Title: Just Us

Author: Blueberrymilkshake

Genre: Drama Romance, family/ boys love/ Yaoi, Mpreg

Rated: M

Chapter: 5B

Cast: dbsk yunjaeyoosumin

Pairing: yunjae, little bit homin as appa and aegya and Jaemin as eomma and aegya jadi yang mengharapkan HoMin and JaeMin yg mengarah percintaan maaf banget ga bisa kasih. Daku Yunjae bias, Yunjae shipper akut dari tahun 2007. Jadi mohon maaf kalau tidak sesuai dengan apa yang kalian suka ne.

Disclaimer: Yunjae from DBSK, mereka saling memiliki, author tidak memiliki mereka berdua hanya seorang fans yang merasa bahwa mereka bukan sekedar fanservices di panggung yang melatari lahirnya fanfiction untuk YunJae.

Warning: Author baru di ffn, masih butuh wejangan dari author ffn semuanya, jangan sungkan untuk mengkritik baik mengatakan ff ini kurang ini atau apapun itu, akan menerima dengan baik. Penulisan point of view yang selang seling untuk mohon baca pelan-pelan untuk mengetahui itu pov milik siapa atau kapan itu flashback, atau clue yang di buat tersembunyi di deskripsian, missing typing mungkin ada tapi di usahakan tidak banyak.

CHAPTER 5B

Just as Family

Bunyi bel apartemen berdentang sebanyak empat kali secara beruntun, membuat umpatan keluar dari bibir Kim Chang Min. Baru saja ia bermaksud untuk duduk santai di ruang tengah menonton televisi sambil menunggu para pekerja tengah membersihkan kamar atas, namun kesenangannya tidaklah berumur panjang. Sekarang ia sudah di ganggu dengan suara bel yang menurut nya sangat mengganggu telinga.

Padahal baru sepuluh menit yang lalu sang Eomma keluar dari apartemen ini. Sedikit ia bertanya-tanya apakah yang membuat sang Eomma kembali? Sang Eomma memang akan menjadi tipe sangat merepotkan kalau akan berpergian. Mungkin bagi beberapa orang, apa yang di lakukan sang Eomma itu tidak merepotkan bahkan empu-nya juga berpikir demikian, namun sungguh kalau sang Eomma berpergian, kopernya bisa berisi berbagai macam barang bagai kantung ajaib Doraemon, maka tak ayal selalu saja bila sudah akan bepergian, kadang bila ada satu atau dua yang terlupakan maka Eomma nya akan tahu itu. Eomma nya biasa akan kembali ke dalam rumah untuk mengambil barang tersebut. Akan tetapi, bukankah Eomma tidak membawa barang banyak ketika ke apartemen Appa? Justru bawaannya terkesan tidak suka akan keribetan ketika kemarin mengantarnya bertanding. Berbanding terbalik dengan apa yang ia bawa. Terlampau senang, ia membawa sedikit lebih banyak pakaian.

Sambil menggerutu, ia pun bangkit dari sofa. berjalan menuju pintu depan apartemen untuk membuka pintu. Dengan sangat percaya diri, walau dengan ekspresi sedikit pongah, ia pun menanyakan apa yang tertinggal pada orang yang ada di depan pintu, di yakini sebagai sang Eomma.

"Apa ada yang ketinggalan Eomma...,"

Ada jeda ketika ia melihat dengan seksama bahwa bukan sang Eomma yang berdiri di depan pintu. Tapi seorang wanita anggun yang cantik, tengah berbicara di ponsel pintarnya.

"Akhh... Mianhae. Saya pikir anda Eomma saya."

Chang Min segera merubah kekeliruan tersebut. Harusnya ia tidak langsung memutuskan bahwa yang membunyikan bel adalah Eomma-nya. Tapi daripada memikirkan kekeliruan tersebut, Chang Min lebih tertarik dengan ekspresi yang ditimbulkan dari wajah wanita anggun yang cantik ini. Wanita itu juga sepertinya kaget dengan melihat siapa yang membuka pintu. Terlihat dari ekspresinya, kedua bola mata dalam balutan kacamata fashion Giordano itu terlihat membulat, dan tangannya yang bergetar di mana tengah menerima telephone dari seseorang.

Entah kenapa Chang Min seketika tidak suka melihat kedatangan wanita itu ke apartemen Appa-nya. Chang Min berpikir, kemungkinan orang ini akan merusak segala apa yang sudah terjadi pada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya saat ini menurut Chang Min sudah lumayan dekat. Tinggal sedikit lagi ia akan memiliki keluarga lengkap. Chang Min sungguh tidak mau kalau hubungan kedua orang tuanya akan berakhir sampai di situ saja.

"Omo...Omo...Oppa...Anieyeo. Kau..kau yang.."

Wanita ini tergagap ya? Apa yang sebenarnya wanita ini gagapkan? Dia mengatakan Oppa? Siapa? Appa-nya? Mengingat konotasi untuk kata Oppa sendiri bisa dikatakan sebagai saudara, atau bisa di katakan seseorang yang memiliki hubungan spesial atau berpacaran. Lalu kalimat 'kau yang' sebenarnya bermakna apa? Appa tidak berbohong, bahwa ia tidak memiliki istri, sebagai seorang penggemar Chang Min tahu betul akan hal ini. Walau sang Appa sering digosipkan dengan banyak wanita-wanita cantik, semua tidak pernah bertahan lama. Jikalau di bandingkan dengan hubungan Appa dengan Eomma nya sekarang, itu berbeda sekali. Apa wanita ini melihat berita di koran tadi pagi? Sehingga pergi kemari sepagi ini guna menanyakan bahwa berita koran itu hanya melebih-lebihkan saja. Entah kenapa Chang Min merasa semakin tidak rela bila orang ini akan menjadi batu sandungan dalam hubungan kedua orang tuanya.

"Ne...Jung Chang Min imnidha. Anda siapa Ahjumma?"

Dengan penuh kepercayaan diri ia memperkenalkan diri sebagai Jung. Bukan seorang Kim, yang dimana selama tujuh belas tahun memakai marga yang di sandangnya. Marga yang di beri oleh sang Eomma untuknya. Hanya saja, untuk sekarang ia ingin sekali menggunakan marga sang Appa. Rasa cinta kepada keluarganya yang membuat ia berpikir, biarkanlah orang mengetahui. Lagipula instingnya mengatakan wanita ini berintelektual, bukan sekedar wanita bergaya high class, namun tidak di barengi dengan otak cerdas.

"Jung Chang Min?"

Wanita itu mengucap lirih, seperti mencoba untuk mencerna informasi yang baru saja masuk ke gendang telinga nya. Ponsel yang tadi di telinga, tengah di genggamnya erat wanita itu, entah sudah tidak terhubung dengan orang di seberang sana ataukah masih terhubung, Chang Min tak mau tahu itu.

Sepertinya ia sedikit terguncang pikir Chang Min. Chang Min menyandarkan punggungnya di daun pintu dan tangan melipat didada. Sebuah seringai muncul di bibir sexy yang merupakan perpaduan dari kedua orang tuanya. Gotcha, apa yang akan kau lakukan sekarang Ahjumma centil!

"Ne Ahjumma. Kalau anda kemari untuk mengganggu, sebaiknya anda kembali pulang. Appa sekarang sedang tidur bersama Eomma. Hmmm, anda tidak ingin mengganggu kenyamanan orang yang tengah beristirahat, bukan?"

Tidak sepenuhnya salah sebab kenyataannya memang sang Appa tengah berada di kamar tidurnya, walau tidak dengan sang Eomma. Sambil menyeringai Chang Min mengamati gerak-gerik sang Ahjumma. Apakah kalimatnya yang kurang lebih berisikan mengusir secara halus ini berhasil membuat Ahjumma segera hengkang dari kediaman orang yang merupakan Appa kandungnya. Ini adalah intimidasi ala Kim Chang Min, apa kau akan tetap disini Ahjumma.

Changmin sudah bersorak dalam hati ketika melihat air muka sang wanita di depannya mengeruh, akan tetapi, itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba saja air muka wanita itu yang terlihat aneh berubah menjadi sebuah seringaian seakan mengejeknya. Apa intimidasinya kali ini tak berhasil? Selama ini cuma sang Eomma yang cukup bisa mematahkan ke usilannya. Kali ini kau mendapatkan lawan yang tangguh huh. Tak salah ia berinsting wanita ini memang memakai otaknya.

"Apakah kau tahu anak muda, ketika akan kemari tadi Aku melihat seorang laki-laki di koran pagi dengan kulit putih susu yang menawan di pintu lift. Aku rasa ia adalah Appa-mu bukan?"

Sontak apa yang di katakan wanita di depannya ini membuat Chang Min terkejut walau tidak terlalu terlihat di wajahnya yang datar itu. Wajah Chang Min memang seperti itu, hanya bisa bereaksi pada orang-orang terdekatnya. Oleh sebab itu, jarang pula para lawan tandingnya bisa membaca polah pikir pemuda ini.

Tapi sepertinya, kali ini ia lupa memperhitungkan kalau sang Eomma baru saja keluar dari apartemen ini. Sehingga kali ini ia malah mendapatkan serangan balik yang pertahanannya begitu tepat. Ibaratnya posisinya tidaklah aman. Benar-benar lawan tanding kuat bukan untuk kau Chang Min ah!

"Sungguh mulia hati dari Tuan Kim, memberikan istrinya kepada Yun Ho Oppa untuk tidur satu ...Kenapa kau begitu mirip... "

Wanita itu mengucapkan serangan telak, yang tentunya akan membuat Chang Min mati kutu. Sialan, ia benci bila tengah terjepit. Ia bisa saja mengatakan bahwa itu bisa saja orang yang mirip. Tapi, wanita itu memasukkan ponselnya ke dalam tas Bonia-nya dan di dalam tas itu, Chang Min melihat koran pagi yang membuat ia menjadi bagaikan selebritis mendadak.

"Siapa Chang Min ah~" Ketika ia tengah terjepit entah harus mengatakan apa, suara serak khas orang baru bangun tidur menyapa gendang telinganya. Hal ini membuat ia refleks menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat orang yang berbicara, dan wanita itu juga melakukan hal sama. Bedanya ia hanya sedikit menelengkan kepala untuk menatap tajam, lurus ke arah pria astronot itu. Mata khas, yang selalu turun menurun ada pada keluarganya.

