Happy SasuNaru Day!
2014年7月10日 (木)
[Maaf telat banget ngucapin. T^T]
...2310...
FF "可愛くても、悪戯な男" (Kawaikutemo, Itazura na Otoko) merupakan versi SasuNaru dari manga "Naughty Cute Girl" ciptaan Selena Lin. Alur dari cerita di FF ini akan sama dengan manga tersebut, tapi pengaplikasiannya akan sedikit berbeda karena menyesuaikan karakter dan situasi.
...2310...
Fandom:
oOo Naruto oOo
Disclaimer:
oOo Masashi Kishimoto oOo
(Naruto)
oOo Selena Lin oOo
(Naughty Cute Girl)
Title:
oOo 可愛くても、悪戯な男 oOo
(Kawaikutemo, Itazura na Otoko)
oOo
Author:
oOo Kuroikiru no Mikazuki Chizuka oOo
Genre:
oOo Romance/Drama oOo
Rating:
oOo T oOo
Pairing:
oOo Uchiha Sasuke and Uzumaki Naruto oOo
Summary:
Berawal dari undangan Menteri Negara Hi. Uzumaki Naruto, sang pemuda berbakat dari Ibukota datang berkunjung ke Kediaman Uchiha untuk tinggal sementara waktu.
"Brengsek! Siapa kau? Main masuk main cium seenak pantat ayammu! Minta maaf sekarang atau kubunuh kau!"
.
.
.
Awal kisah dimulai dari Dinasti Hi utara, dimana pada dinasti tersebut dipimpin oleh Kekaisaran Hokage, tepatnya pada tahun gin ke-5 bulan ke-7 Kuroshiro kala itu.
Kediaman menteri di pagi hari tampak ramai. Para dayang-dayang berkumpul di halaman depan kediaman pun berjejer rapi, keluarga menteri sebagian juga tengah berada di sana.
Seorang dayang baru saja datang tampak tergopoh-gopoh lantaran merasa takut jika ia terlambat, maka ia tidak bisa menyaksikan kejadian apa yang terjadi. Semenjak tiga hari lalu dayang itu merasa bingung karena kediaman menteri mempersiapkan penyambutan tamu secara elegan dan terkesan penting, berbeda dari biasanya.
"Siapa yang datang?" tanya sang dayang sembari menyesuaikan diri dengan barisannya.
Melihat kedatangan temannya, dayang lain pun segera menoleh dan memberi jawaban.
"Kau tidak tahu? Dia putra saudara jauh Nyonya, datang dari ibukota untuk bertamu. Ayahnya seorang sarjana Namikaze. Dikenal sebagai pemuda berbakat klan Uzumaki. Namanya..."
Sebuah suara kereta kuda tampak membelah keramaian bisik-bisik para dayang, lalu berhenti tepat di halaman kediaman menteri keluarga Uchiha. Seseorang berkimono layaknya dayang namun ber-gender laki-laki tampak turun dari kereta. Segera, ia membuka tirai agar tamu spesial yang tengah berada di dalam kereta kuda tersebut dapat turun dari sana.
"Wah~!"
Seluruh manusia yang berada di sana tampak tidak bisa menutupi kekagumannya pada sosok pemuda yang baru saja turun dari kereta kuda. Parasnya yang menawan berhiaskan tiga garis halus di pipinya, kulit tannya yang begitu eksotis, rambut pirangnya yang acak-acakkan tampak menggoda, dan tidak ketinggalan bola mata sapphire yang begitu memukau.
"...Uzumaki Naruto."
Inilah tamu spesial keluarga Uchiha, Tuan Muda Naruto dari keluarga Uzumaki, dalam balutan kimono yang berajutkan benang emas berkilau pada setiap inci serat kain sutera berwarna biru langit yang melekat pada tubuhnya yang terbilang tidak terlalu tinggi seperti pemuda pada umumnya.
Nyonya Mikoto sebagai pihak yang mengundang Naruto sekaligus merupakan istri dari menteri negara Hi; Fugaku, terlihat begitu berbinar ketika melihat sosok Naruto yang lebih dari harapannya. Tanpa basa-basi Mikoto langsung berjalan menghampiri Naruto.
"Naru... Mari..." ucap Mikoto usai memberi salam.
"Mikoto ba-sama, maaf mengganggu," ucap Naruto sembari tersenyum lima jari.
.
.
.
可愛くても、悪戯な男
(Kawaikutemo, Itazura na Otoko)
Chap. I
"Kecapi dan Panah"
.
.
.
"Sasuke nii-sama! Ayo! Fugaku oji-sama menyuruh kita berkumpul di Aula!"
Uchiha Sasuke, 19 tahun, putra pertama klan Uchiha, suka memanah, mengarang, pembawaan tertutup, hanya menatap datar tanpa niat ke arah dua sepupunya; Uchiha Obito dan Uchiha Sai.
Sang sepupu yang sudah hafal betul dengan sifat Sasuke pun langsung bergidik ngeri.
"Ya-yah! Kami berangkat duluan saja!"
