Tittle : Before The Light (Part 1)

Author : RinFe Shaw

Cast : Kim Jaejong (25)

Jung Yunho (27)

Shim Changmin (22)

Park Yoochun (26)

Kim Junsu (24)

Genre : Romance, Family, Sad

Rate : M hehe..

Disclaimer : Jaejong is belong to Yunho. But this fanfic is belongs to me.

Warning : Yaoi alias Boys x boys love, alur gak jelas, mungkin agak OOC di awal. Maaf kalo kadang update lama.

And the story is begin …

DON'T LIKE DON'T READ

Jaejong hanya diam menatap datar sebuah album yang berada di meja. Namja cantik itu sedang berada di sebuah ruangan, terlihat dengan jelas jejak-jejak air mata di pipi mulusnya. Album foto itu mengingatkan dirinya pada kenangannya bersama mantan tunangannya.

"Hanya kau yang ada dihatiku, Boo."

"Aku merindukanmu, Boo"

"Aku mencintaimu, aku berjanji tak akan meninggalkanmu."

Hatinya berdenyut sakit mengingat hal itu. Masih dengan pandangan datar ia melihat ke sekelilingnya. Hancur ! Pintu lemarinya rusak, hampir terlepas. Baju bajunya sobek dan berserakan dimana-mana. Buku-buku yang tertata rapi di rak buku, kini berserakan di lantai. Halamannya pun banyak yang sobek dan tidak berbentuk lagi sekarang. Serpihan vas bunga berceceran di lantai. Tidak hanya itu kasur namja cantik itu pun tak kalah berantakan. Kapuk tercecer, sprei yang sudah tak berbentuk. Bercak-bercak darah mengotori spreinya.

"Hyung?" terdengar suara dari seorang namja jangkung dari balik pintu. Cahaya yang berasal dari luar berlomba-lomba memenuhi kamar namja cantik tersebut.

"Pergi !" teriak Jaejong. Ia terlihat sangat menyedihkan, rambut yang dulunya sangat halus kini menjadi seperti bulu kucing jalanan yang tak pernah mandi (?). Wajahnya terlihat pucat, terang saja sejak kemarin ia tak mau menyentuh makanannya. Matanya membengkak akibat terlalu banyak menangis. Dan tangannya luka karena terkena benda benda tajam yang dihancurkannya. Jaejong hanya menutup lukanya dengan ikatan kain asal-asalan.

"Pergi ! Jangan mendekat !" Jaejong berteriak histeris, ia menutup telinganya dengan kedua tangan.

Namun namja jangkung itu keras kepala, ia menyalakan lampu dan mendekati Jaejong. Kini ia melihat dengan jelas keadaan kamar hyungnya. Benar benar hancur berantakan seperti apa yang dirasakan namja cantik tersebut. Jaejong tetap berdiri mematung di tempatnya, matanya terus menatap album foto yang berada di meja. Entah apa yang sedang ada di pikiran namja cantik itu.

Jaejong mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Bayang-bayang masa lalunya kembali teringat. Jajong mulai mengeluarkan keringat dingin, matanya bergerak dengan gelisah, gerak geriknya terlihat begitu ketakutan. Dengan tangan gemetar Jaejong mengambil album yang berada di meja dan melemparkannya ke namja tadi. Album itu mengenai tulang pipi namja itu. Terlihat dengan jelas bahwa pipi namja itu memerah dan sedikit lecet. Namja itu meringis kesakitan namun tidak mengeluarkan suara sama sekali.

Tubuh Jaejong merosot ke bawah. Ia menekuk kedua lututnya dan memeluknya erat. Namja cantik itu menundukkan kepalanya hingga menyentuh lututnya. Jaejong menangis dalam diam. Perasaannya benar benar hancur. Hatinya terlalu sakit, bahkan untuk mengeluarkan suaranya pun ia tak bisa. Hanya air mata yang semakin lama semakin deras mengalir.

