Title: Who will be the Father?

Pair: someone - Joonmyun

Other pair: temukan di dalamnya hoho

Genre: comedy, YAOI, M-PREG

Rate: M

Note: kalo ga suka ga usah di baca. ff gue emang selalu ga jelas, dan gue bahagia menulisnya hahahaha

Who will be the father?

.

.

.

.

.

Pemuda manis itu menarik koper besarnya yang berwarna biru sambil berjalan memasuki sebuah rumah bergaya klasik, saat di depan pintu dia bertemu dengan pria berwajah stoic yang sedang menikmati kopi di sore hari yang cukup dingin ini.

"selamat sore.." sapanya dengan suara yang benar-benar pelan sampai pria yang memegang cup kopi di tangannya harus mendekatkan jarak wajah mereka. "selamat sore" ulangnya lagi sedikit lebih keras.

"ah ya, selamat sore. Kau penghuni baru?" tanya pria itu sambil melirik koper besar yang di bawa oleh pemuda manis ini.

"Apa Byun Baekhyun ada?" alih-alih menjawab, dia malah balik bertanya.

"dia di dalam. Biar aku bawakan kopermu" pria itu dengan santainya meraih koper yang sedang sang pemuda pegang. Mereka melangkah masuk ke dalam setelah saling tersenyum. "siapa namamu?"

"namaku Kim Joonmyun" katanya dengan suara yang pelan lagi ─atau memang begitu lah cara dia berbicara.

"aku Oh Sehun, salam kenal. Kelihatannya kau masih SMA.. apa yang membuatmu datang kesini?"

"kenapa kau bisa tau aku masih di tingkat SMA?" Joonmyun balik bertanya lagi. Sehun melihat bibir merah yang merekah itu, mata bulat yang berkedip lucu, serta pipi merona yang menghiasi wajah Joonmyun. Memang wajahnya semanis itu atau karna efek cuaca yang dingin?

"karna kau mencari Baekhyun yang juga masih SMA, kau pasti temannya" Joonmyun pun mengangguk. Baekhyun temannya memang pemilik rumah besar bergaya klasik ini.

"apa kau sepupu Baekhyun?"

"bukan, aku bukan sepupunya"

"lalu kenapa kau ada di─"

"Joonmyun-ah! Ya ampun kau ke rumahku dalam cuaca seperti ini" terlihat Baekhyun menghampirinya dengan terburu-buru. "kenapa tidak hubungi aku dulu?"

"maaf, aku tidak sempat menghubungimu. Boleh aku menginap disini beberapa hari?"

"beberapa hari? kau tinggal disinipun tidak masalah. Ayo aku antar kau ke kamarmu" Baekhyun menggandeng tangan Joonmyun, "hyung, kau tidak apa-apa membawakan koper temanku?" tanya Baekhyun pada Sehun.

"tidak apa. Dimana kamarnya?"

Merekapun berjalan menaiki tangga. Joonmyun sudah lama tidak ke rumah Baekhyun sejak mereka berbeda kelas saat di tingkat dua SMA. Rumah Baekhyun sangat bergaya klasik karna memang ini adalah bangunan retro barat, penuh dengan barang-barang antik yang siapapun tidak boleh sembarangan sentuh. Baekhyun bilang ini rumah peninggalan Kakek buyutnya yang seorang keturunan bangsawan.

Baekhyun membuka pintu sebuah kamar untuk Joonmyun, Sehun masuk lebih dulu untuk meletakkan koper Joonmyun di samping ranjang. Rumah besar ini memang memiliki kamar yang sangat banyak.

"ini kamarmu, Myunnie. Istirahat lah, setelah itu temui aku di ruang tengah untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi" Baekhyun bisa tau kalau Joonmyun kini sedang di landa sebuah masalah.

"terimakasih, Baek. Kau memang paling mengerti aku"

"karna itu, nanti kau harus ceritakan semuanya sampai detail. Nikmati waktumu" Sehun dan Baekhyun keluar dari kamar itu meninggalkan Joonmyun sendirian.

Joonmyun duduk di ranjang sambil menghela napasnya. Ia merasa pusing dengan masalah yang sekarang sedang dia hadapi dan Baekhyun adalah satu-satunya yang bisa dia mintai pertolongan.

.

.

.

.

.

Ia keluar dari kamar dan tidak lupa mengunci pintunya setelah itu menuruni tangga untuk menuju ke ruang tengah. Rumah ini terlalu besar, seketika Joonmyun pening karna dia lupa dimana letak ruang tengah. Dia lupa karna sudah lama tidak main ke rumah ini.

