.

ANYEONG YEOROBEUN

I'M BACK I'M BACK I'M BACK~

HOPE YOU ENJOY TO READ IT

NO FLAME | NO BASHING | PLEASE COMMENT

.

Title

Fifty Shade of Grey

Length

N - chapter

Rating

PG-18 (M)

Genre

ROMANCE, ANGST, SMUT, YAOI, BOYXBOY

(DON'T LIKE, DON'T READ)

Author

RUKA17

Main Cast

JUNG DAEHYUN, YOO YOUNGJAE

Disclaimer

THIS FANFICTION IS MINE!

Warning

A lot of typo *ngaks*. DIRTY TALK! Tidak patut dicontoh! Bukan bacaan untuk bocah. Ini serius! Under 18 must be not read it!

.

.

NOTE: Cerita ini merupakan hasil remake dari novel terkenal E. dengan judul yang sama yaitu Fifty Shade of Grey. Karena ini merupakan remake tentu saja banyak kemiripan mulai dari karakter tokoh dan alur cerita. Ini bukan plagiat! See, karena ini hanyalah tulisan fans gila yang menyukai tulisan hasil karya E. dan tentu saja hardshipper DAEJAE. Saya tahu memang banyak sekali author yang me-remake novel ini dan saya juga tahu kalau sebagian readers akan menganggap ini sebuah plagiat. But, I just wanna show you all that I keep writing this not for plagiarism but for my deepest respectful to my favorite author. You think I'm crazy? Yes, I am. Sekali lagi saya minta maaf kalau terlalu banyak kemiripan tokoh, alur cerita maupun tulisan. Bash? Silahkan. But I keep writing this. Hahahahaha.

.

.

.

Kota Seoul yang terlihat ramai seperti biasanya. Aku kini duduk dikursi penumpang, melihat kearah luar jendela. Aku menghela nafas. Masih sekitar 30 menit lagi aku sampai dikantor pusat Jung Corp untuk melakukan wawancara yang sebenarnya bukan keinginanku. Ah ya, aku lupa memperkenalkan diriku. Aku Yoo Youngjae, Mahasiswa tingkat akhir jurusan sastra inggris di salah satu universitas yang terletak dipinggiran kota Seoul. Lalu bagaimana bisa aku sekarang berada didalam sebuah taxi dengan berbagai macam alat seperti pulpen, buku dan recorder? Ya, itu semua karena teman satu apartmentku, Kyungsoo. Kyungsoo lah yang searusnya melakukan wawancara ini untuk tugas akhirnya. Namun tugas ini akhirnya dialihkan padaku karena tadi pagi kyungsoo terlihat pucat dan kerap kali muntah hingga tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Yah, tidak ada pilihan selain membantu sahabatku yang sedang dalam kondisi tidak sehat itu.

Kini aku berdiri didepan sebuah gedung perkantoran yang sangat besar dengan lantai yang mencapai 45 lantai dan terbuat dari rangkaian baja dan kaca. Tentu saja sangat megah dan membuat nyaliku menciut seketika. Bagaimana tidak? Kyungsoo tidak sedikitpun menjelaskan padaku siapa yang akan ku wawancara hari ini. Yang aku ketahui aku hanya perlu datang kemari dan mewawancarai pimpinan Jung Corp. Ugh awas saja kau kyungsoo! Aku akan membuat perhitungan denganmu nanti.

Aku berjalan cepat kearah seorang wanita berambut pirang yang berdiri dibalik meja besar yang berada di loby. Wanita itu membungkuk ramah dan tersenyum padaku.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?"

"Saya disini ingin melakukan wawancara dengan pimpinan Jung Corp."

"Ah, Tuan Do Kyungsoo?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Maaf, saya temannya. Mr. Do tidak bisa datang kemari karena sakit dan saya yang menggantikannya."

Wanita itu menatap tajam diriku dari atas hingga kebawah seakan-akan mengintimidasiku. Ugh, aku tidak suka dengan tatapannya.

"Baiklah, tuan..."

"Yoo Youngjae." ucapku

"Tuan Yoo Youngjae, Anda sudah ditunggu. Silahkan naik keatas lewat lift disebelah sana. Anda bisa bertemu dengan Tuan Jung di lantai 30."

Aku pun berterima kasih dan membungkukkan badan, lalu berjalan melewati beberapa penjaga keamanan berpakaian hitam menuju kedalam lift.

TING!

Lift kini terbuka. Memperlihatkan sebuah loby besar lainnya yang juga dijaga oleh seorang wanita berambut pirang lainnya.

"Tuan Yoo, Anda telah ditunggu Mr. Jung diruangannya. Bolehkah saya membawakan jas Anda?

"Ah, ne. Terima Kasih."

Wanita itu membawaan jas miliku dan tersenyum ramah padaku.

"Apakah anda ingin minum sesuatu, tuan?"

"Segelas air mineral saja," ujarku dengan suara serak akibat gugup.

"Baiklah, Saya akan membawakannya untuk anda. Silahkan masuk." ujarnya seraya menunjuk kearah pintu besar dihadapanku.

"Terima Kasih." ujarku seraya tersenyum padanya.

