Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto

I do not own this character. I 'borrow' his character.

DON'T LIKE? DON'T READ!

NO FLAME!

WARNING: OOC (maybe). Typo. LEMON (maybe)

.

.

.

Rumah bergaya Jepang kuno itu tampak lengang seperti hari-hari biasanya. Rumah dengan halaman luas yang ditumbuhi dengan beberapa tanaman tak terawatt dan rumput liat yang jarang dicabuti itu, menambah kesan angker rumah itu. beberapa ruangan dalam rumah itu juga tampak gelap karena tidak semua jendela di rumah itu dibuka.

Seorang pemuda yang mengenakan yutakan warna biru muda tampak berjalan dengan malas menuju ruang makan. Dia menguap lebar sekali dan mengabaikan tumpukan piring kotor yang tidak dicuci berhari-hari di wastafel. Dengan malas, pemuda itu membuka lemari esnya. Matanya yang masih mengantuk, menatap lemari es itu dengan tatapan tanpa arti. Hanya ada dua butir telur tersisa di lemari es itu.

Sasuke Uchiha, nama pemuda itu, langsung membuang napas panjang.

Dengan berat hati, akhirnya dia mengambil telur yang masih dalam wadah plastik itu, dan membawanya ke penggorengan.

Sasuke tidak pernah memasak sebelumnya. Dia selalu mengandalkan kakak laki-laki satu-satunya, Itachi. Sasuke adalah anak bungsu dalam keluarga ini. Dan sepeninggal kedua orangtuanya karena kecelakaan maut beberapa tahun yang lalu saat dia masih berusia tujuh tahun, sejak saat itulah kakaknya yang selalu menjaganya. Itachi selalu menyiapkan semua keperluan Sasuke, mulai dari pakaian, makanan dan hal-hal sepele lainnya. Dengan kata lain yang lebih sederhana, Itachi terlalu memanjakan Sasuke.

Dan itu membawa dampak buruk bagi Sasuke saat ini.

Dia jadi tidak bisa melakukan apapun sekarang.

Sasuke pernah melihat kakaknya memasakkan telur untuknya. Dia lalu menyalakan api di kompornya, meletakkan penggorengan, dan memasukkan mentega ke dalam penggorengan. Setelah itu dia mencoba memecahkan telurnya. Itachi kelihatan mudah sekali saat dia memecahkan telur kecil itu. Tapi saat Sasuke mencoba melakukannya, telur itu sudah hancur bahkan sebelum mencapai penggorengan. Sasuke dengan panik langsung memasukkan telur itu ke dalam penggorengan. Tapi karena dia terlalu panic, dia tidak sadar kalau cangkang telur itu masih di sana dan ikut tergoreng.

Sasuke mendesis kesal.

"Sial.." dan dengan geram akhirnya dia mematikan kompornya dan membanting spatulanya sampai mengenai penggorengan dan membuat penggorengan itu jatuh.

Sasuke tidak peduli.

Dia akhirnya berjalan meninggalkan ruang makan itu dengan kesal.

"Aku bisa makan di luar nanti.." batinnya.

Saat dia berjalan menuju ruang tengah, dia melewati dupa yang masih baru dengan gambar kakaknya di dekat dupa itu.

Sasuke mengabaikannya. Dia tidak sanggup walau hanya melihat gambar kakaknya yang tersenyum di dalam foto itu.

Dupa itu masih baru dan pita hitam bekas berkabung seminggu yang lalu juga masih belum dilepas seluruhnya dari rumahnya. Tapi Sasuke tidak pedulinya.

Baginya, itu hanyalah sebagian kecil dari peninggalan kakaknya.

Sasuke berjalan menuju kamar mandi dengan lesu.

Sebelum melangkahkan kakinya ke kamar mandi, dia membuka yukata warna biru mudanya yang bergambar kipas di punggungnya. Itu adalah lambang keluarganya yang berharga. Sebuah gambar kipas dengan warna merah dan putih. Dan saat ini, hanya dialah satu-satunya orang yang memakai lambang itu, sepeninggal Itachi dua hari yang lalu.

