Disclaimer : Naruto adalah hak milik dari om Masashi Kishimoto, Fiction ini murni milik saya *LOL*, Apabila diketemukan kesamaan jalan cerita … percayalah bahwa itu murni ketidak sengajaan dari saya.

WARNING! Typo(s), OOC, Gaje, Penempatan tanda baca yang tidak sesuai, dan banyak sekali kesalahan-kesalahan lain nya, Crack Pairs.

I get shocked about the canon "things", Since I'm NaruIno and SasuIno Shipper, tapi memang sudah bisa dipastikan sih pendamping Naru kalau ga Sakura ya Hinata =_= Well it's not like that i hate Sai but I can help my self for being so heartbroken, LOL :D, btw Congrats Sai, Ino and Inojin . . .turut bahagia untuk keluarga kecil kalian, tapi ijinkan aku untuk tetap melambungkan fantasi ku tentang NaruIno dan SasuIno. Merdeka!

ENJOY ^^

#VALE#

.

.

.


UCHIHA

Lenguhan seorang gadis terdengar nyaring, ia mencoba menahan hasrat nya untuk tidak membuka mulut nya sedikit pun, namun gagal karena rupa nya sang pemuda dengan penuh paksaan dan nafsu yang mendekati puncak nya itu tak membiarkan gadis itu untuk menikmati puncak nya yang entah sudah ke berapa kali nya.

Air mata nya mengalir sejurus dengan tatapan nya yang menatap pemuda di hadapan nya iba, iba? Ya! Iba! Pemuda ini bahkan telah merenggut semua dari nya, namun mengapa ia benar-benar merasa iba pada nya?

"Argght!"

Tubuh nya lunglai terjatuh begitu saja setelah sang pemuda menyudahi proses penyatuan mereka.

Tidak! Bukan seperti ini yang selama ini ia inginkan.

Menikah! Itu yang ia inginkan, melakukan hal yang baru saja ia lakukan nanti setelah menikah dan di tempat yang seharus nya menjadi tempat dia dan suami nya melakukan penyatuan itu untuk pertama kalinya.

Bukan di tempat seperti ini! Tubuh mungil nya terasa sakit, rasa dingin menelusup hingga ke dalam tulang nya, namun tidak sebanding dengan rasa sakit yang membuncah di dada nya.

"Pakai pakaian mu!" Perintah pemuda itu, ia sendiri kini telah memunguti pakaian nya yang sempat berceceran tadi.

Ia mengangguk! Lemah!

Tidak! Kenapa aku lemah sekali jika berhadapan dengan nya? Ini bukan diriku! Tidak ini salah! , batin nya.

"Tak pernah berfikir bahwa kau akan melakukan nya di dalam gua? Bukan begitu?" sindir sang pemuda pada gadis itu . "Ingat! Kau yang memaksaku!" Ucap nya yang semakin membuat gadis itu merasa sangat di pojok kan.

Ia diam.

"Kenapa diam? Ingat Yamanaka! Kau yang menawarkan dirimu untuk membangun lagi clan ku, bukan? lalu sebutan apa yang pantas untuk seseorang yang menawarkan diri nya pada seorang pria untuk menyentuh nya?"

"Cukup Sasuke! Cukuuup!"

.

.

.

.

"Cukup Sasuke! Cukuuup!"

Teriak nya.

"Ino! Inoo! Banguun!" Surai rambut berwarna merah muda itu mengguncang tubuh ringkih sahabat nya.

Aquamarine nya terbuka, ia merasakan pusing yang teramat sangat bersarang di kepala nya hingga ia mencoba untuk menutup mata nya kembali namun rasa itu tidak kunjung hilang.

"Syukurlah kau akhir nya sadar, Pig!" seulas senyum menghiasi wajah cantik gadis Haruno itu.

"Apa yang terjadi padaku, forehead?" ia membuka mata aquamarine nya lagi, kali ini rasa pusing nya telah hilang, ia mencoba untuk mendudukan tubuh nya.

