Halo Minna-san.. Apa kabarnya kalian? Aku harap baik-baik saja yah :D
Makasi banyak untuk kalian yang masih mau menunggu. Aku senang banget loh bacanya XD seriusan deh :D Karya pertamaku udah disenangin para Readers..
Sebelumnya mau minta maaf juga buat yang marah-marah direview. Untuk aku itu kritik dari kalian tentang Fanficku. Yang marah-marah sama fic aku, artinya fic aku udah berhasil 'ngena' kekalian hurtnya..
Aaaa~ Ureshii~ XD
Berarti benar-benar feel banget ya ngena kekalian. Yah walau mungkin masih suka typo atau salah-salah. Tapi saya benar-benar terima kasih atas dukungan kalian selama ini sama fic aku. Di fic pertama ini aku gak nyangka masih ada yang niat support hehe..
Kalian benar-benar buat aku semakin semangat untuk terus lanjutin hehe. Padahal aku sempet mau berhentiin aja, soalnya aku suka gak ada waktu.
Sayang para readers yang udah support aku :* [Hiraukan kelebayan diriku ini]
NJOS MARE~
.
.
.
.
.
.
.
Naruto Will Be Always with Masashi Kishimoto Sensei ^^
Pair : NaruHina Canon x MenmaHana (Bukan Canon)
WARNING!
Jika sebagian dari anda tidak menyukai cerita atau pair ini. Saya ingatkan untuk tidak membacanya. Dan jika sebagian dari anda masih ngotot untuk baca. Sakitnya akibat pair ini adalah kesalahan dari diri anda yang masih berniat untuk membacanya. Jika tidak menyukai fic ini, anda boleh membaca fic yang lainnya. Karena saya adalah Pemula disini.
-Terima kasih-
.
.
.
.
Selamat Membaca !
.
.
.
.
Naruto POV's
.
.
"HINATA!"
'Sruk!
Hahh.. Hahh.. Hahh.. A-Apa yang barusan terjadi?! Ugh!
Aku terbangun dengan terkejut yang membuatku langsung terduduk. Hal itu membuat kepalaku ikut terkejut dan mengakibatkan rasa sakit yang tidak biasa. Dengan sekuat tenaga aku memegang kepalaku menahan rasa sakit yang seketika menjalar diseluruh kepalaku.
"Ke-Kenapa ini?!" masih terus memegang kepalaku. Ah.. betapa terkejutnya aku tadi. Bahkan aku lupa apa yang membuatku seperti ini. Perasaanku tadi aku menyebut nama seseorang. Ugh.. Apa yang-
*DEG!
Ugh! W-Wajahku memanas! A-Apaan ini?! A-Ada apa denganku?! Tidak mungkin.. Sedikit demi sedikit semua yang ada didepan mataku semakin.. semakin..
*BRUGH!
.
End of Naruto POV's
.
Terbangun dan kembali tertidur. Itulah yang terjadi pada pria blondie bernama Namikaze Naruto tersebut. Hal buruk terjadi kepadanya begitu saja. Ia mengalami rasa sakit yang menjalar diseluruh permukaan kepalanya yang membuatnya tidak bisa menahan rasa sakit itu.
Dan selang beberapa menit kemudian dadanya mulai berdegup begitu kencang. Membuat dirinya semakin tidak bisa menahan rasa sakitnya dan kembali tertidur. Atau bisa diperkirakan dia pingsan dengan keringat yang mengucur diseluruh tubuhnya.
Tap Tap Tap
Suara langkah kaki mendekati pintu masuk ruangan tersebut. Seorang bocah yang sedang membawa setumpuk pakaian yang ia bawa menuju kamarnya, menghempaskan semua pakaiannya ketika melihat kejadian buruk itu berada tepat dihadapannya.
"Nii-chan! Nii-chan!" teriaknya sambil berlari kearah kakaknya yang sudah tertidur dengan wajah pucat dan keringat yang mengucur disekujur tubuhnya. Ia kemudian berusaha membangunkan kakaknya itu dengan mengguncang-guncangkan tubuh besar milik kakaknya.
Namun karena tak ada respon seperti kembali terbangun atau membuka kedua matanya. Ia kemudian berteriak memanggil kedua orangtuanya. Terus berteriak sampai airmata keluar dari mata sang adik begitu saja.
