini Donghae benar-benar menendang bola keras-keras ke wajah Kibum. Hari ini dia sudah cukup kesal dengan bahasan basket di ruang makan keluarganya, dan sekarang Kibum menyuruhnya menbujuk Kyuhyun? Oh tidak! Jangan salahkan donghae kalau wajah Kibum kali ini benar-benar bengkak akibat tendangan bolanya.

"Bujuk saja sendiri!" bentak Donghae lalu pergi.

"Yak! Donghae-ya, tunggu!" Kibum mengejarnya. Mencengkram pergelangan tangan Donghae dengan keras agar sahabatnya itu tidak pergi. "Tolonglah, beberapa minggu lagi ada pertandingan se-Seoul, aku cukup kewalahan bermain tanpa Kyuhyun."

"Apa hanya Kyuhyun yang jago, huh? Kau cari saja orang lain!"

"Tapi hanya Kyuhyun yang bisa mengimbangi permainanku, yang lain tidak seperti Kyuhyun!"

"Kau harus tahu, Kibum," Donghae mulai tenang. "Bukan aku yang berhak membujuk Kyuhyun bermain basket, dan bukan hanya Kyuhyun yang memutuskan untuk bermain basket lagi atau tidak. Jadi, tidak ada gunanya kau memohon padaku! Kyuhyun tidak akan pernah bermain basket lagi!"

Kali ini Donghae benar-benar pergi. Kibum tertegun di temapatnya. Dia bertanya-tanya dalam hati, ada apa sebenarnya dengan Kyuhyun?

.

.

Jungsoo mengetuk pintu kamar Kyuhyun beberapa kali sebelum dia masuk. Kyuhyun tengah berbaring terlentang di tempat tidurnya, menatap langit-langit kamarnya yang putih bersih.

Kamar itu tetap sama. Selama tiga tahun ini Kyuhyun tak pernah mengubah dekorasi kamarnya, karena ibunya yang telah mendekorasi kamar Kyuhyun untuk yang terakhir kali.

Dinding berwarna biru langit, tak pernah ia tempeli poster-poster pemain basket kesukaaannya. Kyuhyun tidak seperti penggila basket seusianya yang biasanya memenuhi dinding kamar dengan poster seputar basket. Yang tertempel di dinding kamar Kyuhyun hanya jam dinding dan foto keluarga besar tepat di hadapan tempat tidurnya.

Di sisi kiri kamar, terdapat jendela besar yang langsung menampakan pemandangan halaman belakang rumah yang indah. Disana biasanya Kyuhyun akan berdiri memerhatikan Donghae yang bermain sepak bola di lapangan. Anak itu selalu suka jika Donghae sudah memainkan bola sepak. Katanya, Hyung-nya itu terlihat sangat keren.

"Kyuhyun-ie.. appa dan eomma menunggu kita di bawah.."

Jungsoo menghampiri Kyuhyun yang masih berbaring dengan diam. Ia duduk di sisi kepala Kyuhyun sambil mengusap rambut Kyuhyun dengan lembut.

"Hyung.." gumam Kyuhyun.

"Hm?"

"Apa dengan berhenti main basket, aku akan sembuh?"

Hati Jungsoo sakit mendengarnya, Kyuhyun terlihat lelah ketika menanyakannya.

"Kyuhyun-ie.. yang penting kita harus berusaha," jawab Jungsoo lembut. Kyuhyun terlihat memejamkan matanya. Jungsoo mengalihkan pandangannya ke arah kanan, disana ada sebuah lemari kaca yang didalamnya berisi penghargaan-penghargaan milik Kyuhyun. Bukan hanya dari olimpiade yang banyak diikuti Kyuhyun, tapi juga ada beberapa penghargaan yang Kyuhyun dapatkan dari bermain basket.

Jungsoo ingat, dulu Kyuhyun akan sangat senang jika telah memenangkan pertandingan, apalagi mendapat penghargaan sebagai pemain terbaik. Walaupun setelah itu, sakitnya akan kambuh dan ia tidak akan masuk sekolah atau ikut latihan keesokan harinya.

"Aku ingin tidur, Hyung.."

Jungsoo kembali menatap Kyuhyun. Adiknya itu masih memejamkan matnya. Jungsoo tahu, Kyuhyun ingin ia pergi sekarang.

"Baiklah, nanti eomma akan kesini mengantarkan obat untukmu."

"Tidak," tolak Kyuhyun. "Hyung atau Sungmin hyung saja yang kesini."

"Kyuhyun-ie... kau harus bisa menerima eomma, dia—"

"Eomma sudah meninggal, Hyung!" Kyuhyun membalik badannya, memunggungi Jungsoo, itu berarti ia tak ingin diajak bicara lagi.

Jungsoo menghela napas, lalu pergi.

.

TBC

.

Yuhuuuu... aku lagi senang sama basket nih gara-gara baca novel karya Luna Torashyngu yang judulnya Lovasket, jadi FF kali ini ambil tema seputar olah raga yang satu itu.

Semoga senang dengan FF baru ini... review ya...