"dimana Baekhyun? ruang tengah itu dimana.." gumamnya sendirian sambil melihat kesana-kemari. Matanya menangkap sosok pria yang tingginya hampir sama dengan tinggi Sehun, serta wajahnya yang membuat Joonmyun merona. Sehun saja sudah membuat dia gugup, lalu sekarang dia bertemu yang tidak jauh berbeda.

"kau kenapa? Apa kau penghuni baru?" kenapa dia di tanyakan sebagai penghuni baru lagi? sebenarnya ada berapa penghuni di rumah ini? Orang tua Baekhyun sudah meninggal.. dan setau Joonmyun anak itu hanya tinggal sendiri bersama para maid. "hei, aku bertanya padamu" ucapnya lagi dengan nada sarkatis ─agak sesuai dengan wajahnya yang juga bengis─ pria di depan Joonmyun ini memegang sebuah buku majalah di tangan kanannya.

"maaf. Bisa kau tunjukkan aku dimana ruang tengah?" Joonmyun bertanya dengan hati-hati, mengundang pria itu untuk tertawa sinis.

"sudah pasti penghuni baru sepertimu akan tersesat di rumah konyol ini. ikuti aku" Joonmyun pun menurut dan mengikuti pria yang punya warna kulit kecoklatan itu. mereka tidak berbicara apapun sampai memasuki sebuah ruangan luas yang Joonmyun ingat memang ini lah ruang tengah rumah Baekhyun.

Ia melihat Baekhyun yang sedang makan buah apel sambil duduk di sofa menonton acara televisi. "oh, Joonmyun! Kemari lah" ajak Baekhyun.

Joonmyun menoleh pada pria yang tadi mengantarnya, "terimakasih sudah mengantarku" ia sedikit membungkuk sebagai tanda terimakasih.

"sama-sama" jawabnya malas sambil duduk di single sofa yang tepat di samping jendela.

Joonmyun duduk di sebelah Baekhyun yang langsung menyuguhkannya sepotong apel. "tidak, kau saja yang makan" tolak Joonmyun dengan halus.

"baiklah" Baekhyun memakan satu potong apel, "ceritakan padaku apa yang terjadi. Kau tidak bisa memendamnya sendirian" lanjutnya lagi sambil mengusap-ngusap punggung Joonmyun.

"aku tidak bisa.." kata Joonmyun berbisik sambil melirik pria yang tadi mengantarnya.

Baekhyun mengikuti arah lirikannya dan mengerti maksud Joonmyun. "ya, keluar" perintahnya seenak jidat. Pria yang mendengar itu mendecih kesal, apalagi melihat senyum Baekhyun yang di buat semanis mungkin dengan kerlingan mata kanan berbingkai eyeliner tebal itu. "keluar. aku ingin bicara berdua dengan temanku"

"kau saja yang pindah. Ini ruang tengah yang boleh di singgahi oleh siapapun. Sana cari tempat yang lebih pribadi" dia kembali membaca majalahnya.

"siapa pemilik rumah ini?" tanya Baekhyun yang senyumnya sudah mengendur seketika.

"kau" jawabnya ogah-ogahan.

"siapa yang selalu memasakkanmu sarapan, makan siang, dan makan malam?"

"kau.." majalah itu sudah tidak nafsu untuk di baca.

"kau bayar sewa pada siapa?"

"kau, brengsek. Kau!" kekesalannya meluap hingga ucapan mengumpat itu terlontar. Joonmyun menyernyit takut melihat wajah pria itu.

"kalau begitu cepat keluar bodoh!" Baekhyun balas berteriak yang membuat pria tadi beranjak dari sofa lalu keluar dengan masih mengomel pada dirinya sendiri. "dia memang punya perangai buruk. Namanya Zitao kalau memang penting bagimu untuk tau" ujar Baekhyun santai, justru Joonmyun memandangnya dengan bingung. "mulai lah ceritamu, Myun. Sebelum apelku habis"

Joonmyun kembali gugup. Meski dengan Baekhyun yang sudah dekat dengannya sejak lama, dia tetap merasa malu jika harus bercerita tentang masalahnya sekarang. "Baek.." gumamnya terbata. Baekhyun yang melihat kedua tangan Joonmyun bergetar langsung menggenggam tangan itu. meyakinkan Joonmyun bahwa semua akan baik-baik saja dan Joonmyun memang harus bercerita.

"aku hamil, Baekhyun.." suara Joonmyun memang terlampau pelan, tapi Baekhyun bisa dengan jelas mendengar kalimat barusan. Awalnya Baekhyun seperti tertimpa bangunan rumah besarnya sendiri, namun setelah menatap bola mata Joonmyun yang bening dan polos itu.. Baekhyun tidak bisa memarahinya.

