Terpaku.

Wanita cantik berambut pirang panjang itu hanya terdiam, membisu. Kedua iris sapphire-nya menyorot kosong pada pria berambut raven yang sedari tadi menggenggam erat kedua tangannya.

"Naruto, jangan hanya diam saja …." Pria raven tersebut menatap wanita di hadapannya tepat ke mata. "Katakan sesuatu. Kediamanmu membuatku semakin merasa bersalah."

Menepis genggaman pada kedua tangannya, wanita berambut pirang itu melangkah mundur hingga menciptakan jarak yang cukup lebar di antara mereka berdua. "Ceraikan aku, Sasuke."

Dan, permintaan bernada lirih tersebut sontak membuat sang Pria berambut raven tersebut terhenyak. "Naruto?" ucapnya lemah, syarat akan ketidakpercayaan.

Cerita Kita

Chara selalu milik Masashi Kishimoto Sensei, tapi fict ini tulisan Sao

Warning : AU, OOC, FemNaru, typo's, alur maju mundur, cerita monoton, dll.

Pairing : SasuFemNaru, SasuSaku, dll.

Bagi yang merasa anti dengan cerita ini, diharapkan segera mundur sebelum merasa sebal, sakit hati atau bahkan muak. Risiko tanggung sendiri.

Don't like, don't read. Flame dipersilakan selama membangun. Pilihlah bahan bacaan dengan bijak.

Happy reading ...

.

.

.

Menatap sayu bintang dan bulan yang tampak begitu jelas di balik jendela kaca kamarnya, Naruto menolehkan kepalanya ke samping saat mendengar pintu kamarnya yang terbuka. Sebuah senyuman pun tersungging ketika sesosok pemuda berambut hitam jabrik tampak melangkahkan kaki memasuki kamarnya.

"Menma-kun?"

"Kaa-san melamun lagi?" tanya pemuda tersebut setelah mendudukkan dirinya di samping wanita cantik itu, di pinggir tempat tidur.

Menggelengkan kepalanya pelan, Naruto mengelus pipi sang Putra. "Hanya teringat masa lalu."

Mendengus pelan, pemuda bernama Menma tersebut memutar bola matanya, bosan. "Sudah kukatakan, kan, untuk menolak permintaan tua bangka itu, dan menetap saja di Suna?"

"Hus ... Jangan berbicara seperti itu, ah." Naruto mengingatkan, "Biar bagaimana pun dia tetap Kakekmu."

"Ck, aku selalu benci kenyataan itu."

Menarik sang Putra agar tertidur di pahanya, Naruto kemudian segera mengusap-usap surai sang Putra penuh sayang. Sementara, yang dielus pun nampak menyamankan dirinya senyaman mungkin. "Semenjak awal pun Kaa-san sudah menduga ini akan terjadi ... cepat atau lambat. Karena itu Kaa-san sangat memohon kekuatan darimu, Menma-kun."

"Aku mengerti, Kaa-san." Menggerakkan tangannya untuk menutup mulutnya guna menahan kuapan yang tak lagi bisa ditahannya, Menma mendongakkan kepalanya ke atas guna menatap wajah sang Kaa-san. "Menma lelah, Kaa-san."

"Tidurlah," jawab wanita bermata sapphire tersebut penuh kelembutan, khas seorang ibu.

Mendengar ucapan wanita yang telah mengandung dan melahirkannya ke dunia itu, Menma pun memejamkan kedua mata beriris senada dengan sang Kaa-sannya tersebut secara perlahan.

Mengecup kening sang Putra dengan penuh kasih sayang, Naruto pun kembali menggerakkan tangannya guna mengelus surai warisan dari sang Mantan suami.

"Semakin lama kau semakin mirip dengannya, Menma," ucapnya begitu lirih, nyaris berbisik.

.

.

.

Prang ...

Suara benturan barang pecah belah yang beradu dengan dinding terdengar begitu jelas. Seorang wanita bersurai merah muda dengan air mata yang mengalir deras nampak menatap penuh luka dan emosi pada pria berambut raven yang hanya menatapnya datar. Menghapus air matanya secara kasar, wanita itu kembali meraih gelas yang berada tepat di hadapannya, dan kemudian kembali melemparkannya ke arah dinding.

