Tittle : Trouble And You

Author : Jungyoungest

Cast : Xi luhan

Oh sehun

Kim minseok

Kim jongdae

Kim Jongin

Jung Soojung

Park Chorong

Other cast

Genre : comedy, romance

Rated : T

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Luhan seorang staf dari SM harus membujuk sehun seorang pelajar yang berbakat untuk menjadi seorang artis terkenal. Bagi luhan, sehun dan masalah adalah saudara kembar/"kau orang keempat yang datang untuk membujukku xi luhan"/"saat aku melihatmu, Luna, aku jadi teringat dengan luhan. apa kalian kakak beradik"/"kenapa kau selalu datang bersama masalah"/

.

.

.

.

.

My first Hunhan fanfic

Don't be Plagiat othe?

Maaf jika ada kesamaan. Sebagian atau seluruhnya.

Jung gak bermaksud buat plagiat /bow

.

.

.

.

.

Happy reading

.

.

.

.

.

Luhan berjalan menghampiri teman-temannya yang berada di ruang tengah apartemennya dengan empat kaleng cola serta beberapa bungkus makanan ringan. Rencananya malam ini akan diadakan rapat yang membahas tentang perkembangan Tugas Luhan dan perilaku Oh Sehun. Rapat yang kata Soojung sangat penting ini dihadiri oleh Minseok, Jongdae, Luhan dan Soojung selaku pemimpin rapat.

"makanan sudah ada. Minuman juga sudah ada. Ayo kita mulai" ucap Soojung.

"baiklah. Aku juga harus pulang sebelum tengah malam" Timpal Minseok.

"tentu saja. Putri Minseok harus segera pulang sebelum ia kembali menjadi upik abu" Sindir Jongdae.

Minseok memang punya kebiasaan pulang sebelum tengah malam atau ia akan menginap jika sudah lewat dari tengah malam. Hanya Minseok dan tuhanlah yang tau alasannya.

Minseok hampir saja menyiram Jongdae dengan colanya jika saja Luhan tak segera menghalanginya. "Minseok, aku memberikan cola itu untuk diminum bukan untuk menyiram Jongdae" ceramah Luhan

Minseok diam namun matanya masih menatap Jongdae Sengit. Sedangkan Jongdae bersikap biasa saja. Tak ada raut bersalah diwajah Jongdae.

"sudahlah Oppa Oppa. kita mulai saja rapatnya" lerai Soojung. "apa aku harus berpidato terlebih dahulu?"

Luhan, Minseok dan Jongdae menggeleng bersamaan. "Tidak" ucap mereka kompak.

"oke oke kita langsung keinti masalahnya saja. Coba Luhan Oppa ceritakan semuanya secara detail dan yang lainnya menyimak. Ajukan pertanyaan jika kalian tak mengerti" Soojung berucap layaknya seorang moderator yang sedang memimpin diskusi

Luhan mulai bercerita. Diawali dengan pertemuannya dengan Sehun, berkenalan dengan Namjoo, duduk sebangku dengan Minwoo, jatuh cinta pada Chorong, masuk klub dance, Jongin yang mengetahui penyamarannya, sifat Sehun yang berbeda saat bertemu dirinya yang sedang tidak menyamar, dan Sehun yang berciuman saat perform Trouble maker bersama Nahyun. Bagian terakhir Luhan menceritakannya dengan penuh semangat. Bahkan ia juga mengutarakan penyesalannya yang tak bisa merekam Sehun dan Nahyun saat perform trouble maker.

"kau belum bertindak?" tanya Jongdae setelah Luhan menyelesaikan ceritanya.

"belum. Aku masih menikmati masa sekolah singkatku"

"sudah hari ketiga kau belum juga bertindak? Oh ayolah Luhan jangan membuang-buang waktumu. Tugas kuliahmu akan semakin menumpuk nanti" ucap Minseok

"aku setuju dengan Minseok Oppa. kau harus bertindak mulai dari sekarang. Apalagi tadi kau bilang anak bernama Jongin mengetahui penyamaranmu" Timpal Soojung

"akan aku pikirkan lagi"

"bukan dipikirkan Oppa tapi dikerjakan"

"iya Jung Soojung"

"rapat ditutup" Soojung memukul lantai dengan telapak tangannya tiga kali. "Ayo kita makaannn"

"Tunggu" Minseok bersuara.