Untuk apa marah? Baekhyun tidak bisa marah pada Joonmyun sampai kapanpun.. sahabatnya terlalu indah dan mudah terluka. Sekarang adalah bagaimana dia membantu Joonmyun untuk menyelesaikan masalahnya. "Orang tuaku sudah tau dan aku di usir. Aku berpikir hanya kau yang bisa memberiku tempat bersinggah, aku sangat berterimakasih kau mau menerimaku. Baekhyun, apa kau jijik padaku?" Joonmyun masih menatap Baekhyun dengan takut-takut.

Baekhyun pun tersenyum lembut, "atas dasar apa aku harus jijik pada sahabatku sendiri? Aku tidak merasa begitu"

"tapi aku aneh, Baekhyun. laki-laki tidak bisa hamil, dan aku..."

"berpikir lah positif" Joonmyun menatap Baekhyun yang masih menggenggam kedua tangannya dengan lembut. "ini bukan keanehan, Joonmyun. Justru ini adalah keajaiban.. sebuah anugerah untukmu. Kau harus mensyukurinya"

Tatapan Joonmyun berubah takjub ke arah Baekhyun. "benar kah?"

"tentu saja" Baekhyun mengangguk semangat. "jangan mengingat lagi bagaimana kau bisa seperti ini. yang kau pikirkan dan bayangkan sekarang adalah bagaimana anakmu nanti lahir. Kau menimangnya dengan sepenuh hati, mengajarinya banyak hal, dan membesarkannya dengan cara yang baik"

Mendengar itu membuat Joonmyun jadi benar-benar membayangkannya. Baekhyun melihat mata Joonmyun yang sudah berkaca-kaca, siap untuk menetes kapan saja. "terimakasih, Baek. Kau benar-benar membantuku. Aku akan membesarkan anakku, bagaimanapun dia tidak bersalah sama sekali" dan air mata Joonmyun benar-benar menetes sekarang. semakin lama semakin banyak.

"itu benar. Aku akan membantumu, selalu berada di sisimu Joonmyun. Jangan sungkan untuk meminta apapun dariku" Baekhyun menarik Joonmyun dalam sebuah pelukan yang hangat dan erat.

"awalnya aku tidak percaya dengan ucapan yang dokter katakan, namun mendengar penjelasan ilmiahnya yang rumit membuat aku jadi tau bahwa diriku ini memiliki kelainan. Malam itu aku menangis di ranjang sampai aku tertidur dan ketika pagi hari Ibuku membangunkan aku sambil melontarkan caci maki padaku. Dia melihat surat dari dokter yang memang masih berada di atas ranjang" jelas Joonmyun dengan kepala menunduk, tapi Baekhyun bisa melihat derasnya air mata Joonmyun yang menetes hingga membasahi celana jeansnya sendiri.

"tidak apa-apa. Kau masih punya aku di sampingmu, Myunnie. Suatu saat Orang tuamu tidak akan marah lagi padamu, hanya menunggu waktu berjalan saja semua akan kembali seperti semula. Sekarang kau aman bersamaku" Baekhyun mengusap-usap lengan Joonmyun dengan lembut, sedangkan Joonmyun hanya mengangguk dengan kepala yang masih tertunduk.

Pandangan Baekhyun kini berubah serius lagi. "nah, aku ingin kau jawab dengan jujur. Siapa Ayah dari bayi yang kau kandung?" pertanyaan ini membuat Joonmyun mematung seketika. "siapa yang menghamilimu, Myunnie?"

"aku.. tidak tau" Joonmyun menggigit bibir bawahnya. Baekhyun berteriak dalam hati, bagaimana biasa Joonmyun tidak tau siapa yang telah berbuat hal tercela padanya? "saat itu aku datang ke pesta ulang tahun teman sekelasku di sebuah hotel. Aku memang salah karna aku minum terlalu banyak alkohol. dan ketika bangun tidur, aku.."

"baiklah, setidaknya kau dan bayimu baik-baik saja. tidak usah bahas masalah itu lagi, maafkan aku" Baekhyun kembali memeluk Joonmyun untuk menenangkan sahabatnya yang mudah rapuh itu.

Who will be the father?

Joonmyun membantu Baekhyun yang sudah memulai acara memasaknya untuk makan malam. Joonmyun tau Baekhyun yang cukup handal dalam hal masak-memasak, jadi dia tidak begitu kaget ketika mendengar Baekhyun bercerita bahwa dia meminta Neneknya memecat semua maid di rumah besar ini.