Namja jangkung itu sudah tidak tahan lagi melihat hyungnya seperti ini. Ia mengabaikan rasa sakit di pipinya akibat lemparan tadi dan mensejajarkan dirinya dengan hyungnya. Kemudian namja itu merengkuh Jaejong ke dalam pelukannya.

"Menangislah hyung. Kumohon jangan seperti ini. Jadilah Jaejong hyung yang dulu. Jae hyung yang selalu tersenyum. Bukankah sudah kukatakan kau ini sangat jelek saat menangis. Jadi tersenyumlah … tersenyumlah untukku hyung. Aku merindukanmu…" Namja itu tak kuasa menahan air mata yang sudah terlalu lama ia tahan.

"Mianhe Minnie-ah." Lirih Jaejong sangat pelan. Tapi masih bisa didengar oleh namja tang dipanggil Minnie tersebut. Mereka berdua tetap berpelukan sambil menangis. Sampai akhirnya Jaejong tertidur di dada bidang namja yang bernama asli Shim Changmin tersebut.

Changmin menggendong Jaejong ala bridal style dan merebahkan namja cantik itu di tempat tidur. Ia mengecup perlahan kening Jaejong lalu turun ke kedua mata Jaejong yang membengkak.

"Tidurlah hyung. Aku tahu kau lelah, jadi besok bangunlah dan tersenyum. Semua orang disini sangat menyayangimu."

Changmin beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu. Terlihat dengan jelas namja jangkung itu kelelahan. Belum lagi dengan luka di pipinya yang mulai terasa ngilu dan terlihat membiru. Sebelum menutup pintu Changmin memandangi Jaejong dan seluruh sudut kamar hyungnya. Changmin mendesah pelan. Ia akan menyuruh maid membersihkan kamar hyungnya nanti. Ia tak habis pikir dengan kelakuan hyungnya, Jae hyung akan menghancurkan apapun yang ada di sekitarnya saat ia merasa tertekan. Dan penyebab hyungnya seperti ini adalah namja yang bermarga Jung itu. Mengingatnya membuat Changmin menjadi emosi. Tangannya menggenggam erat dahan pintu, buku-buku jarinya memutih. Namun segera ia tepis pikirannya sebelum nantinya ia juga akan menghancurkan kamar hyungnya. Yah walaupun kamar hyungnya sudah sangat hancur.

Changmin segera kembali ke kamarnya, ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur yang empuk. Namja itu memandangi langit-langit kamarnya. Tiba –tiba bayangan Jaejong melintas di pikirannya, air mukanya menjadi sendu. Changmin sangat sedih dengan apa yang terjadi dengan hyungnya itu. Namun tiba-tiba wajahnya menjadi dingin saat wajah namja Jung itu ikut-ikutan ada di pikirannya. Oh rupanya adik angkat Jaejong ini memiliki rasa dendam yang tinggi.

'Lihat saja Jung ! cepat atau lambat kau akan merasakan apa yang Jae hyung rasakan' Batin Changmin. Namja jangkung itu pun memejamkan matanya, lama kelamaan namja itu terlelap dengan segudang rasa benci dan amarah karena namja Jung tersebut.

Before The Light

RinFe Shaw

Jaejong mengerjabkan matanya membiasakan dengan ribuan cahaya yang masuk ke retinanya. Ia menghela nafas, kepalanya terasa sakit dan perutnya perih. Ia mencoba duduk di ranjang, lalu memandang sekitarnya. Jaejong mengernyitkan dahinya, ia tidak ingat bagaimana ia menghancurkan kamarnya. Yang Jaejong ingat hanyalah saat ia menangis di pelukan saengnya. Mengingat Changmin, Jaejong kembali teringat dengan perkataan Changmin kemarin. Apa ia berubah sejauh ini ? Apa ia benar-benar telah menyusahkan orang lain ? Apa ia bisa kembali menjadi Kim Jaejong yang dulu ?