"apa lagi Minseok? Aku sudah lapar" tanya Jongdae sebal. q

"Jongin itu Trainee SM bukan?" tanya Minseok yang ditanggapi dengan tatapan serius oleh ketiga temannya.

"sepertinya begitu. Aku tak mencari tahu tentang Jongin. dia tak ada hubungannya dengan ini semua" balas Luhan

"Luhan Oppa nyawamu terancam jika Jongin bukanlah orang baik-baik" Soojung berucap dengan mimik yang amat serius

"Jika kau sedikit saja menjahati Jongin aku jamin penyamaranmu terbongkar" Timpal Jongdae

"ohh oke oke aku akan berbuat baik pada Jongin dan semua orang terutama Sehun. aku juga akan menyelesaikannya semuanya dengan Cepat" Ucap Luhan

"oke oke Rapat benar benar ditutup" Soojung kembali memukul lantai sebanyak tiga kali.

"Selamat makan!" Jongdae berucap dengan semangat yang mengebu-ngebu.

Luhan tersenyum melihat ketiga temannya yang berebut makanan. Padahal itu hanya makanan ringan. Bagaimana jadinya jika Luhan mengeluarkan ayam Goreng yang ia beli tadi setelah pulang dari kampusnya.

"Luhan, dimana ayam gorengmu? Tadi kau bilang kau membelinya"

Baru saja dibicarakan, Minseok sudah mengungkit-ungkit masalah ayam Goreng. Luhan bersumpah tak akan menceritakan apapun yang berbau makanan Pada Minseok lagi. Dengan berat hati, Luhan mengeluarkan ayam goreng miliknya dan lihatlah bagaimana Jongdae dan Soojung berebut paha ayam. Semua dugaannya ternyata benar benar terjadi.

.

.

.

.

.

Luhan menatapi jam tangannya yang berwarna putih lalu menghembuskan nafasnya kasar. Pelajaran pertama dimulai satu jam lagi tapi ia sudah tiba disekolah yang nampak mengerikan saat sepi seperti ini. salahkan Jongdae yang tiba-tiba saja menjemputnya dengan mobil milik Minseok.

Luhan melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolahnya. Kedua tangannya menggenggam erat tali tasnya. Rambutnya yang ia biarkan tergerai melambai lambai saat angin berhembus. Cahaya matahari membuat wajahnya berseri seri apalagi sekarang Luhan tengah tersenyum lembut. Tak akan ada yang percaya jika gadis berwajah polos itu adalah seorang lelaki.

Tap

Tap

Tap

Luhan membatu saat mendengar suara tapak kaki yang berjalan dengan cepat kearahnya. Seingatnya koridor masih sangat sepi dan tak mungkin ada orang yang datang sepagi ini. Ia berusaha tenang dan tetap berjalan dengan santai.

Tap

Tap

Tap

Suara tapak kaki itu semakin mendekat kearah Luhan. reflek, Luhan berlari dengan kencang lalu menutup pintu kelasnya rapat-rapat saat telah sampai dikelas. Bahkan Luhan menarik tiga kursi milik temannya untuk mengganjal pintu kelas. Luhan kemudian bersembunyi dibalik meja guru seraya menutupi kedua telinganya dengan tangannya. Luhan benci apapun yang berbau horor.

Tok Tok Tok

Tubuh Luhan bergetar saat terdengar bunyi ketukan. Luhan memejamkan matanya tak mau melihat apapun yang terjadi setelah ini.

Tok Tok Tok

Suara ketukan itu kembali terdengar. Kali ini lebih keras daripada sebelumnya.

"Tuhan tolong selamatkan aku" ucap Luhan pelan. Keringat dingin mengucur deras dari dahinya.

Tok Tok Tok

"Luna, Ini aku Sehun"

Luhan langsung membuka matanya. Ia memberanikan diri untuk mengintip. Benar saja itu adalah Sehun. Luhan bangun lalu mengampiri Sehun tanpa membuka pintu kelasnya terlebih dahulu. Mata Luhan sembab karena sempat menangis saking takutnya.

"Luna, Kau tak apa?" tanya Sehun dari Luar.

Luhan mengangguk pelan. Ia menyingkirkan tiga kursi milik temannya dari pintu lalu membuka pintu kelasnya. Saat itu juga Ia langsung memeluk Sehun erat hingga Sehun hampir saja terjungkal kebelakang.