"setelah Orang tuaku meninggal, aku berpikir ingin tinggal sendiri" Joonmyun mendengarkan dengan baik ketika Baekhyun bercerita sambil membuat sup, sedangkan Joonmyun memotong-motong daging di sebelahnya. "tapi ternyata lama-kelamaan aku merasa kesepian. Aku tidak mungkin mempekerjakan beberapa maid lagi, karna aku tidak mau merepotkan Nenekku di luar negeri untuk membayar gaji mereka. aku harus mencari uang sendiri. lalu aku memutuskan memasang iklan di internet, menyewakan semua kamar kosong di rumah ini dan ternyata responnya lumayan bagus. Sudah ada beberapa orang yang tinggal disini"

"apa semua yang menyewa kamar disini adalah mahasiswa? Kebanyakan mahasiswa mencari tempat untuk tinggal sendirian" tanya Joonmyun sambil memberikan daging yang telah dia potong-potong pada Baekhyun untuk di masukkan ke dalam sup.

"ada empat mahasiswa, selebihnya sudah bekerja. Yang sudah kau kenal tadi Sehun hyung dan Zitao.. mereka berdua masih berstatus mahasiswa" Joonmyun mengangguk mendengar penjelasan Baekhyun.

"lalu kalian murid SMA yang seharusnya juga masuk hitungan" keduanya menoleh pada Sehun dan Zitao yang baru saja datang. Mereka duduk di meja makan dengan santai sambil memperhatikan Baekhyun dan Joonmyun.

"aku kan pemilik rumah ini, dan Joonmyun temanku" cibir Baekhyun yang kembali sibuk dengan masakannya.

"tapi tetap saja kau penghuni disini. dasar anak SMA bringas" balas Zitao tidak mau kalah. Baekhyun hanya memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Joonmyun-ah, kau akan betah tinggal disini. percaya padaku" ujar Sehun mengedipkan sebelah matanya, sedangkan Joonmyun mengangguk dan tersenyum pada Sehun.

"tidak, tidak akan. Dia tidak akan betah menerima sikapku.. iya kan, Joonmyun? Hah? Jawab aku!" Zitao menaikkan kedua kakinya ke atas meja makan. Sehun tidak memperhatikannya karna sibuk memainkan tablet di tangannya sekarang.

"aku rasa, aku bisa beradaptasi sedikit demi sedikit" ucap Joonmyun dengan halus.

"bekantan sial, turunkan kakimu!" bentak Baekhyun sambil melempar bawang putih ke arah Zitao.

"kau cari ribut, hah?! Masak saja yang benar!"

"kau berani memerintahku?! Memang kau bayar sewa disini pada siapa?" Baekhyun menghampiri Zitao dan menendang satu kaki kursinya hingga Zitao kehilangan keseimbangan lalu jatuh ke lantai. Joonmyun tertawa geli melihat adegan komedi dadakan itu.

Zitao kembali berdiri dan mengejar Baekhyun yang sudah berlari menjauh "tukang sihir eyeliner, brengsek kau!" lalu mereka berubah menjadi Tom and Jerry sekarang. Joonmyun mengambil alih masakan, dia mengaduk sup yang tadi di buat oleh Baekhyun.

"apa supnya enak?" Sehun telah berada di sebelahnya dan membuat Joonmyun melihat lagi wajah tampan itu.

"tentu, masakan Baekhyun bukan kah selalu enak?"

"terkadang rasanya jadi aneh karna dia memasak sambil adu caci maki dengan Zitao" keduanya jadi tertawa kecil. Sehun mengambil beberapa sosis di kulkas, membuka bungkus plastiknya lalu memasukkan sosis-sosis itu ke dalam sup tanpa merasa berdosa sama sekali..

"S-Sehun hyung, jangan di masukkan ke dalam sup!" panik Joonmyun karna nanti supnya akan terlihat aneh. sudah ada banyak daging, di tambah dengan sosis yang bahkan tidak di potong-potong dulu sebelumnya. Sehun hanya menempelkan jari telunjuknya di bibir, mengisyaratkan Joonmyun untuk tutup mulut. Joonmyun mengangguk sambil menutup mulutnya menggunakan kedua tangan. Melihat itu membuat Sehun tertawa geli lalu mengusak rambut Joonmyun karna gemas.

"apa yang kau lakukan pada sup-ku?" Baekhyun berdiri di belakangnya dengan tatapan eyeliner mencekam.

"tidak ada. Sup buatanmu enak seperti biasanya" Sehun kembali duduk dengan tenang.