Sasuke sedang bertugas di kantor kepolisian tempatnya bekerja dua hari yang lalu saat dia mendengar ada berita perampokan di bank. Dan salah satu nasabah yang sedang mengantri mengambil uang di sana tertembak. Sasuke sama sekali tidak punya pikiran kalau korban yang tertembak itu adalah Itachi. Sesampainya dia di lokasi kejadian, Itachi sudah mengeluarkan darah banyak sekali dan dia meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.

Hati Sasuke benar-benar perih mengingat itu semua.

Satu-satunya keluarganya yang tersisa, dan kakaknya satu-satunya yang sangat menyayanginya, pergi dengan cara menyedihkan seperti itu.

Yang membuat batin Sasuke lebih sakit adalah komplotan perampok itu berhasil melarikan diri dari tempat itu dengan mudahnya. Mereka mennggunakan gas yang dapat mengecohkan kepolisian dan membuat semua orang di bank itu panik. Polisi tidak bisa melacaknya, bahkan sampai setelah seminggu lamanya peristiwa itu terjadi.

Sasuke menyalakan shower di kamar mandinya dan membuat dirinya tenggelam dalam guyuran air yang mengenai kepalanya menuju tubuhnya. Mengingat kepergian Itachi selalu membuat Sasuke kesal dan marah pada dirinya sendiri. Dia mengepalkan tangannya dan memukul tembok di depannya dengan kepalan tangannya itu. Dia ingin menangis. Tapi dia tidak bisa melakukannya. Dia bukan anak kecil lagi. Itu yang selalu dikatakan Itachi padanya semenjak pemakaman kedua orangtuanya.

"Menangis dan meratapi nasib tidak akan merubah semua yang sudah berlalu, Sasuke-kun. Kita harus bangkit lagi dan membuat semuanya lebih baik.."

Sejak melihat Itachi menutup matanya di depan Sasuke untuk terakhir kalinya, Sasuke berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan mengungkap kasus ini sampai selesai dan menangkap komplotan perampok yang telah membunuh kakaknya ini.

Sasuke sedang mencari baju dinasnya yang ada di lemari pakaiannya beberapa menit kemudian, saat dia menyadari kalau dia belum mencuci pakaiannya sejak seminggu yang lalu. Sebuah helaan panjang keluar dari bibirnya ketika dia melihat lemari pakaiannya sudah hampir kosong. Dia melihat nanar pada keranjang pakaian kotornya yang penuh dengan tumpukan baju kotor saat ini.

"Kau harus segera mencari seseorang untuk membantumu mengatasi kemalasanmu ini, Sasuke-kun.."

Telinga Sasuke tiba-tiba mendengar sebuah suara aneh di belakangnya. Sasuke langsung menoleh ke belakang dengan cepat sekali. Sebagai anggota kepolisian divisi satu bagian kriminal, sudah sewajarnya dia bereaksi pada sesuatu yang tidak biasa yang ada di sekitarnya. Sasuke melihat ruangan kosong di belakangnya.

Kamarnya masih seperti tadi. Tidak ada tanda-tanda orang di sana kecuali dirinya.

Sasuke menghela napas panjang untuk kemudian kembali menghadap lemarinya dan menutupnya.

Saat pintu lemari pakaiannya yang dilapisi cermin itu tertutup di depannya, mata Sasuke langsung menangkap sosok lain di dalam cermin itu selain dirinya.

Dia melihat Itachi berdiri di belakangnya sambil menyunggingkan senyum khas miliknya.

"ARGH!"

Sasuke berteriak kaget seraya mundur ke belakang dengan tiba-tiba. Kakinya tersangkut sprei yang dia lemparkan dengan asal tadi pagi dan membuatnya jatuh terjengkang ke belakang.

Pantat Sasuke jatuh di atas lantai kamarnya yang keras dan dingin.

Sasuke mendesis kesakitan seraya menatap cermin di lemari pakaiannya itu dengan ragu-ragu.

Dadanya masih berdegup dengan kencang karena keterkejutan yang luar biasa yang baru saja dialaminya.

Dia baru saja melihat bayangan Itachi di cermin itu.

Benarkah?

