Kisah Kasih YunJae

.

.

YunJae Fanfiction

.

Jung Yunho, Kim Jaejoong

.

YAOI, Boy x Boy, typo (s)

.

.

Chapter 2: You're Scaring Me

Hari kedua menjadi kekasih seorang Jung Yunho ternyata cukup merepotkan bagi Jaejoong. Ia pikir tidak akan ada yang perduli karena cara Yunho mengajaknya berpacaran bahkan tidak ada kesan romantis sedikitpun. Tapi itulah ternyata yang menjadi bahan perbincangan siswa-siswi sekolah elit tersebut.

Kejadian kemarin seakan menjadi sebuah lelucon yang tidak perlu terlalu dipikirkan bagi mereka. Tapi bagaimana mungkin mereka bisa berpikir demikian jika sang ice prince sekolah merekalah yang melayangkan pernyataan tidak romantis tersebut. Apalagi kepada seorang Kim Jaejoong yang tidak cukup terkenal, kecuali saat pengumuman nilai ujian saja. Siapa yang mau percaya?

Tapi apa yang semua murid lihat pagi ini memang sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Jung Yunho dan Kim Jaejoong keluar bersama dari mobil mewah Yunho, berjalan berdampingan menuju kelas, dan beberapa murid di sekitar mereka dapat mendengar percakapan super singkat yang terkesan kaku dari keduanya, yang intinya adalah Yunho akan pulang bersama dengan Jaejoong. Dan semua penghuni sekolah pun harus meyakinkan diri mereka saat itu juga jika Yunho dan Jaejoong memang telah memiliki hubungan istimewa.

"Joongie, kau memang benar-benar berpacaran dengan Yunho?" tanya seseorang yang ternyata masih belum bisa yakin dengan hubungan YunJae.

"Iya Suie. Kau masih tidak percaya?" Jaejoong mendudukkan diri di bawah pohon besar di taman belakang sekolah. Makan siang kali ini ia akan bersama sahabat imutnya yang kebetulan juga membawa bekal sendiri.

"Aku… aku masih belum bisa mempercayainya. Kupikir orang seperti Yunho akan melajang seumur hidup. Kalaupun dia memiliki pendamping, kupikir pendampingnya akan seperti nenek sihir, sama sepertinya yang mirip penyihir jahat." ujar namja itu dengan penuh ketegaan untuk Yunho. Tubuh berisinya kini terduduk di samping Jaejoong, lalu membuka kotak bekal yang terisi dengan ayam goreng favoritnya.

"Kenapa Suie bicara begitu? Yunho adalah orang baik, nyatanya saja dia tidak pernah menyakitiku."

"Kan kau baru bersamanya dua hari ini Joongie, dia pasti belum menunjukkan sisi asli dirinya yang menyeramkan."

"Yunho bukan orang yang menyeramkan kok Suie. Yunho pasti orang baik."

"Haahh… kau mengatakan begitu karena belum pernah merasakan aura seram dari Yunho. Aku saja pernah hampir menjadi sasaran tinjunya karena bola tendanganku salah sasaran dan hampir mengenainya. Untung saat itu ada Seunghyun sunbae yang menolongku, akhirnya aku tidak jadi kena pukul oleh Yunho."

Jaejoong yang mendengar cerita Junsu menjadi terdiam sebentar. Suapan pertama yang akan masuk ke dalam mulutnya ia tahan. Sahabatnya itu tidak pernah bercerita mengenai hal ini padanya, itu sebabnya Jaejoong jadi cukup terkejut bahwa kekasihnya ternyata pernah hampir menyakiti sahabatnya sendiri.

"Kau tidak pernah bercerita padaku tentang itu."

"Aku sudah menceritakannya padamu, tapi kau saja yang tidak mendengarkan dan malah asik dengan angka-angka memusingkan dari Cho seonsaengnim." si imut itu pun mendengus sebal mengingat kejadian sialnya waktu itu. Sudah ia sangat ketakutan karena hampir mendapat pukulan dari Yunho, saat Junsu bercerita pada sahabatnya pun ternyata malah tidak didengarkan. Sial sekali baginya.