"aku pulang!" seru sebuah suara yang mengarah dari ruang tengah. Pasti itu penghuni yang lain, pikir Joonmyun.

"di ruang makan, gege! Cepat lah kesini!" teriak Zitao yang malah duduk di atas meja, membuat Baekhyun kesal lagi dan menyambitnya dengan sendok.

"wah ternyata kalian di─ wow Baekhyun! hati-hati!" pekik pria itu sambil menghindar dari sendok yang terlempar ke samping tubuhnya lalu mendarat di lantai menimbulkan bunyi berisik.

"manusia primitif ini yang membuat acara masakku jadi tidak hikmat!" geram Baekhyun menunjuk Zitao.

"aku tidak mengganggumu sejak tadi, justru kau yang menggangguku terus!"

"duduk yang benar panda impoten! Kau lupa Kakek buyutku itu bangsawan, hah?!" Baekhyun berteriak lagi membuat Joonmyun yang sedang menyiapkan nasi di sebelahnya langsung menutup telinga.

"apa begitu cara bicara seorang cicit dari bangsawan? Aku tidak percaya padamu!"

"sudah sudah. Aku baru saja pulang sudah di suguhkan pemandangan begini ya Tuhan" keluh pria itu yang berjalan ke arah kulkas untuk mengambil sebotol jus apel. "sosisnya berkurang. Sehun, apa kau memakannya lagi?"

Mendengarnya, Baekhyun melotot dan langsung membuka tutup panci sup yang masih ada di atas kompor. "hyung! Sup-ku yang indah ini kenapa kau campurkan sosis?" rengek Baekhyun frustasi.

"kau harus tau sosis adalah hidupku.." Sehun memainkan game Angry Bird di tablet, membuat Zitao geli sendiri melihatnya.

"tapi kau bisa makan itu nanti, jangan di campur disini!" Baekhyun berusaha mengeluarkan sosis itu satu per satu.

Joonmyun tertawa lagi, sepertinya dia akan senang jika tinggal disini. pria yang berada di sebelahnya sekarang menaruh perhatian pada Joonmyun. "oh? Kau penghuni baru ya?" tatapan mereka bertemu, lalu Joonmyun membungkukkan tubuhnya untuk memberi salam.

"salam kenal, namaku Kim Joonmyun"

"salam kenal juga, aku Xi Luhan. Kau bisa panggil aku Luhan hyung atau Luhan gege atau Lu-ge atau Xiao Lu gege atau bisa juga kau panggil aku tampan hehe" tanpa di katakan pun Joonmyun sadar pria ini sungguh tampan, tapi juga di kategorikan cantik di saat yang bersamaan. Mata berkilau yang mirip rusa itu membuat Joonmyun terpesona.

"kau bisa panggil dia apa saja, tapi aku paling suka memanggilnya sayang" Sehun mengalihkan pandangannya dari Angry Bird menuju ke sosok Luhan sambil tersenyum jahil. Sementara Luhan hanya berdecak malas.. Sehun memang paling jago gombal.

"aku akan memanggilmu Luhan hyung saja, tidak apa?" tanya Joonmyun sambil menata semua makanan di atas meja serapih mungkin.

"aku suka itu" tutur Luhan yang sudah duduk manis di sebelah Zitao.

Setelah semua makanan sudah di tata dengan baik, Joonmyun dan Baekhyun ikut duduk. Baekhyun menuangkan sup untuk mereka satu per satu. Joonmyun yang melihatnya langsung takjub. Baekhyun sangat cekatan dalam mengerjakan sesuatu.

"kami pulang~~ jangan mulai makan tanpa kami" mereka menoleh bersamaan pada dua pria yang baru datang dan langsung mengambil tempat duduk ternyaman.

"seharusnya kalian lebih cepat, membuat tanganku pegal saja" sungut Baekhyun ─yang sudah selesai menuangkan sup untuk mereka─ kemudian harus menuangkan lagi untuk dua orang yang baru datang.

"biar aku saja, Baek" cegah Joonmyun buru-buru. Dia segera menuangkan sup untuk kedua pria yang tinggi itu, sama halnya ketika dia melihat Sehun dan Zitao untuk pertama kalinya. Seperti bangunan menara baginya yang notabene memiliki kaki pendek.

"kau pasti penghuni baru. Perkenalkan, aku Park Chanyeol" pria dengan cengiran sejuta watt serta gigi putih bersih mengilat itu mengulurkan tangan kanannya. Joonmyun menjabat tangan itu sambil tersenyum kikuk.

