HEBIMAN
Disclaimer: Masashi Kishimoto owns the charas and I own this story
Warning: It's a SasuSaku story, AU, Typo(es), confusing plot (perhaps).
This is my second story about SasuSaku. Hope you'll like it. But, if you don't, please don't give me flame. Any polite review will be accepted with opened hands.
Enjoy! ^-^
Sakura sudah lama menantikan ini. Shooting pertama video clip dari singlenya yang pertama. Ia suka tempat shooting pertamanya ini. Suasananya seperti hutan di musim gugur, dengan banyak pohon-pohon berbatang ramping dan dedaunan kering yang menutupi tanahnya, hutan akasia. Cuacanya sendiri cerah. Populasi awan tampak sangat sedikit. Hanya dedaunan pohon akasia yang belum gugur di hutan itu yang menjadi filter teriknya cahaya matahari bagi kepala-kepala manusia yang sedang bekerja di sana, selain rambut tentunya.
"Kakashi-buchou, bolehkah aku berkeliling sebentar?" tanya Sakura.
"Tentu, tapi sebaiknya jangan jauh-jauh, na?" jawab Kakashi, dibalas anggukan oleh Sakura.
Sakura pun berjalan santai sendirian menikmati atmosfer hutan yang sejuk. Ya, meskipun cuacanya cerah tak berawan, udara di sana masih tetap sejuk. Bagaimana tidak, lokasinya berada 330m dari permukaan laut, terlebih ini masih pagi hari dan terdapat banyak filter udara. Sakura menarik napas dalam menyesapi bersihnya udara sambil memejamkan mata. Senyumnya tak berhenti mengembang sampai suatu suara menginterupsinya. Bukan, bukan Kakashi yang memanggilnya, tetapi suara desisan dan gesekan daun kering dari balik sebuah pohon yang paling besar di antara pohon-pohon akasia di sana.
Pohon itu sepertinya masih sejenis dengan pohon-pohon lain di sana, tapi ukurannya lebih besar dan mungin usianya paling tua. Entah kenapa, pohon itu begitu menarik Sakura untuk mendekatinya. Sakura meraba kulit batang pohon itu perlahan. Ia merasakan sesuatu yang aneh mengganjal di hatinya. Lalu Sakura merasakan hawa keberadaan makhluk hidup di belakangnya, sekitar empat meter di belakangnya.
"Apa yang seorang gadis lakukan di tengah hutan sendirian?" tanya suara yang diyakini sakura berasal dari hawa itu. Sakura kemudian berputar. Aneh juga ia mendapati seorang pemuda tampan di tengah hutan begini. Oh, tentu saja ia dan crews shootingnya adalah pengecualian. Lagipula, ia tak pernah lihat crew yang rupanya seperti pria ini dan ini sudah cukup jauh dari lokasi shooting. Tunggu. Jauh? Sakura, apa yang dikatakan Kakashi tentang pergi jauh?!
"Oh, aa-aku, hanya berjalan-jalan sebentar. Aku akan pergi." Sakura sepertinya salah tingkah. Ya, pemuda itu memang tampan. Apa author sudah bilang tadi? Pria itu tampan dan jelas menarik, tapi auranya itu… menyeramkan dan dingin. Sakura sampai tak tahan ingin pergi menjauh.
*Hebiman*
Sakura kembali dengan wajah kebingungan. Langkahnya lambat dan sesekali ia berbalik melihat arah ia datang. Ia seperti mencoba memastikan sesuatu, tapi ia bahkan tidak tahu apa yang coba ia pastikan.
"Sakura, dari mana saja kau? Ayo, kita ganti costummu." kata crew bagian wardrobe lembut. Temari, crew tersebut, menggiring Sakura menuju tenda wardrobe.
*Hebiman*
"Kau cantik sekali." puji Temari seraya menatap Sakura dari pantulan cermin top-to-toe di depan Sakura. Ia kemudian pergi keluar tenda, sedangkan Sakura… ia masih tersenyum menatap penampilannya puas. Lalu ia teringat akan pemuda yang ia temui di tengah hutan tadi. Harusnya ia tak usah penasaran. Siapa tahu pemuda itu benar-benar adalah salah satu crew, seperti yang firasatnya katakan sebelumnya, atau seorang traveler di sana, ah tapi rasanya tidak mungkin. Sejak saat itu, Sakura memiliki rasa penasaran yang besar.