Usai mengucapkan keputusan, mereka langsung kabur begitu saja.
"Mereka kabur. Sasuke sama, sungguhan tak ingin ke sana?" ucap Shikamaru yang merangkap sebagai pelayan pribadi Sasuke.
"Tidak," balas Sasuke singkat, padat dan jelas.
Shikamaru menghela nafas, "Baiklah."
Yeah, Sasuke memang tidak banyak bicara, sehingga membuat orang segan. Tapi di sisi lain, tuan muda punya banyak ketrampilan dan jenius. Hal ini yang membuat Shikamaru pantas menjadikan Sasuke sebagai tuannya.
Yah, selain dari keluarga konglomerat, ada juga keluarga yang merangkap sebagai pelayan handal, dan salah satu dari mereka adalah Klan Nara, dimana kebanyakan dari anggota mereka berotak jenius, sehingga telah menjadi langganan klan Uchiha dalam mengambil pelayan pribadi sejak zaman nenek moyang Uchiha.
...2310...
Suasana di aula kediaman Uchiha amatlah ramai, para dayang sibuk berbisik-bisik dalam rangka membicarakan sang Uzumaki muda. Tampaknya para dayang tersebut telah terperangkap akan pesona menawan nun menggoda dari Naruto yang memang parasnya tidak bisa dibilang sangar, terkesan polos dan lembut namun tegas.
Uchiha Fugaku sebagai kepala keluarga sekaligus Menteri Negara Hi pun hanya tersenyum tipis dari balik singgasananya. Ia begitu merasa tersanjung atas kedatangan putra dari teman lamanya; Namikaze Minato yang telah berubah marga menjadi Uzumaki.
"Semoga Uzumaki bocchama senang selama di sini. Perkenankan Kakashi untuk memandumu," sambut Fugaku sekaligus memberi penjelasan pada Naruto yang tengah menunduk memberi penghormatan.
Naruto kembali berdiri tegak sembari memberikan senyuman lima jarinya, sukses membuat seluruh penghuni kediaman Uchiha yang kebetulan satu ruangan dengan Naruto terlihat ingin pingsan saking terpesonanya.
"Baik! Naru mengucapkan terima kasih. Maaf merepotkan keluarga Uchiha," ucap Naruto riang dan terkesan berwibawa.
Fugaku mengangguk puas mendapati kesopanan dan keramah-tamahan yang dimiliki sulung Uzumaki tersebut.
Kakashi yang merasa diberi tugas oleh sang menteri pun segera mendekat ke arah Naruto dan membungkukan badan tanda memberi salam, yang tentu saja dibalas Naruto dengan santunnya.
"Perkenankan hamba, beliau berdua keponakan Mikoto sama," kata Kakashi to the point usai memberi hormat.
Terlebih dahulu Naruto melihat ke arah pemuda berambut hitam pekat dan bermodel acak-acakan seperti dirinya, yang membedakan hanyalah ikat kepala yang melingkar di sekeliling kepalanya, sehingga rambut pemuda itu tidak terjatuh seperti Naruto. Seperti Uchiha pada umumnya, kulitnya putih pucat dan bola matanya hitam legam.
"Beliau Obito sama dan di samping beliau adalah Sai sama."
Penampilan Sai memang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan Uchiha lainnya; berambut dan berbola mata hitam dan berkulit pucat. Hanya saja perbedaan Sai terletak pada rambutnya yang ber-style cepak dan ekspresinya yang entah mengapa Naruto berpikir itu hanya kepalsuan belaka.
"Dan yang terakhir Itachi bocchamachan."
Yah, lagi-lagi bercirikan sama. Yang membedakan hanyalah garis halus yang mengapit hidungnya dan rambutnya yang panjang terekor ke belakang.
"Halo!" sapa Itachi senang.
Naruto hanya nyengir dengan ragu, 'Kenapa mereka melihatku dengan tampang begitu?'
Setelah tersadar dengan lamunannya, Naruto menampilkan senyum terbaiknya, "Oh, senang berkenalan dengan ketiga Tuan Muda."
Mau tak mau hal ini membuat ketiganya terpesona lagi dan lagi.
"Wah! Tuan ramah sekali~!" ucap Obito dan Sai dengan nada yang tak bisa dibilang wajar.
Sembari keringat menggantung di kepalanya, Naruto membatin, 'Dua orang yang patut dicurigai!'
...2310...
Di jalan menuju wisma barat.
Suasana yang sepi namun tak begitu hening. Suara para hewan kecil layaknya jangkrik dan sekawan lainnya tanpa sungkan menyumbangkan nyanyian mereka sebagai pengiring sang Tuan Muda dalam menapakkan kaki selangkah demi selangkah, tentunya diikuti oleh sang pelayan pribadi yangmana sosoknya baru terlihat pada kesempatan kali ini. Sang pelayan pribadi alias Kiba, patuh berjalan di belakang Tuan Muda-nya. Sesekali ia tampak mengedarkan bola mata biji kuacinya hanya untuk menatap lentera-lentera yang berjejer rapi di sepanjang jalan yang mereka lalui.