"nah, aku Kris Wu" pria yang satunya lagi mengangkat tangan untuk perkenalan singkat dirinya. Sup yang lezat itu sudah membuat Kris malas melakukan hal bertele-tele.

"aku Kim Joonmyun, salam kenal" Joonmyun juga kembali makan dengan tenang. Tapi memang suasana makan itu tidak bisa tenang karna Zitao dan Baekhyun yang sesekali memperdebatkan hal tidak penting.

Tapi perdebatan mereka malah mengundang tawa untuk semuanya, termasuk Joonmyun. Baekhyun bersyukur Joonmyun jadi bisa melupakan sejenak masalah beratnya. Dia memang ingin melihat Joonmyun terus tersenyum. Jika dia berada di posisi Joonmyun, mungkin dia berpikir untuk bunuh diri karna Orang tua pun dengan tega mengusirnya.

"eum.. Luhan hyung sudah bekerja?" tanya Joonmyun tiba-tiba. Dia ingin mengenal semua penghuni yang ada disini.

"yap. Aku seorang Dokter bedah" Luhan tersenyum sambil mengunyah kimchi di mulutnya.

"jangan ceritakan bagaimana kau membedah pasienmu, jangan ceritakan" Zitao memperingatkan dengan tatapan premannya, karna Luhan selalu menceritakan bagaimana dia membedah pasiennya pada semua penghuni baru.

"wah hebat, kau seorang Dokter. Pasti pekerjaanmu menyenangkan" ujar Joonmyun antusias.

"itu sudah pasti. Menjadi Dokter itu pekerjaan yang menyenangkan, juga bermanfaat bagi semua orang"

"kalau Chanyeol hyung.. dan Kris hyung?" nada penuh kehati-hatian tertangkap dari cara Joonmyun bertanya.

"aku kuliah semester akhir di jurusan seni, Joonmyun." Jawab Chanyeol ramah, dia menoleh pada Kris yang sibuk pada makanannya. "sementara Kris hyung mengelola perusahaan keluarganya" lanjut Chanyeol.

"Kris hyung hebat, Chanyeol hyung juga. apa kau bisa memainkan alat musik?"

"bisa. Dia sering memainkan piano Ayahku di ruang tengah, Myun" sahut Baekhyun.

"oh aku masih ingat bagaimana romantisnya kau memainkan gitar untuk Jongin" kata Zitao menggelengkan kepala sambil memakan daging.

"nah aku sangat keren kan saat itu? hahaha"

"tidak, aku justru ingin muntah" jawaban Zitao membuat Chanyeol terdiam sedangkan Luhan dan Baekhyun tertawa bahagia sampai Baekhyun memuncratkan sup yang tengah dia hirup.

"wah, boleh kah kapan-kapan Chanyeol hyung memainkan alat musik untukku?" tanya Joonmyun lebih antusias lagi.

"sekarang pun boleh!" Chanyeol bergegas berdiri tapi lengannya di tarik oleh Kris hingga dia duduk kembali.

"tidak tidak, jangan rusak suasana makanku" Kris menggeleng horor. Lagi-lagi Baekhyun tertawa kencang bersama Luhan.

Mereka semua selain memiliki wajah yang sangat tampan, ternyata juga memiliki kepribadian berbeda yang mempesona. Joonmyun merona karna mereka memperhatikannya dengan baik. Joonmyun harap dia akan betah tinggal disini. tak lupakan kebaikan dan jasa Baekhyun yang telah menolongnya.

"aku sayang padamu, Baek" bisik Joonmyun

"aku juga sayang padamu, Myunnie"

.

.

.

.

.

Ternyata tradisi penerimaan penghuni baru masih berlaku. Joonmyun mau tidak mau mencuci semua piring dan gelas yang kotor setelah makan malam. Menurutnya ini tidak masalah karna ini juga sebagai ungkapan terimakasih, dan Joonmyun tidak merasa lelah.

"apa masih ada makanan sisa untukku?"

Suara berat tepat di telinga Joonmyun membuatnya kaget setengah mati hingga berteriak. Gelas yang sedang di pegangnya hampir jatuh. Tapi untungnya pemuda yang berada di dekatnya sekarang memeluk pinggangnya agar Joonmyun tidak jatuh serta merebut gelas di tangan Joonmyun dan di letakkan dengan aman di atas etalase dapur. "maaf, apa kau sekaget itu?"

Terhitung seharian ini pipi Joonmyun tidak berhenti merona berkat para penghuni rumah Baekhyun yang tampannya di atas rata-rata semua. Pipinya memerah lagi karna sosok di hadapannya ini juga tidak kalah tampan. "ya, kau benar-benar mengagetkan aku" jawab Joonmyun sambil menghela napas.