"Eoh? Eheheh maaf Suie, kan Joongie waktu itu sedang konsentrasi penuh." kilah Jaejoong lalu mulai menikmati bekalnya hari ini. Ia sendiri tidak ingat kalau dirinya sudah mengabaikan cerita sedih Junsu, padahal sahabatnya itu sedang butuh tempat curhat saat itu.

"Ya sudah, tidak usah memikirkan itu lagi, membuat sebal saja. Kembali ke topik utama, kau benar-benar berpacaran dengan Jung Yunho?"

Jaejoong meletakkan sepasang sumpitnya di atas kotak bekal lalu menghela napas. Harus berapa kali ia meyakinkan Junsu agar percaya tentang hubungan spesial dirinya dengan Yunho?

"Kan sudah kubilang kami memang berpacaran Suie, kau ini tidak percayaan sekali sih." Jaejoong kembali mengambil sumpitnya lalu melanjutkan makan. Ia sangat lapar untuk siang ini.

"Aku hanya ingin memastikan. Sebenarnya aku sangat khawatir denganmu Joongie, aku takut Yunho akan menyakitimu."

Keduanya pun terdiam. Tidak ada yang bergerak walau sekedar untuk melanjutkan suapkan makan siang mereka yang tinggal setengah, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Kau seperti Hyungjoong hyung saja Suie. Kenapa kalian begitu mengkhawatirkan hubunganku dengan Yunho? Padahal aku sangat senang memiliki hubungan ini dengannya."

Junsu menoleh ke arah Jaejoong yang duduk di samping kanannya. Doe eyes besar itu pun ikut menatap mata kecilnya. Bagaimana mungkin Jaejoong mengatakan ia menyukai hubungan ini? Padahal tidak seorangpun di sekolah yang tidak tau tentang reputasi buruk dari Yunho, tapi kenapa sahabatnya itu rela menjadi kekasihnya Yunho? Apa Yunho telah melakukan sesuatu pada Jaejoong agar namja rupawan itu mau dengannya? Tapi pikiran jahat itu buyar saat mata teduh Jaejoong menyiratkan keyakinan, menatapnya dengan kesungguhan. Ia semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Jaejoong.

"Tentu saja karena kami sangat menyayangimu Joongie, aku dan Hyunjoong hyung takut jika kau dipermainkan Yunho nantinya karena dia itu bukan namja yang baik. Padahal banyak namja baik-baik yang mengejarmu, ada Seunghyun sunbae, ada Siwon, tapi kenapa kau malah memilih Yunho yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dua orang itu? Padahal kalau—"

"Sudah Suie, jangan bandingkan Yunho dengan siapa pun!"

Junsu pun menghentikan ocehannya melihat wajah Jaejoong yang berubah murung. Niatnya tadi hanya ingin menyadarkan sahabatnya itu bahwa ada manusia tampan lain yang jauh lebih baik dari Yunho, tapi kenapa Jaejoong jadi terlihat sedih?

"W-wae? Mereka memang pantas untuk kau jadikan kekasih, bukannya Yunho."

"Aku mencintai Yunho."

Mata kecil Junsu pun membulat seketika. Cinta? Bagaimana bisa namja paling cerdas di TOHO high school itu bisa mencintai Yunho? Yang benar saja!

"Jangan bercanda Joongie. Apa yang bisa dicintai dari Yunho? Namja berkelakuan buruk seperti Yunho tidak pantas mendapatkan cintamu. Ada apa dengan otakmu huh?"

"Aku tidak bercanda dan aku benar-benar mencintai Yunho. Memangnya kenapa? Yunho juga manusia biasa seperti Seunghyun sunbae dan Siwon, hanya sifat mereka saja yang berbeda, lalu kenapa Suie seburuk itu memandang Yunho? Kumohon, jangan berpikir kalau Yunho adalah manusia paling jahat, pasti ada alasan kuat yang membuat Yunho sering bersikap buruk. Dan aku yakin Yunho adalah orang yang baik."