Slap!
Suara tirai tenda yang tersingkap kencang membuat Sakura terkesiap dan berbalik. "Sakura, lima menit lagi, okay?" ujar seseorang yang menyingkap tirai tenda tadi, seorang crew shooting, dan kemudian pergi begitu saja. Gerak cepat, huh?
*Hebiman*
Istirahat makan siang di sela kesibukan, apalagi jika dilakukan bersama-sama, pasti sangat menyenangkan. Sakura menjadi yang pertama selesai menghabiskan makan siangnya. Bisa dibilang begitu karena memang Sakura hanya menyantap seporsi kecil boiled potatoes with peas and soys buatan ibunya. Sementara semua crew masih terlihat sibuk dengan acara makan siang bersama itu, Sakura berpikir bahwa jika ia pergi sebentar saja sekarang dan kembali sebelum waktu istirahat habis, tak akan ada yang menyadarinya. Maka dari itu, ia pergi diam-diam, mundur perlahan dan berlari menjauh, masih dengan gaun jingga panjang –costum video clipnya.
Terus terang, ia khawatir akan suatu hal. Sepanjang shooting tadi perasannya tak bisa tenang. Walaupun Kakashi bilang 'mungkin' karena ini adalah shooting pertama Sakura, tapi Sakura menyangkal hal itu dalam hatinya. Bukan, bukan karena itu. Ia harus memastikannya sekarang. Datang ke pohon besar tadi adalah pilihannya. Ya, pasti ada hubungannya dengan peristiwa tadi pagi, mungkin ada sesuatu yang tertinggal atau apa, dan pemuda itu... ah, apapun itu Sakura harus menyelesaikannya. Sakura pun mempercepat langkahnya.
Di sinilah ia kini, kembali ke pohon besar itu, menyentuhnya pelan dan… whuss! Angin kencang tiba-tiba datang membawa suara dentingan logam yang beradu. Seketika itu Sakura mundur dan bersembunyi di balik pohon besar. Dengan mata yang disipitkan untuk mencegah debu masuk ke matanya, Sakura melihat dua orang pemuda dengan pakaian serba hitam bertarung menggunakan pedang. Sakura ingin lari dari sana, tapi rasa keingintahuan mencegahnya. Kedua pemuda yang sedang bertarung ini bukanlah pemuda yang tadi pagi dijumpainya. Walaupun sama-sama mengenakan pakaian serba hitam, pemuda yang tadi pagi itu berambut hitam mencuat, sedangkan yang sekarang tengah bertarung ini berambut merah pendek dan yang lain cokelat jabrik. Mengetahui bahwa kedua pemuda itu bukanlah pemuda yang ia cari, dan juga ia tak mungkin menghentikan pertarungan hebat itu, maka Sakura memutuskan pergi menjauh dari sana dan kembali ke lokasi shooting.
*Hebiman*
"Kau punya hobi baru, ya? Menghilang dari pengawasanku?" ujar Kakashi.
"Ah, ano, itu, aku hanya, sedang tidak ada kerjaan tadi." belum sempat Kakashi membalas lagi ucapan Sakura, Sakura sudah memotongnya mencoba mengalihkan topic. "Oh, iya. Bukankah aku harus touch up sekarang?! Umm, Ino-nee, tolong touch up aku sekarang!" ujar Sakura sambil berlalu. Kakashi hanya bisa menghela napas maklum.
*Hebiman*
Video clip ini menceritakan seorang peri hutan yang kesepian. Di usianya yang menginjak masa remaja akhir, ia merana dan sering melamun memikirkan teman sejati. Saat di sungai, ia merendam setengah tubuhnya dalam air, membuat gaunnya yang ringan itu mengembang dan seolah melayang dalam air. Air sungai itu sangat jernih dengan arus yang tenang, memungkinkannya melihat beberapa ekor ikan berenang di dalamnya. Ikan-ikan itu sangat cantik. Warnanya jingga cerah seperti gaun si peri. Namun, saat si peri ingin menjangkau ikan itu, ikan itu malah pergi menjauh, membuat si peri kecewa dan sadar akan kesendiriannya.
