Disclaimer :
Naruto Masashi Kishimoto
Fujosh iFurukawa Kana
Warning : Newbie, AU, OOC, typo(s), EYD hancur, deskripsi kurang, abal, dll.
A/N : Jika ada kesamaan cerita itu bukanlah kesengajaan. Plot fic ini murni punya saya dan jika menemukan kesamaan dengan cerita lain, mohon konfirmasi. Hope you like, minna ^^
.
.
Don't like, don't read.
Langkah kaki milik seseorang terkesan santai namun mantap melewati koridor yang diisi oleh sebagian kohai-nya. Lirikan serta bisikan tak ia indahkan, ia hanya menatap ke depan dan memasang wajah poker face andalannya. Gosip yang ia dengar saat ini merupakan makanan sehari-hari baginya selama kurang lebih tiga minggu belakangan ini. Ia sudah bertekad tak akan terpengaruhi lagi, toh kenyataannya ia bukan gay dan tidak akan pernah.
Pemuda berambut merah bata itu berhenti tepat di depan kelas 2-1, dan tanpa ragu masuk ke dalamnya. Jade-nya menangkap pemandangan kelas yang langsung sunyi senyap, dirinya sedikit heran sebegitu kuatkah gosip tersebut hingga seluruh penghuni kelas 2-1 memandangnya aneh?
"Mana Yamanaka-san?"
Tak ada yang menjawab. Kelas masih hening memandangnya diam.
Sabaku Gaara kemudian melirik bangku Ino yang kosong namun Haruno Sakura duduk manis di sana.
"Bisakah kau ikut denganku, Haruno-san?"
Sakura tersentak kaget, "Ah... Ya," gadis itu mengikuti kemana Gaara membawanya.
"Di mana Yamanaka-san?" tanya Gaara to the point saat ia dan Sakura berada di ujung koridor sembari mempertahankan mimik datarnya.
Sakura sedikit tersentak namun dapat langsung menguasai diri dengan cepat, "Mu-mungkin sedang ke kantin."
Bohong. Itulah kata yang terlintas di otak jeniusnya mendengar jawaban Sakura. Sudah tentu ia tahu bahwa itu bohong, ia sudah bolak-balik ke kantin-kelas-taman-perpustakaan dan tempat- tempat yang memungkinkan Ino mengunjunginya. Dan hasilnya selalu sama, gadis penyuka ungu itu tidak terlihat dimanapun.
"Terus-" Gaara tidak memperpanjang kebohongan Sakura, "Apa Yamanaka-san selama ini selalu masuk?" tanya Gaara tak peduli jika kouhai-nya ini berpikiran bahwa ia menyukai Ino, toh ia memang menyukainya, malah kalau bisa dibilang ia sudah tergila-gila pada seorang Yamanaka Ino. Ia tidak perlu menutupinya didepan sahabat Ino sendiri.
Sakura mengangguk, "Ya, ia selalu masuk."
"Jadi, ia selalu di mana? Dua minggu ini aku mencarinya namun aku tetap tidak menemukannya."
Otak Sakura sekarang berpikir keras, kebohongan macam apa lagi yang harus ia berikan pada senior di hadapannya. Yamanaka Ino, kau harus bertanggungjawab atas semua ini! Inner Sakura berkata geram.
"Errr... Akhir-akhir ini saat istirahat ia jarang di kelas. Mungkin ia ke taman, lalu ke kantin. Entahlah, aku juga kurang yakin."
Gaara mengangguk singkat. 80% tak percaya dengan jawaban ia barusan ia dengar.
"Baiklah. Jika kau bertemu dengannya, katakan aku mencarinya."
"Tentu," jawab Sakura. Setelah itu Sabaku Gaara akhirnya melangkah menjauh dan dalam hati bertekad akan tetap menemui calon istrinya itu.
Setelah memastikan Gaara benar-benar sudah kembali ke kelasnya, Sakura sendiri langsung melesat pergi. Bukan ke kelasnya, melainkan ruang kelas tepat di sebelah kelasnya selama tahun ini. 2-2.