Kini kedua namja manis itu kembali terdiam. Jaejoong sendiri tidak mengerti kenapa dia begitu ingin untuk terus membela Yunho. Apa karena cintanya kepada Yunho yang membuatnya terus berpikir positif tentang namja itu? Tapi ia sendiri yakin jika Yunho tidak seburuk yang orang-orang pikirkan.

"Hanya kepada Yunho aku merasakan semua perasaan ini Suie. Semuanya terjadi begitu saja. Aku sendiri tidak mengerti kenapa, tapi aku benar-benar yakin dengan perasaanku."

Junsu pun akhirnya hanya menghela napas pasrah. Ia tau, sekeras apapun ia berusaha untuk menyadarkan Jaejoong, namja itu juga pasti akan bersikeras untuk mempertahankan perasaannya. Ya, walau sangat penurut, tapi Jaejoong juga sangat keras kepala. Dan Junsu pun tidak akan pernah menang jika sudah mengahadapi Jaejoong yang seperti ini. Haruskah ia mengalah dan membiarkan Jaejoong bersama Yunho?

"Baiklah, kurasa aku tidak akan bisa menghalangimu Joongie. Kuharap kau bisa bahagia bersamanya dan juga kuharap Yunho bisa menjagamu dengan baik dan tidak pernah menyakitimu." Junsu pun memilih untuk membiarkan perasaan sang sahabat tumbuh semakin dalam kepada Yunho. Dengan senyum manis Jaejoong, ia tau dengan tidak menghalanginya, Jaejoong akan bahagia dengan pilihan hatinya itu. Ya, dan ia pun akan terus menjaga dan mengawasi sang sahabat dari belakang.

"Gomawo Suie. Ayo habiskan bekalnya."

Dua sahabat bermarga Kim itu pun kembali melahap hingga habis bekal masing-masing dengan senyum di bibir. Tidak pernah lepas pula ocehan-ocehan tidak penting Junsu yang ikut menemani. Yah walau tidak penting, itulah yang membuat kedua namja itu menjadi semakin dekat dan mengerti satu sama lain.

~####~

Bel nyaring pertanda pelajaran terakhir usai kini terdengar melewati telinga tiap siswa-siswi TOHO high school, membuat gurat lelah yang sedari tadi terpampang di wajah mereka kini berganti dengan sorak gembira. Memangnya siapa juga yang tidak gembira saat waktu untuk terlepas dari kegiatan memusingkan bernama belajar itu selesai? Jaejoong yang notabene adalah siswa tercerdas saja juga sangat bahagia.

"Joongie, aku melupakan sesuatu yang sangat penting, ottokhae? bisakah kau membantuku hari ini? Kumohon Joongie, aku hanya bisa mengandalkanmu." si imut bertubuh montok itu tiba-tiba mendatangi tempat Jaejoong duduk dan dengan tergesa-gesa memberondong Jaejoong dengan ucapannya. Sedangkan sang sahabat hanya mengerutkan kening heran sambil memasukkan peralatan belajarnya ke dalam tas. Ada apa dengan Junsu memangnya?

"Tentu saja, memangnya Suie butuh bantuan apa?"

"Malam ini appa mengadakan jamuan makan malam dengan rekan-rekan bisnisnya, aku juga disuruh ikut karena banyak teman dekat appa. Tapi aku lupa membeli baju baru Joongie, eomma juga tidak bisa menemaniku belanja hari ini. Jadi aku sangat membutuhkanmu, aku hanya bisa mengandalkanmu untuk masalah ini. Ne, kau bisa membantuku kan?" wajah imut Junsu kini terlihat memelas menunggu jawaban 'iya' dari Jaejoong. Keadaannya kali ini sungguh mendesak untuk mendapat bantuan Jaejoong.

"Baiklah, Joongie akan membantu Suie. Tapi—"

Langkah sepatu seseorang yang kini berhenti di depan pintu kelas Jaejoong membuat kedua namja manis itu menolehkan kepala. Si tampan seorang pangeran sekaligus preman sekolah itu telah berdiri tegap tidak jauh dari mereka dengan kedua tangan yang tersembunyi dalam saku celana sekolahnya. Terlihat begitu cool sekaligus menawan bukan?