"Pelan-pelan, Pig! Kau baru sadar!" gerutu nya, namun dengan lembut ia membantu sahabat nya untuk duduk, menempatkan beberapa bantal di balik punggung nya agar sang sahabat nyaman untuk bersandar. "Kau pingsan, 3 hari! Dan syukurlah kau sadar, Ino! Sasuke yang membawa mu ke sini! Apa yang terjadi pada misi kalian?"

"Sasuke? Membawaku ke mari?! Aku benar-benar tidak mengingat apa yang telah terjadi sebelum nya, forehead!"

Sakura menggeleng, "Tidak apa-apa Ino! Tak masalah jika kau tidak mengingat nya! Yang terpenting sekarang kau sudah sadar! Kau harus segera sembuh!" imbuh nya.

Sasuke? Apa dia benar-benar membawaku ke sini?

Yang ia ingat hanyalah saat-saat penyatuan mereka.

(Kau yang menginginkanku, Yamanaka!)

(Aku tak akan mundur)

(Apa sesakit itu? Tapi kau yang datang padaku)

(Kau tidak pantas untuk jadi ibu dari anak-anak ku)

"Sakura!"

Ino memeluk sahabat nya erat-erat, kata-kata itu masih terdengar nyaring bahkan di ingatan nya sekalipun.

"Kau kenapa Ino? Apa ada yang kau rasakan? Dimana yang sakit? Tunggu aku akan panggil Tsunade-sama! Beliau ada di ruangan ku sekarang!"

Tanpa seizin Ino, karena kepanikan nya Sakura melepaskan pelukan ino pada diri nya dan berlari untuk menemui mantan Hokage sekaligus guru nya itu.

Hatiku yang sakit Sakura . . .

Semua berjalan seperti biasa, sudah genap 2 bulan sejak peristiwa itu dan kehidupan ino kembali normal.

Jika tidak ada misi maka ia akan menyibukkan diri di toko bunga milik keluarga nya, membantu sang ibu untuk merangkai bunga pesanan para pelanggan toko bunga yang mulai berkembang pasca perang beberapa tahun yang lalu.

Sama hal nya dengan Yamanaka Flower Shop, Konoha telah menjelma menjadi negeri yang paling di segani di bawah kepemimpinan Naruto. Sebuah kemajuan pesat bukan? dan kembali nya Sasuke ke Konoha menambah kebahagiaan mereka.

Setidak nya kebahagian untuk Naruto, Sakura, Kakashi dan Ino . . .

"huhh~"

Entah sudah berapa kali gadis Yamanaka itu meghela nafas nya panjang.

Ia tidak sepenuh nya melupakan peristiwa itu dan tidak juga berusaha mengingat nya kembali, ia hanya mencoba semampu nya untuk tetap membiarkan fikiran nya tenang.

"Ino!" Sapa gadis hyuuga pada Ino yang terlihat sedang memegang bunga mawar di tangan nya. Ia terkejut, terlihat bagaimana ekspresi nya yang langsung menjatuhkan bunga itu.

"Apa aku mengagetkan mu Ino?" gadis itu tersenyum, "Maafkan aku! Tapi kau harus segera ke Hokage Tower, Naruto-sama dan Tsunade-sama ingin menemui mu segera".

"huh?"

"Aku baru saja pulang dari misi dan membawa laporan ku, Hokage-sama memerintahkan ku untuk memanggil mu saat perjalanan pulang, jadi jika kau mengaitkan nya dengan kedekatan ku atau hubungan ku dengan Hokage-sama maka kau salah besar Ino!" Hinata terkekeh.

Selama ini Ino selalu memaksa nya untuk menceritakan pada nya tentang apa hubungan nya dengan Naruto namun Hinata sukses mengelak, karena memang benar-benar tidak ada apa-apa diantara mereka. Sungguh. "Sebaik nya kau segera ke sana, ku rasa mereka akan membahas masalah serius dengan mu, Ino-chan!"

Ino mengangguk "Baiklah hinata! Terima kasih!"

Hokage dan Tsunade-sama ingin bertemu dengan ku? Tidak biasa nya seperti ini, jika ada misi pun Naruto akan mengirimkan salah satu pengawal nya. Apa ada hubungan nya dengan . . .