"Appa..."

"Oppa... "

Keduanya mengucapkan kata-kata secara bersamaan. Wanita itu sekarang mengerutkan dahinya. Menurut analisisnya, pemuda yang mengaku Jung Chang Min dimana harusnya nama dari pemuda itu adalah Kim Chang Min, hanya berpura-pura atau tengah berbohong akan perkataannya kalau Yun Ho Oppa merupakan Appanya.

Memang, kemiripan Chang Min dengan Yun Ho Oppa hampir membuatnya seperti kembali ke masa lalu ketika oppa-nya masih belia. Hampir saja ia mengenali sebagai Oppa-nya sendiri, kalau tidak mengingat koran pagi yang terpaksa ia baca ketika p0 erjalanan ke apartemen Oppa-nya ini. Melihat langsung pemuda ini di depan matanya, kemudian berdiri berdampingan, sungguh sangat membuat ia tidak percaya. Apakah ia berhalusinasi atau itu nyata adanya dengan berdirinya mereka berdua seakan membuat ia mempercayai keduanya appa dan anak.

Sementara Yun Ho merasakan kebahagiaan dengan sebutan Chang Min kepadanya sekarang. Biasanya, pemuda itu menyebut Ahjushii. Eh tunggu, Ji Hye ada disini. Apa yang di lakukan dongsaeng-nya kemari huh?

"Ji Hye..., ada apa kau kemari?"

Yun Ho segera menanyakan keperluan apa sehingga dongsaeng-nya itu datang. Doengsaeng- nya ini memang selama sebulan ia tinggal di Korea memang sering mengunjungi untuk memberikan daftar wanita untuk kencan buta dari sang Eomma. Sepertinya keluarganya memang ingin ia melepas masa bujangannya. Ia tidak berkeberatan bertemu wanita-wanita itu, tapi menikah tetap saja ia tidak ingin. Dia masih ingin bersenang-senang. Itu yang jadi pemikirannya dulu.

Namun sehari setelah menemui wanita yang merupakan teman kencan buta yang cukup menarik minat, ia mendapatkan surat kaleng di apartemennya ini. Surat kaleng yang membuat kali ini sepertinya, sumpah akan menjadi bujangan selamanya itu sedikit terancam. Akibat ciuman semalam, mungkin. Ciuman yang menggetarkan seluruh tubuhnya. Gairah panas yang muncul kepermukaan tanpa bisa ia kendalikan.

"Ha-Ha-Ha..., apa itu pertanyaanmu Oppa? Setelah membuat heboh keluarga besar, membuat acara tidur cantik-ku terganggu, apakah hanya itu yang kau tanyakan?"

Wanita yang bernama Ji Hye itu masuk melewati Chang Min yang terdiam ketika tahu wanita itu bukanlah penggoda namun bibi-nya. Sepertinya ia harus bersiap-siap untuk mengetahui reaksi keluarga besar sang Appa akan adanya dirinya, sebagai cucu keluarga Jung. Pantas saja wanita itu berintelek dan membuat ia sedikit berpikir ceroboh huh.

Wanita yang bernama Jung Ji Hye itu begitu memasuki ruang tamu, ia meletakkan tas di meja kemudian berdiri di depan Yun Ho mendengus kesal sambil berkacak pinggang. Seakan ia ingin mengetahui kebenaran yang ada. Tentang kebohongan pemuda bernama Chang Min yang mengaku bermarga Jung yang sekarang berada tak jauh di belakang Oppa-nya, Jung Yun Ho dan siapa Eomma pemuda itu!

"Aku tidak tuli ketika ia tadi mengatakan namanya Jung Chang Min. Dia juga menyebutmu Appa, dan dia mengatakan kau sedang tidur dengan Eomma-nya sekarang di kamarmu Oppa. Oh...Oppa-ku tidur dengan istri orang? Di saat suaminya juga ada disini dan di ketahui Tiang itu."

Ji Hye mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah Chang Min berdiri tadi. Ji Hye menjadi tidak habis pikir, akan kelakuan Oppa nya. Semakin tua, tingkahnya masih saja tidak berubah. Yah, walau ia juga masih suka dengan kebiasaan makan yang di atas rata-rata wanita, sehingga tingginya ketika memakai high heels begini, bisa sejajar dengan sang Oppa. Akan tetapi, ia masih memiliki etika. Apakah kehidupan luar negri yang bebas membuat Oppa-nya menjadi seperti kehidupan di sana? Keluarga mereka memang membebaskan apapun, namun sangat ketat dengan pendidikan, tanggung jawab.

"Hei..., Aku tidak tidur dengan istri orang Ji Hye yaa...Aku masih memiliki harga diri dan tanggung jawab keluarga."

Yun Ho merasa sedikit marah sebab di tuduh seperti itu. Nyatanya ia memang tidak tidur dengan istri orang, untuk sekarang huh. Tapi tunggu! Kenapa Chang Min ini bisa-bisanya mengatakan pada Ji Hye ia tidur dengan Eomma-nya. Yeah memang ketika membuat anak itu dulu Yun Ho memang melakukanny. Tapi semalam memang nyaris terjadi, Kalau tidak ada puntung rokok yang menyala terinjak kaki Jae Joong, mungkin bisa di katakan pria itu sekarang tidur di ranjangnya. Kenapa dengan putranya itu.

Untuk pria bernama Jae Joong itu. Benar-benar ia juga tidak mengerti kenapa tubuh Jae Joong begitu membuatnya seperti itu. Terbakar dan ini merupakan sesuatu yang menggairahkan sepanjang ia pernah merasakan bercinta. Persis sama seperti tujuh belas tahun lalu. Tubuhnya begitu bereaksi sama.

"Dan Aku bukan Tiang, Ji Hye Ahjumma. Namaku Chang Min."

Setelah tersadar dari keterdiamannya juga kekeliruan dimana Chang Min menganggap bahwa wanita yang mendatangi apartemen sang Appa adalah wanita penggoda namun ternyata adalah dongsaeng dari appa-nya, pemuda itu pun bersuara. Setelah menutup pintu, Chang Min mendekati Appa dan Ahjumma-nya.

"Chang Min ah, kau mengatakan apa pada Ji Hye?"

Tanya Yun Ho ketika Chang Min berdiri disebelahnya. Melihat kedua orang ini, Ji Hye semakin mengerjapkan matanya. Well, keduanya mirip dengan rentang umur yang berbeda, pikir wanita itu. Benar-benar seperti kembaran mini dari oppa-nya atau hyug dengan dongsaeng-nya, kalau misal Yun Ho bukanlah oppa-nya, mungkin ia berpikir seperti itu huh..

"Tunggu sebentar! Jadi pemuda ini benar-benar anak Oppa?" Ji Hye memekik pelan ketika Yun Ho bersikap tidak menyangkal atau marah pada Chang Min. Pertanyaan Yun Ho ke pemuda bernama Chang Min itu seakan-akan menunjukkan keakraban.

"Oppa benar-benar tidur dengan istri Tuan Kim Jae Joong yang ada di koran pagi ini? Omonaaaa...kepalaku."

Ji Hye memijit kepalanya pelan, ketika otaknya mendapatkan informasi sebesar ini. Dia sedikit terhuyung menuju kursi sofa tamu dan jatuh terduduk di sana. Sungguh fakta yang ada di depan mata ini dimana, Oppa-nya telah menyembunyikan keberadaan anaknya sendiri sampai usia anak tersebut tujuh belas tahun dari seluruh keluarga besar Jung, membuat ia shock sedemikian hebat. Walau tadi ketika pintu terbuka ia sudah shock, tapi itu berbeda. Ji Hye masih berpikir itu bukan suatu kebenaran. Ketika ia menyadari atau mungkin mengetahui bahwa semua merupakan kebenaran, membuat segala pemikiran buruk masuk dalam otaknya.

Apakah Oppa-nya telah meninggalkan wanita itu dalam keadaan hamil? Ataukah ini hanya akal-akalan sang Oppa agar Eomma-nya tidak lagi menyuguhkan wanita-wanita berintelek sehingga dapat hidup membujang selamanya, sesuai keinginan oppa-nya itu. Bagaimanapun karir astronot Yun Ho harus diimbangi dengan wanita-wanita berintelek yang akan memberikan keluarga Jung keturunan yang pintar. Aaaah, kalau misal sang oppa benar-benar meninggalkan wanita itu, sungguh ini sangat tidak bertanggung jawab. Padahal baru saja sang Oppa menyinggung tentang tanggung jawab.

"Ji Hye ya... Apa kau tidak mendengar tadi bahwa aku tidak tidur dengan istri orang!? Kau berpikir terlalu jauh.."

Yun Ho sedikit menaikkan intonasi suara ketika ia melihat dongsaeng-nya itu mulai berpikir kearah yang tidak-tidak tentang dirinya. Bahkan ia sedikit merasa kesal, ekspresi dongsaeng-nya itu sangat menggangunya.

Sementara itu pekerja yang juga sudah selesai merapikan bagian atas apartemen dan berada di tangga sedikit tertegun, bahkan Ji Hye menjadi terkesiap dari pemikiran-pemikiran buruk yang berkelabat dalam benaknya, ketika oppa-nya berteriak. Para pekerja tersebut bermaksud untuk turun dan pergi dari apartemen ini. Hal ini membuat Chang Min yang menyadari sesuatu yang harusnya di perbincangkan secara kekeluargaan, seharusnya tidak di dengar orang lain.

"Apakah sudah selesai semua, Ahjushii?" Chang Min bertanya sambil menengadahkan kepala ke arah tangga di mana para pekerja tersebut berdiri. Hal ini tentu membuat Yun Ho tersadar, kalau kemarin ia meminta para pekerja di apartemen ini agar membersihkan apartemen lewat kompliment di resepsionis di lobby.

"Ne...ka...kami su-sudah selesai."

Salah satu pekerja menjawab terbata. Entah mereka merasa berada di situasi tidak mengenakkan, bahkan untuk tersenyum. Lebih dari aura Kim Jae Joong yang tiga puluh menit lalu berlalu. Mereka pun segera menuruni tangga dan menundukkan kepala begitu sampai di lantai satu.