"Oppa.. aku takut" lirih Luhan disela sela acara pelukan mereka.

Sehun tersenyum kecil lalu mengelus kepala Gadis yang berada dipelukannya dengan lembut. "tenanglah Luna, aku akan menemanimu"

Luhan tersenyum kecil lalu melepaskan pelukannya. Ia menatap Sehun yang tersenyum kearahnya.

"bagaimana kalau kita ke taman belakang? Sekalian menunggu temanmu datang" tawar Sehun

"Taman belakang?" tanya Luhan seraya memiringkan sedikit kepalanya.

"aku pernah memberimu cupcake disana"

"ohh aku ingat. Ayo kita kesana Oppa"

Sehun menggandeng Luhan yang sangat antusias menuju taman belakang. Dijalan, Ia terus saja mengajukan pertanyaan-pertanyaan tak penting pada adik kelasnya itu. bermaksud membuat Gadis itu lupa dengan kejadian tadi. walaupun Sehun tak tau pasti apa yang dialami adik kelasnya itu. Ia hanya tak sengaja melihat adik kelasnya itu berlari menuju meja guru lalu bersenyumbunyi disana saat Ia lewat kelas gadis itu.

"Sial, aku didului oleh albino itu" rutuk seorang siswa yang sedari tadi mengamati Luhan dan Sehun dari jauh.

.

.

.

.

.

Plung

Luhan melempar batu kecil kearah Kolam yang berada didepannya. Ia terkekeh saat batu yang ia lempar berhasil membuat kaget ikan-ikan. Sehun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat perbuatan adik kelasnya itu. setidaknya gadis itu sudah biasa tertawa dan tersenyum lagi.

Sehun menahan tangan adik kelasnya saat Gadis itu kembali berniat melempar batu kearah kolam. Gadis itu menoleh lalu menatap Sehun. "Kasian ikan-ikannya" Sehun berucap lembut.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya lalu mengembungkan pipinya. Sehun yang tak tahan langsung mencubit hidung Luhan pelan. Sang korban hanya meringis kesakitan.

"hey, ngomong-ngomong kenapa kau ketakukan seperti tadi?" Tanya Sehun tanpa memandang gadis disebelahnya.

Luhan terdiam. Ia mencoba mengingat kejadian tadi pagi. Reflek, Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. itu terlalu mengerikan untuk diingat kembali.

"sudah tidak usah dipikirkan lagi" Sehun berucap lembut seraya merangkul pundak Luhan.

"apa kau suka cheescake?" tanya Sehun

Luhan mengangguk antusias. kebetulan sekali ia belum sarapan dan Luhan termasuk pemakan segalanya.

Sehun mengeluarkan tempat makan berwarna biru dari tasnya lalu membukanya. Didalamnya ada empat potong cheescake berukuran sedang yang terlihat sangat menggiurkan. Sehun menyodorkan tempat makannya pada Luhan. Luhan pun mengambil sepotong cheescake dari tempat makan Sehun lalu memakannya.

"ini enak. Eommamu pasti pintar sekali memasak" puji Luhan dengan mata berbinar

"begitulah. sayangnya eomma belum pernah berhasil membuat cupcake. Jika eomma bisa membuatnya, aku tak perlu pergi ke toko roti untuk membelikanmu cupckae. Buatan rumah juga lebih higenis"

Luhan tertegun mendengar penuturan Sehun. apa itu artinya Sehun mulai menyukai Luhan? atau Sehun memang sudah menyukai Luhan? ahh mungkin yang dimaksud adalah Luna bukan Luhan.

"Tidak perlu Oppa. aku tak mau merepotkanmu"

"Tapi, aku ingin membuat orang yang kusuka tersenyum bahagia karenaku"

Uhuk Uhuk

Luhan tersedak cheescakenya. Sehun langsung memberikan sebotol air miliknya pada Luhan seraya menepuk nepuk pelan pundak Luhan. Pengakuan Sehun sungguh diluar dugaannya.

.

.

.

.

.

Luhan menatapi buku-buku yang berjejer rapih di rak. Ia sedang mencari buku untuk mengerjakan tugas biologi yang diberikan oleh Park Songsaenim. Walaupun tugas itu dikumpulkan minggu besok. Tapi, Luhan harus mengerjakannya sekarang karena Tugas kuliahnya sudah benar-benar menumpuk di apartemennya.