.

.

.

.

Hanya memerlukan beberapa menit saja untuk Ino sampai ke Hokage Tower. "Oi Ino!" sapa Shikamaru malas pada rekan setim nya, atau mantan? Entahlah yang pasti karena kecerdikan nya itu ia sekarang menjadi Penasehat Hokage.

"Shika! Aku akan bicara pada mu nanti! Sekarang aku harus menemui Tsunade-sama dan Hokage-sama!"

Tanpa banyak bicara lagi gadis pirang itu berlari menuju ruangan Naruto.

"Ino-chan . . .! Selamat Siang!" sapa Naruto ramah.

Ino berani bersumpah pemuda ini benar-benar tampan dan lebih dewasa dari diri nya beberapa tahun lalu, otot di perut nya yang mulai terbentuk, tinggi yang melebihi tinggi tubuh nya, bahkan senyuman nya lebih manis dari Naruto yang sebelum nya.

Apa yang aku pikirkan?

"Selamat siang, Hokage-sama! Aku mendengar dari Hinata bahwa anda ingin bertemu dengan ku? Begitupun juga dengan Tsunade-sama?"

Ino nampak berhati-hati, memandang sekeliling nya, terutama Lady Tsunade yang kini menutup wajah nya dengan kedua tangan nya.

"Sudah berapa lama kau telat datang bulan, Ino?" selidik Tsunade pada salah satu murid kesayangan nya itu. Sorot mata nya intens menatap sang gadis Yamanaka yang lagi-lagi entah sudah ke berapa kali nya ia menghela nafas nya panjang." Aku bertanya sebagai guru mu, bukan sebagai tetua di sini Ino! Jawab!"

Ia tidak menjawab.

"Ino!" kali ini ia meninggikan suara nya, dengan maksud agar murid sekaligus putri sahabat nya itu dapat mendengar nya. Namun, nihil! Gadis cantik itu hanya diam dengan tatapan kosong nya menatap jendela yang berada di sisi kanan nya.

"Lakukan tes lagi, Sensei!" ia mengalihkan pandangan nya pada wanita berambut pirang di hadapan nya, "Hasil nya pasti salah!".

"Tidak ada yang perlu di tes lagi, Ino! Sudah dua kali aku memeriksa sample urine mu dan kedua nya menyatakan hasil yang sama! Aku memeriksa chakra mu tepat sesudah kau menjalankan misi beberapa bulan yang lalu, saat kau pingsan dan tak sadarkan diri mu selama 3 hari! Apa kau ingat? Damn It Ino! katakan pada ku yang sebenar nya!"

Dengan pernyataan seperti itu, Ino tak dapat lagi menahan air mata yang sejak tadi ia tahan mati-matian untuk tidak keluar.

Buliran cairan bening turun dari kedua aquamarine nya.

"Ino?" kali ini wanita setengah baya itu yang menghela nafas nya panjang, "Siapa pria itu?"

Hanya terdengar tangis sang gadis Yamanaka.

"Baa-chan! Tahan dirimu!" mau tak mau Naruto yang sejak tadi membiarkan kedua nya untuk menyelesaikan masalah ini akhir nya harus turun tangan juga. "Ino-chan! Jangan paksa dirimu untuk menjawab nya jika kau belum siap!"

"Shikamaru?"

"Sai?"

"Demi Tuhan, Sensei! Bagaimana kau bisa berpikiran bahwa aku akan memberikan apa yang ku miliki pada sahabat ku itu, dan Sai? Ayolah …!"

Protes putri Inoichi itu, nampak nya ke-bawel-an gadis ini telah kembali, jemari lentik nya menghapus bulir-bulir sisa air mata pada pipi nya.

"Lalu?"

"Aku ingin menggugurkan nya! Bukan kah ini aman? Usia janin ini masih 2 bulan! Bantu aku Sensei!" pinta nya memelas.

"Baka! Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu Yamanaka? Siapa yang menyuruh mu tidur dengan pemuda yang aku tidak tau siapa itu kemudian kau hamil dan kau ingin menggugurkan nya begitu saja! ha? Ibu macam apa kau ini?"