"Bocchama," ucap Kiba pada akhirnya kala teringat akan sesuatu, "Kedua Tuan Muda Uchiha tadi..."
Tiba-tiba Naruto menghentikan langkahnya. Dengan gerakan fast motion ia berbalik, lebih tepatnya menghadap ke arah Kiba yang agak terlonjak dari berdirinya lantaran terkejut dengan sikap Tuan Mudanya yang mendadak.
"Kuberi tahu sesuatu yang bagus, Kiba. Lebih baik kita agak menjaga jarak dengan mereka. Apa kau tidak melihat cara mereka memandangku? Sangat mencurigakan!" seru Naruto meski tak terlalu keras.
Setelah memperingati pelayan pribadinya itu, Naruto berbalik untuk melanjutkan langkahnya menuju tempat tujuan.
'Syukurlah, aku sudah terbiasa dengan kebiasaan Bocchama yang mengagetkan,' batin Kiba diam-diam mengelus dada.
"Kalau begitu, Bocchama harus lebih hati-hati, hamba jadi cem..."
BRUK!
Perkataan Kiba terpotong lantaran merasa dirinya menabrak punggung Naruto.
"Hell yeah, baru saja aku mengatakannya malah sudah terbukti," ucap Naruto sarkastik.
Naruto memandang sinis ke arah dua orang pemuda yang berjarak beberapa meter di hadapannya. Ia mendecih ketika menemukan salah satu dari mereka sedang menggoda salah satu dayang yang tampak ketakutan sekali. Bukan, bukan karena ia cemburu atau ingin digoda juga (Naruto mengernyit jijik atas kalimat sebelumnya), melainkan merasa terhina dengan dua pemuda itu lantaran tidak bisa menjaga martabat pria di hadapan wanita. Pria harusnya melindungi wanita kan bukannya malah melukainya?
Merasa ada yang menatap begitu menusuk pada dirinya, Sai-salah satu pemuda yang mengganggu si dayang-mengalihkan pandangannya sejenak ke segala penjuru. Ia agak terkesiap saat mendapati Naruto dan pelayan pribadinya tengah memandangi mereka dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Sai pun lekas menepuk Obito yang masih gencar menggoda sang dayang. Obito yang merasa terganggu dengan tingkah Sai langsung mendecih dan hendak memarahinya. Namun ia agak mengernyitkan kening ketika menemukan saudaranya tampak agak random saat menatap sesuatu. Lantas Obito pun menoleh ke arah titik tatapan Sai.
Gasp!
Obito langsung melepaskan sang dayang dari cengkramannya lalu segera mengusirnya.
Naruto hanya mendengus kasar mendapati adegan tersebut. Seolah tidak peduli, ia melanjutkan perjalanannya tanpa niatan menyapa dua Tuan Muda Uchiha itu. Kiba yang merasakan pergerakan tuan mudanya lalu segera merapat untuk mengekor di belakangnya.
"Wah, tidak kami sangka akan bertemu lagi dengan Uzumaki bocchama..." ucap Sai diiringi senyuman tipis nan palsu.
Naruto cuek, tetap melanjutkan perjalanannya.
"Uzumaki bocchama...?" panggil Obito, merasa ganjil dengan sikap Naruto.
Naruto cuek kuadrat, menganggap tidak pernah mendengar apapun.
"Uzumaki bocchama!" seru Obito dan Sai bebarengan saat melihat Naruto semakin menjauh.
Tap!
Naruto menghentikan langkahnya. Sukses menbuat Kiba yang setia berjalan di belakangnya menabrak punggung Naruto. Yang bisa dilakukan Kiba hanya mengaduh, sedangkan Naruto langsung menolehkan kepalanya sedikit ke belakang.
"Ada yang bisa aku bantu, Uchiha sama?"
Butiran keringat dingin tampak menghiasi kepala Sai dan Obito kala mendapati nada bicara Naruto yang agak kesal tersebut. Namun demi menyelamatkan harga dirinya sebagai playboy, Obito segera memasang senyum menawannya, berharap agar Naruto dapat terjerat pesonanya.
"Ah, hanya berpikir malam ini terlampau indah untuk dilewatkan begitu saja. Apa sekiranya, kami, kakak-beradik Uchiha dapat melewatinya dengan Uzumaki bocchama? Bersama-sama membagi kehangatan di cuaca yang lumayan menusuk kulit ini," ucap Obito.
Naruto mendengus kecil sebelum membalikkan tubuhnya. Segera, ia memasang senyum termanisnya yang sukses membuat Obito dan Sai meleleh, sedangkan Kiba meneguk ludahnya paksa dan segera mengambil jarak lantaran merasa senyum tuan mudanya itu mencurigakan.
"Hm, memang benar malam ini begitu indah. Namun sayang Uchiha sama, hari ini aku melihat banyak sekali yang tidak indah. Bagaimana ya...?" kata Naruto menggantung.