Aku pun menatap pintu baja dihadapanku dan dengan ragu aku mengangkat tanganku hendak mengetuk pintu tersebut.

"Tidak perlu diketuk. Silahkan masuk saja Mr. Yoo." ujar wanita berambut pirang tadi.

Aku menatap wanita itu dan tersenyum kikuk karena perbuatanku yang memalukan itu. Aku menghebuskan nafas panjang, mencoba menenangkan diriku dengan meremas kuat kedua telapak tanganku. Aku pun membuka pintu baja itu, memasuki ruangan tersebut, dan entah mengapa, mungkin kareka aku terlalu gugup, aku pun tersandung dan terjatuh dengan kepala membentur lantai marmer terlebih dahulu. Ugh, itu sangat memalukan! Sangat sangat memalukan!

Aku merangkak mendekati salah satu sofa yang ada didekatku sebelum sebuah tangan besar dengan jari-jari yang panjang menggenggam tanganku dan membantuku berdiri, membuatku melirik siapa pemilik tangan yang menolongku. Dan aku pun terdiam. Ah, tidak. Aku terpana akan ketampanan pria yang berdiri dihadapanku.

"Apakah kau baik-baik saja?" ujarnya dengan tangan yang masih mengenggam tanganku.

Aku mengedipkan mataku berulang kali dan mulutku membuka lalu menutup kembali layaknya orang idiot karena aku tidak tahu apa yang harus ku katakan. Muka ku pasti terlihat konyol dimatanya. Semburat merah muda perlahan muncul dikedua pipi chubby ku. Aku menundukkan kepalaku karena malu dan menyembunyikan rona merahku darinya.

Sial. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Dia sangat tampan, muda, tinggi yang hampir setara denganku walau ku akui dia lebih tinggi dariku, memakai jas abu-abu dan kemeja putih yang melekat pas di badannya yang berotot dan proporsional, dasi yang senada dengan jas yang dipakainya, serta celana yang pas dengan kakinya yang ramping dan panjang. Jangan lupakan mata hazelnya yang tajam dengan sedikit garis mata yang tebal, bibirnya yang merah penuh serta rambut hitamnya yang tertata rapi.

Butuh beberapa saat untukku bisa mengendalikan diri dan mencoba untuk tenang. Hey, Youngjae bodoh. Apa yang kau pikirkan huh! Kau straight! Kau bukan gay! Tapi untuk sesaat aku menampik kata-kata bahwa aku adalah seorang straight! Hell no! Kau pasti sudah gila Yoo Youngjae.

Aku pun berjabat tangan dengannya. Saat tangan kami bersentuhan, aku merasakan seperti ada ribuan kupu-kupu yang menari di dalam perutku. Aku langsung menarik tanganku dan meremasnya kuat. Menundukkan wajahku karena malu. Nafas ku tercekat. Aku berusaha menetralkan detak jantungku. Kenapa diriku tidak bisa setampan dia? Sial.

"Maaf dan eum... terima kasih."

Pria itu tersenyum manis padaku. Ugh, aku merasa AC didalam ruangan ini sangat-sangat tidak berguna. Badanku panas dan perutku kembali merasa mual. Apa aku sudah ketularan penyakit Kyungsoo?

"Dan eum Mr. Do sedang tidak sehat. Jadi saya yang menggantikannya. Saya harap Anda tidak keberatan Mr. Jung."

Pria itu menganggukkan kepalanya dan menyuruhku duduk di sofa yang berhadapan dengannya. Aku pun duduk dalam diam, lalu membuka tasku dan mengaduk-aduknya, mencari sebuah notes dan tentu saja recorder untuk mempermudah wawancaraku. Aku kembali menghela nafas sebelum mengatur recorderku yang sialnya aku menjatuhnya lebih dari dua kali, membuat diriku terlihat sangat bodoh sedangkan pria yang duduk dihadapanku hanya menatapku dan menungguku dengan sabar. Aku mencoba untuk mendongakkan kepalaku untuk melihat reaksinya. Dia sedang memperhatikanku. Dengan santai satu tangannya ia letakkan di pangkuan pahanya, dan tangan satunya lagi ia letakkan di dagunya dan jari-jari panjangnya itu menari-nari di atas bibir merah penuh yang minta dicium itu.

BUGH!

"Anda tidak apa-apa?" dia tampak terkejut dengan tindakan bodohku menepuk jidatku dengan buku notes. Aku tersenyum kikuk lalu membenarkan poni rambutku dengan tangan bergetar seraya menggigit bibirku kuat-kuat.

"Tidak apa-apa Tuan Jung. Maaf, aku tidak terbiasa melakukan wawancara seperti ini sebelumnya." Dan dia hanya tersenyum padaku.

"Ah iya, aku belum memperkenalkan diriku. Yoo Youngjae imnida."

"Jung Daehyun." ujar pria itu dengan suara bass-nya yang terdengar merdu ditelingaku. Sial. Pipiku mulai kembali merona lagi.

Aku pun berdeham sebelum mengangkat recorder ku kearahnya. "Bolehkah aku merekam suaramu?"

Dia menatapku dengan tatapannya yang tajam. "Baiklah, kau boleh merekamnya."