Merasa khawatir terjadi apa-apa dengan anak mereka. Kedua orangtua itu berlari menaiki anak tangga dengan begitu cepat dan dengan raut kekhawatiran. Takut terjadi hal buruk kepada anaknya yang sedang meneriaki mereka berdua.
Seorang ibu yang lebih dulu masuk kedalam kamar anaknya itu langsung menghampiri putranya yang sedang tertidur dengan wajah yang begitu pucat. Ia meninggalkan suaminya yang masih berdiri didepan pintu masuk kamar.
"Ada apa dengannya Menma?! Apa yang terjadi dengannya!?" Kushina khawatir setengah mati melihat putra pertamanya itu sudah terkapar tak berdaya. Ia ikut menangis melihat anaknya seperti orang tak berdaya kehabisan darah. Seluruh tubuhnya dingin dan berkeringat. Wajah pucatnya yang menambahkan dirinya semakin terlihat seperti mayat tak berdaya.
Ia kemudian membalikan badannya menghadap suaminya. Apa-apaan itu suaminya? Tidak ada khawatirnya sama sekali dengan kejadian seperti ini. Melihat putranya yang tertidur kaku tak bernyawa. Ia hanya berdiam diri didepan pintu masuk.
Kushina semakin emosi melihat suaminya yang seperti itu. Kemudian ia berniat untuk menghampiri suaminya yang masih berdiam diri menatap kejadian ini. Baru setengah jalan Kushina ingin menghampiri suaminya. Ia sudah dapat melihat suaminya bergetar hebat. Mungkin itu yang membuat Minato tidak mampu menghampiri putra pertama mereka.
"I-Ini.. Sama seperti kejadian dimana dia tertabrak." Kushina dapat melihat tatapan yang bergetar itu dari mata indah suaminya. Mata itu kini mengisi arti kesedihan yang terjadi beberapa tahun lalu. "AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" kini suaminya berteriak dan menjerit sangat keras. Membuat Kushina dan Menma terkejut melihatnya.
Pria itu kemudian menjatuhkan dirinya kelantai kamar. Kushina kemudian menghampiri suaminya dan memeluknya. "T-Tenangkan dirimu Anata.." mengelus-elus punggung suaminya untuk membuatnya semakin tenang. Dan hal itu sukses menenangkan dirinya.
"Saat itu tubuhnya sama seperti ini. Tak bernyawa dengan sekujur darah diarea kepalanya." Ucap Minato masih bergetar. Namun sudah lebih tenang karena pelukan hangat istrinya. "Tubuhnya yang dingin dan kaku.. Wajahnya yang pucat.. dan.. dan.. itu membuatnya hampir mati karena aku."
Kushina terdiam melihat suaminya yang seperti sudah merasa sangat bersalah tentang beberapa tahun lalu. "Anata.. Jika kau tidak ingin kehilangan dirinya. Tolong panggilkan dokter sekarang. Atau kau akan menyesalinya seumur hidupmu dari pada terlambat." Kemudian Kushina mengeratkan pelukannya. Menyalurkan rasa hangatnya untuk menenangkan diri suaminya.
Minato membalas pelukan itu dan kemudian bukannya menelfon, ia malah menangis semakin menjadi dipelukan Kushina. 'Are? Ahh.. Aku salah bicara padanya. Itu malah membuatnya semakin merasa bersalah.' Batin Kushina dengan wajah semakin kesalnya.
Menma merasa tidak kuat lagi melihat kakaknya yang seperti tak bernyawa lagi akhirnya berlari kecil menuju telephone rumah. Dan memanggil sang dokter untuk segera secepatnya datang kemari.
.
.
"Bagaimana keadaan putra saya dok? Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Kushina mendekati sang dokter yang sedang melihat hasil pemeriksaannya kepada Naruto. Ditanya seperti itu oleh ibu sang pasien. Ia kemudian berusaha untuk tetap tersenyum. Kemudian dengan sekuat hati ia menjelaskan kepada orangtua pasien.
"Sebelumnya saya mau bertanya." Tanya dokter kepada kedua orangtua pasien.
Kushina dan Minato kemudian saling bertatapan satu sama lain. Kekhawatiran tersirat diwajah mereka berdua. Tidak lupa Menma yang berada dibelakang ikut mendengarkan. Ia juga memasang wajah khawatir.
Dengan mantap Kushina menjawab. "Boleh dok. Apapun itu."