"Uang jasa akan saya transfer ke rekening kalian seperti biasa. Terima kasih sudah membersihkan apartemen ini."

Yun Ho yang bersuara sekarang sambil tersenyum, memecahkan suasana tegang yang sempat tercipta di ruangan ini.

"Sama-sama Tuan. Kami permisi Tuan Jung, Chang Min terima kasih atas tanda tangannya yang tadi, Nyonya..."

Setelah mengucapkan untuk berpamitan, mereka keluar ruangan di ikuti Chang Min yang mengantar ke pintu. Setelah semua menurut Chang Min aman dari gangguan, pemuda itu menuju ruang tamu kembali. Sepertinya ia merasa berhutang memberi penjelasan pada wanita yang ternyata adalah Ahjumma-nya itu. Semua berasal dari dirinya. Andai saja ia tidak merasa khawatir bahwa wanita ini adalah kekasih sang Appa.

"Terima kasih untuk apa Min?"

Yun Ho yang merasa tadi salah satu pekerja mengucapkan tentang tanda tangan, membuat ia penasaran. Apa yang di lakukan Chang Min pada pekerja tersebut, sampai berterima kasih akan sebuah tanda tangan?

"Bukan apa-apa, mereka menyukai olahraga basket appa. Mereka melihatku kemarin di televisi." Chang Min memberikan penjelasan singkat kenapa mereka tadi berterima kasih akan tanda tangannya. Mendengar penjelasan itu, Yun Ho mengangguk.

"Untuk Ji Hye Ahjumma. Sepertinya Aku akan menjelaskan sedikit kesalahpamanan yang terjadi."

"Oh silahkan saja. Siapapun diantara kalian yang menjelaskan sama saja. Aku memang membutuhkan penjelasan."

Ji Hye menatap kepada kedua orang yang berdiri tak jauh dari ia duduk. Terlihat Yun Ho Oppa-nya menggelengkan kepala, Chang Min memejamkan mata dan menghembuskan nafas. Sepertinya sedikit susah untuk mengatakan kebenaran.

"Aku pikir kau wanita penggoda yang mengincar Appa. Dengan berbohong kalau Appa tengah tidur dengan seseorang Eomma-ku, kau akan segera beranjak pergi."

Chang Min berhenti berbicara, hanya untuk mengetahui reaksi wanita itu. Bagaimanapun juga, ia sedikit menghakimi buruk, akan diri wanita yang merupakan ahjumma-nya itu.

"Aku tak akan pergi karena aku tahu kau berbohong. Sebagai seorang wanita karir, aku dulu sempat mengikuti beberapa seminar tentang body language. Tidak susah untuk melihat kalau kau tengah membohongi. Hanya saja, kau sangat mirip Oppa-ku. Salah satu hal yang membuatku ragu antara benar atau tidaknya kebohonganmu.."

"Aku tidak sepenuhnya berbohong, Ahjumma. Aku melihat sesuatu di leher Eomma-ku pagi tadi."

Seketika Yun Ho membelalak ketika putranya tengah berbalik melirik kepadanya setelah tadi memandang kearah Ji Hye Yeodongsaeng-nya. Tatapannya seakan seperti meminta penjelasan, tentang apa yang sudah terjadi antara dirinya dan Jae Joong. Tidak cukup dengan putranya, Ji Hye juga sekarang memicing ke arah Yun Ho. Dua orang dengan pemikiran berbeda tengah mengintimidasi Jung Yun Ho huh.

"Apalagi kaki Eomma terpincang-pincang. Memangnya apa yang dapat kupikirkan kalau memang telah terjadi sesuatu antara Appa dan Eomma?" Tambah Chang Min sambil memandangi Ahjumma-nya lagi. Entah kenapa dia begitu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua orang tuanya. Bagaimanapun, ia sangat mendambakan keduanya bersama.

"Yaahh...Tapi itu tidak seperti yang kau pikirkan Changminnie. Kakinya hanya terkena puntung rokok."

"Puntung rokok?" Kali ini Ji Hye mengernyitkan dahi. Setahu Ji Hye, Oppa-nya tidak menyukai wanita perokok. Apalagi sampai gegabah dengan memberikan benihnya seperti itu.

"Karena, Eomma-ku bukanlah seorang wanita. Kim Jae Joong, adalah Eomma-ku. Dan ia seorang pria. Pria yang tadi kau lihat sebelum kemari, Ahjumma."

Ji Hye mengedipkan matanya. Entah ia shock atau apapu itu, Chang Min tidak ingin menutupi segala hal terutama gender sang Eomma-nya untuk sesuatu yang sangat riskan inu. Eomma-nya seorang pria dan ia bangga untuk itu. Kalaupun ia memanggil 'Appa', semua karena ia tidak ingin ada orang menghina Eomma-nya. Tidak mengapa orang menghinanya ia akan menerimanya, tapi tidak bila menghina orang yang berjasa akan hidupnya itu.

Pada saat itu bunyi ponsel Chang Min yang ada di kantung celananya berbunyi, membuat pemuda itu merogoh kantung celananya dan melihat siapa yang menghubungi. Begitu terlihat penelephone adalah sang Eomma, ia segera mengangkatnya. Apa yang tengah ia dengarkan ini membuat Chang Min wajahnya mengeras. Di seberang sana Eomma-nya terdengar sangat panik. Segera di tutupnya ponsel itu dan melihat ke arah Yun Ho.

"Appa...,bisakah kita ke rumah sakit Seoul sekarang?"

0+0+0+0+0+0+Yunjae is Real +0+0+0+0+0+0+0+0

Seorang dokter, terlihat memasuki sebuah ruangan yang bertuliskan Unit Gawat Darurat yang di mana ia akan mengecek keadaan pasien wanita bernama Kim Jin Ah, umur lima puluh empat tahun, terlihat pada papan nama di ujung ranjang. Dokter itu tengah bertanya pada perawat yang bertugas di ruang unit gawat darurat, tentang bagaimana pantauan mereka terhadap diagram kerja alat jantung atau elektro kardiograft pasien yang masih terbaring di ranjang sejak semalam. Alat bantu pernafasan yang ada di bawah hidung wanita itu, sebagai penopang hidup, dan selang infus yang berisi cairan obat. Wanita ini merupakan pasiennya sejak tiga tahun ini, merupakan pasien wanita keras kepala yang di temuinya.

Setelah mengecek sendiri keadaan pasien dan membandingkan dari hasil catatan yang di tulis oleh perawat unit gawat darurat tentang Nyonya Kim Jin Ah, dan Dokter itu merasa bahwa tak ada perubahan signifikan dari semalam, ia mendesah seakan ini sesuatu pekerjaan berat untuk di katakan pada keluarga pasien. Tapi Dokter itu memang harus mengatakan bukan? Dokter pun kemudian beranjak keluar dari ruangan Unit Gawat Darurat untuk menemui Kang Hye Rin, ketua harian panti jompo Archy yang menjadi penjaminn atau keluarga dari Nyonya Kim. Raut wajah Dokter terlihat serius, bahkan ia menggelengkan kepala ketika melihat wanita yang tengah menunggu di bangku panjang.

Kim Jin Ah masuk rumah sakit setelah melihat berita yang sebenarnya sangat ia tunggu-tunggu dalam satu bulan ini. Akhirnya pria bernama Jung Yun Ho itu, menanggapi surat kaleng yang ia kirimkan. Melihat Jung Yun Ho berada di pertandingan cucunya, ia pikir semua sudah cukup untuk wanita itu menjadi orang keras kepala terhadap penyakitnya. Alhasil wanita itu semalam jatuh pingsan dan di larikan ke rumah sakit.

Sudah lama ia sebenarnya mengidap penyakit ini, ada sekitar tiga tahunan. Walau pada waktu itu masih tumor jinak dan memutuskan untuk memakai metode sinar, Dokter juga menyatakan sembuh total setelah melakukan pengobatan tersebut. Sehingga ia berpikir penyakit itu tak datang kembali.

Namun setahun belakangan, Kim Jin Ah mengalami sakit kepala di tiap pagi hari, selalu muntah, kakinya terkadang kesemutan juga sistem gerak tubuh dan keseimbangan yang tidak dapat di kontrol. Tadinya ia hanya berpikir mungkin ini hanya penyakit tekanan darah tinggi nya saja sehingga ketika kepala selalu pusing, mata berkunang-kunang, wanita itu meminum obat darah tingginya. Tak pernah terpikir bahwa tumornya tumbuh kembali dan berubah menjadi kanker ganas. Sampai di suatu hari, intensitas rasa pusing itu begitu hebat dan membuat wanita tersebut pingsan di ruangannya. Segera saja wanita itu di larikan ke rumah sakit oleh Kang Hye Rin. Dokter di rumah sakit tersebut memberi rujukan ketua umum panti jompo Archy tersebut ke rumah sakit Seoul yang memiliki peralatan canggih. Saat pemeriksaan, Kim Jin Ah bertemu kembali dengan sang Dokter yang dulu menangani dan sungguh terkejut ketika tumor yang dulu tumbuh kembali dan menjadi ganas. Sangat terlambat untuk pengobatannya, yakni masuk fase stadium lanjut.

Sebagai salah satu penghuni panti jompo, Kim Jin Ah seperti begitu sangat di perhatikan bukan? Bahkan, ia mendapatkan perawatan medis vvip di Seoul hospital saat ini. Tentu saja semua itu dapat terjadi, sebab ia sebenarnya pemilik dari panti jompo Archy tersebut. Menjual rumah di Chungnam, keinginannya memang untuk membantu panti yang memang sudah membuat ia bertemu suaminya Kim Joeng Hoon. Suaminya meninggal ketika umur Jae Joong tujuh tahun akibat kecelakaan mobil. Kim Jeong Hoon suaminya ini memang memiliki sejuta misteri dan rahasia. Terkadang ia terlihat seperti orang biasa, tapi di suatu waktu terlihat seperti Tuan Muda yang kaya raya.

Ketika Kim Jin Ah mengetahui Jae Joong putra semata wayang telah melahirkan seorang putra, ia sangat terkejut sampai jatuh sakit kala itu, tidak percaya dengan apa yang terjadi. Tentunya ia bukan seorang wanita bodoh, hal langka yang membuat seseorang pria memiliki rahim dalam tubuhnya tak lain karena memang memiliki genetik bawaan atau turunan dari orang tuanya. Selama ini ia memang tidak mengetahui bagaimana keluarga besar dari sang suami seperti apa, sebab baginya itu juga misteri.