Sasuke menelan ludahnya dengan susah payah.

Lalu dengan gerakan perlahan dan sikap waspada, Sasuke berdiri lagi dari tempatnya jatuh. Dia berdiri di depan cermin itu lagi sambil menunggu dengan dada berdegup kencang. Apakah yang aku lihat tadi benar?

Satu detik.. Dua detik.. Tiga detik.. Empat detik.. Lima detik..

Sasuke tetap menatap cermin di depannya itu dengan seksama. Tapi selama apapun dia menunggu, bayangan yang terpantul dalam cermin itu tetaplah bayangan dirinya sendiri yang sekarang sedang berdiri sambil mengenakan balutan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Dadanya yang bidang terlihat masih basah karena air bekas mandi tadi. Dan tidak ada Itachi di sana.

Sasuke lalu tertawa sinis. Dia sedang menertawakan dirinya sendiri.

Apakah aku sudah gila sampai berhalusinasi kalau Itachi masih ada di sini? Batinnya perih.

Sasuke menggelengkan kepalanya tak percaya.

Lalu beberapa saat kemudian, telinganya mendengar sesuatu dari luar rumahnya. Dia mendengar ada yang menekan bel pintu rumahnya. Sasuke menajamkan pendengarannya untuk mendengar lebih jelas.

Memang benar. Bel pintu rumahnya berbunyi.

Lalu diikuti dengan suara seorang wanita yang berseru dari luar rumahnya.

"Ohaiyo~!"

Sasuke mengerutkan dahinya sambil menduga-duga siapa yang bertamu ke rumahnya pagi-pagi begini.

Dengan langkah malas, Sasuke akhirnya melangkah meninggalkan kamarnya dan berjalan menuju pintu depan.

Rumahnya adalah rumah Jepang kuno yang terdiri dari lantai yang terbuat dari tatami, dan beberapa pintu kayu yang digeser, serta tata letak ruangan yang terletak memanjang. Untuk mencapai pintu depan dari kamarnya kadang membutuhkan waktu beberapa menit.

Sasuke membuka kunci pintu depan dan langsung menggesernya sampai terbuka.

Di depan pintu depan rumahnya saat ini berdiri seorang gadis, dan satu-satunya hal yang langsung membuat perhatian Sasuke tertarik adalah warna rambut gadis itu. Mata hijau emerald milik gadis itu langsung membulat terbelalak saat melihat Sasuke, dan dengan wajah yang tiba-tiba memerah, gadis itu langsung membalikkan badannya membelakangi Sasuke.

Sasuke mengerutkan dahi menatapnya.

"Anda siapa? Dan.. maaf, kalau tidak sopan.. Ada keperluan apa denganku?" tanya Sasuke dengan nada datar.

Gadis itu masih tidak berbalik.

"Bisakah Anda mengenakan sesuatu lebih dulu?" tanya gadis itu.

"Bajuku kotor semua dan aku belum sempat ganti baju saat kau berteriak-teriak di depan rumahku pagi-pagi seperti ini. Kau siapa?" tanya Sasuke lagi. Gadis berambut merah muda itu lalu berbalik dengan sikap ragu-ragu, tapi dia menghindari menatap pemuda di depannya itu.

"Aku.. Sakura Haruno. Babysitter.." jawab gadis itu kemudian.

Sasuke kembali menautkan kedua alisnya dan menatap gadis di depannya itu dengan bingung.

"Kau pasti salah alamat.." katanya tanpa minat seraya meraih pegangan pintu untuk menutupnya kembali.

"T-tunggu! Tapi alamatnya benar di sini.. Atas nama Itachi Uchiha.." kata gadis itu.

Sasuke mengurungkan niatnya untuk menggeser pintu itu menutup begitu dia mendengar nama kakaknya disebut.

"Apa? Itachi?" tanya Sasuke kaget.

"I-iya.. Apakah Anda Itachi Uchiha-san?" tanya gadis itu lagi.

"Bukan. Dia kakakku.. Dia yang memanggilmu?" Sasuke balas bertanya.

Gadis bernama Sakura itu mengangguk.

"Iya, benar.." jawabnya kemudian.