"Hei Pig!" seru Sakura kesal melihat Ino hanya nyengir di pojok kelas, bersembunyi di balik bangku kelas lain merupakan cara jitu Yamanaka Ino selama ini untuk menghindari Gaara.
"Ne arigatou Sakura," ujar Ino saat mereka berdua sudah berada di depan kelas sendiri. Mata emerald Sakura memicing tajam, seolah siap menerkam Ino saat itu juga. "Tidak seharusnya kau terus menghindar, Ino. Hadapi Sabaku-senpai."
Ino mendesah, "Aku belum siap."
"Cepat atau lambat Sabaku-senpai pasti akan mengetahuinya. Lebih baik kau yang katakan, daripada ia mengetahuinya sendiri."
Ino tertunduk, dalam hati sangat membenarkan perkataan Sakura. Benar bahwa ia sendirilah yang harus memberitahu Gaara. Tapi ia belum siap mengatakan bahwa anak mereka telah tiada, apa yang akan Gaara dan keluarga Sabaku lainnya katakan jika mereka mengetahuinya?
"Ino, kusarankan kau segera mengatakannya. Kurasa, Sabaku-senpai sudah mulai curiga, dan pasti akan mencari tahu sendiri alasan dibalik kau menjauhinya."
Tak ada jawaban yang Ino berikan. Gadis-ah wanita itu hanya diam sambil menekuk alisnya dalam tanda bahwa ia sedang berpikir keras. Oh Kami-sama, apa yang harus ia lakukan sekarang?
0-0-0-0-0
Jemari lentik dengan berbagai warna kuteks tercetak indah di kuku Ino. Jemari tersebut terus bergerak, lebih tepatnya mengetik sesuatu diatas keyboard laptop ungu dipangkuannya. Semilir angin menerpa kulit mulusnya, begitu juga dengan rambut pirang yang menari perlahan mengikuti gerak angin yang datang.
Earphone yang lagi-lagi berwarna ungu terpasang dikedua telinganya, hingga suara berisik dari para murid KHS yang berlalu lalang di depannya tak mengganggunya mengerjakan 'projek' yang baru dua minggu ini ia kerjakan.
Taman sekolah menjadi pilihan Ino untuk menulis fanfiction-nya kali ini. Bermodalkan nekat dan rasa cintanya terhadap dunia fujoshi membuatnya memutuskan untuk menekuni menulis karangan tersebut. Bertemakan? Tentu saja yaoi.
Sesekali ia terlihat berpikir, namun tak mengurangi kadar keseriusannya. Kepalanya juga kadang bergoyang mengikuti nada-nada yang keluar dari earphone-nya.
Saking seriusnya, ia tidak menyadari sepasang mata terus memandangnya. Seringai licik terpampang jelas diwajah tampan pemuda yang sekarang sedang mendekatinya perlahan. Tak ada tanda-tanda bahwa Ino menyadari kehadiran pemuda itu di depannya. Ia masih asyik menikmati merangkai kalimat demi kalimat dan menuangkannya di laptop.
"Ino," tegur pemuda itu.
Rupanya Ino langsung menyadari bahwa ada yang memanggilnya, maka dari itu ia mendongak dan alangkah terkejutnya ia ternyata yang memanggilnya adalah orang yang selama ini dihindarinya.
"Sabaku-senpai..."
Setelah Ino menyebut namanya, tanpa segan Gaara langsung menutup laptop Ino dan menarik lengan wanita itu ke balik pohon-pohon tinggi, ia yakin tak akan ada yang melihat mereka di sini.
"Sekarang jawab pertanyaanku," ujar Gaara langsung. Ia mengurung Ino dengan kedua lengannya sementara wanita itu berusaha terlihat santai menyandar pada batang pohon yang kokoh.
"Apa alasanmu hingga terus menghindariku?"
"Aku tidak menghindarimu."
"Jangan bohong!" tegas Gaara. "Kau pikir aku tidak curiga? Aku selalu mencarimu tapi kau tetap saja tidak ada. Khee... Seperti sudah terencana sekali aksi menghilangmu itu."