Dia mengetahui siapa orang tua sang suami pun setelah tanpa sengaja ketika putranya bercerita bertemu Hee Chul, keluarga dari sang suami ketika sang putra tengah berobat di rumah sakit. Dari sana ia pun tahu, keluarga sang suami merupakan keluarga Korea pertama yang tercatat dalam buku sejarah dunia, yang keturunan pria-nya dapat melahirkan. Pantas saja sebelum suaminya meninggal, ia berpesan agar Jae Joong diawasi pergaulannya, terutama dengan pria. Mungkin, sang suami ingin mengatakan Jae Joong membawa gen keluarganya. Jin Ah bersyukur Jae Joong tidak masuk ke rekor dunia itu.

Selama hampir tujuh belas tahun terakhir ini, ia tidak pernah berlaku baik pada Jae Joong. Yeah, itu terhitung sejak putranya melahirkan cucunya yang di beri nama Kim Chang Min. Sebenarnya bukan ia bermaksud untuk berlaku kasar pada anak sendiri. Wanita itu hanya ingin, Jae Joong membawa ke hadapannya pria yang telah menghadirkan cucu bernama Chang Min itu. Hei, sebagai orang tua tunggal ia sangat mengerti bagaimana susahnya membesarkan anak.

Apalagi Jae Joong seorang pria, bukanlah wanita yang memang sewajarnya dapat hamil. Pasti menerima penghinaan yang tidak sedikit juga. Wanita itu hanya ingin memberi pelajaran hidup pada anaknya, kalau hidup itu tidaklah segampang itu. Diam-diam ia bangga pada putranya walau ia selalu berkata kasar kalau Jae Joong berkunjung di panti jompo tersebut juga pada cucu nya yang ia tahu, diam-diam memberikan sebagian uang hasil jualan kecil-kecilan di internet ke panti jompo Archy. Oleh sebab itu, bisa di tarik kesimpulan bagaimana Chang Min bisa membeli pakaian bermerk yang memang ia sukai itu. Walaupun pekerjaan Jae Joong lumayan besar untuk pemesanan lukisannya. Jae Joong putranya itu menerapkan apa yang di ajarkannya sedari kecil yakni hidup hemat. Rumah kecil yang berisi kebahagiaan memang merupakan impian Jae Joong. Apalah rumah yang besar kalau tak ada kebahagiaan. Hal ini pula alasan lain ia menjual rumah Chungnam.

Setelah Dokter mendiagnosis penyakitnya kanker menjadi stadium akhir, ia meminta Kang Hye Rin yang selama ini menjadi ketua harian panti jompo Archy dan sudah seperti dongsaeng baginya, untuk tidak mengatakan apapun pada Jae Joong. Seharusnya Kim Jin Ah harus melakukan pengobatan rawat inap di rumah sakit mengingat sudah stadium akhir, tapi setiap jadwal putranya berkunjung, ia meminta rawat jalan saja. Lebih baik ia meninggal di sana setelah bertemu sang putra daripada di rumah sakit. Walau sikapnya akan ketus, namun itu cukup menyenangkan hatinya. Untuk sebulan ini ia berlaku sedikit baik daripada bulan-bulan sebelum ini, kepada putranya. Dia memang merasa kesehatan makin menurun dan mungkin sudah sampai batas.

Waktu dokter mengatakan hidupnya kemungkinan tinggal sebulan lagi, kebahagiaan dapat mempertemukan Chang Min dengan appa kandungnya, Jae Joong bertemu kembali dengan orang yang di cintai, itu sudah lebih dari cukup. Memang Tuhan sangat berbaik hati, di mana usianya sudah hampir mendekati akhir, astronot muda itu kembali ke negara Korea.

"Uisanim, bagaimana keadaan Jin Ah, Eonnie?"

Hyer Rin berdiri dari duduknya menghampiri dokter yang baru keluar dari ruang ICU, masih dengan pakaian khusus yang berwarna biru. Wanita awal lima puluhan itu tidak membuang-buang waktu dengan langsung bertanya keadaan Kim Jin Ah. Sebenarnya ia mengerti bagaimana keadaan wanita pemilik panti jompo mereka itu lewat kaca pintu tembus pandang, di mana alat-alat kedokteran seperti alat oksigen, infus, alat elektro kardiograft, terpasang pada tubuh Kim Jin Ah. Namun ia masih berharap keadaan Jin Ah baik-baik saja.

"Beliau kondisinya saat ini menurun terus-menerus dari perhitungan EKG kami sejak semalam. Obat-obatan yang kami berikan, sudah tidak bisa di terima di tubuhnya. Kemungkinan hidup Nyonya Kim Jin Ah tinggal beberapa hari lagi atau bisa kami katakan, tak ada harapan."

Dokter Jang memberitahukan diagnosanya dengan perlahan namun penuh ketegasan. Bagaimanapun, pasiennya itu sudah cukup berjuang. Memang umur berada di tangan Tuhan, ia hanya dapat memprediksi saja, dari yang ia perhatikan akan kondisi pasien Kim Jin Ah yang semakin menurun saja.

HyeRin segera kembali terduduk di kursi panjang yang memang ada di sebelah kirinya. Air mata mengaalir dari kedua matanya. Seharusnya ia lebih memaksa Jin Ah Eonnie untuk segera di rawat intensive di rumah sakit sebulan ini, namun wanita itu selalu tidak mau beranjak dari panti kalau jadwal putranya, Kim Jae Joong berkunjung. Apalagi Jin Ah lagi menunggu balasan surat yang di kirim kepada seorang astronot Korea pertama, Jung Yun Ho sebulanan ini. Dia begitu ingin tahu apa yang akan di lakukan pria itu kepada Jae Joong tentunya. Membuat penyakit yang memang parah dan membutuhkan perawatan dengan segera harus ia tunda.

Tapi wanita itu berjuang untuk tetap kuat, sampai melihat berita kemenangan basket cucunya, ia melihat ada Jung Yun Ho disana. Malamnya tepat jadwal makan untuk para penghuni lanjut usia yang di berada di panti ini, Jin Ah sampai pada batasnya.

"Nyonya Kang..., Anda baik-baik saja?"

Jang Hyun Bin, dokter itu menanyakan keadaan wanita yang menjadi wali dari pasiennya. Dokter itu khawatir juga melihat keadaan Nyonya Kang Hye Rin yang wajahnya pucat. Apalagi wanita itu tidak di temani oleh siapapun. Bagaimanapun, usia Nyonya Kang Hye Rin tidak begitu jauh dari pasiennya yang baru saja ia tangani.

"Nyonya, sebaiknya Anda menghubungi keluarga pasien. Anda juga perlu istirahat. Tidak baik bagi anda seperti ini terus. Anda sudah terjaga sejak semalam."

"Saya tidak apa-apa Usianim. Bagaimana saya bisa beristirahat, sedangkan Eonnie saya berjuang melawan maut yang akan datang kapan saja."

Hye Rin segera mengusap air matanya dan mencoba tersenyum. Apa yang di katakan dokter tadi mengindikasikan bahwa tidak ada harapan hidup buat sang Eonnie, tapi ia masih tidak ingin mempercayai kata-kata dokter Jang Hyun Bin. Terbukti dahulu sang dokter mengatakan umur Kim Jin Ah Eonnie tinggal enam bulan saja. Tapi sudah lewat dari sejak prediksi itu. Pasti sekarang pun demikian. Bagi Hye Rin, Jin Ah sudah seperti saudara kandungnya sendiri setelah dirinya ditinggal anak dan cucunya yang meninggal kecelakaan pesawat terbang, wanita itu yang menguatkannya hingga ia tidak menjadi penghuni rumah sakit jiwa.

"Tapi, kesehatan Anda juga harus di perhatikan Nyonya. Hubungi saja putra dari Nyonya Kim. Bukannya saya mau menyalahi kehendak yang Maha Kuasa, Nyonya Kang. Tapi alat-alat kedokteran sekarang hanya bisa menunjang kehidupannya. Seperti yang saya katakan tadi, obat sudah tak dapat menyembuhkan beliau. Tidak usah lagi anda untuk menyembunyikan keadaan Nyonya Kim, kepada putranya."

Dokter Jang Hyun Bin memang mengetahui bahwa pasiennya masih memiliki keluarga yakni anak. Sebagai Dokter ia menjunjung kode etiknya untuk tidak memberitahukan penyakit pasien kepada siapapun, termasuk sanak saudara kalau pasien tidak menginginkan tahu penyakitnya. Tapi, saat ini keadaan Nyonya Kim tidak harus di sembunyikan lagi.

"Araseo Usianim. Akan saya pikirkan."

"Mianhamnidha, saya sebagai dokter hanya menyampaikan keadaan yang sebenar-benarnya. Nyonya, sebelum semuanya terlambat. Sekarang, mungkin adalah saat-saat terakhir kebersamaan mereka. Jangan sampai ada penyesalan di akhir. Ini adalah saran saya Nyonya."

Kang Hye Rin sekarang tampak berpikir. Apakah ia harus memberitahukan? Kalau ia mengigat akan tanggal, biasanya ini jadwal Kim Jae Joong mengunjungi Jin Ah Eonnie.

"Nyonya Kang..."

"Ne, gomapshumnidha Uisanim. Saya mungkin akan menghubungi Kim Jae Joong, putra Jin Ah Eonnie." Ucap wanita itu pada akhirnya. Ia memutuskan untuk memberitahukan saja keadaan Jin Ah. Lagipula sudah sepatutnya Kim Jae Joong tahu. 'Mianhae Eonni...' Kang Hye Rin mengucap maaf dalam hatinya, ketika ia kali ini terpaksa melanggar sumpah..

"Sudah seharusnya begitu, Nyonya Kang. Saya permisi dulu Nyonya Kang, untuk memeriksa pasien saya yang lain."