Obito dan Sai saling bertukar pandang. Tak jarang mereka mengeluarkan seringai andalan mereka. Mereka sama-sama berpikir Uzumaki bocchama sedang berduka. Mungkin dengan menghiburnya sedikit mereka berharap bisa mencicipi Naruto malam ini. Padahal...
'Dasar! Yang dimaksud Naruto bocchama itu kalian! Bodoh!' batin Kiba saat mengetahui apa yang dipikirkan kedua pemuda Uchiha tersebut.
"Benarkah? Kalau begitu tidak ada salahnya jika kami..."
"Maaf memotong perkataan anda bedua, Uchiha sama. Namun dengan segala kehormatan Naru undur diri. Perjalanan dari kota menuju ke mari benar-benar melelahkan," kata Naruto seraya membalikkan badan, "Ayo Kiba kun."
Kiba langsung mengangguk mantap.
"Tunggu Uzumaki boccha..."
"Lagipula," Naruto kembali menyela. "Hari sudah cukup larut, silahkan kedua Uchiha sama kembali ke wisma timur. Dayang-dayang di sana... Mestinya tidak kalah cantik dengan dayang-dayang di wisma barat."
DEG!
Obito dan Sai pun tertohok.
...2310...
Sinar mentari telah merambat perlahan menyinari bumi, awan penghias birunya langit pun tampak bertebaran bebas di atas sana, mengiringi bayangan pegunungan nan jauh di ujung, berbalutkan hijau segarnya rimbunan daun pepohonan. Yah, pagi sudah tiba di kediaman Uchiha. Apabila lebih memfokuskan diri untuk melihat ke arah taman di bagian wisma timur, tak heran bila menemukan Naruto didampingi sang pelayan tengah berada di sana dalam keadaan menyapa Mikoto sama. Naruto memang sengaja bangun pagi untuk bersiap-siap menemui Mikoto yang punya kebiasaan menikmati suasana pagi hari tersebut. Tidak ada salahnya kan beretiket baik pada tuan rumah yang secara sukarela mau menampung Naruto untuk sementara waktu?
"Ohayou, Mikoto ba-sama! Naru memberi hormat, apa Ba-sama semalam tidur nyenyak?" sapa Naruto riang.
Mikoto yang tak menyangka akan kedatangan tamu di tengah-tengah kebiasaannya itu pun lantas memberi senyum lembutnya tanpa lupa membalas sapaan Naruto. Hah, sungguh bahagia rasanya ada Naruto di kediaman ini, pikir Mikoto, karena sebelumnya tak pernah ada orang yang secara langsung mengganggu kebiasaan Mikoto, mungkin segan. Padahal, Mikoto merasa biasa.
"Tentu. Bagaimana denganmu? Sudah betah? Aku sudah lama tak bertemu denganmu. Makin lama kau makin mirip ibumu!"
Yah, inilah alasan utama kenapa Mikoto bahagia Naruto ada di rumahnya, sebab Naruto merupakan anak dari sahabat baiknya yang sangat ia sayangi: Uzumaki Kushina, yang meninggal 10 tahun lalu karena sakit.
"O ya, seharusnya permainan kecapimu semakin bagus kan?" ucap Mikoto melanjutkan, "Belakangan ini kudengar kau tengah berlatih lagu yang bagus. Boleh aku mendengarkannya? Aku ingin menyaksikan permainan kecapi dari satu-satunya pemuda yang berbakat dari Ibukota."
Mendengar permintaan Mikoto, Naruto berusaha memberikan senyum lima jari khas miliknya, padahal malah terlihat tepaksa. Tanpa melirik secara terang-terangan ke arah Kiba, ia mengkode pada pelayannya itu kurang lebih seperti, "Pasti kau yang membocorkannya", yang dibalas gelengan kuat oleh Kiba; takut dimarahi.
"Un, Mikoto ba-sama, mohon jangan anggap serius kabar itu. Kemampuan bermain kecapi Naru masih banyak kekurangan, pastinya ada orang yang lebih mahir memetik kecapi dengan indah," balas Naruto merendah.
Bukannya sok atau bagaimana, Naruto hanya merasa sedikit tidak nyaman saja.
'Haaaaah, padahal kabar itu betul! Dasar Bocchama...' batin Kiba sembari diam-diam menghela napas.
"Oh ya? Sayang sekali." Mikoto sedikit memasang raut kecewa, yang sebenarnya hanya untuk menutupi seringainya dalam bertaktik, "Padahal, kecapi itu alat musik kesayangan Kushina semasa hidup yang diberikan padaku. Tadinya ingin kuhadiahkan padamu, tapi..."
Mendengar pernyataan Mikoto, sapphire Naruto membulat.
"Sungguh? Kecapi yang dipakai Okaa-sama semasa hidup?" Karena saking tertariknya, tanpa sadar Naruto malah membuka alibinya sendiri, bahkan dengan semangatnya sampai berkata, "Baiklah aku akan memainkannya!"