Ino terdiam, namun detik kemudian membuka mulutnya, "Apa mau senpai?"
"Mauku? Aku mau kau tidak menghindariku seperti ini. Kita akan menikah Ino, pantaskah aku mendapat perlakuan buruk dari calon istriku sendiri?"
'Aku bukan lagi calon istrimu!' inner Ino berteriak heboh menyanggah ucapan Gaara, namun hanya sebatas dalam hati, sungguh ia tidak berani jika mengatakannya sekarang.
"Kita belum menikah, jadi senpai tidak punya hak mengaturku!" bantah Ino memelototi pemuda di depannya.
"Punya, Ino! Aku punya hak! Walau aku belum jadi suamimu, tapi aku berhak mengatur kekasihku."
"Bagaimana bisa begitu?" Ino makin jengah berada disituasi seperti ini. "Lagipula sejak kapan kita sepasang kekasih?"
"Astaga," Gaara mengerang, melepaskan lengannya yang mengurung Ino dan lebih memilih mengacak rambut merah batanya. Tindakannya sekarang sungguh diluar kewajaran. Ia yang biasa bersikap santai dan dingin tapi malah mengerang seperti siswa yang sama sekali tidak tahu semua jawaban saat ujian akhir sekolah. Frustasi. Yah, mungkin itu kata yang cocok untuk Gaara sekarang. Frustasi karena Yamanaka Ino tidak mengakuinya sebagai kekasih.
"Kita akan menikah. Tentu saja kita sepasang kekasih."
"Tidak! Selama senpai belum menembakku!" ucap Ino asal namun detik kemudian ia tersadar apa yang barusan ia katakan. Ia membelalakkan matanya, kemudian menoleh horror pada Gaara. Bodohnya Ia mengejutkan pernyataan seperti itu. Oh come on, Ino sudah mengetahui sifat Gaara, sedikit saja ditantang maka ia pasti akan melakukannya. Dan sekarang, ia yakin pasti tuan Sabaku itu akan menembaknya. Dan saat itu juga Ino berpikir keras bagaimana cara agar bisa keluar dari acara 'penembakkan' yang akan terja-.
"Begitu rupanya? Ah ya, maaf aku memang belum pernah menembaknu. Jadi pantas saja kau begitu marah," Gaara menyeringai tajam. "So Yamanaka Ino. Maukah kau menjadi kekasihku dan menikah denganku dalam dua bulan ke depan?"
Bulu kuduk Ino merinding, masih menatap horror senpai-nya. Otaknya kembali berpikir keras. 'Ayo berpikir. Berpikir Yamanaka Ino!'
Seringai Gaara makin menjadi saat dirinya tak kunjung menjawab pernyataan pemuda dengan tato ai di dahi kirinya itu. Ino mendengus kasar, kesal karena otaknya tak bisa memberi solusi bagus untuk keadaan genting sekarang. Ia sudah putuskan untuk memakai cara terakhir saja, walau tidak bisa menyelesaikan masalah, namun setidaknya ia bisa kabur dari Gaara.
"Ah senpai," ujar Ino. "Aku punya janji dengan Sakura, jadi…" tak menyelesaikan ucapannya, wanita cantik tersebut langsung kabur dan mengambil barang-barang bawaannya yang tertinggal di bangku taman tadi. Gaara- pemuda itu sempat shock dan berniat mengejar Ino namun baru beberapa langkah ia kembali berhenti. Bukan malas untuk mengejar, tapi rasanya percuma walau ia menghentikan wanita pujaannya itu. Ino tetap tak kan mau menjawabnya.
Kadang Gaara berpikir, apakah Ino mencintainya atau… tidak?
Suasana kelas 2-1 terasa hening saat jam pembelajaran sedang berlangsung. Hanya suara detikan jam dan coretan papan tulis yang terdengar memenuhi kelas yang sedang mengikuti jam mata pelajaran Anko-sensei, guru uang cantik sekaligus ter-killer yang KHS miliki-selain Orochimaru-sensei dan sang kepala sekolah, Tsunade.