Bagaimana dengan Otou-san jika mengetahui hal ini, apalagi tau siapa ayah dari bayi ini!

"Kau berani berbuat bukan? kau juga harus mempertanggung jawab kan semua perbuatan mu itu! Beri tau ayah dari bayi mu itu! Lagi pula jika kau ingin menggugurkan nya banyak prosedur yang harus kau lewati, termasuk izin dari ayah bayi itu, juga wali mu dalam hal ini otou-san mu!"

"Bagaimana aku bisa memberitahu nya?" ucap nya lirih.

"Siapa pemuda itu Ino?"

"Uchiha Sasuke!"

Uchiha Sasuke, mendengar nama itu keluar dari mulut Ino, Tsunade seketika memijit kening nya lagi dengan kedua tangan nya, ia tak habis fikir kepada murid nya ini! Dari sekian banyak pemuda keren di negeri ini, kenapa harus Uchiha Sasuke?

Naruto terdiam, hendak mencerna informasi yang sedari tadi ia dengar.

"Sasuke, Ino, Sasuke, Ino . . .!"

Naruto menghela nafas nya, "Aku akan memberi tahu nya, Ino-chan! Jika kau mengijinkan ku, tentu saja!"

"Tidak! Hokage-sama! Aku akan mengurus semua nya sendiri, akan ku pastikan jika Hokage-sama dan Tsunade-sama tidak akan terlibat lebih jauh lagi ke dalam masalah yang telah ku perbuat!"

Gadis Yamanaka itu bangkit dari tempat nya duduk, membungkukkan badan nya dan segera pergi dari ruangan itu.

Aku mengkhawatirkanmu . . .

.

.

.

.

Tidak! Ino bukan gadis lemah! Dia tidak akan menangis hanya karena hal ini.

Kenyataan bahwa ia tengah mengandung seorang Uchiha di perut nya membuat nya sedikit memperpelan langkah kaki nya.

Tapi . . .

Apakah ia akan tetap mempertahankan bayi ini, mengingat bagaimana sang Uchiha dewasa menolak diri nya.

Ino mengerang frustasi.

Ia tau ini cinta sepihak, sama seperti dulu. Hanya dia.

Salahnya! Yang dengan bodoh nya menawarkan diri nya waktu itu, apa dia begitu rendah?

Seorang Yamanaka tidak pernah di didik seperti itu, namun dia telah di butakan dengan rasa iba pada Cinta masa lalu nya.

Ia menginginkan nya! Sangat menginginkan Ayah dari bayi nya.

Sasuke . . .

Ino mengetuk pintu itu pelan,

Tak ada jawaban.

Cklek . . .

Pemuda itu sedikit terkejut melihat sosok di depan nya, namun tak menunjukan nya, memasang wajah stoic pada raut rupawan nya.

"Kau?"

"Boleh aku masuk?"

Jujur saja ia merasa bingung namun tetap menggeser posisi tubuh nya agar sang Yamanaka dapat memasuki kediaman baru nya, kemudian menutup pintu nya kembali.

Ino berusaha mengatur emosi nya, duduk di sofa senyaman mungkin.

"Jadi? Ada perlu apa kau kesini?"

Ucap sang pemuda dingin, mata nya intens menatap tajam gadis Yamanaka, "Yamanaka!"

"Sasuke . . .!"

"Oh aku tau! Kau perlu memuaskan diri mu bukan?"

Tanpa bisa menjelaskan maksud kedatangan nya kemari tiba-tiba saja pemuda Uchiha itu menarik kesimpulan nya sendiri, Ia mendekat ke tempat dimana Ino berada sekarang.

"Bukan kah ini yang kau inginkan, Ino?"

Sasuke mengenggam tangan Ino erat, menarik nya dalam sebuah pelukan yang kasar kemudian mencium inchi tiap inchi wajah cantik puteri Inoichi itu.

Lagi, ia menyerahkan diri nya begitu saja pada pemuda ini. Ia tau bahwa semua ini salah, Namun sensasi ini, perasaan ini …

Maafkan aku Kami-sama . . .