Setelah kepergian Dokter Jang Hyun Bin, Hye Rin tampak menimang-nimang ponsel miliknya. Apakah ia harus menghubungi Kim Jae Joong atau tidak. Dia sungguh bingung sekarang. Apakah akan tetap diam atau menghubungi saja. Hye Rin masih tidak ingin mempercayai kata-kata dokter. Namun, di saat kegundahan melanda hati, ponselnya pun berbunyi dan ternyata panggilan telepone tersebut dari panti jompo Archy. Salah seorang Perawat senior mereka, Shin Seo Jin lewat ponsel yang di berikan panti untuk para pekerja-nya.

"Yoboseyeo..., Perawat Shin?"

"Nyonya Kang, sebelumnya maafkan saya menghubungi anda di saat sekarang ini. Namun, kita mendapatkan sedikit masalah disini.". Wanita itu menjawab setelah ponsel terhubung dengan Hye Rin. Ada kecemasan dalam kata-kata yang ia ucapkan tersebut, membuat Hye Rin sedikit bertanya-tanya. Perawat Shin sangatlah tenang, kalau sampai ia cemas seperti ini, maka keadaan di sana memang tengah tidak baik.

"Tidak apa-apa Perawat Shin. Katakan ada masalah apa yang membuat kau menghubungiku Perawat Shin?

"Kim Jae Joong putra Nyonya Kim Jin Ah akan datang berkunjung satu jam lagi. Sekarang beliau ada dalam perjalanan dari Seoul ke Panti Jompo Archy Nyonya. Apa yang harus kami lakukan Nyonya? Tuan Kim Jun Su dan Tuan Park Yoochun, sekarang ada di meja resepsionis sebagai perwakilan Tuan Kim Jae Joong, mereka juga memaksa untuk bertemu dengan Nyonya Kim Jin Ah. Walau sudah kami katakan, Nyonya Kim tidak ingin di ganggu untuk hari ini namun beliau tetap memaksa dan kalau perlu akan menerobos masuk kalau tidak bisa menemui Nyonya Kim Jin Ah."

Seluruh perawat di panti jompo Archy memang tahu, bagaimana hubungan Jae Joong dan Jin Ah. Mereka sangat tahu, kekejaman Nyonya Jin Ah hanya di depan Jae Joong saja. Begitu Jae Joong pergi, wanita itu akan mengambil makanan yang sudah di buang atau di tampik olehnya. Bila ia memukul sang anak, ia akan menyakiti dirinya sendiri setelah itu. Selalu berpura-pura tidak ingin di temui namun, melihat punggung sang putra yang berlalu ia akan menangis. Berbeda bila kedua pria itu yang datang, Kim Jun Su dan Park Yoo Chun. Hal ini kerap kali membuat para perawat disini berpikir, kenapa tidak memaafkan kesalahan pria berwajah malaikat itu saja! Kesalahan walau itu fatal, setidaknya Jae Joong adalah putra Nyonya Kim Jin Ah huh.

Saat ini Nyonya Kim Jin Ah kritis di rumah sakit, bagaimana mereka berbohong pada kedua pria yang ada di resepsionis dan seorang lagi yang akan datang satu jam mendatang. Hye Rin menghela nafas panjang sembari menutup mata, mungkin sudah saatnya mereka mengetahui semua.

"Katakan pada kedua pria itu agar Kim Jae Joong tidak usah ke Chungnam dan segera saja datang ke Seoul hospital untuk menemui saya, Perawat Shin."

Kang Hye Rin memantapkan diri, tidak ada keraguan lagi ketika ia memutuskan untuk berkata demikian. Bagaimanapun, Jae Joong perlu mengetahui bagaimana keadaan Eomma nya sekarang.

"Unit Gawat Darurat? Apa terjadi sesuatu, Sajangnim? Kim Sajangnim tidak apa-apa bukan?"

"Kim Jin Ah Sajangnim, beliau mungkin tidak dapat bertahan, perawat Shin. Kata dokter Jang..umur..umur beliau...tinggal beberapa hari lagi."

"Oh Tuhan...!"

Perawat Shin segera menutup mulutnya menggunakan tangan ketika suaranya terdengar meninggi, orang yang berada di lorong panti jompo Archy melihat ke arahnya. Dengan segera ia membungkuk seakan meminta maaf karena telah mengganggu ketenangan. Dia hanya begitu terkejut mendapat berita ini. Nyonya Kang sekarang terisak di seberang telephone yang masih terhubung. Pasti wanita itu berat untuk mengabarkan berita ini.

"Saya akan memberitahukan Tuan Kim Jun Su dan Park Yoo Chun sekarang."

" Perawat Shin..."

"Ne Sajangnim?"

"Jangan beritahu apa pun akan penyakit Jin Ah Eonnie. Katakan saja kepada kedua pria itu untuk ke rumah sakit Seoul untuk menemani Jae Joongie. Saya mengkhawatirkannya, bila selama ini begitu ingin Eomma-nya memaafkan segala kesalahannya, harus mendengar kenyataan yang mungkin akan membuat pria itu makin terluka."

Hye Rin tentu mengundang tanya Perawat Shin. Walau demikian, perawat muda itu tidak menanyakan apapun. Lagipula, selama ini memang yang mengetahui bagaimana kondisi Nyonya Kim Jin Ah adalah ketua harian panti saja.

"Araseoyeo Sajangnim"

Akhirnya ini yang bisa di katakan oleh perawat itu. Mengetahui bahwa saat ini sang pemilik panti dalam keadaan berjuang dengan maut, ia tak ingin segalanya menjadi sangat fatal.

"Gomapshumnidha Perawat Shin. "

00o0o0oo0o0o0YUNJAE IS. REALo0oo0o0o0o0o

Bunyi sepatu berdebum di sepanjang pelataran rumah sakit, bulir-bulir keringat membanjiri tubuh dan wajah yang tadinya rapi ketika berangkat dari apartemen Jung Yun Ho tadi, kaki yang lecet terkena puntung rokok yang masih menyala pun tak ia hiraukan rasa sakitnya. Begitu mengetahui kalau sang Eomma tengah di rawat di rumah sakit Seoul, lewat media sosial yang di beritahukan sahabatnya, ia segera meminta untuk supir taksi bertolak ke Seoul kembali. Dalam pembicaraan lewat media sosial, sahabatnya tidak menjelaskan apapun penyakit sang Eomma, sebab Jun Su juga tidak di beritahukan oleh para perawat panti jompo Archy. Namun entah kenapa perasaannya sangat tidak enak. Segera ia menghubungi putranya yang masih ada di apartemen Yun Ho agar ke rumah sakit Seoul, memberitahukan kalau Halmonie-nya berada di rumah sakit Seoul.

Sang Eomma memang sering terlihat pucat bila ia mengunjungi beberapa bulan terakhir, setiap ia bertanya tentang kesehatan sang Eomma pada para perawat yang menangani Eomma, semua mengatakan baik-baik saja. Bahkan ketika ia ingin mendatangkan tim medis rumah sakit, mereka mengatakan setiap seminggu sekali selalu ada dokter yang memeriksa kesehatan seluruh awak panti. Jadi bila ada yang tidak beres pada Eomma-nya itu maka, akan langsung ketahuan.

Kalau sudah seperti ini, ia sedikit merutuki kenapa tidak mendatangkan saja tim medis itu, sehingga sang Eomma tidak perlu berada di ranjang pesakitan. Entah kenapa ia menjadi sangat kesal pada dirinya sendiri yang tidak mau mengikuti kata hati agar membawakan tim medis, hanya karena semua melarang.

Tidak di hiraukan oleh Jae Joong ketika seorang perawat yang berpapasan dengannya mencoba menghentikan dirinya yang tengah berlari-lari di koridor rumah sakit. Sangat ia tahu bahwa hal itu tentu akan mengganggu pasien dirumah sakit. Akh...perduli setan! Bagaimana ia tidak berlari ketika selesai menanyakan dimana ruang sang Eomma di rawat di meja resepsionis juga informasi, dengan mereka menanyakan apa hubungan dengan pasien, mereka pun mengatakan Unit Gawat Darurat bagian penyakit kanker. Tubuhnya begitu sangat tidak bertenaga ketika mengetahui penyakit yang di derita sang Eomma adalah kanker otak, dengan berusaha tegar ia pun segera melesat ke arah yang ditunjukkan resepsionis terrsebut.

Sudah berapa hari Eomma-nya sakit dan di rawat dirumah sakit? Kenapa mereka sungguh kejam tidak memberitahukan hal sepenting ini lebih awal kepadanya? Apakah menunggu sang Eomma tidak bernafas maka mereka akan memberitahukan kepadanya? Kerap kali memang Eomma berkata akan meninggalkan dunia fana tanpa dirinya. Menurut kabar yang ia tahu, Eomma-nya juga telah memesan peti mati, berjaga-jaga kalau beliau akan di panggil.

Jae Joong menggeretakkan gigi, sambil memukul pintu lift rumah sakit. Sungguh ia ingin marah pada kinerja Nyonya Kang Hye Rin yang menurutnya tidak becus mengurus panti Archy. Kenapa hal sepenting ini baru saja di katakan kepadanya! Apalagi penyakit Eomma sudah sangat parah. Ia hanya bisa berdoa masih berkesempatan untuk melihat sang Eomma.

Begitu sampai di bagian ruang tunggu pasien unit gawat darurat yang ada di lantai dua, Jae Joong melihat seorang wanita yang selama ini merupakan ketua panti jompo Archy. Keinginannya untuk membentak atau marah kepada wanita itu seketika menghilang ketika wanita itu terlihat sangat berantakan. Wajahnya terlihat pucat. Beliau duduk sendirian menunggu, tanpa ada yang menemani walau hanya perawat dari panti jompo yang di kelolanya. Keadaan wanita itu seakan memberikan banyak pertanyaan dalam benak Jae Joong.

Kenapa wanita itu duduk sendirian? Padahal Eomma-nya hanyalah salah satu penghuni panti. Namun apa yang di lakukan wanita itu seakan-akan Eomma-nya adalah keluarga bagi wanita itu. Jae Joong dapat melihat gurat lelah terpatri pada wajah wanita yang kurang lebih usianya sama dengan sang Eomma itu.

"Kang Sajangnim..."