Papan yang hampir terasa penuh akan coretan itu dapat diyakini akan membuat para siswa memilih untuk tidak melihatnya apalagi menghafalkannya. Rumus fisika dengan berbagai macam bentuk aneh, dari huruf A hingga Z, hingga bentuk abstrak sekalipun menjadi santapan pagi mereka sekarang.
Tak jarang ada yang mulai kebosanan dan lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain seperti tidur, bermain psp dan bergosip, jika gurunya bukanlah Anko-sensei.
Namun berbeda dengan seorang siswi yang berada di bangku nomor dua dari depan dan berada tepat di samping jendela. Bukannya mencatat dan berusaha menghafal rumus-rumus tersebut sedikit demi sedikit, ia lebih memilih membaca manga yang berada dipangkuannya. Cekikan yang keluar dari bibirnya membuat sahabat di sampingnya itu mencoba menegurnya. Membaca komik saat jam Anko-sensei adalah ide yang buruk. Yamanaka Ino pasti akan mendapat hukuman yang berat.
"Psst... Ino," bisik Sakura sepelan mungkin. Ia tidak mungkin berteriak nyaring jika tidak ingin dikeluarkan dari kelas.
Dan Ino? Oh tentu saja ia tidak mengindahkan teguran Sakura tersebut. Ia masih berada dalam dunianya yang indah bersama tokoh utama manga bergenre romance-action yaitu Kazune dan Yuta.
"Ino, berhentilah membaca! Nanti Anko-sensei akan melihatmu!"
Masih sama, Ino tetap tak menoleh pada Sakura.
"Hei Pig! Kau mendengarkanku, kan? Berhentilah atau akan dikeluarkan," Sakura kembali berbisik dengan sedikit menaikkan volume suaranya berharap sahabatnya yang fujoshi ini mendengarnya.
Namun harapan tetaplah harapan. Pasalnya Ino tetap tak merubah posisinya dari awal.
Sakura mendengus kesal, jika Ino bukan sahabatnya mana mau dia bersusah payah seperti ini. "Ino," Sakura mencoba sekali lagi. "Anko-sensei-" ucapan Sakura tercekat begitu sebuah tangan melewati wajahnya dengan mulus dan mengambil sesuatu di sampingnya.
Sebuah komik sekarang tengah berada di... "Anko-sensei!"
Anko, guru yang mempunyai badan bulat itu memegang santai komik ber-cover dua orang cowok dengan latar pantai ditangan kanannya. Ia juga menatap santai sang pemilik komik kemudian menampilkan senyum lembut saat Ino menatapnya horror.
"Yamanaka Ino," ujar Anko-sensei lembut.
"Y-ya sensei?"
"Sepertinya kau masih ingin melanjutkan komik ini, jadi alangkah lebih baiknya jika kau membacanya di luar kelas. Siapa tahu dengan begitu, feel-nya lebih terasa. Iyakan?"
Glek. Ino menelan saliva, takut melihat senyum dan nada bicara guru menakutkan yang sekarang sedang menggoyang-goyangkan komiknya. Lebih baik ia menuruti perkataan Anko-sensei jika tidak ingin mendapat hukuman yang lebih berat. Huh, salahkan komik yaoi itu yang begitu menggoda iman seorang fujoshi seperti dirinya.
"Ba-baik, Sensei," ujar Ino masih terbata dan melangkah perlahan keluar kelas setelah sebelumnya mengambil komik yang Anko-sensei sodorkan. Ino berusaha tak peduli dengan tatapan geli teman sekelasnya termasuk Sakura yang berusaha menahan tawa. Dalam hati Ino berjanji akan membongkar semua aib si jidat lebar itu pada Naruto-mantan ketua osis.
Baru saja Ino akan memegang kenop pintu kelas, permintaan lebih tepat paksaan yang keluar dari mulut Anko-sensei membuat Ino benar-benar menyesal membaca komik saat jam pelajaran.
"Ne, Yamanaka. Besok pagi aku ingin melihat jawaban soal yang di halaman 114 dari nomor satu hingga lima puluh di atas mejaku. Kuharap kau mempunyai sedikit waktu untuk mengerjakannya."