Memikirkan hal itu membuat Jaejong pusing dan mual. Akhirnya Jaejong memutuskan untuk berbaring kembali dan memejamkan matanya. Suasana pun kembali hening, sampai sebuah suara ketukan pintu membuat Jaejong membuka mata. Lalu masuklah Changmin bersama dua maid yang berjalan di belakangnya. Changmin datang dengan setelan jasnya, rupanya ia berniat untuk berangkat ke kantor.

"Hyung ? Aku membawakan sarapan untukmu, makanlah. Kau belum makan sejak kemarin." Changmin meletakkan nampan di meja nakas. Namun seperti biasa, Jaejong hanya diam pandangannya lurus ke langit-langit kamar.

Changmin memberi isyarat pada dua maid tadi untuk membersihkan kamar Jaejong. Setelah selesai dua maid tadi keluar kamar, memberi privasi kepada kakak beradik tersebut. Changmin mengecup kening Jaejong dan berlalu. Namun langkahnya terhenti saat Changmin merasakan pergelangan tangannya di pegang (kok jadi horror begini?). Ia menoleh kebelakang.

"Wae hyung ?" Tanyanya dengan lembut. Jaejong mendudukkan dirinya dan bersandar pada bantal.

"Tanganku luka, suapi hyung Minne-ah." Pinta Jaejong dengan senyuman yang hampir satu tahun tak pernah terlihat.

Changmin ingin sekali berteriak , akhirnya ia bisa melihat Jaejong tersenyum kembali. Dengan semangat Changmin mendudukkan dirinya disebelah kaki Jaejong. Ia mengambil nampan yang berisi makanan dan menaruhnya di pangkuan. Changmin mengambil sesendok nasi dan mencelupkannya ke dalam sup, lalu menyuapkan ke mulut Jaejong.

"Hyung tersenyumlah lagi seperti tadi." Ucap Changmin yang sukses membuat Jaejong hampir tersedak.

"Ayolah hyung kau terlihat cantik saat tersenyum" pinta Changmin lagi.

Jaejong terkekeh mendengar pernyataan Changmin, "Aku ini tampan, harus berapa kali aku katakan." Kata Jaejong sambil menjepit hidung Changmin .

'Tuhan bolehkah aku meminta sesuatu ? Aku ingin Jae hyung selalu tersenyum seperti saat ini. Aku minta tolong lupakan ingatan Jae hyung tentang namja itu hanya untuk hari ini saja. Aku ingin melihat Jae hyung tersenyum sepanjang hari ini.' Batin Changmin.

Akhirnya Jaejong selesai sarapan. Mereka menghabiskan waktu sarapan pagi ini dengan candaan. Changmin melihat jam tangan yang ada di pergelangannya. "Hyung aku harus berangkat, mandilah kau bau tahu !" ucap Changmin sambil berlari pergi sebelum ia mendapat elusan sayang dari Jaejong.

"Ya !" teriak Jaejong. Changmin mendengar teriakan Jaejong dari luar kamar hanya tersenyum kecil. Pagi ini adalah pagi yang paling indah. Ia berharap semoga kebahagiaan di pagi ini tak pernah berakhir.

Setelah kepergiaan Changmin, Jaejong segera turun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi. Ia melepas seluruh pakaiannya dan memandang ke cermin. Jaejong menatap pantulan dirinya dan baru menyadari kalau dirinya terlihat sangat menyedihkan.

"Baiklah Kim Jaejong ! Ini saatnya kau melupakan namja brengsek itu dan melanjutkan hidupmu." Ucap Jaejong. Ia merendam dirinya di bathtub dengan aroma bunga lily yang disukainya. Oke baiklah, biarkan uri umma mendapat privasinya terlebih dahulu. Kita akan melihat bagaimana keadaan Changmin di kantornya.