Raut wajah Jaejoong dan Junsu pun kini berubah setelah saat sepasang manik tajam itu mengarah menuju mereka. Jaejoong yang terlihat kembali malu-malu dan Junsu yang tiba-tiba berubah horror melihat tatapan Yunho yang sebenarnya hanya tatapan tajam yang sering diperlihatkannya. Lalu kenapa Junsu terlihat begitu takut dengan Yunho?

"Ayo Suie." Jaejoong menarik tangan sang sahabat agar mengikutinya berjalan menuju Yunho berdiri sekarang. Wajah imut Junsu terlihat semakin ketakutan saat keduanya telah berada tepat di hadapan sang pangeran es.

"Ayo pulang." ajak Yunho dengan suara maskulinnya yang sangat disukai Jaejoong.

"Eumm untuk hari ini kurasa kita tidak bisa pulang bersama Yunho-ssi, aku harus membantu Junsu membeli pakaian sekarang." wajah merah yang tidak mampu Jaejoong tutupi kembali terlihat, walau cara bicaranya terdengar biasa. Yang bereaksi tidak biasa kini adalah Junsu. Mendengar namanya disebutkan di hadapan Yunho, membuat namja itu semakin mengkeret takut sambil bersembunyi di belakang tubuh Jaejoong, walau sebenarnya hal itu hanya percuma karena Yunho bisa melihatnya dengan tampang kesal.

"Kau bilang akan pulang bersamaku."

"Maaf, tapi Junsu juga sangat membutuhkanku Yunho-ssi."

"Ck?!"

Junsu sedikit mengintip dari balik punggung Jaejoong. Sebenarnya ia tidak tau jika Yunho dan Jaejoong akan pulang bersama. Kalau ia tau sejak awal, Junsu lebih baik memaksa eommanya saja untuk memilihkan pakaian yang cocok untuknya. Ia masih terlalu takut dengan Yunho setelah insiden tendangan salah sasaran waktu itu, dan untuk kali ini Junsu tidak ingin mencari masalah lain dengan Yunho.

"Err… Joongie, sebaiknya aku—"

"Baiklah, aku antar." ucap Yunho singkat, padat, dan membuat kedua manusia manis itu cukup heran. Jung Yunho bersedia menjadi supir mereka?

"Kalau kau pergi hanya dengan bocah itu, itu artinya aku melanggar janji untuk pulang bersamamu." jelas Yunho dengan tampang tetap cool sambil memandang ke arah lain. Mana mungkin kan ia berkata jujur jika sebenarnya Yunho hanya ingin tetap pulang bersama Jaejoong.

"Tidak perlu repot-repot Yunho-ssi. Junsu membawa mobil sendiri, kami bisa pergi menggunakan mobil Junsu." Jaejoong berkata dengan lembut, takut jika ucapannya membuat Yunho tidak suka. Sebenarnya Junsu tidak benar-benar membawa mobil sendiri sih, karena namja itu sebenarnya tidak bisa menyetir.

"Aku sudah bilang aku tidak merasa direpotkan, dan tadi pagi kau juga sudah berjanji akan pulang bersamaku. Aku akan mengantar kalian. Ayo."

Dan keputusan Yunho pun telah final. Namja itu berjalan duluan meninggalkan duo Kim itu menuju parkiran. Mau bagaimanapun apa yang Yunho inginkan haruslah terpenuhi, dan itu juga berlaku untuk saat ini.

Jaejoong dan Junsu pun mau tidak mau akhirnya menurut saja. Sebenarnya Jaejoong senang-senang saja sih akan pulang bersama Yunho lagi, itu berarti dia akan bersama sang pujaan hatinya lagi. Tapi yang jadi masalah adalah Junsu, dari tadi wajahnya terus menampakkan raut takut karena harus berurusan dengan Yunho lagi.

"Jo-Joongie, aku takut, sebaiknya tidak jadi saja ya. Aku takut Yunho akan marah padaku."