0-0-0-0-0
Sepanjang jalan dari kelas hingga sampai di perpustakaan sekolah Ino terus mengerutu. Menggerutu akan tugas aka hukuman yang Anko-sensei berikan padanya. Oh ayolah, soal fisika sebanyak lima puluh nomor itu tidak sedikit ditambah fisika yang membuat kepalanya puyeng dan besok harus dikumpul. Bagus, Ino yakin otaknya akan terbakar seketika.
Ino meletakkan dengan kasar buku catatan dan paket yang dipegangnya ke atas meja. Setelah itu mencari buku fisika ke salah satu rak yang paling dekat dengan pintu masuk. Begitu menemukan yang dicarinya, ia kembali ke tempatnya semula. Menatap horror buku setebal dua kali kamus itu dan kemudian mengerang. Oke, dia tidak boleh terus mengeluh jika tugasnya ingin selesai. Cepat kerjakan, maka cepat selesai. Masih ada beberapa jam lagi sebelum jam sekolah usai. Ia tak peduli dengan mata pelajaran yang akan masuk setelah bel istirahat berbunyi, yang ia pentingkan adalah menyelesaikan tugasnya sebelum Anko-sensei memberikan tugas yang lebih gila lagi.
Ino mengambil pulpen dari tempat pensilnya dan mulai membuka buku fisika tersebut. Aquamarine-nya begitu serius menatap deretan angka yang dapat membuat mata sakit kemudian bergulir ke buku cetak demi melihat soal yang akan dikerjakannya. Tak lupa tangan kananya ikut bergerak menulis, membuat sebuah deretan angka yang rumit. Saking seriusnya, ia sampai tidak menyadari tatapan tajam dan seringai jahat yang tertuju khusus untuknya.
0-0-0-0-0
Ino tersentak kaget saat indera pendengarannya menangkap bunyi yang berasal dari pintu masuk. Matanya yang sayup setelah tidur yang lelap dipaksa terbuka demi melihat keadaan perpustakaan yang... Kosong?
Ino sontak menegakkan badannya dan langsung menoleh kanan kiri. Matanya terbelalak kaget didapatinya perpustakaan yang begitu sepi. Seingatnya, perpustakaan tadi lumayan ramai dikunjungi siswa namun sekarang...
Wanita bermarga Yamanaka itu melihat jam dipergelangan tangan kirinya. 16.48 PM. Oh good. Pantas saja perpustakaan kosong, toh sekarang sudah waktunya jam pulang. Ino teringat akan dirinya yang tertidur saking malasnya melihat rumus yang sama sekali tak dimengertinya.
Ino mendesah. Yah mau bagaimana lagi. Ia tidak tahu bagaimana cara mengerjakan soal-soal tersebut. Ia berpikir mungkin sebentar malam ia akan ke rumah Shikamaru dan menyuruh pemuda malas itu untuk mengerjakannya. Ia yakin, Shikamaru tidak akan menolak.
Setelah memikirkan rencananya, Ino kemudian memberesi alat tulisnya dan mengembalikan buku fisika yang tadi dipinjamnya ke tempat semula. Saat akan bergerak menyentuh buku catatannya, sebuah suara yang sudah tidak asing lagi ditelinganya menyapanya.
"Ino?"
Ino menoleh dan detik kemudian melebarkan matanya melihat sang uke berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang. Uchiha Sasuke berdiri dengan angkuhnya sambil memasang seringai berbahaya.
"Senpai?"
Sasuke berjalan mendekat. "Lama tak jumpa, Ino. Aku selalu mencarimu namun kau selalu tidak ada."
Ino langsung teringat pertemuannya dengan Gaara kemarin. Rupanya pemuda Uchiha itu juga mencarinya.
"Kau ke mana saja?"
"Ah itu... Aku selalu berada di dalam kelas, yah kadang ke kantin."
Sasuke mengangguk seolah mengerti. "Kupikir kau menghindariku."
'Itu memang tujuan utamaku, senpai!' inner Ino membalas.