Dokter yang mengerti kemudian berpikir sebentar. Membuat keluarga pasien didepannya semakin bertanya-tanya dan semakin dibuat khawatir. Dokter kemudian membuka suaranya.
"Mau kabar baik atau kabar buruk dulu?" tanya dokternya dengan hati-hati.
"Kabar buruk dok." Jawab Minato. Ia semakin merasa tak enak. Karena dikabarkan adanya kabar buruk dan kabar baik. Kushina ikut mengangguk setuju dengan jawaban Minato.
Dokter kemudian menghela nafas panjang. Berusaha tidak membuat keluarga pasien menjadi panik mendengar kabar buruk ini.
"Sebelumnya akan saya jelaskan mengenai sesuatu yang diderita anak anda berdua. Hilang ingatan terjadi karena adanya kerusakan struktur neuroanatomical yang menghambat ingatan, proses penyimpanan ingatan, dan proses mengingat kenangan. Hilang ingatan menyeluruh dapat terjadi secara mendadak dan dapat terjadi secara bertahap tergantung pada penyebabnya. Ada beberapa yang membuatnya menjadi semakin parah seperti ini." Ucap dokter selesai menjelaskan.
Kushina kemudian memajukan wajahnya untuk menegaskan pertanyaannya. "Apa yang membuat anak saya kembali seperti ini dok?! Bukannya dia sudah sembuh total? Hanya ingatannya saja yang menghilang saat masih kecil?"
Dokter kemudian berpikir. Kemudian menggelengkan kepalanya dan menatap tajam kearah keluarga yang sudah sangat khawatir. "Ada beberapa akibat yang membuat dirinya semakin tidak menjaga kesehatannya. Sekarang ini seperti yang saya lihat. Ada sesuatu yang belum hilang seutuhnya diingatannya. Dan itu membuatnya untuk mencari tahu dan berusaha keras mengingat apa yang ingin ia ingat ini. Ini sangat berbahaya menurut saya."
Kushina dan Minato kemudian semakin menajamkan tatapannya kepada dokter dihadapannya. "Dokter jelaskanlah apa saja itu! Jangan setengah-setengah!" teriak Menma dari belakang membuat ketiga orang tersebut terkejut. Dokter mengerti maksud bocah itu dan memang sudah saatnya ia harus menjelaskan semuanya kepada keluarga Naruto. Mengingat dokter ini jugalah yang dulu menyembuhkan dan merawat Naruto saat kondisinya masih lebih parah dari pada sekarang.
"Ada beberapa penyebab anak anda seperti ini. Yang pertama adalah kesulitan tidur. Kurang tidur dapat menimbulkan kelelahan yang nantinya dapat mengganggu kekuatan otak untuk mengingat dan mempertahankan ingatan. Ia ingin sekali mengingat sesuatu. Namun ia tidak bisa mengontrol kesehatannya. Yang kedua adalah Stress dan depresi. Kedua kondisi psikologis ini bisa menyebabkan seseorang sulit untuk berkonsentrasi, dan fokus sehingga dapat mempengaruhi daya ingat seseorang. Hal ini disebabkan pada saat seseorang tegang karena stress atau trauma, maka pikirannya akan terganggu atau mengalami kelebihan beban, sehingga kemampuan mengingatnya ikut mengalami gangguan. Apa menurut kalian anak kalian ini mengalami stress? Sepertinya ia memiliki beban akhir-akhir ini yang membuat sesuatu meledak-ledak dikepalanya. Seperti berusaha untuk keluar mengingatkannya akan sesuatu." Jelas dokter secara detail dan lengkap. Sehingga membuat Kushina dan Minato terkejut setengah mati.
"Atau sebelum kejadian kecelakaan saat itu anak anda sempat berkata sesuatu? Sehingga sampai sekarang mungkin hal itu menghantui pikirannya." Jelas dokter lagi. Ia kemudian melihat kembali hasil periksaannya pada Naruto.
Kushina hanya terus berpikir kebingungan dengan penjelasan dokter. Berbeda dengan Minato yang tiba-tiba kembali bergetar hebat. Kushina yang melihat suaminya kembali seperti itu kemudian melakukan hal yang sama seperti tadi untuk kembali menenangkannya. Yaitu memeluknya untuk memberikan kehangatan yang dapat membuatnya tenang.
