"Aku tahu siapa pelakunya!"

Baekhyun mengerutkan alis sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Ia memandangi Luhan dengan penuh tanda tanya.

"Sudah cepat ayo ikut aku."

Luhan menarik paksa lengan milik Baekhyun. Dengan langkah yang tergesa ia membawa sahabatnya keluar dari kelas. Sedangkan Chanyeol yang ditinggalkan hanya mengedikkan bahunya acuh sambil melanjutkan makan siangnya.


"From Me To You"

Chapter 7 :Perasaanku Berbeda

Cast : Do Kyungsoo, Kim Jongin, others

Genre : Friendship, Romance, School life

Rating : T

Warning :

Yaoi, bxb,Typos, "Kimi ni Todoke" Remake

A/N:

jujur, tadinya aku mau buat chapter ini lebih panjang..tapi entah kenapa engga bisa :') dan ada yang masih ingin fic ini? masih dong ya masih *melas* maaf ya kurang memuaskan, but enjoy!


Taemin yang tengah bersiul dengan riang terpaksa menghentikan langkahnya saat matanya sosok dua orang laki laki dengan head-band berwarna merah tengah menatapnya dengan garang. Taemin mengenal betul kedua laki-laki menyebalkan itu, yang berambut hitam keunguan itu bernama Baekhyun. Sedangkan yang bersurai coklat madu itu bernama Luhan. Ia balas menatap kedua orang itu dengan jengkel.

"Ada apa?" Tanyanya datar.

"Jangan kira kami tak tahu apa yang kau lakukan." Luhan mendorong bahu Taemin, punggungnya menabrak loker dibelakangnya.

"Memang apa yang aku lakukan?" Tantang taemin.

"Ini," Baekhyun menyodorkan secarik kertas kedepan wajah Taemin. "Ini bukan tulisan Kyungsoo."

Taemin terkekeh pelan, "Kenapa kalian berpikir itu adalah diriku?"

"Memangnya siapa lagi yang begitu terobsesi kepada si Tuan Sempurna?"

Kini Luhan yang tertawa meremehkan saat raut wajah Taemin berubah murung. Senyum manis –yang dibuat buat—itupun menghilang dari wajah putih yang sedikit ia poles.

"Taemin-ssi , kau mencoba memisahkan Jongin dan Kyungsoo kan?" Baekhyun mengambil tempat disamping Luhan.

"Namun sayang tidak berjalan dengan lancar." Luhan menambahkan.

"Luhan? Baekhyun?"

Luhan, Baekhyun maupun Taemin memutar kepalanya dan menapati Kyungsoo tengah berdiri di ujung lorong. Dengan langkah kecilnya yang terburu buru Kyungsoo menghampiri ketiga temannya.

"Ada apa? Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanyanya dengan polos.

"Laki laki ini mencoba menjebakmu." Tuduh Luhan pada Taemin.

"Eh?" Kyungsoo yang kebingungan hanya menatap Luhan dengan Taemin bergantian.

"Bahkan, aku yakin gosip miring tentang Kyungsoo, Baekhyun dan aku kamu juga yang membuat itu semua." Luhan mendelik tajam kepada Taemin.

Hening. Tak ada satu suarapun yang terdengar selain suara derap sepatu milik para murid yang kebetulan melintas di lorong itu. Suasana itu masih hening sampai senyuman menyebalkan milik Taemin kembali mengembang.

"Aku yang menyebarkan semua gosip itu. Apa masalahnya?" Taemin berucap santai.

"Apa?" Baekhyun menarik kerah baju milik Taemin, " Beraninya!"

"Baek!" Luhan menarik lengan Baekhyun yang hendak melayangkan satu pukulan kepada Taemin.

"Minta maaf kepada Kyungsoo sekarang!" Luhan kembali bersuara.

Sedangkan Kyungsoo yang tak mengerti keadaan ini mengerutkan dahinya bingung. Ia terus memandang Taemin dan Luhan secara bergantian.

"I-ini sebuah salah paham." Kyungsoo menggantungkan kalimatnya. "Taemin tidak mungkin melakukan hal seperti itu."

"Kenapa?" Baekhyun yang kesabarannya telah habis sedikit meninggikan suaranya.

"K-karena dia temanku."

Kyungsoo berucap dengan mantap sambil tersenyum ke arah Taemin. Sedangkan laki laki itu memutar bola matanya dengan malas. Bagian belakang tubuhnya yang bersender pada loker ia tegakkan.

"Aku tidak pernah menganggapmu sebagai teman!" Taemin mengacungkan telunjuknya tepat pada wajah Kyungsoo.

"Kau itu menyebalkan! Terlalu naif! Kau adalah hama pengganggu yang selalu menempel pada Jongin dan itu sangat membuatku membencimu."