"masih ada sisa makanan?" perlahan pemuda ini menjauhkan tangannya dari pinggang Joonmyun.

"sepertinya tidak ada. Tapi mungkin kau bisa makan ramen"

"hah.. lambungku bisa keriting jika makan ramen terus" keluhnya sambil membuka kulkas.

"memangnya kau tidak pernah ikut makan malam bersama yang lain?" Joonmyun merapihkan semua piring yang telah dia cuci.

"sudah seminggu ini tidak. Tugas kuliahku menumpuk, pekerjaan kelompok juga sangat menyita waktu jadi aku selalu pulang terlambat" ia memakan salah satu sosis ─yang Joonmyun tebak itu semua milik Sehun. pemuda ini memiliki kulit kecoklatan yang sama seperti Zitao.

"biar aku membuatkanmu sesuatu" Joonmyun mengeluarkan bahan masakan lagi untuk dia olah agar pemuda itu bisa makan dengan layak.

"tidak, tidak perlu. Kau istirahat saja.. aku akan makan ramen" cegahnya yang memegang lengan Joonmyun. Ia bergerak untuk mengambil sebungkus ramen. "siapa namamu? Salam kenal ya, aku Kim Jongin"

"salam kenal juga. aku Kim Joonmyun"

"wah marga kita sama. Sepertinya hubungan kita akan berjalan baik" pipi Joonmyun semakin merona ketika Jongin mengatakan hubungan. Punya makna ambigu, bisa hubungan teman atau hubungan pacar atau bahkan hubungan yang lain. Stop, pikiran Joonmyun malah bercabang kemana-mana.

Dia Kim Jongin. Jongin yang tadi di sebut oleh Zitao kah? "Chanyeol hyung pernah memainkan gitar untukmu?" tanpa sadar Joonmyun malah bertanya hal itu.

"darimana kau tau?" wajah Jongin berubah mendung.

"tadi mereka membicarakannya ketika sedang makan"

"aku pikir dia gila, tapi dia selalu bilang kalau dia penggemar beratku. Jangan hiraukan semua orang yang tinggal disini, tidak ada yang waras"

"hehe. Kalau begitu nikmati makan malammu" pamit Joonmyun untuk keluar dari dapur meninggalkan Kai yang malah menuangkan sosis ke dalam kuah ramen.

"pantas Sehun menyukai sosis. Enak juga.."

.

.

.

.

.

"kenapa kau masih terjaga?" Baekhyun duduk di hadapan Joonmyun yang sedang menatap keluar jendela saat ini.

"aku memikirkan Orang tuaku" jawab Joonmyun tanpa menoleh sedikitpun. Tatapannya sangat kosong, membuat hati Baekhyun jadi sedikit ngilu. Ruang tengah pada jam 9 malam memang akan sepi sementara, karna semua penghuni rumah sibuk mandi ataupun istirahat setelah pulang beraktifitas.

"aku yakin mereka juga sedang memikirkanmu.. mau aku antar pulang?"

"tidak." Joonmyun buru-buru menggeleng kepala dengan tersenyum ─yang agak miris. "aku sudah membuat mereka malu. Memang lebih baik aku pergi dari rumah sebelum para tetangga tau"

"hah.. aku tidak suka melihat wajahmu sekarang, seperti orang yang hidup segan mati tak mau. Berbahagia lah, aku dan semua penghuni disini memberikan rasa nyaman padamu."

"aku merasa nyaman, Baekhyun" sergah Joonmyun yang takut Baekhyun salah paham. "aku merasa nyaman dan aku senang bisa tinggal disini"

"kalau begitu jangan bersedih. Aku jamin kau akan baik-baik saja disini" Baekhyun menggenggam kedua tangan Joonmyun lagi.

"terimakasih Baekhyun. entah bagaimana aku masih bingung kenapa kau tidak merasa jijik dengan kehamilanku"

"sudah aku bilang─"

"hamil?!"

Baekhyun dan Joonmyun menoleh kaget pada sosok Zitao yang kini berdiri di depan pintu ruang tengah dengan tatapan aneh.

"Zitao.." Baekhyun jadi bingung harus bagaimana menjelaskannya, sementara Joonmyun yang rahasianya sudah di ketahui oleh Zitao hanya bisa menunduk dan jantungnya berdegup kencang karna takut Zitao serta penghuni yang lain akan membencinya. "begini─"

"temanmu itu hamil?!" Zitao menunjuk ke arah Joonmyun dengan ekspresi tidak percaya.