"A-Aku sempat teringat dan mendengarkan ucapan terakhirnya saat itu.. saat dimana dirinya sudah terkujur kaku didepan mataku dengan menyebutkan nama seseorang.." Ucap Minato yang masih terus bergetar.
Kushina hanya mengelus-elus punggung suaminya yang masih bergetar. Ia berusaha untuk menenangkan suaminya terlebih dahulu sebelum mendengar apa yang ingin suaminya sampaikan.
"Hi-Hinata.."
Suara yang mampu membuat penghuni seisi kamar terkejut. Siapa lagi kalau bukan..
"N-Nii-chan!" Menma kemudian dengan cepat menghampiri kakaknya yang masih terkapar tak berdaya ditempat tidurnya.
Kushina, Minato dan dokter hanya menunggu kelanjutan apa yang akan terjadi. Kushina berusaha menahan tangisnya yang masih dapat terbendungi. Minato semakin bergetar hebat mendengar yang Naruto ucapkan. Nama itu nama yang sama persis seperti beberapa tahun lalu kecelakaan terjadi pada Naruto.
"Hi-Hinata.. Y-Ya! N-Nama itu! Nama itu yang ia ucapkan saat kecelakaan terjadi! H-Hinata..! Ya.. Hinata dari keluarga Hyuuga." Teriak Minato dengan antusias. Dokter kemudian kembali berpikir.
"Kaa-san.. Nii-chan tidak lagi berbicara. Apa yang terjadi padanya?!" teriak Menma semakin khawatir terjadi apa-apa kepada kakaknya.
"Dokter.." Kushina menatap dokter yang masih berpikir. Mengerti sedang ditatap oleh ibu sang pasien. Dokter kemudian kembali menjelaskan. "Dia hanya sedang bergurau sementara. Sampai seterusnya ia akan terus berusaha mengingat siapa Hinata itu dan siapa Hinata baginya. Sampai dirinya benar-benar akan kehilangan kendali dan ia akan menjadi seseorang yang pendiam jika hal itu sampai terjadi padanya. Ini sangat buruk. Hal itu akan menyebabkannya untuk bunuh diri jika ia akan terus penasaran sampai kematian menjemputnya."
"K-Kita harus mencari putri Hyuuga sialan itu!" teriak Minato antusias. Matanya sudah sangat merah. Sudah tidak bisa menahan dan menanggung semuanya. Melihat anaknya yang akan berakhir tragis suatu hari nanti karena dirinya dulu yang melarangnya untuk berteman dengan putri Hyuuga musuhnya.
Beberapa menit kemudian Minato pergi meninggalkan mereka tidak lupa disusul oleh Menma dari belakang.
Kushina kemudian menangis. Tangisan yang ia tahan sudah tidak dapat terbendungi kembali. "G-Gomenasai Naruto.. Kaa-san tidak bersamamu saat itu. Seandainya Kaa-san bersamamu.. Kaa-san mungkin bisa menenangkanmu untuk tidak berlari. Aku ibu yang buruk untukmu.. Hiks.. Hiks..".
Karena sekarang hanya ada mereka bertiga.. Kushina, Naruto dan sang dokter. Dokterpun berusaha menenangkan ibu dari pasien yang sedang merasakan sakit melihat kondisi anaknya yang semakin parah. Dokter juga sedang berusaha untuk mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah ini.
.
"Otou-san! Mau pergi kemana?! Banyak sekali bawaanmu." Tanya Menma melihat ayahnya yang sudah mempacking beberapa banyak barang.
"Tou-san akan mencari putri Hyuuga yang bernama Hinata itu." jelasnya masih terus melanjutkan mempacking barangnya. Menma kemudian kembali kekamarnya untuk ikut bersiap-siap. Ia ingin ikut dengan ayahnya. Berpikir bahwa ia juga dapat bertemu dengan Hanabi.
"Cih! Bagaimana aku tahu keberadaannya jika wajahnya dan gadis itu saja tidak kukenali sama sekali." Mendecik kesal dan mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia kemudian duduk ditepi ranjang untuk menetralkan emosinya.
Ia kemudian memikirkan sesuatu. "Akan kutanya langsung saja kepada Hyuuga brengsek itu!" kemudian ia melanjutkan aksi packingannya.
.
"Tou-chan aku ikut!"
"Tidak. Kau disini saja temani Kaa-san menjaga Naruto."
"Ie! Aku mau ikut!"
"Tidak!"
"Ikut!"