"Aku harus segera pulang. Anko-sensei memberiku tugas tambahan," ujar Ino sembari memeluk alat tulis dan bukunya. Kemudian melangkah ke pintu depan dan ia mengernyit mendapati pintu perpustakaan yang terkunci.
"Mencari ini?" Ino menoleh ke belakang pada sosok Sasuke yang tersenyum menyeringai dengan kunci perpustakaan di tangan kanannya. Sasuke goyangkan kunci itu perlahan, seolah menyombongkan diri karena telah memegang benda tersebut.
"Berikan kunci itu!"
Sasuke menggeleng kecil, "Tidak bisa. Untuk apa aku menunggumu sampai jam segini jika pada akhirnya aku membiarkanmu kabur?"
Alis Ino mengernyit. Melihat itu Sasuke kembali meneruskan ucapannya, "Kau selalu kabur sejak kejadian mesra kita. Apa kau pikir dengan begitu kau bisa bebas? Kau pikir aku sudah puas hanya karena telah membuktikan aku bukan gay? Khee, jika kau berpikiran begitu maaf, kau salah besar."
Ino tetap berusaha mempertahankan mimik datarnya, berusaha tegar dan tidak menunjukkan ketakutan sedikitpun. Ia sudah bisa menebak apa yang si senpai inginkan darinya sekarang. Dalam hati Ino tertawa sinis, kali ini ia tidak akan kalah melawan bungsu Uchiha itu.
"Jadi?"
"Jadi?" Sasuke mengulangi perkataan Ino. "Jadi aku mau kau tidak menghindariku lagi. Kau kekasihku, Yamanaka Ino."
"Bukan aku, tapi Sabaku-senpai!"
Hembusan napas kasar yang Sasuke keluarkan akibat pernyataan Ino tadi. Ia sudah bosan mendengar hal itu. "Aku bukan gay!"
"Ya. Senpai gay!"
Sasuke berjalan mendekati Ino. "Aku dan Gaara hanya berteman. Tidak lebih."
"Tapi kalian gay," ujar Ino tetap bersikukuh atas pendiriannya. Ia tidak akan membiarkan seseorang merusak fantasinya akan GaaSasu sekalipun Gaara maupun Sasuke sendiri.
"Ino," wanita berseragam KHS itu berjengit saat kedua lengan Sasuke mengurungnya di balik pintu bercat cokelat. "Aku sudah bosan mendengar kata gay, yaoi, uke, kekasih Gaara atau apapun itu. Jadi, bisakah kau berhenti mengatakannya?"
"Tidak akan pernah! Itu urusanku, senpai!"
"Tapi kau melibatkan harga diri kami," Sasuke tidak lagi fokus pada aqumarine Ino namun pada surai blonde Ino yang sedikit acakan akibat tiduran di atas meja tadi. Melihatnya, mengingatkan pemuda jenius ini pada malam indah mereka. Dimana surai Ino yang biasa terikat rapi secara perlahan mulai acakan dan pada akhirnya ikatan tersebut lepas, menyisakan seorang Yamanaka Ino yang makin 'waw' dengan rambut terurai.
Entah kenapa, saat ini Sasuke ingin mengulangi kejadian dua minggu lalu.
"Aku tidak peduli," Ino menatap Sasuke tajam. Sedangkan onyx Sasuke yang tidak tertuju pada aqumarine-nya membuat Ino mau tak mau merasa jengah karena bicara namun dicuekin.
"Senpai, lebih baik senpai segera minggir dan berikan aku kuncinya," saat Ino hendak mengambil kunci tersebut dari tangan kanan Sasuke, pemuda Uchiha itu dengan sigap memasukkannya dalam kantong.
"Tidak akan kubiarkan kau kabur, Yamanaka Ino," dan detik selanjutnya yang terjadi ialah Sasuke langsung melumat kasar bibir Ino.
Ino, yang terkejut hanya mampu membelalakkan matanya, kedua tangannya dibiarkan ditekan oleh sang senpai, membuat pergerakannya lagi-lagi terkunci. Sudah ia duga, pasti ini tujuan Uchiha Sasuke!