Akhirnya seringai Mikoto terlukis di bibirnya meski sedikit. Rencana berhasil.
"Ah? Berubah pikiran?" Mikoto tersenyum manis penuh arti, "Jika begitu, kita bertemu di Pavilion Hayuri sore hari nanti. Naru tidak keberatan kan?"
Naruto menggelengkan kepala cepat seraya berucap, "Tentu saja tidak, Mikoto ba-sama! Aku akan memetik kecapi itu dengan permainan jemari terbaikku!"
Mikoto terkekeh geli sebelum menepuk pundak Naruto pelan.
"Baiklah, jangan lupa nanti sore. Ah ya, aku pergi dulu. Silahkan Naru berkeliling jika ingin mengisi waktu luang, aku harap kediaman Uchiha bisa membuat Naru senang."
Naruto menganggukan kepala riang, sebelum akhirnya Mikoto pergi.
"Jadi, Bocchama akan memainkan kecapi itu kan?" tanya Kiba usil, sengaja menggoda tuannya yang tsundere itu.
"Eh?"
Naruto menatap Kiba bingung. Beberapa menit kemudian, Naruto menepuk jidatnya kala menyadari suatu hal.
"A! Aku dijebak!"
Refleks Naruto pundung di samping semak-semak, tak menyangka kebodohannya muncul di timing yang tidak tepat.
Kiba pun tergelak.
"Sudahlah Bocchama, jangan pundung begitu. Kedatangan Bocchama kemarin memicu rasa ingin tahu dayang-dayang di kediaman Uchiha. Siapa sangka Mikoto sama pun jadi tahu."
Naruto lantas memincingkan matanya tajam ke arah Kiba yang langsung membekap mulutnya sendiri.
"Aku tahu pasti kau pelakunya." Naruto mendengus.
Kiba hanya nyengir watados sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Aku hanya bilang kenyataan. Sebelumnya juga, waktu Bocchama memetik kecapi di rumah, semua tetangga ikut mendengar. Mereka bilang, Bocchama sungguh hebat!" puji Kiba.
Naruto menghela napas.
"Oh ya? Sayang sekali senar kecapi kesayanganku sudah putus semua."
...2310...
Siang hari yang terik, Naruto dan Kiba masih betah untuk berjalan mengelilingi istana. Naruto akui, kediaman Uchiha memang indah dan memikat. Selain bersih, rumah dan lingkungan di sekitarnya pun tertata begitu apiknya. Tak khayal Naruto merasa akan betah tinggal di sini meski hanya sementara waktu.
Tiba-tiba Naruto melambatkan langkahnya kala melihat sebuah bangunan kayu minimalis bertiang empat. Di antara tiang-tiang berukir tersebut terdapat tirai putih semi transparan bermotif sulur emas berlapiskan gorden bambu dalam keadaan tergulung dan terikat dibagian atas. "Pavilion Hayuri" tampak tertulis di bangunan elegan tersebut.
"Wow, itu Pavilion Hayuri? Interiornya menawan, terkesan simple tapi mewah," puji Naruto terkagum.
Kiba yang fokusnya sempat tak searah dengan sang Tuan Muda pun lantas segera menolehkan kepalanya menuju bangunan yang dimaksudkan Naruto. Lantas Kiba turut terkagum dengan bangunan tersebut sebelum agak tersentak saat menyadari sesuatu.
"Bocchama! Di sana ada kecapi!"
"Benarkah?" Naruto tersenyum lembut, 'Kecapi kesayangan Okaa-sama semasa hidup ya...' batinnya melanjutkan, "Baiklah! Ayo ke sana!"
.
.
.
###
.
.
.
Dibalik hutan kecil yang masih berada di wilayah kediaman Uchiha, tepatnya di area wisma timur, terlihat sosok gagah keturunan pertama klan Uchiha tampak sibuk memfokuskan pandangannya pada papan target panahan. Setelah merasa sudah tepat, tanpa ragu Sasuke menarik anak busurnya yang tersangkut pada tali busur, kemudian melepasnya dalam hitungan detik. Anak panah tersebut melesat dengan kecepatan tinggi menuju papan target berbentuk lingkaran itu.
Namun sayang, ternyata kekuatan lesatan anak panah tersebut tidak sampai pada tempatnya. Mungkin karena Sasuke mengambil jarak yang tidak seperti biasanya. Ia memang mengambil jarak dua kali lipat lebih jauh dari sebelumnya.
'Belum cukup jauh,' batin Sasuke seraya meratapi kegagalannya, 'Baiklah, coba sekali lagi.'
Sasuke kembali menafsir jarak. Lagi, tangannya menarik anak panah tersebut sampai penuh dan...
"Sasuke oniicchama! Aku bawakan teh! Mumpung masih hangat!"
Tiba-tiba suara cempreng sang adik masuk ke telinga Sasuke, namun Sasuke tanpa sengaja mengabaikannya karena terlalu fokus pada kegiatannya.