"Ck, berhentilah membuat kekacauan, Sakura," kata pria yang sedari tadi hanya menatapnya datar, tanpa minat.

"Kau yang harusnya berhenti, Sasuke-kun. Berhentilah mengabaikanku!" serunya keras, seraya mencoba menahan isakan.

Bangkit dari posisi duduknya, pria tersebut berbalik memunggungi Sakura. "Kau tentu tidak melupakan statusmu, Sakura." Bukan pertanyaan yang diucapkan oleh Sasuke, melainkan sebuah pernyataan. Pernyataan yang begitu telak dan sangat menohok hati wanita yang telah sah menjadi istrinya selama belasan tahun silam. Kemudian tanpa menoleh lagi sedikit pun, pria bermarga Uchiha itu pun berlalu dari ruang makan yang nampak kacau berantakan dipenuhi pecahan barang-barang pecah belah yang nampak berserakan.

Bangkit dari tempat duduknya, Sakura menarik taplak meja berwarna putih yang terpasang pada meja. Semua barang-barang dan hidangan yang berada di atas sana pun sontak jatuh berhamburan membentur lantai marmer. Meraung sekencangnya, Sakura kembali terisak, dan kemudian jatuh terduduk di permukaan lantai.

"Kenapa kau begitu kejam padaku, Sasuke-kun?" tanyanya lemah dan terdengar putus asa.

"Karena kau begitu menyedihkan, Kaa-sama."

Menolehkan kepalanya ke arah samping atas saat mendengar perkataan bernada mencemooh yang sangat familier baginya, Sakura melihat seorang gadis berkacamata yang tampak berdiri menjulang di atas tangga. "Sarada?"

Menggelengkan kepalanya perlahan dan kemudian mendecih, gadis bermarga Uchiha itu pun semakin mengembangkan seringai pada wajahnya. "Dasar pecundang," ucapnya kejam, sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan wanita berambut merah muda tersebut yang tampak terpaku begitu saja.

Bangkit dari keterpurukannya, Sakura segera mengejar langkah sang Putri tunggalnya. "Sarada, berhenti! Kau mau ke mana malam-malam seperti ini, Sarada?"

Tak mempedulikan seruan sang Ibu yang mengekori langkahnya, Sarada terus melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu keluar. "Pergi ke tempat di mana aku bisa bebas sebebas-bebasnya," jawabnya datar, sesaat setelah tangannya telah mencapai knop pintu.

"Sarada ..."

"Urusai, Kaa-sama. Urusi saja urusanmu ...," desisnya tajam, kemudian gadis berkacamata itu pun mempercepat langkahnya menuju mobilnya terparkir.

Terdiam. Sakura pun akhirnya hanya bisa menatap dalam diam kepergian sang Putri. Menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, isakan pun kembali lolos dari bibirnya. "Sarada ...," panggilnya begitu lirih saat cahaya lampu mobil menyorot ke arahnya. Mengepalkan kedua telapak tangannya begitu erat, wanita beriris emerald itu pun kembali memasuki rumah setelah mobil berwarna putih milik sang Putri berlalu pergi meninggalkan halaman rumah mereka.

Sementara, di atas balkon sana berdiri seorang pria berambut raven yang hanya diam, dan menatap datar apa yang telah terjadi. Tersenyum sinis, pria berambut raven itu pun kemudian mendongakkan kepalanya ke atas. Menatap bulan yang nampak dikelilingi oleh ratusan bintang, sebuah senyum penuh luka tersungging pada wajah tampannya.

'Dobe, bagamana keadaan kalian sekarang? Aku merindukan kalian, sangat merindukan kalian berdua.' batinnya sendu.

.

.

.

Note :

Fict ini akan diisi oleh pair SasuFemNaru, KakaFemNaru, SasuSaku, ItaKyuu, MenmaSara, MenmaGaa, dan pair lainnya.

Diedit tgl. 04 November 2015.