Merasa ada yang memanggil namanya, Hye Rin menengadahkan wajahnya. Begitu melihat siapa yang ada tak jauh di depannya, wanita itu mencoba untuk berdiri dari duduknya. Kim Jae Joong putra dari Kim Jin Ah sudah ada di sini. Entah kenapa air mata berkumpul di kedua kelopak matanya, melihat Jae Joong tengah tersengal-sengal dan keringat membanjiri wajah seperti berlari beratus kilometer. Ekspresi Jae Joong mengingatkannya ketika ia harus mengambil mayat keluarganya yang telah hancur dalam kecelakaan pesawat.

Sungguh, ia tidak suka berada dalam perasaan menyakitkan akan kehilangan orang yang di sayangi untuk sekian kalinya, bila mengingat Kim Jin Ah yang sudah dianggap keluarganya akan pergi. Maka Kim Jae Joong akan tidak memiliki keluarga lagi. Kecintaan Jae Joong pada Eomma-nya sangat besar. Apa yang akan terjadi bila akhirnya Kim Jin Ah tiada? Hal ini juga yang membuat ia meminta perawat panti agar Jae Joong di hubungi kemari.

"Sebenarnya apa yang terjadi Sajangnim. Kenapa Eomma saya sampai di rawat di rumah sakit tidak segera memberitahu? Terlebih ini tempat khusus penderita kanker."

Hye Rin tetap diam, entah kenapa ia merasa kelu untuk mengatakan bahwa Jin Ah menginginkan ia tidak berbicara apapun. Dia sangat menghargai keputusan orang yang sudah ia anggap sebagai Eonnie-nya itu.

"Kenapa Sajangnim? Ya Tuhan. Saya sudah mencoba menerima keputusan Eomma yang tinggal di Panti yang anda kelola, walau saya tidak ingin ia tinggal di tempat itu. Eomma masih memiliki saya putra yang kuat. Saya masih mampu merawatnya.

Jae Joong mencoba tenang dalam memberi pertanyaan pada wanita yang merupakan ketua harian pengurus Panti Archy tersebut, masih dengan berdiri di depan wanita itu yang sekarang menunduk dan tetap diam semenjak ia datang. Walau ada rasa sedih, marah pada wanita itu, ia hanya mencoba tegar sebagai seorang pria juga sopan terhadap wanita yang lebih tua darinya.

Sebenarnya Jae Joong begitu tidak mampu berdiri kokoh mendengar penyakit yang di derita sang Eomma. Bahkan, Jae Joong tidak dapat atau mampu memikirkan hal yang paling di takutinya. Dia hanya berharap akan kesembuhan Eomma-nya. Kalau perlu menuruti apa permintaan sang Eomma agar ia bahagia. Walau ia akan bersikap egois nantinya.

Hye Rin wanita itu mencoba menguatkan diri dan menengadah, selama ini Jae Joong memang begitu sopan padanya. Wanita itu dapat merasakan marah, sedih, kecewa padanya dan seluruh pengurus panti mungkin, lewat apa yang di ucapkan anak dari Kim Jin Ah, wanita yang sudah ia anggap Eonnie kandung-nya tersebut. Andai ia tidak menuruti Eonnie-nya itu!

"Eonnie berpesan untuk tidak memberitahukan kondisinya. Bahkan harusnya ia istirahat dirumah sakit satu bulan ini, beliau tidak mau."

Hye Rin pun akhirnya membuka mulutnya setelah lama berdiam diri. Bukankah ia menyuruh perawat untuk mengatakan pada Park Yoo Chun agar Jae Joong kemari? Kali ini ia akan menceritakan semuanya. Ia tidak ingin ada perasaan bersalah pria itu kepada sang Eomma.

"Eonnie selalu saja berusaha terlihat sehat di depanmu Nak, walau tumbang setelah kau berlalu. Maafkan wanita tua ini, yang tidak dapat memberitahukan kebenarannya lebih awal."

Jae Joong sekarang duduk di sebelah wanita paruh baya ini. Sedikit bingung juga dengan sebutan wanita itu ke Eomma-nya. Tapi, dapat ia simpulkan bahwa Kang Hye Rin bukan hanya sekedar ketua harian Panti biasa saja untuk sang Eomma. Mungkin bisa di katakan sahabat. Sampai-sampai Eomma-nya meminta wanita itu untuk tidak memberitahukan penyakit yang diderita, bahkan pada keluarga sekalipun. Berani taruhan, perawat mungkin juga tahu penyakit sang Eomma. Tapi sungguh-sungguh rapi sekali mereka menutupi kebenaran ini.

"Sejak kapan Eomma sakit? Apa kata dokter untuk penyakit kanker yang di derita Eomma?" Tanya Jae Joong dengan ketenangan tinggi. Bagaimanapun ia merasa harus tahu keadaan sang Eomma dari wanita paruh baya itu.

"Jin Ah Eonnie sudah pernah di diagnosa dokter menderita tumor di kepala. Tapi pada waktu itu masih jinak dan dinyatakan sembuh setelah melakukan operasi sinar. Saat itu aku belum mengetahui hal itu, beliau juga tidak pernah bercerita." Hye Rin menarik dalam-dalam, agar ia tidak menangis. Bagaimanapun, ia berkewajiban untuk menceritakan kebenaran.

"Tepatnya setahun lalu, Eonnie pingsan di ruang kantor. Ketika dokter untuk penghuni Panti memeriksa, beliau memberi rujukan kemari untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter di sini mengatakan bahwa Tumor di otaknya kembali tumbuh dan ...dan ...menjadi ganas. Sudah masuk stadium lanjut. Saat itu aku terkejut dan bingung. Ketika aku ingin menghubungimu, beliau mencegahku. Mianhamnidha Nak..."

Sekarang Hye Rin meraih tangan Jae Joong dan menggenggam, ia juga tak mampu lagi menahan tangisnya. Jae Joong menyandarkan tubuhnya ke kursi, memejamkan mata dan menggigit bibirnya untuk menahan air mata yang akan jatuh kapan saja. Ia juga membalas genggaman tangan wanita ketua Panti Archy itu. Apakah Eomma begitu membencinya hingga sampai hati meminta orang ini menutup mulut untuk sebuah kebenaran. Bahkan ia mengirim surat kaleng yang ada di Yun Ho. Penyakit kanker otak begitu berbahaya. Kalau sampai Kang Hye Rin memberitahukan kondisi sang Eomma, berarti keadaan sudah sangat parah.

"Kamsahamnidha sudah membantu dan menunggu Eomma. Sampai sini saja tugas Kang Sajangnim, aku akan mengurus semuanya, Kang Sajangnim. Anda bisa beristirahat, dan kembali ke Panti."

Jae Joong pun meminta Hye Rin untuk kembali ke panti sebab, wanita itu terlihat sangat lelah. Mungkin ada dua puluh empat jam wanita itu tidak tidur ataupun mengganti pakaian. Wanita yang umurnya mungkin tidak jauh dari Eomma-nya itu masihlah memakai seragam kerja ketika di Panti Archy. Lagipula, ia yakin dapat tinggal sendirian. Sebentar lagi putranya Chang Min datang. Mungkin juga Jun Su dan Yoo Chun menyusul.

Hye Rin buru-buru menghapus air mata ketika mendengar kalau Jae Joong menginginkan ia pulang, entah kenapa ia tidak ingin pergi. Hye Rin ingin disini, bila Jin Ah Eonnie akhirnya tidak dapat bertahan. Firasatnya tidak baik.

" Tidak..Tidak..., izinkan aku disini Nak. Bukan hanya kau yang menyayangi-nya. Kim Jin Ah sudah seperti Eonnie-ku sendiri. Aku tidak akan meninggalkannya. Tidak akan saat kau sendirian duduk di sini."

Hye Rin sudah sangat sering merasakan cemas sendirian, dan itu rasanya menyesakkan. Bagaimana Kim Jae Joong ini akan melewati itu sendirian. Secara fisik, pria itu sangat tangguh. Akan tetapi, seperti halnya wanita yang memiliki hati dan emosi yang terkadang lepas kontrol, pria pun terkadang memiliki hati yang lemah bila berhubungan dengan cinta dan keluarga.

"Tolong pikirkan kesehatan anda Sajangnim. Jangan sampai anda juga di rawat dirumah sakit juga kalau Eomma terbangun nanti. Tenanglah, Aku tidak akan sendirian. Putraku akan kemari tidak lama, juga Yoo Chun hyung dan Jun Su."

Jae Joong memberitahukan bahwa ia tidak akan sendirian nanti, meski wanita ini kembali mengurus panti. Sebenarnya terbesit satu nama lagi yang ia inginkan untuk datang, seseorang yang namanya tersimpan di dalam lubuk hatinya. Appa dari putranya Jung Yun Ho. Orang yang semalam memberikan ciuman yang menggetarkan seluruh jiwa dan syaraf-syaraf tubuh yang memang mungkin merindukan sentuhan paling di kenal oleh tubuhnya sendiri

"Aku tidak apa-apa Nak. Aku akan beristirahat disini. Aku tidak akan pulang ke panti. Aku akan menghubungi perawat di panti jompo untuk mengantarkan pakaian ganti. Kau tahu Nak, Eonnie Jin Ah sudah sangat baik kepadaku. Memberikanku kehidupan baru dengan menjadi ketua panti Archy, merupakan kebaikan tiada tara."

"Apa maksud Anda dengan Eomma saya menjadikan anda ketua panti? Eomma adalah penghuni panti. Tidak mungkin Eomma bisa melakukan itu."

Jae Joong memicingkan mata ketika ia mendengar kalimat terakhir dari Kang Hye Rin. Menjadikannya sebagai seorang ketua panti Archy seakan-akan Eomma memiliki pengaruh besar akan panti tersebut. Sontak hal ini membuat ia bingung akan pernyataan Kang Hye Rin.

Hye Rin mendecakkan lidah ketika sadar ia telah mengungkapkan rahasia lain yang di sembunyikan oleh Jin Ah. Akankah ia harus membongkar semuanya sekarang? Entah kenapa firasatnya saat ini lain dari bulan-bulan lalu. Di mana ia percaya Jin Ah Eonnie akan bisa melalui itu. Semalam sebelum pingsan dan di larikan ke rumah sakit ini, Jin Ah kelewat bahagia. Seakan-akan penantian panjang sudah terealisasikan.