"Aku memiliki beberapa pertanyaan untukmu Tuan Jung."

"Of course." Dia tersenyum menggoda ke arahku dan menertawakanku. Pipiku lagi-lagi kembali memerah. Aku mencoba untuk duduk tegak dan bersikap tenang. Memangnya hanya dia saja yang bisa bersikap elegan? Aku juga bisa.

"Ehem...baiklah." Aku memulai wawancaraku yang kurasa akan terasa lama ini. "Di usia semuda ini, Anda sudah mampu membangun perusahaan besar tidak hanya di Korea, tapi yang ku ketahui Jung Corp merupakan perusahaan property terbesar yang ada di Asia. Apa arti bisnis ini menurut Anda?"

"Bisnis adalah tentang orang, Tuan Yoo, dan aku sangat pandai menilai orang. Aku tahu bagaimana cara mereka bekerja, apakah mereka berkembang atau tidak. Aku memiliki tim yang hebat dan luar biasa, dan aku menghargai mereka dengan baik." Dia berhenti dan menatapku dengan tatapannya yang tajam dan mempesona.

Sadarlah Youngjae! Jangan bersikap bodoh. Dia itu hanya seorang pria yang sukses diusia muda dengan berkah ketampanan. Ugh, sial! Dia memang tampan dan itu tidak bisa ku tepis.

"Keyakinanku adalah untuk mencapai sebuah keberhasilan, seseorang harus ahli terlebih dahulu terhadap apa yang dikerjakannya,memahaminya luar dan dalam, serta tahu setiap detailnya. Aku bekerja keras, dan itu sangat sulit untuk dilakukan. Aku mencapai keputusan berdasarkan logika dan fakta. Aku punya insting alami untuk dapat melihat orang yang memiliki kerja yang baik dan ide yang cerdas."

"Mungkin kau hanya beruntung." Ini tidak termasuk dalam daftar pertanyaan Kyungoo, tapi pria dihadapanku ini membuat diriku kesal dengan sikapnya terlalu arogan. Aku melirikkan mataku dan aku dapat melihat mata tajamnya menyala karena terkejut.

"Aku tidak berlangganan keberuntungan, Tuan Yoo. Semakin aku bekerja keras, semakin beruntunglah aku. Ini adalah tentang bagaimana caraku mendapatkan orang yang tepat dalam timku dan mengarahkan mereka kepada satu tujuan yang sesuai."

"Kau terdengar seperti orang yang suka akan kekuasaan." Kata-kata itu keluar dengan sendirinya tanpaku sadari. Membuatku ingin menampar mulut bodohku.

"Aku melakukan semuanya dengan caraku, Tuan Yoo." Ujarnya dengan nada datar.

Aku melirik sekilas dan dia menatapku tanpa ekspresi yang membuatnya begitu tampan.

BUGH!

Aku kembali memukul jidatku dengan notes ditanganku

"Apakah wawancara ini membuatmu sangat frustasi, Tuan Yoo?"

Sial. Dia menertawakanku! Aku menundukan wajahku dan menyembunyikan rona merah lagi-lagi muncul. Damn it! KAU BUKAN GAY Yoo Youngjae! Berhentilah bersikap seperti seorang perempuan gila. Oh, salah. Aku ini namja. NAMJA! Ugh, sial!

"Selain itu, kekuatan besar diperoleh dengan meyakinkan diri sendiri bahwa kau dilahirkan untuk menguasai orang lain." Dia melanjutkan jawabannya.

"Apakah kau merasa memiliki kekuatan yang luar biasa?"

"Aku mempekerjakan lebih dari puluhan ribu orang, Tuan Yoo. Dan itu membuatku memiliki tanggung jawab yang besar seperti sebuah kekuasan. Jika aku memutuskan bahwa aku tidak lagi tertarik dalam bisnis ini dan menjualnya, maka lebih dari puluhan ribu orang akan berjuang untuk melakukan pembayaran hipotek."

Mulutku menganga, membayangkan kurangnya rasa rendah hatinya. Dasar sombong. Gila kuasa. Dan tentu saja sok tampan. Tapi dia memang tampan. Ugh, WTF!

"Tidakkah kau memiliki dewan direksi yang bisa menjawabnya?"

"Aku yang mempunyai perusahaanku. Aku tidak memerlukan dewan direksi untuk menjawab." Dia mengangkat alisnya ke arahku.

Aku kembali memerah. Aku berdeham lalu mengalihkan ke pertanyaan berikutnya.

"Apa kau memiliki hobi di luar pekerjaanmu?"

"Aku punya hobi yang bermacam-macam, Tuan Yoo." Dia tersenyum ke arahku dan aku kembali merasakan perutku mual. Aku merasa memanas di bawah tatapan tajamnya. Matanya yang seperti mamancarkan pemikiran-pemikiran jahat.

"Setelah kau bekerja keras, apa yang kau lakukan untuk bersantai sejenak?"

"Bersantai?" dia tersenyum, menunjukan barisan gigi putih yang sempurna. Nafasku tercekat. Jantungku terasa seperti berhenti. Bagaimana bisa dia tercipta dengan sangat sempurna? Dia benar-benar tampan. Aku menggelengkan kepalaku cepat, berusaha mengusir pikiran-pikiran anehku. Yoo Youngjae pabbo! Kau bukan GAY!