"ahh itu dia" jerit Luhan saat telah mendapatkan buku yang ia maksud. Luhan segera menarik buku itu dari jejeran buku lain.

Luhan membuka buku itu lalu membacanya seraya berjalan menuju salah satu meja perpustakaan tempat Namjoo berada. Namun, tiba-tiba saja seseorang menarik buku yang sedang Luhan baca.

"apa yang kau lakukan hah?" omel Luhan pada Jongin yang tadi menarik bukunya.

"aku menemukannya terlebih dulu. Tapi, kau menariknya" jelas Jongin dengan wajah memelas

"YAK! MANA BISA BEGITU"

"aku sangat sangat membutuhkannya, Luna"

"jelas jelas aku yang mengambilnya lebih dulu"

"tapi, aku benar-benar membutuhkannya. Aku belum mengerjakan tugas biologi"

"tidak bisa. Pinjamlah setelah aku selesai menggunakannya"

Luhan pergi begitu saja setelah mengomeli Jongin. Ia berjalan menghampiri Namjoo lalu duduk dihadapannya. Namjoo nampak serius sekali membaca buku sejarah yang menutupi seluruh wajahnya karena posisi buku yang berdiri.

"hey, Namjoo" panggil Luhan

Tak ada jawaban dari Namjoo.

"hey Kim Namjoo"

Lagi-lagi Namjoo tak menjawab. Ia ragu jika Namjoo benar-benar membaca buku sejarah yang lumayan tebal itu. perlahan, Luhan menarik buku sejarah yang menutupi wajah Namjoo. Betapa terkejutnya Luhan saat mendapati Namjoo yang tengah tertidur. Buru-buru Luhan mengembalikan posisi buku sejarah tadi posisi semula. Ia tak ingin mengganggu acara tidur cantik temannya itu.

Luhan membuka buku catatannya lalu membuka buku yang boleh ia pinjam dari perpustakaan. Ia memulai menyatat apa yang diperlukan lalu menjawab satu persatu pertanyaan yang diberikan oleh Park Songsaenim.

"sudah ketemu?"

"sudah. Cuma sudah diambil orang lain"

"lalu bagaimana nasib tugas kita? belum ada persiapan buat dijemur ditengah lapangan nih. belum makan soalnya"

"yaudah kita makan dulu"

Luhan diam-diam menguping percakapan antara kedua siswa yang sepertinya berdiri tak jauh dari tempatnya. salah satu siswa itu adalah Kim Jongin. Luhan yakin sekali.

"Luhan Oppa nyawamu terancam jika Jongin bukanlah orang baik-baik"

"Jika kau sedikit saja menjahati Jongin aku jamin penyamaranmu terbongkar"

Tiba-tiba saja ucapan Jongdae dan Soojung menari-nari didalam otaknya. Luhan buru-buru menggeleng-gelengkan kepalanya, berharap ucapan kedua temannya segera menghilang dari otaknya. Lagipula itu semua tidak akan terjadi. Mana berani Jongin melakukan itu. iyakan?

"tapi, bagaimana jika itu benar-benar terjadi?" gumam Luhan yang mulai bimbang.

Luhan mengacak-ngacak rambutnya, frustasi. Namun, pada akhirnya ia memilih mengejar Jongin dan temannya yang sudah keluar dari perpustakaan. Ia hanya cari aman saja.

"Jongin Oppa" panggil Luhan

Jongin dan temannya menoleh kearah Luhan. tanpa babibu lagi, Luhan langsung berlari menghampiri kedua sunbaenya itu.

"ini Oppa" Luhan menyerahkan buku yang tadi sempat jadi bahan perebutan antara dirinya dengan Jongin. "Oppa, bilang tadi ingin meminjamnya"

"memang kau sudah selesai?" tanya Jongin

Luhan menganggukkan kepalanya. "sudah kok Oppa"

"ohh baiklah. Terimakasih Luna"

"sama sama Oppa" Luhan tersenyum lembut. "kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa Oppa" Pamit Luhan. kemudian, Luhan berlari meninggalkan Jongin dan temannya.

"dia siapa Jongin?" Hoseok—teman Jongin—menyikut perut Jongin.

"adik kelas kita" balas Jongin sekenanya

"aku tau Jongin. maksudku dia siapamu? Pacarmu?"

"bukan. dia milik Oh Sehun. aku hanya sebatas mengaguminya mungkin?"

.

.

.

.

.