"Tapi kakakku sudah meninggal sejak seminggu yang lalu.." kata Sasuke.

Sakura kelihatan terkejut dan dia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Ya, Tuhan.. Maaf.. Aku tidak bermaksud.." kata-kata Sakura terputus. Lalu dia melanjutkan,"Saya turut berduka."

Sasuke tidak menyahut dan hanya menatap gadis itu dengan tatapan tanpa arti.

Sasuke lalu berdehem pelan.

"Jadi? Aku masih belum paham kenapa kakakku memanggil babysitter ke rumah ini.." ujarnya.

Sakura mendongak dan menatap mata hitam onyx yang sedang menatapnya penuh selidik itu.

"Sebenarnya tugas ini sudah aku terima sejak seminggu yang lalu.. Tapi aku sedang bertugas di tempat lain sampai dua hari yang lalu dan baru bisa ke sini sekarang. Atasanku bilang kalau Itachi-san membutuhkan seorang perawat untuk adik kecilnya yang manja sekali…" jelas Sakura.

Sasuke mendengus kesal.

Laki-laki itu benar-benar mempermalukanku.. batinnya kesal.

"Jadi.. di mana anak laki-laki itu?" Sakura melihat sekelilingnya, seperti mencari sesuatu.

"Akulah adik laki-laki Itachi Uchiha.." jawab Sasuke dengan berat hati.

Dengan ekspresi kaget yang ditunjukkan mata hijaunya yang membulat itu, Sakura berseru keras sekali.

"EHH?!"

Sasuke membuang napas pelan.

"Kau sudah paham? Tidak ada anak kecil di sini. Jadi, aku tidak butuh perawat bayi.." ujar Sasuke dingin.

Dia kembali bersiap menutup pintu saat Sakura mencegahnya lagi.

"TUNGGU! Bagaimanapun juga, kontrak sudah ditandatangani. Baik aku maupun Anda, tidak bisa membatalkannya. Aku bisa dipecat dari pekerjaanku kalau aku pulang tanpa hasil dengan alasan diusir pemilik rumah.." ujar Sakura seraya memegangi daun pintu yang sudah setengahnya tertutup.

Sasuke mengerutkan dahi menatap gadis di depannya itu.

Lalu tiba-tiba dia mendengar perutnya berbunyi dengan keras sekali.

Ya ampun.. di saat seperti ini.. batin Sasuke kesal.

Dia teringat kalau dia belum makan apa-apa sejak tadi malam. Dan pakaian kotornya sudah menumpuk untuk segera dicuci. Piring-piring kotor juga menunggu untuk dibersihkan.

Dia memandangi wajah gadis itu dengan seksama sebelum akhirnya menggeser pintunya lagi.

"Baiklah. Masuklah. Kau boleh bekerja mulai hari ini.." ujar Sasuke.

Sakura tersenyum lebar.

"Terimakasih.. Sasuke-kun.." ujarnya kemudian.

"Apa?" Sasuke menatapnya kaget.

"Itachi-san berpesan padaku.. Panggil dia dengan nama itu, karena itu mungkin akan membuatnya merasa nyaman. Bukankah kakak Anda dan Ibu Anda juga memanggil dengan panggilan seperti itu?" ujar Sakura. Dia kembali tersenyum padanya.

Sasuke terdiam.

Saat Sakura sudah berdiri di dalam rumahnya dan melepas sepatunya, dia menoleh pada Sasuke.

"Jadi… Bagian manakah yang harus aku bereskan, Sasuke-kun?" tanyanya.

Sasuke tidak pernah hidup dengan seorang gadis manapun sebelum ini, tapi kalau gadis di depannya ini bisa menyelesaikan semua masalah yang ada di rumah ini, untuk saat ini Sasuke pikir tidak masalah.

"Fufufufu…"

Sasuke langsung menoleh ke belakang.

Dia yakin sekali ada yang sedang tertawa di belakangnya. Tapi tidak ada siapa-siapa di sana.

Tsk. Menyebalkan.. batinnya seraya mengikuti langkah Sakura masuk ke dalam rumahnya.

-BERSAMBUNG-