Ucapan Taemin membuat Kyungsoo diam, mulutnya membuka dan menutup untuk beberapa kali, "A-aku—"

"Aku akan mengadukanmu pada Jongin!" Luhan memotong perkataan Kyungsoo.

Mata Taemin membulat, ia menatap Luhan dengan penuh kebencian. "Adukan saja! Aku tidak takut!" Teriak Taemin membuat beberapa siswa memandang ke arah mereka.

Luhan mendecih pelan, "Ayo kita pergi."

Luhan maupun Baekhyun memutar tubuhnya berjalan menjauh meninggalkan Taemin juga Kyungsoo yang masih diam ditempatnya. Wajah Taemin tampak begitu buruk sekarang, Kyungsoo memperhatikannya dengan seksama. Ia menggigit bibirnya, matanyapun sedikit berair. Dan entah dorongan dari mana Kyungsoo berlari menyusul Baekhyun dan Luhan yang telah berjalan cukup Jauh.

"Baekhyun-ah, Luhan-ah!" Suara Kyungsoo membuat keduanya berhenti dan memutar badannya.

"Ada apa Kyungsoo?" Luhan tersenyum.

"Tolong Jangan beritahu ini kepada Jongin. Aku yakin jika Jongin tahu ini, ia tidak akan marah sama sekali. Dan aku juga yakin Taemin melakukan ini dengan tidak sengaja."

Luhan dan Baekhyun saling bertukar pandang, sedangkan Kyungsoo menatap Keduanya denan penuh harap.

"Kyungsoo? Yang benar saja, kenapa kamu masih mem—" Ucapan Baekhyun terpotong oleh Luhan.

"Fine. Jika kamu yang memintanya."

Suara Luhan membuat Kyungsoo tersenyum dan menghembuskan nafas lega. Ia berbalik dan tatapannya bertemu dengan milik Taemin yang tengah menatapnya. Baekhyun baru saja akan memprotes keputusan Luhan kalau tangannya tak di tarik menjauh oleh laki laki berambut madu itu. Luhan sepertinya mengerti apa yang Kyungsoo inginkan, ia tersenyum ke arah laki laki bermata bulat itu sebelum benar benar pergi. Sedangkan Kyungsoo kembali melangkahkan kaki kecilnya dan berhenti disebelah tubuh Taemin yang masih membatu.

"Apa?" Tanya Taemin tanpa menatap Kyungsoo.

"Uhm," Kyungsoo menggigit bibirnya untuk menghilangkan rasa gugupnya. "Tentang perasaanku terhadap Jongin."

Taemin mengangkat kepalanya, ia menatap Kyungsoo dengan penuh antisipasi. Sebenarnya ia agak terganggu jika Kyungsoo menyebutkan nama laki laki yang paling ia senangi itu. Ia merasa suara Kyungsoo sungguh menjengkelkan saat menyebutkannya.

"Perasaanku terhadap Jongin benar benar istimewa. Meskipun aku belum pernah merasakan ini sebelumnya, tapi aku sangat yakin bahwa perasaan ini spesial." Kyungsoo menarik nafas panjang.

"Sungguh sulit bagiku untuk menceritakan perasaanku pada seorang teman." Lanjutnya sambil meremas ujung kaus olahraganya.

"Sudah kubilang kita bukan teman!" Taemin kembali berteriak membuat Kyungsoo mengangkat kepalanya.

"Sejak SMP aku sudah jatuh cinta dengan Jongin! Kau tak bisa membandingkan perasaanku dengan perasaanmu! Sejak dulu—" Taemin mulai terisak. "Sejak dulu aku aku mencari perhatiannya, sama seperti yang kau lakukan. Aku belajar dengan sungguh giat untuk masuk ke sekolah ini dan aku pikir keadaan akan membaik tapi pada kenyataannya Jongin tidak mencintaiku. Semua menjadi sia sia saat Jongin tidak membalas perasaanku."

Taemin mulai menangis, air matanya mulai berjatuhan dengan begitu saja. Kyungsoo menatap Taemin dengan panik, ia merogoh isi sakunya dan mendapatkan sebuah sapu tangan bergambar pororo. Tanpa berpikir panjang Kyungsoo langsung menyodorkan benda itu ke hadapan Taemin.

"Aku bukan tipe orang yang naif sepertimu." Taemin memandang sapu tangan itu.

"Aku benar benar membencimu!" Teriak Taemin sebelum ia menepis benda itu sambil berlari meninggalkan Kyungsoo.

Kyungsoo menekuk lututnya, tangan kecilnya memungut sapu tangan yang dihempaskan Taemin menuju lantai. Ia tak begitu mengenal banyak perasaan, bahkan perasaan miliknya sendiri. Ada sesuatu rasa menyesakkan di dadanya saat ini. Masih dengan posisinya yang berjongkok, ia memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya disana.


"Dengan ini saya membubarkan komite festival olahraga!" Seru Choi Siwon yang berperan sebagai penanggung jawab komite tersebut.