Pelajaran terakhir baru saja usai. Siswa dan siswi dari setiap kelas langsung berhambur keluar kelas untuk kembali kerumah masing-masing atau mungkin bermain. Luhan memasukkan sebagian buku-bukunya kedalam tas lalu memakai tasnya. Sebagian buku-bukunya yang lain ia bawa dengan tangannya karena ia berencana menaruhnya di lokernya. Tak ada gunanya juga jika ia membawa buku-bukunya pulang.

"Tugasmu sudah selesai?" tanya Namjoo yang tengah berdiri disamping meja Luhan.

"tugas? Tugas apa?"

"biologi. Sudah selesai?"

"tinggal sedikit lagi. Aku akan menanyakannya pada Oppaku saja"

"kau punya Oppa?"

"sebenarnya dia sepupuku" Luhan menggaruk tengkuknya sendiri. hahh Ia berbohong lagi. Lalu, siapa yang akan ia jadikan Oppa palsunya? Minseok atau Jongdae?

"ohh baiklah. Ayo kita pulang" ajak Namjoo

"tapi, Aku ingin memasukkan buku-bukuku kedalam loker"

"aku akan menemanimu tenang saja"

Luhan menjerit dalam hati saat Namjoo tak bertanya lebih lanjut tentang Oppa palsunya. Dengan wajah berseri-seri, Luhan menarik tangan Namjoo keluar dari kelas lalu berjalan menuju lokernya.

.

.

.

.

.

Brak

Luhan menutup lokernya lalu menguncinya kembali. setelah itu, Ia memasukkan kuncinya kedalam saku rok seragamnya.

"pulang sekarang?" tanya Luhan

"memang kau mau kemana lagi?"

"mungkin saja kau punya urusan lain sebelum pulang. Aku akan menemani"

Namjoo menggeleng pelan. "aku punya urusan dengan tugas-tugasku dirumah. Jadi, ayo kita pulang"

Luhan terkekeh lalu menyusul Namjoo yang telah lebih dulu melangkahkan kakinya meninggalkan loker Luhan. Luhan merangkul pundak Namjoo saat sudah berada disamping Namjoo.

"kau pulang naik bus?" tanya Luhan

"begitulah. kau pulang kearah mana?"

Luhan nampak berfikir. Ia pulang ke apartemennya atau ke Gedung SM? Apartemennya dan tempatnya bekerja berbeda arah. Apartemennya kekanan sedangkan Gedung SM kekiri.

"kalau kau?"

"aku kekanan"

"Aku juga. Ayo kita pulang bersama"

"Luna!"

Luhan dan Namjoo reflek menghentikan langkahnya dan berbalik. Tampaklah seorang Kim Jongin yang setengah berlari kearah mereka berdua.

"pulang denganku bagaimana?" tawar Jongin pada Luhan

Luhan melirik Namjoo sekilas seperti meminta persetujuan. Namjoo hanya tersenyum seraya menganggukan kepalanya. "pulanglah. Aku tak apa" ucap Namjoo

"Luna, ayo kita pulang bersama" ajak Sehun yang tiba tiba sudah berada diantara mereka bertiga.

"maaf tuan Oh aku yang akan mengantarnya pulang hari ini" timpal Jongin

"maaf, Oppa aku pulang bersama Jongin Oppa hari ini" ucap Luhan pelan. Wajahnya dibuat sesedih mungkin agar Sehun mengalah dan merelakannya pulang bersama Jongin.

"kau dengar sendiri kan Tuan Oh Sehun? ayo kita pulang Luna"

Jongin menarik tangan Luhan lalu membawanya menjauh dari Sehun dan Namjoo. Sehun hanya terdiam dan memandang sendu kearah Jongin dan Luhan yang telah menjauh.

"Oppa, lebih baik kau mengantarku pulang" suara Namjoo memecah keheningan yang terjadi.

Sehun menoleh kearah Namjoo lalu menghela nafas. "apa boleh buat. Ayo pulang Kim Namjoo"

.

.

.

.

.

To be continue

.

.

.

.

.

Maaf apdetnya lama u.u

Feelnya ilang kak ToT

Tapi tenang untuk dua minggu kedepan Jung bakalan post fanficnya

Udah buat dua chapter selanjutnya soalnya

Terakhir..

Jangan bosen bosen ngasih kritik saran ataupun sekedar mampir ngasih semangat di kotak review ya kak~

Saranghae 3