"Maksud dari perkataanku adalah...Panti Archy itu milik Eonnie. Dulu Eonnie membelinya ketika akan hancur, dengan menjual rumahnya sendiri di Chungnam. Kami berdua berusaha untuk membuat panti itu tetap ada. Akhirnya kami mendapatkan donatur yang selalu aktive di sana. Pemilik perusahaan besar Jung Corporation."

"Perusahaan Jung Corporation?"

Jae Joong merasa jantungnya berdetak dengan cepat ketika nama perusahaan dari keluarga Yun Ho di sebut-sebut disini. Oh, tentunya pria yang ia cintai itu memang dari keluarga terpandang, ia sangat tahu itu. Sebenarnya ia heran, pewaris perusahaan besar tapi di perbolehkan menjadi seorang astronot yang syarat dengan bahaya kematian itu.

Tiba-tiba saja ia jadi teringat tulisan tangan Eomma-nya yang di berikan Chang Min kepadanya pagi tadi yang tentu berisikan surat kaleng untuk Yun Ho. Apakah keluarga Jung juga tahu tentang Chang Min putranya selama ini? Tentunya pasti Eomma-nya mengenal keluarga Jung dengan baik, sampai-sampai mengetahui alamat apartemen Jung Yun Ho.

"Istri Tuan Jung yakni Jung Ji Hyun tertarik dengan lukisan milikmu yang di letakkan Eonnie di ruang kerjanya. Gambar lukisan Chang Min ketika masih bayi yang pernah kau berikan ke Eonnie. Beliau berani membayar berapapun waktu itu untuk mendapatkannya. Tapi Eonnie tidak ingin menjualnya. Entah bagaimana akhirnya, Eonnie memberikan dengan gratis. Setelah itulah, Jung corporation menjadi donatur tetap. Saat itu aku merasa kesal, kenapa Eonnie memberikan lukisan berharga itu kepada orang lain. Namun Eonnie yang pada saat itu mengatakan bahwa Jung Ji Hyun bukan orang lain baru ku mengerti kemarin, sebelum Jin Ah Eonnie tidak sadarkan diri."

Hye Rin menceritakan kepada Jae Joong bagaimana panti Archy bisa besar seperti sekarang. Seakan-akan Hye Rin ingin agar keinginan terakhir dari Jin Ah terlaksana, saat ia menanyakan kenapa Eonnie terlihat begitu bahagia, seperti orang yang sehat saja. Hye Rin mengetahui bahwa secara diam-diam Jin Ah mengirim surat menggunakan kertas surat yang biasanya untuk para penghuni panti untuk seseorang yang ia ketahui putra dari Jung Ji Hyun. Seorang astronot Korea pertama. Tadinya ia pikir Jin Ah membuat surat itu untuk membawa astronot itu berkunjung ke panti untuk menghibur orang-orang jompo di panti mereka. Namun ketika ia dan para penghuni panti menonton bersama pertandingan basket nasional, ia di hantarkan pada suatu kenyataan. Kemiripan dari Kim Chang Min, putra Jae Joong itu dengan astronot tersebut. Jae Joong pria itu ia perhatikan sekarang menggelengkan kepala mendengar penuturan luar yang mungkin sangat tidak diduga.

Jae Joong pun berdiri dari duduknya dan berjalan pelan menunju pintu vip khusus untuk unit gawat darurat di mana sang Eomma tengah berbaring. Jae Joong berdiri di depan pintu yang terbuat dari kaca yang di buramkan, dan di beri lambang rumah sakit di bagian tengah sehingga hanya bisa melihat orang yang di rawat dalam ruang ICU tersebut lewat bagian atasnya yang tidak di buramkan.

Sungguh ini sangat menyesakkan dada. Jae Joong merasa menjadi anak yang tidak berguna. Tidak tahu apa yang di lakukan oleh sang Eomma padanya. Dia hanya tahu untuk meminta maaf. Dan sang Eomma selama ini sudah mengetahui semuanya dengan cara tersendiri. Segala pertanyaan di kepalanya bagaimana sang Eomma bisa mengetahui alamat Jung Yun Ho, pengiriman surat yang datang seminggu dari pria itu menginjakkan kaki di Seoul, informasi sepenting itu pasti bisa di ketahui dengan mudah. Eomma mengenal keluarga Jung!

Jae Joong menempelkan telapak tangan di permukaan kaca, matanya memandang lurus lewat kaca yang tidak di buramkan. Jae Joong dapat melihat bagaimana sang Eomma tengah berjuang untuk hidup lewat alat-alat pernafasan, terlihat jelas pada grafik detak jantung persekian detik, yang tergambar pada monitor kardiograft untuk perhitungan detak jantung pasien. Walau ia merasakan kesedihan, Jae Joong tidak menangis, tidak ada isakan, hanya berupa desahan nafas yang ia tarik berulang kali. Seakan-akan saat ini ia berjuang menahan rasa sesak di dada akibat rasa sakit yang datang menyiksa. Sesensitive-nya perasaan ia sebagai pria, Jae Joong merasa harus tegar. Dia tetap berusaha air mata tidak turun dari pelupuk bola mata indahnya.

Disaat itu ia merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya. Lembut dan terasa menenangkan. Ini bukan tangan Nyonya Kang Hye Rin. Juga bukan tangan putranya Chang Min yang selalu bisa membuat menjadi lebih kuat dan tidak putus asa. Perjuangannya yang seorang pria merawat seorang anak tentunya tidaklah gampang bukan? Menjadi seorang appa di usia belia, tapi pada kenyataan ia juga berperan membuat Chang Min ada didunia dengan membawa dalam perutnya selama sembilan bulan, berusaha tak ada yang mengetahui keanehan pada saat itu dan beruntungnya, perutnya tidak terlalu besar, bahkan Chang Min hanya sebesar 2,4 gram saja! Sangat kecil, sampai Jae Joong takut melukai bayi kecil itu dengan tangannya yang besar ketika ia belajar menggendongnya. Sehingga ia sangat hapal bagaimana bila Chang Min bermanja padanya.

Sentuhan di bahunya ini juga bukan tangan sahabatnya Jun Su dan bukan juga sepupunya Yoo Chun! Lalu tangan siapa yang meremas lembut bahunya seakan sedikit membuat beban perasaan ini terangkat. Jae Joong tak ingin berharap, tapi ia seakan tahu siapa pemilik tangan ini. Tangan yang mengirimkan perasaan sekuat ini hanya pria itu. Tangan yang membuat ia luluh begitu saja tujuh belas tahun yang lalu.

"Jae Joong..., kami sudah datang." Ucapan lirih yang terdengar ditelinga Jae Joong telah menjawab harapan kecil bahwa pria itu telah datang. Jae Joong membuka matanya yang terpejam dan menatap pada kaca yang memantulkan sosok pria yang selama ini selalu ia ingin ketahui beritanya setelah satu malam tujuh belas tahun lalu. Pria itu tak sendiri, ada bayangan lain yang bagai duplikat pria tersebut, putranya Kim Chang Min. Melihat keduanya Jae Joong tersenyun kecil, kemudian ia membalikkan badan dan air matanya pun kini mengalir tanpa ia bisa menahannya.

"Chang Minnie, Yun Ho Hyung."

0o0o0o0o0o0YUNJAE IS REAL0o0o0o0o0o0

Sudah ada hampir beberapa menit yang lalu Yun Ho, juga Chang Min sampai di rumah sakit Seoul. Dari tempat mereka berdiri saat ini, kedua orang itu dapat melihat Jae Joong dan seorang wanita Hye Rin tengah berbicara di kursi panjang dekat ruang. Tentu ia dan putranya bisa cepat sampai kemari sebab jarak apartemennya dan rumah sakit ini tidaklah jauh. Lalu bagaimana Ji Hye? Dongsaeng-nya itu memutuskan pulang kekediaman Jung dan akan menyusul setelah memberitahukan apa yang ia ketahui. Yun Ho tentu tak bisa mencegah Dongsaeng-nya itu untuk berbicara pada kedua orang tuanya. Bagaimanapun keluarga besar Jung bukan kali ini saja salah satu anggota keluarga memiliki anak dari seorang pria. Sepupu jauhnya bahkan memiliki anak dari pria dan sekarang menetap di China. Jadi untuk masalah satu itu ia tidak takut tapi, ia tidak tahu bagaimana reaksi mereka dengan putranya yang sudah dewasa. Yun Ho hanya berharap pada pemikiran modern keluarganya, yang tentu menghantarkan ia sebagai astronot dan bukan memaksakannya menjadi pewaris Jung corporation.

Tadinya ia dan Chang Min akan langsung menghampiri ketika Jae Joong masih duduk dengan wanita seumur Eomma-nya, Jung Ji Hyun. Namun nyatanya mereka malah berhenti bersembunyi di lorong mendengarkan percakapan mereka. Kang Hye Rin membuat ia menyadari bagaimana sulitnya hidup pria itu bersama Chang Min putranya. Tuduhan dongsaeng-nya tadi seakan terngiang di otaknya. Tiba-tiba saja ia ingin berlari dan merengkuh pria itu, meminta maaf sebab sudah memberi banyak kesulitan hidup. Yun Ho dapat melihat berbagai emosi dari Jae Joong yang sepertinya sudah di ambang batas.

Fakta lain dari perbincangan itu, juga mengejutkannya. Eomma-nya dan Nyonya Kim saling mengenal. Yun Ho yakin Eomma-nya tidak mengetahui tentang Chang Min. Kalau tahu, Eomma tidak akan berusaha mendekatkan ia dengan wanita untuk dinikahinya. Eomma pasti tidak akan membiarkan cucunya hidup biasa. Coba saja lihat keponakannya yakni putri-putri dari Ji Hye yang begitu di manja oleh kakek dan nenek-nya tersebut.

Ketika Jae Joong beranjak dari duduknya dan berdiri di depan pintu berkaca buram yang tentu didalam sana ada Kim Jin Ah, Eomma dari pria itu. Yun Ho melihat punggung itu bergetar seperti menangis, ia pun reflek segera berjalan dari tempat ia bersembunyi, kemudian meletakkan tangannya di bahu Jae Joong. Pada awalnya ia sempat ragu akan mengangkat tangan meletakkan disana, tapi melihat pandangan putra di sampingnya membuat ia berani. Seketika punggung yang bergetar itu seakan teredam. Yun Ho merasakan aliran darahnya berdesir. Ketika kontak fisik ini terjadi kembali.