Begitu tersadar, Ino coba berontak. Ia berusaha mendorong kedua tangan Sasuke walau usahanya sia-sia, tenaga Sasuke jauh lebih kuat darinya. Tak kehabisan ide, siswi KHS itu mencoba mengangkat sebelah kakinya bermaksud menendang 'kebanggaan' Sasuke, namun apa daya, rupanya Sasuke sudah mengantisipasinya lebih awal. Saat kaki Ino mulai bergerak, dengan cepat kedua kakinya mengambil tempat diantara kaki Ino yang saat itu kalah cepat. Disela ciuman mereka, Sasuke tersenyum penuh kemenangan dan dalam hati bersorak gembira karena sebentar lagi moment romantis mereka akan terjadi.
"Hhh..." wanita cantik itu menghirup udara sebanyak-banyaknya karena Sasuke tak membiarkannya mengambil napas barang sejenak saat kegiatan mereka tadi. Ino kembali menatap tajam Sasuke, berang terhadap senpai dihadapannya. "Lepaskan!"
"Sudah 'terlanjur', nona."
"Senpai gila!" teriak Ino lalu menggigit tangan kiri Sasuke dengan kuat membuat si empunya memekik tertahan. Karena aksi itu pula, putri tunggal Yamanaka itu berhasil lepas dari kurungan Sasuke dan memilih lari ke balik lemari-lemari besar penyimpan buku.
Sasuke mendecih kesal sembari mendekati Ino yang siap lari. Aqumarine itu melirik liar, berharap mendapati sesuatu untuk melindungi dirinya dari si senpai. Sementara ia terus mencari, Sasuke makin mendekat dan akhirnya-
Hap.
Dengan eratnya pemuda dengan tubuh etletis itu mendekap Ino dari belakang, mengunci segala pergerakan yang mungkin akan wanita Yamanaka itu lakukan.
"Senp-" Ino terbelalak kaget begitu Sasuke dengan tidak sopannya mendaratkan sebuah ciuman di perpotongan lehernya. Ia menutup matanya erat, menggigit bibir agar tidak mengeluarkan suara aneh yang malah akan menambah semangat Sasuke.
Dalam hati terus merutuki dirinya yang lagi-lagi kalah jika menghadapi situasi seperti ini.
Aquamarine-nya terbuka perlahan. Hal yang pertama kali ia lihat adalah rak-rak buku ditambah sebuah meja dan bangku panjang yang biasanya digunakan untuk para siswa membaca. Namun bukan itu pikiran Ino sekarang. Yang ia pikirkan ialah, tempat ini adalah adalah tempat dimana Sabaku Gaara pertama kali mengelabuinya. Pertama kalinya ia mendapat sebuah ciuman. Dan pertama kalinya ia merasakan pengalaman yang membuatnya mendapatkan embrio.
Entah kenapa rasanya ia ingin menangis sekarang. Entah kenapa ia langsung teringat akan Gaara. Rasa bersalah karena tidak bisa menjaga calon buah hati mereka kembali muncul membuat Yamanaka Ino hanya bisa melafalkan kata 'Maaf' berulang kali.
Ia butuh Gaara untuk melepaskan Sasuke sekarang. Ia tidak ingin Sasuke kembali menyiksanya.
'Sabaku-senpai... Onegai'
0-0-0-0-0
Tik tik tik
Detikan jarum jam terdengar nyaring diruangan yang se-sepi perpustakaan KHS. Hanya bermodalkan cahaya bulan dari luar ruangan kita dapat melihat dua anak manusia yang begitu asyik menyelami dunia mimpi.
Sepasang muda-mudi itu saling mendekap, terbaring lemah di atas meja panjang perpustakaan. Kursi-kursi yang berhamburan, buku tercecer ditambah sepasang seragam masih tergeletak di lantai, tepat di samping meja. Sungguh, pemandangan tak layak dilihat.
Salah satu diantara mereka terjaga. Membuka mata perlahan, menguceknya dan terdiam sesaat mengumpulkan kesadaran yang masih terombang-ambing.