"siapa yang hamil, Tao-er?" Luhan dan Jongin yang baru saja datang malah memandang bingung pada Zitao sekarang. lambat laun, semua penghuni berdatangan satu per satu. memberikan reaksi sama seperti Luhan dan Jongin yaitu bingung.

Joonmyun menggigit bibir bawahnya. Selesai sudah.. semua sudah tau tentang rahasianya. "tidak ada yang hamil, hyung" kilah Baekhyun yang juga gugup.

"jangan bohong, aku dengar semuanya. Temanmu itu hamil, iya kan?" tatapan Zitao lebih menusuk dari pedang wushu miliknya.

"Joonmyun hamil?" kaget Chanyeol yang membuat bola matanya semakin lebar.

"tidak mungkin, Joonmyun kan laki-laki" sahut Jongin dengan santai. Sementara Sehun dan Kris di barisan paling belakang masih menampakkan ekspresi stoic milik mereka, seakan masalah ini tidak ada menariknya.

Baekhyun semakin pusing, dia menggaruk kasar rambutnya hingga berantakan. "baiklah baik, Joonmyun memang hamil. Kenapa? Jika ada yang menganggapnya jijik dan tidak ingin berdekatan dengannya silahkan pergi dari sini" tatapan Baekhyun membalas tajam pada mereka semua sekarang.

"Baekhyun, jangan begitu!" Joonmyun menarik lengan Baekhyun. hidung Joonmyun sudah memerah, kelihatannya dia menahan tangisan sejak tadi.

"biarkan saja, aku kan pemilik rumah ini"

"tapi jika mereka pergi karna aku, bagaimana kau bisa dapat uang?"

"hentikan, Myun! Kau tidak perlu memikirkan aku. aku masih punya Nenek, sedangkan kau?" Baekhyun mengusap wajahnya dengan kasar "aku melakukan ini untukmu!" Joonmyun tersentak.

"hentikan"

Perlahan mereka menoleh pada Kris yang akhirnya bersuara juga. "sudah malam. cepat kalian tidur" Kris berbalik untuk melangkah pergi. tapi justru dia berhenti lagi di ambang pintu, "lagi pula, kalian menyukainya kan?" setelah bertanya begitu, Kris benar-benar pergi dari ruang tengah.

Mereka semua masih diam. Chanyeol yang sadar situasi akhirnya berdeham canggung. "eum.. jangan terlalu lelah, Joonmyun. Kau tidak boleh sakit"

"i-itu benar. Lagi pula, seniorku di Rumah Sakit pernah mengatakan bahwa kehamilan seperti ini bukan sebuah keanehan. Ini sudah banyak terjadi" imbuh Luhan dengan senyum ramahnya yang menenangkan. Dia mendekat pada Joonmyun yang masih terperangah. "aku akan membantumu. Jika ada sesuatu yang kau tidak tau, tanyakan saja padaku. Aku kan Dokter"

"apa salahnya jika nantinya ada bayi disini? aku suka anak-anak, mereka menggemaskan. Jangan khawatir, Myun. Kami semua akan membantumu" Sehun mengerlingkan sebelah matanya seperti biasa.

"kau sudah masuk ke rumah ini, dan kau tidak bisa keluar lagi. percaya kata-kataku" Jongin menepuk-nepuk bahu Joonmyun.

Joonmyun tersenyum cerah, membuat rona di pipinya terlihat makin jelas. "terimakasih. Terimakasih banyak!" Joonmyun membungkuk 90◦ ke arah mereka.

"sudah, jangan terimakasih terus!" Baekhyun menarik lengan Joonmyun, namun akhirnya dia malah menangis kencang sambil memeluk Joonmyun dengan erat. "maaf tadi aku sempat membentakmu Joonmyun.. hiks hiks"

Joonmyun melihat semua lelaki tampan itu tertawa akibat ulah Baekhyun. sementara Zitao malah mendecih dan pergi dari sana. Menurut Joonmyun itu adil, di antara semua orang yang menyukainya.. pasti ada segelintir yang juga tidak suka padanya. Semoga saja hari-hari berikutnya bisa lebih baik dari ini.

.

.

.

.

.

Tiba-tiba terlintas alur dan ide cerita kayak gini, langsung buru-buru gue tulis mumpung otak lancar kayak aer terjun. Kalo responnya bagus mungkin gue lanjut.. kalo engga ya ga akan gue lanjut. Soalnya ini ff dadakan banget hahaha. Masih chapter awal dan belum ketauan Joonmyun bakal jadi sama siapa. Kira-kira sama siapa ya? Hehe