"Jae Joong..., kami sudah datang."

Hanya kalimat ini yang dapat ia katakan dan itu hampir bagaikan bisikan. Walau dengan suaranya yang kecil itu, ia yakin Jae Joong mendengarnya sebab setelah itu ia merasakan punggung itu membalik dan senyumanlah yang terlihat, lalu di susul. air mata yang turun dari kedua bola mata bulat indah nan jernih itu. Rupanya pria itu tidak menangis tadi, hanya menahan.

Dan ketika ia melihat cairan bening itu, Yunho terpaku! Meski airmata telah turun bibir Jae Joong tetap masih melengkungkan senyum yang tentu membuat perasaan Yun Ho bergetar. Sungguh hal ini mengingatkannya ketika ia menitikkan air mata di depan pria itu semalam dan pelukan Jae Joong yang juga membawa mereka pada ciuman penuh gairah.

"Chang Minnie, Yun Ho Hyung."

Entah kenapa melihat air mata yang mengalir itu membuat keinginan akan merengkuh Jae Joong kedalam pelukannya kembali datang dan kali ini begitu besar, lebih dari yang ia inginkan dalam memeluk seseorang. Namun ia tak tahu harus memeluk dengan perasaan seperti apa. Apakah sebagai teman akrab pria dan pria pada umumnya, apakah pelukan antara keluarga seperti ia dan putranya atau pelukan sebagai seorang pendamping hidup? Hei kawan, tentu saja pelukan ini akan berbeda makna. Kalau ia mengingat ciuman intim mereka semalam, pelukan mereka pasti memercikkan api gairah.

"Yaaa,... Jae Joong ah~ kami ada disini, kami sudah ada disini. Kita sudah bersamamu. Kau tidak sendiri."

Jae Joong dengan segera mendekat, dengan tubrukan sedikit badan pria itu tepat berada dalam pelukannya, wajahnya menempel pada dadanya yang sempat ia bandingkan dengan Jae Joong sendiri di waktu ia ingin membuktikan kebenaran surat kaleng yang di dapatkannya. Pelukan Jae Joong seakan-akan ia adalah seseorang yang sangat dibutuhkan pria itu untuk berdiri. Iya dia, Jung Yun Ho! Bukan putranya Chang Min yang ada di sebelahnya yang selalu menjadi tumpuan pria itu untuk tetap menyongsong hari, yang tentu tidaklah gampang dilewatinya.

Padahal terlihat olehnya tangan putra mereka yang sudah membuka agar mendapat pelukan sang Eomma. Apa putranya itu sedikit kecewa saat sang Eomma tidak memilih ke pelukannya tapi ke pelukan pria yang kebetulan adalah appa kandungnya? Tentu saja tidak. Lihat saja air mukanya yanga begitu aneh antara ingin tersenyum atau menangis, hampir mirip wajah Jae Joong ketika berbalik tadi, sebelum memeluknya. Bagaimanapun Chang Min anak mereka berdua aniya? Tidak akan mengherankan kalau buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Tangan Yun Ho pun reflek tak ragu, merengkuh pria cantik itu dalam dekapan erat.

"Eomma... Nae Eomma...hyung..."

Pelukannya lebih mengetat ketika mendengar suara yang bergetar itu. Sungguh, ia tidak tahu bahwa suara yang sangat syarat dengan luka itu begitu membuat hatinya terluka juga. Kenapa bisa begini? Padahal mereka sesama pria. Hal ini seperti perasaan mereka menjadi tersinkronisasi. Kejadian ini baru pertama kali ia rasakan. Sebelumnya ia tidak pernah merasa ikut terluka bila sahabat nya Nick Carter menangis atau mungkin wanita merengek untuk tidak ia tinggalkan. Baginya, hubungan dengan wanita-wanita tak lebih dari menyalurkan hasrat birahi yang tentu tidak ada perasaan cinta didalamnya! Saat ini ia menjadi bingung apa yang harus ia lakukan. Sungguh ia ingin menenangkan dengan hanya berdua saja. Memberi kecupan hangat di kepala, menyalurkan rasa pedulinya.

Tak tahu harus bagaimana, lewat matanya ia seakan meminta putranya mendekat. Agar putranya membantu untuk memberi kekuatan kepada sang Eomma. Bagaimanapun mereka adalah keluarga aniya? Chang Min

"Halmonie...pasti baik-baik saja Eomma. Sekarang kita sudah berkumpul. Pasti Halmonie akan bangun dan akan tersenyum pada Eomma kali ini."

"Minnie...Uri minnie.."

Tidak ada hal paling membahagiakan melihat keluarga kecil itu saling berpelukan saling menguatkan. Yoochun yang baru sampai melihat pemandangan itu menjadi terharu. Jun Su tidak ikut masuk rumah sakit sebab tengah menunggui putri mereka yang tengah tertidur di kursi mobil. Cairan bening yang turun dari matanya di usap dengan buku-buku jarinya, senyum manis juga tersungging di sana.

"Sekarang saatnya untuk meraih kebahagianmu sepupu. Yun Ho sudah masuk ke dalam pesonamu. Untuk meraih hatinya, sepertinya itu perkara gampang bukan? Masih ada waktu sebelum pria itu kembali ke Amerika untuk melaksanakan pekerjaannya sebagai astronot."

Yoochun melihat Yun Ho sepertinya membawa Jae Joong dan Chang Min pergi dari depan pintu berbahan kaca yang di buramkan dan terdapat lambang rumah sakit Seoul itu entah kemana. Tapi mereka memang perlu bersama saat ini, tanpa ia dan juga Jun Su. Kali ini ia yang maju pintu berbahan kaca itu, menatap Ahjumma Kim Jin Ah. Wanita yang ia tahu sangat menyayangi Jae Joong namun berlaku kasar hanya karena sikap Jae Joong yang selalu tidak ingin atau membutuhkan appa biologis Chang Min ada disisinya. Kemarahan yang seakan membiarkan Jae Joong hidup tanpa seseorang yang membantu kehidupannya, terutama dalam tumbuh kembang Chang Min.

"Ahjumma Kim, tak salah aku memberitahukan siapa pria yang merupakan appa biologis Chang Min. Tapi kau tega sekali tidak memberitahukan penyakitmu, mempertemukan mereka pada saat kau terbaring di rumah sakit. Tapi, Joongie kita sekarang tak sendiri, Ahjumma... Kau harus bangun melihat mereka."

Yoo Chun berucap pelan namun penuh ketegasan. Sungguh ia berharap Ahjumma-nya itu bangun dan melihat keluarga kecil dari sepupunya.

"Ahjumma..., cepatlah sadar."

TBC

Yang nebak itu Jihye, selamat anda benar. Ini berarti kalian mengikuti saran di warningan saya dengan tidak melewatkan kalimat yang saya selipkan sebagai clue di tiap penjabaran yang mungkin bagi beberapa reader membuat pusing dan kesal dengan kalimat panjang setelah percakapan. Saya hanya menghindari pertanyaan yang berisi kenapa kok ada ini disini? Kok ceritanya gini padahal di cerita sebelum gak begitu.

Saya kerap kali menemukan banyak ff yang saya baca antara chap satu dengan yang lain tuh gak berkesinambungan, itu kadang buat saya pusing. Jadi alasan saya membuatnya seperti ini, agar dalam plot maupun setting of time, setting of place nya jelas. Terus penanjakan or klimaksnya juga jelas. Jadi mohon maaf bila FF ini jalannya sangat lambat, minim dialog sehingga mengganggu ekstetika penulisan yang biasa para reader baca. Saya paham maksud dari para chingu semua yang ingin membaca dengan simple. Bukankah FF ini di buat agar Chingudeul semuanya terhibur bukan merasa pusing kan yah. Kalau ada yang tidak mengerti, pm aja key.

Di chapter 4 saya ada salah penulisan tentang musim di ff ini. Di antara percakapan Yun Ho dan Chang Min. Di situ musim nya Panas, di Jae Joong yang bangun tidur musim nya gugur. Yang benar adalah musim gugur ya. Saya lagi malas ngedit neh. Jikalau reader merasa ada yang salah dan mengganggu plot nya bisa langsung pm untuk memberitahukannya. Disinilah diperlukannya kritik dan saran. Bagaimanapun tiap author memiliki cara bagaimana menyajikan fanficnya ne? Tapi mengingatkan saya agar lebih memperhatikan perbendaharaan kata dan kalimat yang saya pergunakan di ff, itu sangat berarti untuk kelangsungan penulisan. Jikalau reader mau membantu, saya sangat berterima kasih atas saran semuanya. Akan lebih di perhatikan lagi #bow. Tolong jangan bosan memberikan kritikannya.

Untuk para guest dan yang tidak teregister memberi komentar di ff ini, saya hanya bisa mengatakan terima kasih banyak. Maaf bila saya tidak membalas reviewan. Tapi saya membaca dan menghargainya kesempatan kalian memberi review untuk ff yang tidak seberapa ini. Untuk pertanyaan berapa chapter ff ini tamat, seharusnya 6 chapter ya. Tapi karena adanya pemenggalan kemungkinan akan tamat di chap 8 an kalau ga membengkak ya alias saya penggal2 lagi. Semoga Yunjae Shipper masih setia walau ketiga adek2 ganteng lagi wamil (YunJaeChun).

ATT: chap depan mungkin akan lama lagi sebab saat ini tangan saya tengah patah saudara-saudara. Ini aja masih sakit rasanya buat ngetik chap ini. Krn saya sudah janji update bulan ini sma salah satu reader di bbm, mohon maaf klo bagian tbc sedikit tergesa2 ne *deepbow, tidak sesuai dengan prediksi yang harusnya TBC pada saat Yun Ho bilang would you merry me ke Jae Joong tapi apa daya tangan ga bisa di ajak kompromi buat edit sampe situ. Oh iya BBM saya yang biasanya rusak bersamaan dengan patah tulang tangan saya, yang pny BBM saya yang biasanya, bisa minta pin baru di PM atau kalau memang mau pin bb nya minta ja lewat review nanti saya pm. Makasih semuanya :)