"Haahh, kan sudah Joongie bilang Yunho itu baik, jadi Suie tidak perlu takut. Yunho tidak akan marah kok."

"Tapi wajahnya tadi menyeramkan sekali Joongie."

"Bukannya wajahnya Yunho memang begitu ya?" tanya Jaejoong dengan polosnya. Setaunya Yunho memang selalu memasang ekspresi begitu.

"Eumm memang sih. Ah pokoknya aku takut dengannya Joongie, nanti kalau dia mengingat kejadian waktu itu dan berniat memukulku bagaimana?"

"Suie jangan takut, kan ada Joongie." Jaejoong menepuk-nepuk dadanya sok keren di hadapan Junsu, yang dibalas delikan malas oleh sahabatnya itu. Sebenarnya memang hanya Jaejoong sih yang bisa membantunya.

"Ayo Suie, tidak perlu takut, Yunho tidak akan marah kok. Dia mungkin baru akan marah jika kau terlalu banyak berpikir dan membuatnya menunggu. Ayo." Jaejoong pun dengan cepat menarik tangan Junsu menuju parkiran luas milik sekolah mereka, dimana tempat Yunho menunggu mereka.

Dan saat menemukan mobil merah dengan harga selangit itu masih disana, Jaejoong pun menarik Junsu agar lebih cepat berjalan. Sang pengemudi berwajah tampan sudah siap di posisinya di belakang kemudi. Dan mungkin karena ia dan Junsu terlalu lama, membuat Yunho memilih menyibukkan diri dengan ponselnya.

Ketukan di kaca pintu mobilnya membuat perhatian Yunho teralih. Dua orang yang dari tadi ia tunggu akhirnya memunculkan diri juga. Baru saja tangannya akan membuka pintu mobil di bagian depan, ternyata Jaejoong lebih dulu membuka pintu belakang mobilnya. Ah ia hampir lupa jika Junsu ada bersama sang kekasih.

Dan perjalanan menuju mall terlengkap se Korea Selatan itu hanya ditemani dengan deru mobil yang terdengar seperti bisikan, tidak lupa suara napas ketiga orang siswa seumuran itu yang terdengar halus. Junsu yang biasanya sangat berisik dan hyperaktif jika bersama Jaejoong kini hanya terdiam kaku di tempat duduknya. Tidak lupa dengan wajah imutnya yang hanya dipenuhi raut seperti orang ingin menangis. Rupanya Junsu cukup trauma juga dengan kejadian waktu itu, sampai-sampai membuatnya hingga seperti ini.

Tidak butuh waktu lama menuju tempat tujuan karena sekolah mereka dan mall tersebut sama-sama berada di pusat kota. Setelah mobil Yunho terparkir dengan baik, Jaejoong dan Junsu pun bersiap keluar dari kendaraan tersebut.

"Yunho-ssi, kau tidak ingin ikut ke dalam?" tanya Jaejoong yang akan membuka pintu mobil tapi tidak jadi karena melihat Yunho tidak bergerak dari tempatnya.

"Tidak, aku menunggu disini saja."

"Baiklah, aku tidak akan lama."

Yunho hanya mengangguk sebagai jawaban. Sebenarnya sih kalau Jaejoong mau berlama-lama juga dia tidak ambil pusing. Yunho malas terlalu cepat pulang ke rumah, pasti dia akan sendirian lagi nantinya. Walau sebenarnya menunggu di dalam mobil sama-sama sendirian juga, tapi setidaknya alasannya sendiri kan untuk menunggu kekasih cantiknya.

Kedua makhluk manis itu kini menyibukkan diri dengan memilih berbagai pakaian mahal di salah satu toko di mall tersebut. Sebenarnya sih hanya Jaejoong saja yang sibuk sedari tadi, Junsu hanya mengikutinya dari belakang, layaknya seorang bocah yang mengikuti sang eomma sedang berbelanja. Junsu memang selalu mengandalkan Jaejoong jika hal itu adalah tentang fashion. Selera sahabatnya dalam hal fashion sangat patut diacungi jempol. Semua pakaian ataupun aksesoris yang dipilihkan Jaejoong untuk Junsu selalu terlihat pas dan membuat penampilannya jadi lebih menarik. Bahkan eommanya pun kadang meminta bantuan Jaejoong jika akan bertemu dengan teman-teman arisannya.