"Tidak-"
"Ikut atau aku akan mencarinya sendiri saja-"
"Yasudah kau boleh ikut-"
"Yosh! Sekarang kita berangkat-"
"Hey jangan terburu-buru! Pamit dulu pada Kaa-san-"
"Yosh!"
Dan potong-potongan percakapanpun selesai-.
.
.
"Aku kenal dengan adiknya makanya aku ingin ikut." Jelas Menma yang sambil mengenakan sabuk pengamannya untuk keselamatannya. "Sekarang kita mau kemana?"
Minato kemudian menatap tajam kearah Menma. Putra bungsunya. "Katanya kau kenal dengan adiknya. Berarti kau juga tahukan dimana mereka tinggal?" Ayahnya menatap heran dan tajam. Jangan-jangan Menma hanya berusaha untuk membohonginya agar dirinya merasa percaya diri untuk lebih gampang mencarinya.
"Aku tau rumahnya tou-chan. Tapi yang kutahu mereka sudah pergi atau pindah." Jelas Menma sambil menyembunyikan wajah sendunya dari ayahnya. Minato kemudian mengelus kepala anak bungsunya itu dan tersenyum.
"Kita cari sama-sama ya. Pasti ketemu." Kemudian Minato melajukan mobilnya. Ia sudah tahu tujuan utama yang harus ia kunjungi agar dapat mengetahui dimana keberadaan putri Hyuuga itu.
.
.
Paris adalah kota yang diakui oleh beberapa pasangan sebagai kota teromantis yang pernah ada menurut para wanita yang sangat menginginkan untuk pergi kekota itu bersama pasangannya. Apakah menurut wanita yang sedang keluar sendirian ini sama?
"Haaaaa.. menurutku tidak. Sangat tidak dan tidak. Aku sangat tidak menginginkan siapa-siapa untuk pergi ketempat ini. Aku tidak setuju dengan pemikiran mere-"
Suara biola yang sangat indah kini teralun ditelinga wanita tersebut. Ia seperti terhanyut dengan nada-nada yang indah sedang ia dengarkan. Benar-benar indah menurutnya sampai ia memejamkan kedua matanya dan berhenti. Namun sangat disayangkan.. disaat dirinya berhenti. Alunan biola itu ikut terhenti.
Merasa sudah tidak mendengarkannya lagi. Ia membuka kedua matanya dan melihat seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat khas untuk pria paris manapun dengan mantel coklat yang menutupinya tidak lupa ia memegang biola yang mungkin baru saja ia mainkan.
"Apa?" tanya pria itu yang merasa tidak nyaman diperhatikan seperti itu oleh wanita yang sedang menatapnya terkagum-kagum.
"Apa kau yang baru saja memainkan biola itu? indah sekali.." jelas wanita yang kemudian menghampiri pria yang baru saja memainkan biolanya. Pria itu kemudian hanya membalasnya dengan tersenyum dan mengangguk.
"Kenapa berhenti?" tanya wanita itu penasaran.
"Karena aku sudah selesai memainkannya." Terang pria itu sambil merapihkan biolanya hendak pergi.
"Boleh aku mengetahui lagu apa yang kau mainkan tadi?" wanita itu kembali bertanya. Dan pria itu hanya membalasnya dengan senyuman dan mengangguk.
"A Thousand Years oleh Christina perri. Kau tahu?" pria itu balik bertanya. Dan dijawab anggukan oleh wanita tersebut. "Arigatou. Kau benar-benar memainkannya dengan indah sampai aku tidak mengenali bahwa kau memainkan lagu itu." terangnya sambil tertawa kecil.
Pria itu hanya ikut tersenyum dan kemudian melanjutkan kegiatan membereskan barang-barangnya. Wanita itu terlihat heran. Apakah karena dirinyalah ia akan pergi. "Kenapa kau ingin pergi disaat aku baru mendengarkannya?" tanya wanita itu yang diketahui adalah Hinata.
"Sebenarnya tidak bermaksud untuk menyinggungmu. Tapi aku bukan pengamen didaerah sini yang hanya berdiam diri untuk menghasilkan uang. Aku tadi hanya berlatih untuk konserku." Jelasnya yang sudah selesai merapihkan barang-barangnya dan bersiap untuk meninggalkan Hinata.
"T-Tunggu.. apa kau akan memainkan lagu itu lagi? Bisakah aku melihatnya? Aku sangat suka bila kau mau mengajakku untuk menonton konsermu."