Sang adik alias Itachi bocchamachan pun dengan riang mengantarkan teh tersebut ke arah Sasuke. Namun naas, langkah Itachi tertahan saat tak sengaja menginjak kimono bagian bawahnya. Tak khayal adik Sasuke itu pun terjatuh dengan kondisi secangkir teh yang melayang ke arah Sasuke dan... Klak! Cangkir berisi teh itupun menabrak pantat sang sulung Uchiha. Sasuke yang terkejut pun refleks melepaskan anak panahnya tanpa persiapan yang matang sehingga...
'Gawat meleset! Arah itu... Pavilion Hayuri Okaa-sama!' batin Sasuke.
"GYAAAA!"
Terdengar teriakan heboh dari tempat melesetnya anak panah, lantas saja Sasuke panik jika sampai anak panahnya melukai orang. Ia pun hendak bergegas ke Pavillion Hayuri sampai...
"O-Oniicchama..." panggil Itachi lirih masih dalam kondisi menempel di tanah, merasa bersalah.
Sasuke yang merasa dipanggil pun menoleh dan langsung menghela napas saat menemukan adiknya masih nyungsep di sana. Segera, ia menghampiri adiknya dan membantunya berdiri.
"Ck, kau..." Sasuke mengacak rambut Itachi yang nyaris mewek, "kemana Shikamaru? Kenapa kau yang mengantarkan teh padaku?"
"Shika chan sedang menghadap Otoucchama, makanya aku di sini."
Kembali, Sasuke mengacak helaian rambut adiknya gemas.
"Hn, sudahlah. Sekarang kau bereskan ini. Aku akan melihat sebentar ke asal teriakan tadi."
Itachi mengangguk pelan.
"Dan, terima kasih untuk tehnya, meski yang minum malah pantatku," ucap Sasuke hendak bergurau untuk menghibur adiknya yang masih murung, namun malah tidak lucu sama sekali dan semakin membuat Itachi semakin merasa bersalah.
Sasuke pun bergegas pergi, meninggalkan Itachi yang merana.
'Lagi-lagi aku mengganggu latihan Onicchama,' batinnya terpuruk.
Hah, dasar bocah.
.
.
.
###
.
.
.
Sasuke agak terengah ketika sudah sampai di depan Pavillion Hayuri yang tertutupkan tirai semi transparan. Suara ribut seseorang sukses membuatnya berhenti.
"Bocchama! Anda tidak luka, kan? Tolong Bocchama jangan tinggalkan aku dan menghadap-Nya!"
"Berisik! Kau berharap aku mati hah?"
"Bo-Bocchamaaaa!"
Sasuke sweatdrop.
"Cukup! Kenapa kau yang berteriak? Yang kena kan aku! Cepat bantu aku melepasnya! Ugh, kenapa susah dicabut sih?"
'Tunggu, suara ini...' batin Sasuke menyelidik, 'Suara siapa?'
Tanpa ragu Sasuke pun langsung menyibak tirai putih yang sedikit transparan tersebut. Ia terkejut ketika menemukan sosok pemuda pirang yang tengah terduduk dalam keadaan anak panah menembus kain kimono di tengkuknya hingga tertancap ke sandaran kursi di belakang itu, turut menatap dirinya dengan raut wajah yang terkejut pula. Tanpa terhalang apapun, manik onyx Sasuke bertemu dengan sapphire Naruto. Entah kenapa tiba-tiba suasana menjadi hening. Mereka berdua sama-sama terpaku atau... terpesona?
"Siapa kau?" tanya Sasuke setelah sadar lebih dulu.
Naruto yang masih syok pun terdiam, entah mengapa suaranya tiba-tiba tercekat di tenggorokan.
'Tunggu dulu...' batin Sasuke menengahi, 'Anak panahnya!'
Setelah menyadari kesalahannya, tanpa ragu Sasuke pun berjalan ke arah Naruto yang masih membeku.
'Eh? Kenapa dia jalan ke sini?' batin Naruto panik, 'A-apa yang kupikirkan? Kenapa aku malah diam? Siapa dia? Tidak sopan sekali main nyelonong begitu saja!"
"Eh!" Naruto syok saat Sasuke dengan lancangnya mendekatkan wajah ke arah wajah Naruto, "Si-siapa kau? Mau apa?! Kau..."
"Jangan bergerak!" titah Sasuke datar.
Sasuke lantas mengamati anak panahnya dengan serius. Sungguh ia tak menyangka keterpelesetan anak panahnya bisa nyasar ke sasaran yang tidak elit begini, terlebih lagi...
'Perpotongan leher dan bahunya sedikit tergores hingga luka seperti itu,' batin Sasuke agak bersalah.
Segera, dengan satu tangannya Sasuke pun mematahkan anak panah tersebut. Kemudian setelah membuangnya, Sasuke sedikit menarik kimono di bagian bahu Naruto sebelum melakukan tindakan yang berhasil membuat Kiba sebagai penonton yang entah keberadaannya disadari Sasuke atau tidak, berteriak syok dengan ababilnya.