Pakaian serba mahal beserta aksesoris yang Jaejoong pilih telah sampai di meja kasir. Giliran Junsu kini yang maju untuk membayar kebutuhannya itu dengan sebuah gold card miliknya. Tidak lupa kan jika murid di TOHO high school itu orang kaya semua? Dan tentu saja Kim Junsu juga pasti memiliki benda tipis tersebut.

"Joongie, kita menghabiskan waktu hampir tiga jam ternyata. Apa Yunho akan marah jika kita selama ini?"

"Entahlah Suie. Sebaiknya kita lebih cepat ke parkiran. Aku juga takut jika Yunho sampai marah nantinya."

Dengan terburu-buru kedua namja manis itu pun berjalan menuju parkiran. Saking asiknya memilih ini itu untuk Junsu, bahkan Jaejoong menyempatkan membeli sebuah boneka gajah abu-abu yang menurutnya sangat menggemaskan, membuat keduanya tidak merasa sudah sangat lama menghabiskan waktu. Lupa jika saat ini ada yang menunggu mereka sendirian di mobil.

Tidak butuh waktu lama mencari letak mobil Yunho tadi terparkir. Tentu saja, dengan warna merah dan beberapa modifikasi di beberapa bagian membuat mobil Yunho begitu mudah dikenali. Jaejoong berjalan takut-takut menuju kendaraan tersebut. Tiba-tiba saja nyalinya yang tadi terkumpul penuh menjadi kabur entah kemana saat yang mulai terpikir adalah Yunho yang menatapnya dengan wajah yang dingin karena terlalu lama menunggu. Junsu mengikutinya dari belakang sambil menenteng barang belanjaannya sendiri. Jaejoong yakin wajah sahabatnya itu sekarang jauh lebih menyedihkan lagi. Semakin dekat dengan tujuan, Jaejoong bisa melihat jendela di kursi penumpang depan terbuka penuh.

"Yunho-ssi?" panggil Jaejoong cukup pelan. Yunho bersandar di kursinya dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan headset yang terpasang di telinga. Jaejoong terdiam sebentar. Yunho ternyata tertidur dalam mobil.

"Joongie? Kenapa?" tanya Junsu yang heran melihat sahabatnya itu hanya terdiam setelah menyebut nama Yunho tadi. Jaejoong masih tidak meresponnya, membuat namja imut itu penasaran apa yang membuat sang sahabat menjadi tidak memperdulikannya. Junsu menggeser tubuhnya sedikit ke samping, dan yang dilihatnya kini adalah wajah damai Yunho yang tertidur.

"Joongie, Yunho tampan ya ternyata."

Jaejoong langsung mendelik tidak suka ke arah sahabatnya itu. Walau Jaejoong merasa bangga Junsu memuji kekasihnya, tapi ada perasaan tidak suka saat Junsu mengatakannya. Entahlah, Jaejoong sendiri bingung kenapa ia jadi kesal pada ucapan Junsu.

"Ehehe, kau jadi berwajah menakutkan seperti Yunho. Tenang saja, aku tidak akan mengambil Yunhomu kok Joongie. Aku lebih suka dengan pria yang romantis."

Wajah kesal Jaejoong kini berubah menjadi malu-malu. Yunhonya? Jaejoong bahkan tidak pernah membayangkan jika Yunho menjadi miliknya suatu saat nanti. Tapi Jaejoong tidak ingin memikirkan hal itu dulu, yang penting sekarang membangunkan Yunho, jika tidak pulang secepatnya bisa-bisa eommanya akan marah nanti.

"Yunho-ssi," panggil Jaejoong lagi sambil menggoyangkan bahu Yunho pelan, dan untungnya Yunho langsung terbangun setelah itu. Sepertinya tidur namja itu tidak nyenyak di tempat seperti ini.