Pria itu terkejut wanita yang baru dikenalnya sudah bisa dibilang sok dekat dan sok kenal kepadanya. Ia tidak ingin menolaknya sih. Dengan senang hati juga menurutnya jika konsernya ditonton oleh wanita sepertinya. Apalagi ia terus memujinya.
"Kalau begitu, kemarilah ikut denganku." Ajaknya sambil tersenyum.
.
Mewah adalah segalanya untuk daerah yang selalu disebut Eropa. Apalagi paris yang memang terkenal dengan suasana yang cukup dibilang bisa membuat siapa saja dapat merasakan apa yang namanya cinta dan seni.
Gedung yang megah dan mewah disertai berbagai lilin-lilin indah membuat gedung tidak hanya terlihat megah dan mewah. Melainkan terkesan indah karena suasananya yang ada disana adalah para sepasang kekasih yang saling mencintai satu sama lain hadir digedung tersebut.
"K-Kenapa kau tidak bilang kalau banyak sekali pasangan kekasih yang datang kesini?" bisik Hinata kepada pria disebelahnya.
"Memangnya aku tahu dan kaukan juga tidak bertanya. Aku saja terkejut." Balasnya yang ikut membisik kearah Hinata.
Tiba-tiba seseorang mendatanginya. "Toneri! Kau terlambat! Acara akan segera dimulai." Ucap wanita yang memarahi pria disampingnya.
"Ehehe.. Tadi aku latihan dulu Sara. Jangan begitu dong. Oh ya.. Aku membawa temanku. Dia akan menontonku. Jadi dia tak usah dilibatkan dengan tiket. Anggap saja dia yang mendapingiku kemari" Jelas pria yang bernama Toneri itu kepada wanita bernama Sara.
Sara memasang wajah bingungnya. "Teman? Kau kemari bawa temanmu? Bukankah saat kita kemari kau berangkat sendiri ya Toneri?" tanyanya heran dan curiga.
"Oh.. Namaku Hyuuga Hinata. Panggil saja Hinata. Aku ini bukan teman-"
"Dia temanku! Aku bertemunya tadi dijalan. Kebetulan dia baru sampai dari jerman. Aku jadi tidak enak karena dia baru mengenal paris. Jadi aku yang mengajaknya untuk menonton konserku." Potongnya dan meneruskan penjelasannya pada Sara.
Sara yang merupakan wanita polos. Dapat begitu dengan cepat percaya. Ia kemudian tersenyum mengerti. "Oke! Kalau begitu kau kebelakang panggung ya Toneri. Dan Hinata ikutlah denganku. Akan kuantar kau ketempat dudukmu."
Hinata hanya mengangguk mengerti dan mengikuti Sara yang mengantarkannya ketempat duduknya. Sesampainya ditempat duduknya, Hinata cukup senang karena ia mendapatkan tempat duduk yang sangat dekat dengan panggung. Dengan begitu dia bisa begitu jelas melihat penampilan Toneri.
.
Berbeda diHotel George. Kedua gadis ini masih bertanya-tanya kemana kakak dan temannya pergi. Padahal hari sudah mulai gelap.
"Nee-chan kemana ya. Masa iya dia pergi jalan-jalan sendiri. Seperti mengerti jalan disekitar sini saja yah. Padahalkan dia baru pertama kali kesini." Hanabi mulai khawatir dengan keberadaan kakaknya yang hilang secara tiba-tiba.
Konan hanya mengangguk setuju mendengar pengakuan dari Hanabi. "Setidaknya tersesat sama-sama kita juga kan pasti masih gampang. Ini dia sendirian diluar sana. Apalagi hari sudah mulai gelap."
.
"Gawat.. Mereka pasti sedang mencariku sekarang." Hinata tidak bisa bergerak lagi. Kini barisan tempat duduknya sudah penuh. Tidak enak untuk berpamitan kepada Toneri yang sudah memberikannya konser gratis.
Tapi Hinata juga tidak enak kepada orang-orang yang berada dihotel mengkhawatirkannya. Pasti adik dan temannya benar-benar mengkhawatirkan keberadaannya. "Duh.. Bagaimana ini.." ujarnya mengecilkan suaranya.
Disela-sela kepanikannya, acarapun dimulai dengan beberapa kata sambutan dan kata pembuka sebagai hiburan awal untuk para tamu undangan dan para penonton yang sudah siap untuk menonton konser ini.