Yah, Sasuke, dalam keadaan memerangkap Naruto di pohon berbekal kedua tangan, dengan watadosnya melumat leher Naruto hingga membuat sang Bocchama kehilangan fokus.
"Berhenti!" Kiba yang sadar pun langsung menarik Sasuke, "Apa-apaan kau ini? Memangnya siapa kau? Beraninya memperlakukan Naruto bocchama seperti itu! Lancang!" bentak Kiba mencak-mencak.
Belum sempat Sasuke membalas, terlebih dahulu sebuah jitakan keras menghampiri kepalanya. Dan yeah, itu dari Naruto.
"Brengsek! Siapa kau? Main masuk main cium seenak pantat ayammu! Minta maaf sekarang atau kubunuh kau!" seru Naruto emosi.
Sasuke hanya mendengus sebal sebelum melangkahkan kaki hendak melenggang pergi.
Naruto dan Kiba pun cengo.
"Tunggu!" Naruto menghentakkan kakinya kesal.
Sasuke menoleh sembari memasang poker face andalannya.
"Apa?"
Naruto tertohok.
"Kau... Apa kau tak mendengar ucapanku tadi?"
"Aku dengar, Dobe. Aku pergi," balas Sasuke pura-pura bodoh sebelum kembali melangkahkan kaki.
"Kau! Teme! Berani-beraninya kau! Argh! Kubunuh kau!" seru Naruto marah hendak mengejar Sasuke, namun entah kenapa malah ditahan Kiba.
Sedangkan Sasuke hanya terkekeh geli mendengarnya walau seiring jejak telah berlalu.
"Kenapa kau menahanku, Kiba! Kau lihatkan tadi dia melecehkanku!" bentak Naruto gagal paham dengan pelayannya.
Kiba hanya menghela napas.
"Sudahlah Bocchama, kau bisa membalasnya lain kali karena kuyakin dia pasti anggota Klan Uchiha dilihat dari ciri fisiknya. Lagipula, sebentar lagi sore, sebaiknya Bocchama mengganti kimono dulu sebelum bertemu dengan Mikoto sama."
Naruto pun berusaha meredam amarahnya.
"Kau benar, Kiba," kata Naruto sembari meraih kimono dibagian tengkuknya yang bolong, akan tetapi, "Eh?" Naruto segera menarik kembali tangannya dan melihat jemarinya, dimana terdapat sedikit darah di sana.
"Gyaa! Bocchama berdarah! Ayo segera kita obati!" seru Kiba panik seraya menyeret Naruto.
Sedangkan yang diseret, entah mengapa malah tertegun sembari menyentuh bekas lumatan Sasuke yang ternyata terluka.
'Jadi... dia tadi tidak bermaksud melecehkanku?' Naruto berpikir keras, 'Ah! Tapi tetap saja dia itu teme karena tidak mau minta maaf atas kelancangannya! Sekali teme tetap teme!'
Pada akhirnya Naruto tetap teguh terhadap kekeraskepalaannya.
...2310...
Sore hari, semburat merah tampak mengiringi persiapan sang matahari untuk berpulang ke ufuk barat. Ah, mungkin tak hanya semburat merah saja, akan tetapi juga suara merdu dari kecapi yang Naruto petik juga turut serta meramaikan keindahan suasana kala itu. Bahkan sepoi-sepoi angin yang berhembus juga menggoyangkan ranting pepohonan hingga meninggalkan kesan bila pepohonan itu ikut menari menikmati alunan bak nyanyian surga tersebut.
Plok! Plok!
Namun sayang melodi tersebut harus terhenti ketika suara tepukan meriah terdengar dari sisi lain di Pavillion Hayuri tersebut. Lantas kelopak mata Naruto yang sempat tertutup pun terbuka dan refleks melihat ke arah suara tersebut,
"Ah, Mikoto ba-sama," kata Naruto sembari berdiri dari duduknya.
"Kau sangat hebat, Naru!" puji Mikoto seraya mendekat, "Benar-benar suara langit."
"Mikoto ba-sama terlalu memuji," balas Naruto sembari tersenyum manis.
"Tidak, itu benar, Naru benar-benar mahir," ucap Mikoto lebih meyakinkan.
"Ini sekedar salam pada kecapi kesayangan Okaa-sama dan Ba-sama," kata Naruto, "Kemampuan memetik kecapi Naru masih dangkal, mohon bimbingannya," lanjutnya sembari membungkukkan badan tanda hormat.
Mendapati kesopanan Naruto tak khayal membuat Mikoto merasa begitu bahagia. Sungguh sosok Naruto ini benar-benar mengingatkan dirinya pada Kushina. Oleh sebab itulah, Mikoto menggerakkan tangannya untuk membuat Naruto berdiri kemudian mengelus wajah Naruto penuh sayang.
"Ah, sayang Kushina sudah meninggal, dia jadi tidak bisa melihat putranya tumbuh dewasa," ucap Mikoto sendu.
Naruto hanya tersenyum lembut sembari menikmati sentuhan hangat Mikoto.