Memaksa larut dalam ciuman kasar nya pada bibir plum Ino, . . .

Dan turun ke leher, membuat gadis nya meracau tidak jelas.

"See! Kau menikmati setiap perlakuan ku pada mu! Tak peduli aku memperlakukan mu sekasar apapun itu!"

"Sa . . . sasuke!"

Ia tercekat, tak mampu berkata apa-apa lagi, sesak . . .

Ibu . . .

Jari-jemari lembut membelai paha gadis bunga itu, hingga memasukkan satu persatu jari nya pada tempat terlarang itu.

Ino mengerang frustasi, perasaan nikmat, dan pahit bergantian menyambangi nya.

Akal sehat nya benar-benar tidak bekerja . . .

"Lepaskan aku Sasu . . . keeee~!"

Ia mendorong tubuh pemuda itu sekuat tenaga.

"Aku kesini bukan untuk hal serendah itu!" Ia meninggikan suara nya, tangan nya meraba-raba sisi kiri nya, ia ingat betul telah membawa kertas itu.

"Ini!"

"Apa itu?"

"Aku mau kau menandatangani nya! Setelah itu . . . aku berjanji bahwa aku tidak akan menganggumu lagi!"

Ino bangun dari posisi duduk nya, merapikan diri nya yang terlihat berantakan.

"Temui aku begitu kau telah menyetujui nya!"

Tanpa memandang sang tuan rumah yang hanya duduk tanpa menunjukkan ekspresi tertentu itu, ia berlari keluar dari kediaman Uchiha. Hati nya benar-benar terasa perih.

Andai ia tidak pernah memelihara perasaan itu, andai saja ia tidak mendatangi dan memanfaatkan misi untuk mendekati nya . . .

Apa kau bisa menahan rasa cinta itu? Sekalipun perasaan itu akan memberikan kepahitan untuk mu? Aku hanya tidak rela jika ia dimiliki oleh orang lain . . . aku telah di butakan oleh perasaan ku padamu Sasuke. Bodoh nya aku yang hanya berpikir pendek, kau tak akan pernah bisa mencintaiku! Aku tau itu . . . aku tau dimana posisiku.

SASUKE PLACE

Pemuda itu memicingkan mata nya, di tangan nya kini terdapat sebuah amplop berwarna coklat, tanpa berpikir panjang lagi ia membuka nya dan membaca apa yang ada di dalam nya.

Ia terdiam untuk beberapa saat,

Ia menggeram frustasi, Ia marah, dan tidak tau apa yang harus dia lakukan.

Surat kuasa untuk melakukan aborsi?

Apa ia harus menanda tangani nya? Sementara ini adalah kesempatan nya untuk membangun lagi clan nya yang sudah hancur?.

Namun, dengan Ino? Gadis cerewet dan keras kepala itu? Ia tidak pernah membayangkan nya.

Memejam kan mata nya sejenak dengan menggenggam kertas itu ia lelap tertidur . . .

=U=

"Ibu . . . aku mau itu!"

"Tanya ayah mu sayang …!"

Ino membuang muka nya memandang pemandangan seperti itu di sepanjang perjalanan nya menuju Makam.

Ia hanya iri melihat keluarga itu, Ayah, Ibu dan seorang anak. Mereka terlihat bahagia, hangat!

Sementara dia …

Di persimpangan antara mempertahan kan atau membuang nya.

Ia hanya ingin menumpahkan segala rasa sakit nya di makam Sensei kesayangan nya.

Menangis dan menunjukkan sisi lemah seorang Yamanaka.

"Ino . . .!"

Suara itu . . .

TO BE CONTINUED . . .

Well, Read and Review Needed :D . . . fict saya memang jauh dari kata sempurna, saya juga tak bisa membuat fict dengan konflik, dan terkesan sederhana, yah … tapi Demi meramaikan fiction dengan Main chara Ino maka saya membuat nya.

Flame dipersilahakan namun memakai kata-kata yang sopan.

Ini hanya sebuah fiction, pasti menyimpang jauh dari versi canon nya :D.

Hidup CRAICK PAIR :D

Terima Kasih …

#VALE#