"Aku berlayar, aku mengemudikan pesawat terbang, dan aku melakukan bermacam-macam hal dengan fisik." Dia sedikit bergeser, mengangkat kaki kanannya untuk ditopang oleh kaki kirinya. Mengaitkan kedua tangannya dengan jari-jari panjangnya yang indah dan meletakkanya dengan sangat elegan seperti seorang bangsawan di pahanya yang berotot.

Aku pun menegakkan punggungku kembali dan melirik kearah daftar pertanyaan Kyungsoo. Ingin rasanya aku cepat-cepat menyelesaikan wawancara ini dengan segera.

"Anda berkecimpung di dunia property. Apa alasannya?"

"Aku suka membangun sesuatu. Aku ingin tahu bagaimana cara mesin bekerja. Bagaimana cara membangun dan mendekonstruksi. Terlebih lagi, aku sangat mencintai kapal. Apa yang bisa kukatakan?"

"Itu terdengar seperti hatimu yang berbicara. Bukan logika dan fakta."

Matanya menatap ajam ke arahku. "Aku tidak tahu. Banyak yang mengatakan bahwa aku tidak memiliki hati."

"Mengapa mereka berkata seperti itu?"

"Karena mereka tahu aku dengan cukup baik, Tuan Yoo."

"Kau juga berinvestasi di bidang pertanian, kenapa kau melakukan hal itu?"

"Kami tidak bisa memakan uang, Tuan Yoo, banyak orang di planet ini yang tidak mendapatkan makanan dan kelaparan."

"Apakah ini sesuatu yang ada di dalam hatimu? Kau terdengar sangat dermawan. Apakah ini misi untuk membasmi kelaparan di dunia?"

Dia mengangkat bahu dengan acuh.

"Ini bisnis tuan Yoo. Bisnis yang sangat cerdas." Entah mengapa jawabannya kali ini terdengar tidak jujur. Aku tidak melihat memberi makan orang miskin bias bermanfaat dan menghasilkan uang yang banyak untuk perusahaan besarnya.

Aku melirik pertanyaan berikutnya.

"Apakah kau memiliki filosofi?"

"Tidak, aku tidak punya. Kalaupun iya, aku adalah orang yang sangat individual. Aku menyukai kekuasaan terhadap diriku sendiri dan orang di sekitarku."

Ugh, Lagi-lagi orang yang gila kuasa.

"Jadi, kau ingin memiliki banyak hal?"

"Aku ingin memiliki mereka."

"Jadi kau merupakan konsumen terakhir?"

Dia tersenyum lembut ke arahku. Aku menelan kasar salivaku dan menggigit bibirku. Melirik pertanyaan selanjutnya.

"Kau di adopsi. Seberapa jauh keluargamu membentukmu hingga menjadi seperti ini?" aku melirik ke arahnya. Aku tau ini sangat pribadi dan aku berharap dia tidak tersinggung dengan pertanyaanku.

"Aku tidak memiliki tolak ukur untuk hal itu."

"Berapa umurmu saat kau di adopsi?"

"Kurasa ini terlalu pribadi, Tuan Yoo." Nada suaranya yang tegas dan mengintimidasi membuatku kembali merona.

Sial. Berapa banyak pria ini sudah membuatku merona? Hentikan sikap bodohmu itu Yoo Youngjae!

"Kau harus mengorbankan keluargamu untuk pekerjaanmu."

"Tuan Yoo, kurasa itu bukan pertanyaan."

"Maaf." Aku kembali pada pertanyaan berikutnya.

"Apakah kau harus mengorbankan kehidupan keluargamu demi sebuah pekerjaan?"

"Aku memiliki sebuah keluarga, tuan Yoo. Seorang kakak dan adik laki-laki beserta kedua orang tua yang aku sayang. Aku tidak tertarik untuk melakukan perluasan keluargaku."

"Apa kau gay?"

Dia tampak terkejut, lalu enyeringai. Aku malu. Sial. Bagaimana bisa aku menanyakan hal ini padanya sebelum aku menyaring pertanyaan Kyungsoo.

"Kurasa, itu bukan urusanmu bila menyangkut orientasi seksualku, Tuan Yoo." Dia tersenyum menggoda. Sial. Apa AC diruangan ini benar-benar rusak? Aku menggigit bibirku dan mengipas-ngipas wajahku.

"Apakah kau kepanasan, Tuan Yoo." Dia mengedipkan matanya ke arahku.

Oh Gosh! Aku kembali menundukkan kepalaku dan menggeleng perlahan. Kembali menggigit bibirku.

"Aku baik-baik saja tuan Jung. Aku minta maaf atas pertanyaanku yang tadi, err... itu tertulis disini. Ya, begitulah." Ujarku gugup dan dia semakin menatapku intens.

"Jadi, ini bukan pertanyaanmu sendiri?" dia memiringkan kepalanya.

"Bukan, Kyungsoo yang menyusunnya."

"Apakah kau rekan di organisasi majalah kampus?"