"Minra-shi, tolong bawakan aku jadwal hari ini dan panggilkan Yoochun ke ruanganku." Ucap Changmin pada bawahannya.

Hari ini Changmin akan sibuk, dapat dilihat dari betapa sibuknya Changmin membaca hasil laporan bawahannya. Meja kerjanya dipenuhi dengan kertas map yang membuat Changmin hampir gila. Tinta pulpennya bisa-bisa habis hanya untuk menandatangani kertas-kertas sialan itu. Changmin menghela nafas, ia melepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya dan menyenderkan punggungnya di kursi. Terlihat dengan jelas raut lelah di wajah direktur muda ini.

Tok … tok … tok …

"Ne masuk." Jawab Changmin dengan suara agak keras.

"Jeosonghamnida sajangnim, saya membawakan jadwal anda hari ini dan Yoochun-shi sebentar lagi akan kesini. Beliau sedang menangani klien." Kata yeoja berambut pendek itu sambil menyerahkan map kepada Changmin. Namja jangkung itu meneliti sebentar jadwalnya hari ini. Setelah merasa tidak ada yang aneh lalu Changmin menutup kembali map tersebut.

"Geure, Minra-shi. Kau bisa pergi dan melanjutkan tugasmu." Ucap Changmin, setelah membungkuk dan mengucapkan terima kasih sekertarisnya segera kembali ke ruangannya.

Tak berselang lama setelah Minra pergi Yoochun masuk. "Wae Minnie-ah ?"

"Hyung aku butuh bantuan." Ucap Changmin seraya memasang wajah memelasnya. Yoochun mendengus,

"Apa ini ada hubungannya dengan Jae hyung ? Bagaimana kabarnya ?" Yoochun duduk di sofa dan mengambil setoples cookies yang disana.

"Ne, senyuman Jae hyung kembali. Dan Yah ! Park Yoochun ! Letakkan toples itu, itu milikku !"

"Jeongmal ? Jae hyung-ie tersenyum lagi. Wuaahhh itu hebat. Kau apakan dia Min-ah ?" Yoochun berteriak heboh lalu berlari ke meja Changmin dan duduk di kursi.

"Dia menangis sambil memelukku sampai dia tertidur." Ucap Changmin sendu. Dan sepertinya Changmin sudah melupakan masalah cookies tadi.

"Aku akan membunuh Jung itu kalau aku bertemu dengannya." Ucap Yoochun berapi-api.

"Maka dari itu aku ingin hyung mencarikan keberadaan Jung Yunho itu dan selidiki mengapa ia membatalkan pertunangannya dengan hyungku."

"Aku tidak mengerti mengapa namja itu pergi dua hari sebelum pernikahannya. Tapi yang jelas kalau aku jadi Jung Yunho aku tak akan pernah menyiakkan namja cantik dan sexy seperti Jae hyung." Ucap Yoochun sambil membayangkan bagaimana dirinya akan menikah dengan Jaejong.

Pletak …

"Aww ! Yah Shim Changmin !"

"Jangan pernah berpikir seperti itu ! Aku tak akan menyerahkan hyungku pada playboy sepertimu." Ucap Changmin sambil memicingkan matanya.

"Kau tidak lapar Changmin-ah ?"

"Ah, ne aku lapar kajja kita makan siang bersama. Dan hyung harus mentraktirku." Changmin menarik tangan Yoochun keluar ruangan.

"Mwo ? Kenapa aku harus mentraktirmu ?"

"Karena kau hyungku. Hehe"

"Yah ! Kau !"

TBC sodara-sodara

Annyeong saya author newbie disini dan ini gak bisa dibilang kalau ini adalah ff perdana saya. Karena sebenarnya saya itu sudah lama menulis ff tapi baru kali ini saya nge-publish. Mohon kerjasamanya yaa.. Review please.. nerima kritik saran kok. Tapi jangan ada flame atau bash yaa …