"Semuanya telah bekerja keras! Terimakasih!"

Untaian kata kata itu membuat seisi ruangan menghembuskan nafas lega. Ruang kelas itu bertambah gaduh saat sang guru meninggalkannya begitu saja. Beberapa dari mereka mulai membicarakan soal pesta tahun baru yang akan di adakan di akhir tahun ini. Namun sebagian besar dari mereka mulai membereskan barang barangnya dan berlalu meninggalkan ruangan tersebut.

"Taemin apa kau akan pergi sekarang?"

Salah seorang murid menghampiri Taemin dan di balas gelengan olehnya. Murid itu hanya mengangguk dan mengucapkan selamat tinggal. Ruangan itu sudah sepi sekarang, menyisakan dirinya dengan Kim Jongin. Dan tanpa di duga, Jongin yang pertama menghampiri Taemin di tempat duduknya.

"Taemin." Jongin menggaruk tengkuknya. "Maafkan aku."

Taemin tahu ini akan terjadi, Taemin tahu persis Jongin akan membencinya setelah mendengar apa yang telah ia lakukan kepada Kyungsoo. Ia menarik nafas panjang saat Jongin kembali membuka mulutnya.

"Maaf perbincangan kita tentang Bing Bang terputus kemarin."

Taemin mengerutkan dahinya saat melihat Jongin yang tampak biasa saja, Jongin hanya mengeluarkan tawa canggungnya. Itu selalu ia lakukan saat dirinya merasa bersalah.

"Apa kau tidak mendengar sesuatu tentangku?" Tanya Taemin.

"Sesuatu tentang apa?" Kini Jongin yang mengerutkan dahinya.

Taemin diam tak menjawab. Ia menundukkan kepalanya, menimang nimang beberapa hal yang harus ia katakan pada Jongin. Ia tak ingin membuat waktu berharganya dengan Jongin ini terbuang sia sia.

"Hey kau tidak akan memberitahuku? Aku jadi penasaran." Jongin yang hendak duduk di sebelah Taemin berhenti saat melihat laki laki pirang itu bangkit dari posisinya.

"Jongin," Taemin menatap Jongin malu.

Tak ada jawaban dari Jongin, ia hanya menaikkan satu alisnya membuat Taemin kembali menarik nafas panjang.

"Aku, " Taemin berhenti untuk sebentar, "Aku menyukaimu. Sejak lama, kau selalu menjadi satu satunya orang yang aku sukai."

Keadaan menjadi bertambah canggung sekarang. Bahkan Jongin tak mengeluarkan ekspresi sama sekali saat mendengarkan pernyataan itu, ia terlalu sibuk dengan pikirannya untuk sekedar mengekspresikan suasana hatinya. Sedangkan Taemin terus menarik nafas panjang menunggu laki laki tinggi itu mengeluarkan sepatah kata.

"Maafkan aku." Jongin menatap lurus menuju manik milik Taemin, "Aku sudah memiliki orang yang aku cintai."

Dan Bang! Untuk Taemin. Dirinya hampir menangis kalau saja ia tak mengingat tentang harga dirinya yang begitu tinggi.

"Saat aku mengatakan hal ini, apa ini membuatmu sedikit bahagia?" Taemin mencoba tersenyum.

Jongin kembali terdiam untuk beberapa saat, "Ya, hatiku merasa sedikit bahagia. Terimakasih." Jongin berusaha mengeluarkan senyuman terbaiknya.

"Laki laki manis seperti ini," Taemin menggantungkan kalimatnya. "Tak akan kau temukan pada tempat lain."

Jongin hanya diam saat Taemin berjinjit dan mencium pipi sebelah kirinya. Ia juga tak bergeming saat Taemin pergi meninggalkan dirinya dengan isakan halus. Semua terasa begitu rumit untuk Jongin. Ia sudah mengenal Taemin saat mereka berada di sekolah menengah, kegemaran mereka bahkan sama. Jongin sudah menganggap laki laki itu sebagai sahabat baiknya.


Hembusan angin bulan November tak membuat langkah Jongin goyah, dengan tangan yang dimasukan kedalam celana dan blazer sekolahnya ia berjalan menyusuri gelapnya malam. Ini sudah lewat jam pulang sekolah namun dirinya masih enggan untuk kembali ke rumahnya. Entah keinginan dari mana, Jongin melangkahkan kakinya menuju cherry tree yang sudah berubah warna. Merah mudanya yang indah tak lagi terlihat, semua tampak begitu coklat. Dan hampir seluruh daunnya telah gugur menyisakan dahan yang kering. Jongin menghembuskan nafas beratnya.

"Sampai kapan aku bisa menahan ini?" monolog Jongin dengan pandangan yang terfokus pada pohon tersebut.


sangat mengecewakan ya? uhuhuhu :')) let me know your opinion chingu! review! :3