Aku menggeleng cepat. "Aku hanya teman sekamarnya."

Dia menatapku dengan tatapan menilai. "Jadi, kau hanya seorang sukarelawan?"

Tunggu dulu, siapa yang seharusnya di wawancarai? Kenapa sekarang dia yang menanyaiku?

"Aku tidak tega melihat kondisinya. Dia dalam keadaan tidak sehat."

"Arraseo."

TOK TOK

Sebuah ketukan pintu terdengar dan wanita berambut pirang yang berdiri diloby depn tadi pun masuk.

"Maaf mengganggu. Tuan Jung, pertemuan anda selanjutnya sekitar lima menit lagi."

"Batalkan saja pertemuannya." Dia berbicara dengan mata yang masih tetap menatapku.

Wanita berambut pirang itu menatap tidak percaya ke arahnya. Dia tampak bingung sesaat sebelum dia mengalihkan tatapannya padaku.Wanita itu mengangguk lalu keluar meninggalkan ruangan.

"Maaf, sampai dimana tadi, Tuan Yoo?" dia tersenyum kembali. "Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu." Obsidian hazelnya melirik tajam dengan penuh rasa ingin tahu. Aku terdiam. Nafasku kembali terhenti danpipiku kembali merona. Ia menempatkan sikunya ke lengan kursi. Jari-jari panjangnya menari-nari di bibir penuhnya. Jujur saja bibirnya itu sungguh mengangguku.

"Tak banyak untuk diketahui dari pria sepertiku." Aku menggeram dalam hati. Sudah berapa kali pria dihadapanku ini membuat pipiku merona? Sial.

"Apa rencanamu setelah lulus?"

Aku mengedikkan bahuku. "Aku belum membuat rencana apapun, selain aku harus lulus dengan nilai memuaskan."

Dia menganggukkan kepalanya. "Kami menjalankan program magang disini." ujarnya

Tunggu dulu. Apakah dia sedang menawariku pekerjaan?

"Oh, aku akan mengingatnya." ujarku pelan.

"Mengapa kau berkata demikian?" tanyanya kembali seraya tersenyum.

"Sudah jelas bukan?"

"Tidak bagiku." Tatapannya kembali tajam, menahan mataku untuk tetap bertatapan dengan mata tajamnya yang mengintimidasi. Aku berusaha mengalihkan pandanganku. Sepertinya aku harus pergi dari ruangan ini. Aku membungkuk untuk mengambil recoderku dan memasukkannya ke dalam tas ranselku.

"Apakah kau ingin melihat sekeliling kantorku terlebih dahulu?" tanyanya.

"Tidak perlu, Tuan Jung. Aku yakin kau sangat sibuk. Dan aku harus melakukan perjalanan panjang." Tolakku dengan halus.

"Kau kembali ke tempat tinggalmu sendirian?" nada suaranya terdengar cemas

Mungkinkah aku berhalusinasi? Untuk apa dia mencemaskanku. Aku bukan siapa-siapa.

"Berhati-hatilah. Di luar banyak sekali orang yang tidak bisa kau percaya."

Seharusnya orang yang harus kutakutkan adalah dirimu Tuan Jung. Ya, aku akan sangat berhati-hati denganmu.

"Terima kasih Tuan Jung."

"Apakah kau sudah mendapatkan semua yang kau butuhkan?" Dia menambahkan

"Ya, tuan. Sekali lagi terima kasih banyak atas waktunya."

"Aku senang dapat bertemu denganmu, Yoo Youngjae." Dia kembali tersenyum seraya menggeser pintu ruangnya dan mempersilahkanku keluar terlebih dahulu.

Kami berjabat tangan. Perutku kembali merasa mual, otot-otot tubuhku menegang dan seluruh sarafku terasa berhenti bekerja. Benar-benar tiak baik untuk kesehatanku. Aku segera melepaskan tanganku, membungkuk ke arahnya dan berlalu menuju ruang depan. Dia mengikutiku dari belakang dan akupun menaikkan alisku. Apa lagi yang salah denganku?

"Apakah kau membawa jas miliknya?" ujar daehyun itu pada salah seorang wanita berambut pirang. "Ya." Wanita itu segera berdiri dan berlari ke arahku, menyerahkan jas milikku.

"Terima kasih." ujarku

Jung Daehyun menekan tombol lift yang ada dihadapannya.

"Kau tidak perlu mengantarku, tuan."

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja."

Aku merasa canggung, dan terhipnotis olehnya. Saat pintu lift terbuka, aku bergegas masuk ke dalam. Sesat aku merasa sesak di dadaku saat aku memikirkan kapan aku bisa bertemu lagi dengannya. Kenyataan aku tidak akan penah bertemu dengannya yang akan membuat perutku kembali merasa mual. Aku berdiri didalam lift dan pria bernama Jung Daehyun itu menatap kepergianku hingga pintu lift benar-benar tertutup.

.

.

.

Aku berjalan menuju apartemen yang ku tinggali bersama kyungsoo. Sesampainya diapartemen, aku langsung mencari namja pendek itu dan menemukannya bergelung dalan selimut hangatnya. Kyungsoo yang mengetahui kehadiranku langsung saja bangun dan menyambarku dengan rentetan pertanyaannya.