Saat di tengah hutan, di antara pohon-pohon ramping akasia, si peri bermain sendiri. Berlarian antar pepohonan, sesekali duduk di akarnya, menghamburkan dedaunan gugur ke udara, dan mulai bosan. Lalu sebuah kaki berbalut sepatu boot melangkah maju dengan perlahan seolah menunjukkan bahwa pemiliknya sedang mengendap-endap. Kaki itu tak sengaja menginjak ranting kering yang tergeletak di atas tanah di antara dedaunan kering yang telah gugur. Suara patahan ranting itu menginterupsi si peri dari kebosanannya.
Si peri berdiri dan menoleh ke sagala arah mencari sumber suara tersebut. Sementara dari balik pohon yang agak jauh di belakang tubuh si peri, seorang pemuda berpakaian mewah bak seorang pangeran muncul. Si peri berbalik dan terkejut mendapati ada makhluk yang mau mendekatinya. Pemuda itu membungkuk hormat dan menatap si peri seolah meminta izin untuk berteman.
Si peri pun menyambut hangat kehadiran sang pemuda. Mereka bermain bersama, berkejar-kejaran, bermain petak umpet, hingga matahari tenggelam mereka masih bersama, menyaksikan kunang-kunang, dan berdansa di tengah kemilaunya kunang-kunang. Namun pada akhirnya, mereka harus berpisah.
Hari berikutnya, si peri kembali ke tempat itu dan menunggu hadirnya pemuda yang kemarin. Namun, hingga matahari kembali tenggelam, pemuda itu tak juga kunjung datang. Ia pun kembali bermain sendiri. Ia duduk di tepian sungai, memainkan air sungai dengan jari-jari lentiknya, menatap cerminan dirinya yang dipantulkan air sungai. Kemudian sesuatu mengejutkannya hingga ia terjatuh ke dalam air sungai.
Seketika itu ia terbangun dari tidurnya. Itu hanya mimpi, mimpi dari seorang peri langit yang tertidur di siang bolong di atas gumpalan awan putih di atas langit dengan sebuah harpa kecil dipelukannya. Si peri teringat akan apa yang sedang ia lakukan sebelum terjatuh tidur, menyanyi sambil memainkan harpa. Ia pun melanjutkan nyanyiannya, lagu kesepian. Seperti lagu yang melatari video clip ini, lonely.
*Hebiman*
"Cut! Save!" teriak sang sutradara. "Ya'! Bagus sekali. Kalian bekerja sangat baik. Sekarang kemasi semua barang-barang, kita kembali ke kota. Aku akan traktir kalian ramen ichiraku." sambungnya.
"Haii'!"/ "Yeah!"/ "Okay."/ "Sipp!"/ "Yosh!" jawaban para crew bervariasi.
"Sakura, kau pendatang baru, tapi aku salut padamu. Kau punya bakat acting. Mungkin nanti jika ada proyek film baru, aku akan mengajakmu." ujar sang sutradara empat mata dengan Sakura.
"Arigatou, Sir." Sakura berojigi dan tersenyum puas. Lalu sang sutradara pamit undur diri. Tak lupa menepuk bahu Kakashi yang baru saja datang menghapiri Sakura.
"Dia bilang apa?" tanya Kakashi antusias.
*Hebiman*
Di Ichiraku Ramen…
"Sakura, apa kau baik?" tanya salah seorang crew.
"Ya, aku baik-baik saja." jawab Sakura.
"Y-ya… baiklah." crew tersebut lalu meninggalkan Sakura dengan tidak yakinnya.
"Dia benar, Sakura. Kau tampak tidak baik. Apa terjadi sesuatu?" tanya Kakashi yang sejak tadi duduk di sampingnya.
"Ne, sebenarnya aku merasa tidak enak badan. Mungkin hanya kelelahan. Ini shooting pertamaku, kan?!" sekali lagi, Sakura sadar bukan karena itu. Ada yang lain, yang menyebabkan tubuhnya tak terasa sehat seperti sebelum ia pergi ke lokasi shooting itu, dan pikirannya pun kembali tertuju pada pemuda itu.