Yamanaka Ino melirik ke samping kiri dan menemukan wajah damai sang pangeran sekolah yang masih nyaman dengan mimpinya. Wajah Uchiha Sasuke memang begitu sempurna, tak heran hampir seluruh siswi KHS begitu mengidolakannya.
Lengan kekar Sasuke mendekap erat pinggangnya membuat Ino mau tak mau harus memindahkan lengan tersebut agar ia bisa terbebas. Begitu berhasil, ia memeriksa dirinya yang telah berpakaian lengkap.
Pasti Sasuke.
Seingatnya ia langsung tertidur setelah...
Sontak rona merah menjalari pipi putihnya. Ia menepuk kedua pipinya berharap rasa aneh itu segera menghilang. Daripada ia terus berdiam memikirkan 'hal tak penting', lebih baik ia segera bersiap pulang jika tidak ingin Otou-san nya marah besar.
Ino mengumpulkan buku-buku yang berserakan, mengembalikannya ke rak semula. Diantara tumpukan buku itu, ia mendapati beberapa lembar kertas yang isinya ialah jawaban dari soal yang Anko-sensei berikan pagi tadi untuknya.
Ini tulisan Uchiha-senpai!
Ino yakin bahwa Sasuke lah yang mengerjakan soal-soal yang seharusnya ia kerjakan sendiri. Aquamarine-nya melirik Sasuke. Dalam hati masih kesal namun berterima kasih atas kertas-kertas ditangannya.
Tak ingin berlama-lama, ia kembali melanjutkan kegiatannya. Setelah merapikan kursi dan meja yang berhamburan, menutupi tubuh Sasuke dengan seragam lengkapnya dan mengambil kunci dari kantong celana Sasuke akhirnya Ino memutuskan untuk pulang tanpa membangunkan si Senpai.
Cukup ia mendapati hal buruk malam ini. Ia tidak ingin Sasuke kembali berbuat aneh padanya.
Dan malam itu adalah malam terburuk Yamanaka Ino.
TBC
Balesan reviews buat yang gk login ^^
Uchiha ulin
Ulin-san… thanks ya udh mau RnR :D iya, SasuGaa udh ngelakuin yg ngak-ngak ma si Barbie#plak dan yg keguguran tuh anknya GaaIno wkwkwkwk endingnya ummm masih belum tahu soalny gk bisa milih antara sasuke ma gaara keren semua sih. Yosh sekali lg thanks ya
.
Guest
Iya ini udah lanjut makasih udah review. Etto jgn lupa RnR lg yaa
.
Xoxo
Xoxo-san makasih banyak udh review :D iya, kn ino ny fujoshi akut sampai kapanpun tetap nganggp sasugaa itu pasangan wkwkwk Gaara bakal marah ke Sasuke? Tunggu di chap-chap berikutnya yaa. RnR lg ne xoxo-san sankyuu
.
Kici
Sebelumnya makasih udah review :D iya ino tuh polos bget tp nggemesin kan? Wkwkwk… ini udah lanjut, jgn lupa RnR ya kici-san.
.
Dewi Sati
Aaa gomenasai gk bisa update lamaa huhuuhhu soalny harus nyuri wktu yg begitu terbatas skali lagi maaf ya. Btw sankyu udah review dn jgn lp RnR lg okay? Wkwkwk
.
Shinkyo-Chan
Makasih udh review dan suka yaa, jika bersedia RnR lg neee hahahaha okay ganbatte Shinkyo-Chan
A/N: Minna-san… Hontou ni gomenasai telat banget update nya T.T tapi gk setelah kemaren kan?#plak
Lumayan bnyak yg sedih liat Ino keguguran aka-channya, ne Kana jg sedih gimana udh puas dgn interaksi gaaino maupun sasuino kan yaa walau gk ada romantisnya, tapi Kana usahain di chap dpn akan ada moment romantis antaraaa ada dech hehehe tp gomen jika jelek soalny agak kaku mikirin yg so sweet gitu wkwkwk
Yosh, Kana masih mengharapkan kesediaan Minna-san untuk RnR fic yg gk berkualitas ini. Jangan bosan yaa ^^
RnR ne ^^