"Waseo (kau sudah pulang)?"

"Eoh..." aku hanya bergumam seraya menganggukkan kepalaku.

"Bagaimana wawancaramu dengan Mr. Jung? Apa dia benar-benar tampan?"

Aku berdecak sebal. "Kau tidak memberitakukan padaku bagaimana wujud Mr. Jung itu."

"Well, ku kira kau sudah tahu tentangnya kalau dia adalah pria muda yang sexy dan tampan. Dan hebatnya lagi, dia tidak terlihat memiliki seorang kekasih atau pun istri. Apa kau tertarik padanya?"

Aku mengerucutkan bibirku dan dia hanya tertawa mengejek padaku.

"Okay, okay. I'm sorry dude. Setelah ini apa yang akan kau lakukan?"

"Aku harus segera pergi ke cafe. Banyak pelanggan yang menungguku."

"Tapi, Youngjae-ah. Kau pulang dengan wajah pucat seperti itu. Ku rasa tidak masuk satu hari tidak masalah."

"Aku seperti ini karena dirimu."

"Yes, I know. I'm sorry again. Kau ingin aku membuatkan secangkir kopi panas untukmu?"

"Tidak perlu. Aku akan segera pergi. Aku tidak ingin meninggalkan Jaebum bekerja sendirian."

"Arraseo. Kalau begitu bawalah ini bersamamu." Ujar Kyungsoo seraya menyerahkan sebuah botol berisi vitamin water.

"Gumawo. Dan ini untukmu." Ujarku seraya menyerahkan recorder. "Aku pergi dulu."

"Thanks." ujarnya serya mengedipkan matanya. "Ah, Youngjae-ah. Tunggu sebentar," ujarnya menahan langkah kakiku.

"Ada apa lagi Kyungsoo-ah?"

"Apa kau memiliki foto pria tampan itu?"

Aku menaikkan alis kiriku. Hello? Untuk apa aku memiliki foto pria tampan itu? What? Apa aku baru saja mengatainya tampan? You must be crazy, Yoo Youngjae!

"Akan sangat bagus kalau artikelku nanti juga memasang fotonya. Yah, kau tahu? Cukup banyak gadis yang tertarik dengannya," lanjut kyungsoo

Oh, jadi dia ingin memasang foto pria itu untuk menaikkan rating dari artikel yang dibuatnya. Cukup logis bagiku.

"Maaf sekali. Tapi aku tidak punya selembar fotopun."

Kyungsoo menghela nafas. "Arraseo. Berhati-hatilah dijalan."

.

.

.

Aku bekerja di cafe milik keuarga Jaebum. Aku hanya menjadi seorang pelayan disana. Yah, walaupun terkadang aku juga diminta untuk menjadi chef. Hanya beberapa kali. Tidak terlalu sering.

Aku bisa mendengar suara dentingan spatula yang bergesekan dengan panci dari dalam dapur dan suara bel yang berulang kali dibunyikan setiap ada pesanan. Seperti biasa, kami sangat sibuk apalagi sekarang jam menunjukan pukul 07.00 PM dimana para pekerja kantoran sering mampir ke cafe ini untuk menyantap makan malam sepulang kerja.

"Youngjae-ah, aku pikir kau tidak akan datang hari ini."

Aku tersenyum pada temanku, Jaebum. "Wawancara hari ini hanya berlangsung beberapa jam, jadi aku bisa membantumu disini."

"Aku senang kau berada di sini." Dia membalas dengan senyuman, lalu mengacak surai hitamku.

"Aku akan berganti pakaian dulu," ujarku seraya pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaianku.

"Okay. Aku akan menunggumu princess," ujarnya seraya mengedipkan matanya dengan genit membuatku ingin muntah dan membunuhnya saat itu juga.

"Yak! Jangan memanggilku princess. Aku bukan yeoja!" ujarku protes dan dia hanya tertawa mempertontonkan deretan giginya yang rapi.

Aku kini berdiri dibelakang meja kasir setelah mengganti pakaianku dengan setelan hitam dan apron merah yang melilit dipinggang rampingku. Aku pun mengucapkan salam setiap kali ada pelanggan kami yang datang dan memberikan mereka daftar menu yang ada di cafe tempatku bekerja.

KLING!

"Selamat dat-," ucapanku terhenti ketika tatapanku menangkap sesosok namja berwajah tegas dengan mata hazelnya yang tajam berdiri tepat dihadapanku. Sesaat aku merasakan jantungku berhenti berdetak.

"Tuan Yoo, kurasa ini sebuah kejutan yang menyenangkan." Dia menatapku intens.

Apa yang sedang dilakukannya disini dengan rambut berantakan, baju v-neck hitam yang melekat pas ditubuhnya dan celana jeans selutut, serta sepatu Nike. Dia terlihat seperti anak remaja yang sedang berjalan-jalan menikmati udara malam. Aku merasakan tubuhku memanas dan pipiku mulai merona. Apa aku terlihat sangat konyol dihadapannya sekarang? Tenangkan dirimu Yoo Youngjae.