"Benar juga. Kalau begitu aku antar kau pulang sekarang saja agar kau bisa istirahat." Kakashi sudah akan beranjak dari duduknya ketika Sakura menahan pergelangan tangannya.
"Aa, tidak perlu, Kakashi-buchou. Aku senang di sini." Sakura menunjukkan senyuman terbaiknya untuk meyakinkan Kakashi.
"Huuft… baiklah, tapi kalau kau berubah pikiran, aku ada di sebelahmu."
"Hn. Arigatou." Sakura tersenyum lemah. Cukup sudah, author tak tahan lagi untuk memberi tahu readers tentang kebenarannya. Tidak, sebenarnya bukan kelelahan yang membuat wajahnya pucat dan tubuhnya lesu. Ini adalah efek gigita-pft… mmm…! 'paskan –ku… mmm…! Toloong! (author dibekep hebiman).
*Hebiman*
Di kamar Sakura…
Sakura duduk di depan meja rias. Melepas jam tangannya, ia melihat sebuah bercak aneh dengan bentuk tak jelas di bagian pergelangan tangan dalamnya. Bercak itu berupa garis yang tidak lurus, berkelok, dan tidak bisa hilang. Ia berusaha mengabaikannya dengan menyisir rambut pink seketiaknya. Lama-kelamaan, ia melamun dan sekelebat ingatan pun terputar di otaknya.
"Apa yang seorang gadis lakukan di tengah hutan sendirian?"
"Oh, selamat pagi. Aku sedang bekerja di sini. Umm, maksudku di bagian lain hutan ini. Di sana. Kami sedang shooting." Sakura berbicara dengan nada ceria. Ia tidak mau menimbulkan kesan buruk pada orang-orang yang baru dikenalinya, termasuk pemuda tampan di depannya. Tak lupa ia menunjukkan arah dimana para crews sedang bekerja.
"Kami? Kau tidak sendirian?" tanya pemuda itu sambil mendekat.
"I-iya." Sakura tidak yakin apa yang akan terjadi jika ia berkata 'iya', sebab sebab pemuda di depannya ini sepertinya tak suka.
"Berapa banyak?" tanya pemuda itu lagi sambil masih mendekat, sementara Sakura mulai memundurkan langkahnya.
"Aku tidak tahu pasti. Umm… dua bis, mungkin…" Sakura tak yakin akan baik-baik saja.
"Kalian seharusnya tak di sini." gumam pemuda itu. Pemuda itu lalu berubah menjadi seekor ular kobra hitam raksasa, yang jika kepala dan leher(?)nya saja ditegakkan, maka tingginya akan menyamai Sakura.
Sakura terkejut bukan main. Langkah mundurnya mendadak lemas. Ia jatuh terduduk dan masih mencoba untuk mundur menjauh. Mata menakutkan ular itu, Sakura tatap baik-baik, lurus, tanpa penghantar. Lama-kelamaan, emerald Sakura berubah kosong seolah terhipnotis. Lalu,-
"Ouch!" Sakura tersadar. Seekor ular baru saja mematuk Sakura di bagian sisi kiri betis kiri. Ular yang menggigitnya bukan ular raksasa yang tadi Sakura lihat. Itu hanya ular biasa dan luka Sakura juga tidak terlalu besar, tapi Sakura seolah tidar menyadari itu. Yang Sakura tahu adalah bahwa ia tersadar dari terpesonanya ia pada pemuda itu.
"Oh, aa-aku, hanya berjalan-jalan sebentar. Aku akan pergi." Sakura sepertinya salah tingkah. Ya, pemuda itu memang tampan. Apa author sudah bilang tadi? Pria itu tampan dan jelas menarik, tapi auranya itu… menyeramkan dan dingin. Sakura sampai tak tahan ingin pergi menjauh.
Flashback yang mengerikan, huh, Sakura? Sakura merasa pusing jika mengingat kejadian itu. Maka dari itu, ia memutuskan untuk langsung pergi tidur tanpa makan malam. Tanpa disadari Sakura, bercak yang ada di pergelangan tangan dalamnya berubah semakin jelas.
to be continued…