Hinata semakin panik. Bagaimana kalau pihak teamnya memberitahu kepada kepala team dan akhirnya ia akan dipulangkan kembali kejepang. Kembali ke masa hidupnya yang suram. Yang penuh dengan berbagai rasa sakit dan luka yang akan membekas kembali. Ahh.. Hinata sudah tidak mampu membayangkannya lagi.
Namun ia juga sudah harus pasrah dengan semua ini. ia benar-benar tidak bisa lagi untuk pergi meninggalkan tempat ini. Sudah menjadi resikonya menerima hal yang seperti ini. Karena memang Hinatalah yang dari awal sudah benar-benar ingin mendengarkan Toneri memainkan lagu indah itu dengan biolanya. Keindahan alunan lagu dan nada dari biolanya membuatnya tenang dan merasa ingin sekali hidup dalam sebuah ketenangan.
Dan ia membiarkan dirinya untuk mengikuti acara konser tersebut. Ia siap untuk menerima resikonya jika ia memang harus. Karena memang dari awal ini sudah kemauannya untuk menonton Toneri konser. Apalagi ia diberikan kursi paling depan dengan tiket gratis. Kapan lagikan?
Setelah acara sudah diakhiri dengan kata-kata sambutan dan kata-kata pembuka. Para peserta musik yang bertalenta mulai tampil secara satu persatu. Hinata sudah sangat terhanyut dan merasa sangat bersyukur kepada Tuhan karena ia diberikan show seperti ini.
"Hebat sekali orang-orang disini." Hinata tidak berhenti terbinar-binar melihat para pesertanya tampil. Walau kadang para juri menilai buruk kepada para peserta. Namun untuk Hinata mereka semua sudah tampil dengan sempurna.
Dan akhirnya tiba dimana Toneri akan menampilkan sebuah lagu yang tadi sempat Hinata dengarkan. Membuat Hinata semakin tidak sabaran. "Wahh.. akhirnya sudah gilirannya! Semoga dia tampil dengan sempurna." Hinata terus menunggu hingga akhirnya pria berambut putih itu keluar dengan pakaian yang berbeda.
Kini ia berpakaian layaknya seperti pangeran. Tidak lupa gaya rambut yang juga lebih dirapihkan. Tatapan matanyapun berubah menjadi intens dan mendalam. Ia dapat merasakan bahwa tatapan itu tertuju kepadanya.
Dan dimulailah dengan alunan-alunan pelan yang muncul dari setiap gesekan yang di buat oleh Toneri. Dengan pakaian yang ia kenakan dan lagu yang ia bawakan. Benar-benar layaknya pangeran. Apalagi dengan tempat gedung ini layaknya istana bagi Hinata. Ia kemudian melirik kesegala arah untuk melihat berbagai pasangan.
Sempat miris mengetahui hanya dirinyalah yang tidak membawa sesosok pasangan. Ia melihat berbagai pasangan begitu mesra dan menikmati alunan musik yang dibawakan Toneri. Hebat sekali menurutnya Toneri itu. ia mampu membawakan lagunya dengan begitu membawa suasana para hati pasangan.
"Benar-benar hebat.." Hinata semakin terbinar-binar. Setelah Toneri selesai menampilkannya. Ia bertepuk tangan sangat ricuh. Hinatalah yang paling bersemangat. Karena ia benar-benar merasakan bahwa musik yang dibawakan Tonerilah yang terbaik.
.
.
Acara diselesaikan dengan meriah. Dengan semua pasangan yang mengucap janji mereka dengan sebuah Ciuman dan sebagainya layaknya pasangan seharusnya. Berbeda dengan Hinata yang hanya ikut bahagia. Ternyata ini adalah konser untuk para pasangan. Maka dari itu Hinata sendirian dibangkunya.
Ia kemudian menghampiri Toneri yang ingin menghampirinya.
"Kau hebat sekali Toneri! Benar-benar membuatku terkagum-kagum melihatnya." Hinata menunjukan bahwa ia menyukai dan memuji keahlian Toneri diatas panggung tadi.
"Ahahaha.. Terima kasih banyak yah Hinata-chan." Ucap Toneri dengan penuh rasa bersyukur dan terima kasih banyak atas dukungan teman barunya.
Hinata tidak akan memerah. Karena menurutnya itu mungkin sudah menjadi keterbiasaannya dipanggil dengan suffix seperti itu.