"Tuan Jung." Ujarku pelan

Dia tersenyum, memperlihatkan eyesmilenya. "Aku sedang berada di daerah sekitar sini." Jelasnya. "Senang bertemu denganmu lagi, tuan Yoo." Suaranya bass-nya yang terdengar berat dan serak membuatku tidak akan pernah melupakannya. Ugh, apa yang sedang kau pikirkan Yoo Youngjae? Aku menggoyangkan kepalaku berusaha menjernihkan pikiranku. Jantngku berdebar cepat dan untuk kesekian kalinya aku merona hebat di bawah tatapan tajamnya. Aku terpana meihatnya sekarang. Dia tidak hanya tampan tapi juga lambang keindahan seorang pria yang memukau dan errr sexy. Aku menggigit bibirku, mencoba menghilangkan kegugupanku.

"Youngjae, kau boleh memanggilku Youngjae saja. Tidak perlu seformal itu." gumamku. "Ada yang bisa kubantu, tuan Jung?"

"Aku ingin sepotong cheseecake dan secangkir machiato."

"Pesanan Anda akan segera datang. Silahkan menunggu," ujarku seraya pergi menyerahkan pesanan ke dapur melewati sebuah loker terbuka dibelakangku.

Tidak lama kemudian, makanan yang dipesan oleh daehyun pun siap untuk diantar. Aku membawa sebuah nampan berisi sepotong cheseecake dan secangkir machiato dan menaruhnya dimeja tempat daehyun menunggu. Aku sedikit melirik kearahnya melewati sudut mataku dan retinaku tidak sengaja menangkap tatapan tajamnya. Jantungku kembali terasa seperti berhenti berdetak.

"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa ada disini," ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari mataku.

Tepat sekali. Apa dia seorang paranormal?

"Kau pasti datang kemari untuk sebuah bisnis," tebakku

Dia menganggukkan kepalanya. "Aku mengunjungi salah satu divisi ku disini."

See? Dia kesini bukan untuk menemuimu. Tunggu dulu. Apa aku sedang berharap? Apa ada yang salah dengan otakku?

"Apakah kau sudah lama bekerja disini?" Aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya langsung.

"Hmm..sudah tiga tahun." gumamku.

"Apa yang kau sukai?"

"Apa sekarang Anda mencoba untuk mewawancaraiku, Tuan Jung?"

Dia tertawa lepas. "Aku hanya ingin mengenalmu. Itu saja."

Sial! Jantungku. Kembalilah berdetak dengan normal.

"Jadi?" dia menunggu jawabanku.

"Aku suka membaca novel-novel ringan, aku juga suka music terutama ballad, aku bisa bermain boxing dan aku lumayan dalam memasak."

"Novel apa yang kau sukai? Novel dewasa?" ujarnya menggoda.

"Tentu saja bukan." Aku membantahnya dan kembali merona karena ucapannya yang frontal.

"Aku menyukai novel-novel romantis dan menghibur. Aku sedikit menyukai buku berat, seperti sastra inggris"

"Sudah kuduga." Dia menyeringai menampilkan senyuman menggodanya.

Aku pun berdeham. "Apakah Anda ingin memesan yang lain?"

Dia tidak menjawab dan mengabaikan pertanyaanku. "Bagaimana dengan artikelmu?"

"Aku tidak menulisnya. Temanku Kyungsoo yang melakukannya. Dia seorang editor dimajalah kampus kami. Dan ia mengkhawatirkan tulisannya karena dia tidak mempunyai foto profilmu, Tuan Jung."

"Daehyun. Panggil saja aku Daehyun."

Aku mengerjapkan mataku bingung. Aku merasakan detak jantung yang menggila.

"Tapi kau lebih tua dariku. Bukankah tidak sopan kalau aku memanggilmu Daehyun saja."

"Berapa umurmu?"

"Dua puluh."

"Kalau begitu panggil aku hyung. Bagaimana?"

"Ok." Aku menganggukkan kepalaku

"Lalu, foto seperti apa yang diharapkannya?"wajahnya kembali terlihat serius.

Aku mengerutkan dahi.

"Kyungsoo. Kau bilang dia menginginkan fotoku. Foto seperti apa yang dia mau?"

Aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak tahu foto seperti apa yang diinginkan oleh kyungsoo

"Aku masih berada di sekitar sini besok. Jadi..."

"Tapi kita harus menemukan fotografernya terlebih dahulu, bukankah begitu hyung?" aku tersenyum lebar padanya.

Mulutnya sedikit terbuka melihatku. Sesaat dia terlihat seperto sedang menahan nafasnya. Dia tampak bingung. Jung Daehyun, terpesonakah dirimu akan ketampanan seorang Yoo Youngjae?

Aku langsung saja mengusir pemikiran nasisku. Itu tidak mungkin!

"Kabari aku tentang pemotretan besok, jika kau sudah mendapatkan fotografernya." Dia merogoh saku celana jeansnya, mengeluarkan sebuah dompet dan menguurkan secarik kertas padaku

"Ini kartu namaku. Kau dapat menghubungiku besok pagi."

"Terima kasih." Aku tersenyum senang ke arahnya.

"Youngjae-ah."