"Umhh," suara serak Yunho terdengar. Mata tajam itu mulai terbuka perlahan, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah cantik Jaejoong yang tersenyum manis padanya. Oh, apakah ia sedang bermimpi sekarang?

"Jae?"

"Ne, aku dan Junsu sudah selesai. Ayo kita pulang sekarang."

Yunho pun segera memperbaiki penampilannya, melepas headset lalu mulai menyalakan mesin mobil. Ahh, tubuhnya jadi serasa remuk setelah tertidur dengan cara duduk barusan.

Tujuan mereka saat ini adalah rumah Junsu. Tidak memakan waktu banyak menuju perumahan elit tempat tinggal sahabat Jaejoong itu. Dan saat ini mobil Yunho telah berhenti di depan rumah besar Junsu. Jaejoong ikut keluar membantu membawa barang-barang Junsu yang cukup banyak. Berbelanja hampir tiga jam membuatnya harus membawa pulang enam kantong besar, dan itu membuat Junsu kesulitan membawanya.

Jaejoong kembali menuju mobil Yunho dan akan membuka pintu bagian belakang sebelum Yunho membukakan pintu depan terlebih dahulu.

"Masuklah."

Jaejoong hanya menurut dan kini suasana hanya hening selama perjalanan, sama seperti hari kemarin. Yunho masih belum bisa menjadi lebih terbuka dan Jaejoong masih malu-malu untuk mengajak Yunho berbicara, tidak tau apa yang harus dibicarakan dengan tipe orang seperti Yunho. Namun beberapa saat Jaejoong akhirnya mengingat sesuatu yang sempat ingin ia sampaikan pada Yunho.

"Eumm Yunho-ssi, sebaiknya kau tidak perlu menjemputku terlalu pagi seperti tadi. Kalau pun kau terlambat menjemputku, aku akan menunggumu di rumah, jadi tidak perlu terburu-buru."

"Baiklah." jawab Yunho dengan sangat singkat. Sebenarnya pikirannya jadi kembali pada kejadian tadi pagi, saat Jaejoong hanya menyebutnya teman di hadapan keluarganya. Tapi Yunho sendiri sudah berjanji untuk mengerti keadaan mereka sekarang demi hubungannya dengan Jaejoong agar terus berjalan dengan baik. Yunho sudah berjanji untuk berubah bukan?

Setelah mobil Yunho berhenti tepat di depan pagar rumah Jaejoong, namja manis itu pun keluar setelah mengucapkan sampai jumpa pada sang kekasih, dan setelahnya mobil itu pun berlalu dari hadapannya. Hari kedua menjadi kekasih Yunho ternyata membuatnya sangat bahagia. Setelah melihat Yunho yang sepertinya tidak marah dengan kegiatan belanjanya bersama Junsu yang memakan waktu sangat lama, hari ini pun ia begitu beruntung dapat melihat wajah tertidur Yunho, sangat tampan dan dengan memikirkan hal tersebut saja sudah sanggup membuat kedua pipi bulat Jaejoong menjadi sangat merah, bahkan sampai terasa panas hingga membuatnya menempelkan kedua telapak tangannya menutupi rona merah tersebut. Ia tidak perduli lagi Junsu yang selalu ketakutan saat berdekatan dengan Yunho atau ucapan kagum sang sahabat tadi karena melihat wajah tampan Yunho, yang penting sekarang adalah cara membuat detak jantungya agar kembali normal dan menahan senyumnya jika tidak ingin disebut Hyungjoong hyungnya kerasukan setan yang suka tersenyum lagi.

~END~

Terimakasih untuk ide yang telah disumbangkan untuk ff ini. Aku akan mengusahakan membuat cerita dengan ide tersebut, tapi tetap mengikuti alur yang sudah aku buat, jadi bersabar ya :D

Terimakasih untuk reviewer dan reader semua yang sudah menyempatkan mampir #bow :D

Cha, sekian dulu, semoga suka dengan tulisanku kali ini :D Sampai jumpa di chapter selanjutnya 'o')/