"O ya Mikoto ba-sama," potong Naruto tiba-tiba, teringat akan sesuatu, "boleh Naru tanya sesuatu?"
Kiba yang sedari tadi hanya menjadi penonton pun kini sedikit menampilkan seringaiannya. Ah, ternyata Bocchama sudah mulai, pikirnya senang.
"Eh? Ada apa?" ucap Mikoto refleks melepaskan sentuhannya.
Naruto berdehem kecil sebelum berkata, "Apa ada Tuan Muda keluarga Uchiha yang belum pernah Naru temui?"
Mendengar pertanyaan Naruto, Mikoto terdiam sebentar, berusaha mengingat-ingat sesuatu.
"Hm? Siapa ya..." gumam Mikoto pelan, "Ah! Sasuke! Iya pasti Sasuke! Dia tidak hadir hari itu."
Naruto tertegun.
'Uchiha Sasuke? Namanya...'
"Ada apa? Dia putraku," kata Mikoto menjelaskan lagi, "Jangan-jangan, kau sudah berjumpa dengannya?"
Deg!
Naruto jantungan mendadak, apalagi Kiba.
"Ng, be-belum, benarkah Kiba?" balas Naruto agak terbata.
Kiba menganggukkan kepala kaku.
"Anaknya lebih penurut daripada yang lain, mungkin karena dia anak pertama keluarga Uchiha, jadi banyak yang menyayangi dan menaruh perhatian besar padanya," jelas Mikoto, "Syukurnya, dia termasuk orang yang tahu diri."
Seperti ada petir yang menyambar, Naruto pun speechless seketika, sedangkan Kiba cengo.
Serius Mikoto berkata begitu?
"Anaknya juga menggemaskan!" kata Mikoto lagi sambil tersenyum-senyum gaje membayangkan sosok unyu anaknya.
Kini giliran Naruto yang cengo maksimal, sedangkan Kiba gantian speechless.
"Naru, bertemanlah dengannya! Nanti aku kenalkan," ucap Mikoto riang.
Mau tak mau Naruto mengangguk kaku sembari berkata, "Ba-baik, kami akan berteman baik, Ba-sama jangan cemas."
Mikoto tampak senang mendengar perkataan Naruto, sedangkan Naruto sendiri...
'Baiklah Uchiha Sasuke! Siap-siap dengan pembalasanku...' batinnya menyeringai.
.
.
.
.
.
Tsuzuku
...2310...
Omake
Disamping itu...
"HATCHIIII!"
Sasuke bersin mendadak.
Shikamaru yang sedang menemani Sasuke latihan memanah pun mengernyitkan dahi bingung.
"Sasuke sama? Apa anda sakit?"
Sasuke hanya menggeleng kepala singkat.
"Entahlah, hanya saja aku merasa akan mendapat kesialan."
Shikamaru speechless.
...2310...
Minna-san, ohishashiburi~ xD
Sudah lama sekali rasanya semenjak terakhir kali publish FanFic, banyak sekali kejadian tidak mengenakan terjadi di hidup Zuki. (Baiklah, salah satunya ending Naruto. ;w;)
Itulah alasan terbesar kenapa Zuki menghilang dari dunia FFn sampai saat ini, karena jujur aja Zuki itu gampang terlena dan gampang terpuruk. T.T
Apalagi Zuki baru sadar Zuki itu moody, susah banget buat ngilanginnya entah kenapa, mungkin ada yang bisa bantu Zuki? O.o
O ya, Zuki minta maaf pada Minna-san karena menelantarkan FF Zuki sampai separah ini. Zuki akui Zuki labil dalam menghadapi kenyataan hidup. Tapi ya mau gimana lagi? Jalani hidup saja apa adanya. (baca: pasrah)
O ya, bukannya ngelanjutin Seme VS Uke, Zuki malah bikin FF baru. Sebenarnya Zuki udah selesai bikin kerangka karangan Seme VS Uke sampai tamat, tapi entah mengapa susah sekali dapet feel buat ngelanjutinnya. Ada masukan? O.o
Untuk Yuuka no Sagasu, Zuki putuskan untuk discountinue karena dari awal pembuatannya itu tanpa tujuan sama sekali. Akan tetapi karena FF itu merupakan debut Zuki di FFn, ada kemungkinan Zuki rombak jalan ceritanya tapi tetap dengan konsep yang sama, cuma kali ini akan Zuki bikin dulu kerangka karangannya sampai tamat sehingga ada patokan buat nglanjutin biar nggak buntu lagi di tengah jalan. Tapi Zuki nggak akan hapus FF itu. Proyek(?) revisi Yuuka no Sagasu bakal Zuki mulai setelah Seme VS Uke tamat.
O ya, menurut Zuki manga Naughty Cute Girl itu bagus, recommended banget buat dibaca, tapi straight sih.
Baiklah, sekian dulu salam dari Zuki setelah sekian lama, semoga ocehan Zuki di atas tidak mengganggu Minna-san dalam menikmati FF ini.
2014年12月1日 (月)
Mind to Review? :3