Jaebum muncul dan memeluk pinggangku, membuatku sangat terkejut akibat pelukannya yang cukup erat itu.

"Maaf mengganggu pembicaraan Anda dengan princess-ku." Jaebum menekankan kata princess, membuatku menggeram pelan.

"Im Jaebum!"

"Yes, Princess."

Aku menghela nafas panjang dan melirik ke arah Daehyun. Matanya menatap tajam kearahku, membuatku terintimidasi oleh tatapannya. Rahangnya terlihat mengeras dan ekspresinya berubah dingin.

"Jaebum, aku sedang melayani pelanggan. Singkirkan tanganmu dariku."

Jaebum pun melepaskan pelukkannya dipinggangku. Pandangannya kini beralih pada daehyun yang duduk dihadapanku. Dan seketika itu juga suasana berubah menjadi seperti di kutub utara. Mereka berdua saling melayangkan tatapan mengintimidasi satu sama lain, membuatku merasa menjadi sangat kecil berada di antara mereka.

"Daehyun hyung, ini Jaebum. Dia adalah temanku dan dia anak pemilik cafe ini," jelasku

"Jung Daehyun"

"Jaebum." Mereka berjabat tangan satu sama lain dan aku bisa melihat aura mematikan satu sama lain diantara mereka.

"Tunggu dulu. Jangan bilang kau Jung Daehyun, pemilik Jung Corp itu? Wow, aku benar-benar mengagumimu. Kau sangat luar biasa membangun perusahaan sebesar itu sendirian." Jaebum yang tadinya bermuka masam langsung terpesona dalam waktu hitungan detik. Aku benar-benar bingung dengan bocah satu ini. Dan daehyun hanya menanggapinya dengan senyuman.

"Ah iya, aku baru ingat," ujarku membuat kedua namja itu beralih menatapku. "Jaebum-ah, bukankah kau seorang fotografer?"

Jaebum menatapku bingung.

"Bisakah kau menolongku. Ah, bukan. Maksudku menolong kyungsoo untuk pengambilan foto profil daehyun hyung."

"Tapi aku hanya memotret benda mati, Youngjae-ah."

Aku memohon pada Jaebum dan melancarkan puppy eyesku yang selalu berhasil dihadapannya.

"Ok. As you want princess." ujarnya seraya tersenyum

"Jaebum-ah!" sebuah teriakan terdengar dari dalam dapur.

"Maaf, aku harus pergi. Sampai bertemu lagi, Tuan Jung. Bye sweety princess." Dia melambaikan tangannya dan berjalan ke arah dapur.

Aku berdecak sebal. "Yak Im Jaebum! Aku tidak manis, aku tampan bodoh! Dan aku bukan princess." teriakku

"Dia benar, Kau manis." Daehyun berbisik. Aku kembali menatap pria itu dan wajahku kembali merona hebat. Kakiku rasanya seperti jelly. Aku tidak bisa lagi menopang berat badanku. Aku membungkukkan badanku, menjauh darinya dan berjalan menuju meja kasir. Lama-lama aku berada di dekatnya, aku bisa terkena penyakit komplikasi.

Tak lama kemudian kulihat dia sudah menghabiskan cheseecake-nya. Ia pun berjalan menghampiriku dan lagi-lagi aku harus menahan perutku yang terasa mulas. Seluruh tubuhku melemas dan kakiku rasanya seperti jelly. Entah kenapa aku menjadi sangat panik dan aku hampir tidak bisa bernafas.

Ia menyerahkan beberapa lembar kertas won dihadapanku seraya tersenyum. "Jangan lupa meneleponku saat kalian siap untuk melakukan pemotretan."

Aku hanya dapat mengangguk pelan.

"Sampai jumpa besok, Youngjae-ah." ujarnya yang terdengar lembut ditelingaku.

Dia berbalik untuk pergi, namun sedetik kemudian berhenti berbalik menatapku. "Aku senang bukan Mr. Do yang mewawancaraiku." Dia tersenyum lembut kemudia melangkah keluar cafe, meninggalkanku yang hampir mati lemas akibat feromon Daehyun yang berbahaya. Sial! Sudah berapa kali aku dibuatnya hingga tidak bisa berpikir jernih? Apa kau menyukai pria itu Yoo Youngjae? Baiklah, aku menyukainya. WTH! Apa aku baru saja menyatakan bahwa aku menyukai pria itu? Kau benar-benar sudah gila Yoo Youngjae! Aku tidak dapat menyembunyikan perasaanku lagi. Aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Aku menemukan dirinya yang menarik perhatianku. Tapi kemudian aku mendesah pelan dan kembali pada kebiasaanku menggigit bibirku. It's like a nightmare. Or sweetdream?

.

.

.

TBC or DELETE?

.

.

.

Mind to review?

.

.

.

Untuk para readers, author mau minta maaf karena lagi-lagi author bikin FF baru padahal FF yang lama masih pada belum kelar hehehehehehe *nyengir* Doakan saja author bisa cepat-cepat mendapat pencerahan untuk bisa meneruskan FF Counting Stars, That XX dan WOH. At last, KAMSAHABNIDA YEOROBEUN~ *bow*