Short Story
By: Rue Arclight Sawatari
Disclaimer: Kazuki Takahashi & Naohito Miyoshi
Rate: M
Genre: Friend-Ship/Spiritual.
Main Chara: Yuuya
Summary: Kau mengambil semua giliran. Tapi, kali ini, kau tak akan bisa mendapat giliran.
A/N: Hm~ pelampiasan.
xXx
It's My Turn.
xXx
.
.
.
Aku tak mengerti.
Benar-benar tak mengerti.
Dia dapat tertawa dengan santainya, dia dapat tersenyum dengan tenangnya. Dia juga tak pernah terlihat marah. Apa rahasianya?
Aku mengernyit, memperhatikan seluruh tinglah lakunya. Terlihat normal, sangat normal. Tak ada yang aneh pada dirinya. Tapi bagiku tidak, ia terlalu mirip denganku. Kami bagaikan pinang dibelah dua. Yang membedakan kami hanyalah poninya yang berwarna indigo dan rambutnya berwarna hitam, kedua matanya juga berwarna hitam onyx. Ia terlihat tampan, sifatnya juga ramah, nilainya selalu bagus. Tak salah ia diidolakan banyak orang.
Tidak denganku, seringkali aku berdiam diri di toilet sekolah. Aku kesal! Kami mirip, kenapa justru dia yang lebih diperhatikan? Apapun yang kulakukan, hanya membuatku makin dibenci. Apa salahku?
Lihat dia, dia begitu bahagia dikelilingi yang lain. Berbeda denganku, tak adil! Selalu dia yang mengambil giliran tampil!
Hehe ...
Kali ini berbeda ..., akan kupastikan kali ini dia tak akan merasakan indahnya hidup ...
Di saat ia memasuki toilet ini, tak ada lagi ampun dariku ...
xXx
xXx
Langit yang semakin gelap, udara yang dingin, dan rintikan hujan mewarnai keadaan. Musim semi yang seharusnya dilalui dengan bahagia, sekarang telah terganti dengan air mata. Tidak ada kicauan burung, bunga yang bermekaran dengan indahnya, dan angin sepoi-sepoi yang biasanya ada. Seolah-olah alam tengah ikut berduka.
Ruri meletakkan setangkai bunga White Lily di samping sebuah batu nisan, matanya terlihat sembap, butiran-butiran mutiara bening tak lagi mengalir pada parasnya. Acara pemakaman sudah selesai, hanya dirinya dan beberapa orang yang masih tetap berada di makam.
"Kau tahu penyebab kematiannya?"
Sang kakak, Shun, ia melirik Pemuda jangkung berkacamata di sampingnya. "Cekikan. Yuuto meninggal karena tercekik."
Pemuda berkacamata yang dikenal sebagai Reiji Akaba itu mengerutkan alisnya, "Ada seseorang yang mencekiknya?"
Shun menggeleng, "Tadinya kukira begitu. Tapi, saat diperiksa dari kamera CCTV di ruang pengawas, ada hal yang aneh."
"Apa maksudmu?" tanya Reiji kurang jelas, ia melirik makam Yuuto.
"Dari tayangan kamera tersebut, muncul seseorang dari bilik toilet tepat di belakang Yuuto. Dia menarik Yuuto ke dalam bilik tersebut, mungkin dialah pelakunya. Anehnya, tak ada siapapun yang keluar dari bilik itu. Sampai seorang siswa membukanya dan menemukan mayat Yuuto di dalamnya."
"Hei, serius."
"Aku tak bercanda. Dan memang tak ada yang memasuki toilet selain Yuuto sebelumnya."
The End
A/N: Ah ..., tugas~ bolehkah aku mencekikmu~