"Oh iya. Ini sudah malam. Mau kuantarkan pulang?" tawar Toneri. Menawarkan untuk diantarkan pulang.
Dan hanya dibalas senyuman oleh Hinata. Jika ia menolak. Ia tidak tahu jalan menuju Hotel. Maka dari itu. jika Toneri menawarkan ia bisa menjadikannya sebagai peluang untuk kembali keasalnya.
.
.
'KRIKK
Suara mobil terhenti didepan Hotel George V. Sudah sampai dilokasi. Hinata kemudian turun dari mobil yang dibawakan oleh Toneri. Kemudian mengucapkan kalimat terima kasih untuk hari ini.
"Hinata-chan. Terima kasih sudah mendukungku. Aku harap kita dapat bertemu lagi. Jaa~" ucap Toneri sebagai perpisahan. Hinata kemudian mengangguk dan tersenyum bahagia. Ia melambaikan tangannya dan tertawa kecil. Menurutnya ini sangat menyenangkan bisa berteman dengan orang seperti Toneri.
Ia kemudian masuk kedalam Hotel untuk beristirahat. Pasti yang lain sudah mengkhawatirkannya. Ah dia jadi merasa bersalah karena tidak ijin pergi tadi sore. Benar-benar merasa bersalah.
.
"Hinata!" suara temannya menggema ditelinganya. Dengan cepat ia berlari kecil kearah asal suara. Dia juga melihat adiknya sudah menunggunya sedari tadi. Semakin tak enak hati Hinata berhadapan dengan mereka.
"Nee-chan! Kemana saja?! Jalan-jalan tak mengajak kamikan. Udah begini ternyata ya.. bandel." Ucap Hanabi cemberut kesal karena kakaknya pergi untuk berjalan-jalan sendiri.
"Gomen-Gomen Hana-chan.. Nee-chan juga tadi cuman sekitar-sekitar sini saja kok. Tidak kemana-mana selebihnya." Bohong Hinata. Ia hanya tidak mau saja merasa tidak enak karena hari ini dirinya mendapati konser gratis yang sangat luar biasa.
Hanabi hanya diam menanggapi jawaban kakaknya. Sementara Konan sudah melirik jam tangannya. "Anak-anak sudah menunggu kita dilantai 6. Yuk! Kita harus latihan untuk penampilan kita minggu depan. Mereka menunggu diruang latihan."
Hanabi dan Hinata mengangguk mengerti dan mengikuti Konan yang berjalan menuju lift dari belakang. Hinata dan Hanabi harus menyiapkan mental mereka untuk pertunjukannya ini. Bagi mereka ini adalah pengalam pertama untuk mereka.
.
.
"Hinata-chan!"
Siapalagi kalau bukan pangeran tampan.. "Sasuke-san. Ada apa?" tanya Hinata saat Sasuke menghampirinya. Hinata sempat tidak mengenali Sasuke karena hari ini ia berpenampilan gagah layaknya kesatria.
"Aku cuman mau bilang 'Ganbatte!' untuk pertunjukan kita nanti. Aku harap kamu akan mulai terbiasa dengan hal seperti ini. Jangan gugup yah!" Sasuke berusaha menyemangati dan membuat suasana nyaman untuk Hinata. Ia hanya tidak ingin Hinata sampai gugup karena ini yang pertama baginya.
Hinata mengangguk mengerti dan tersenyum. "Ganbatte!" jawab Hinata. Setelah itu Sasuke pergi meninggalkannya karena pengurus naskah drama memanggilnya untuk berlatih dengan gerakan yang akan dipertunjukan minggu depan.
"Nee-chan!" teriak Hanabi dari belakangnya. Hinata membalikan badannya dan menemukan adiknya sudah berpakaian lucu layaknya sesosok kelinci gendut yang mungil.
"Kau jadi siapa Hanabi?" tanya Hinata yang gemas melihat adiknya dengan pakaian kelinci gendutnya.
"Aku jadi kelinci putihnya. Nee-chan jadi White Queen bukan? Kenapa belum siap-siap?" jawab Hanabi yang berbalik bertanya.
"Eh? White Queen? Memangnya apa tema drama kita?" Hinata dibuat semakin bingung oleh adiknya itu.
"Alice in the Wonderland Nee-chan." Jawab Hanabi. Ia kemudian mendorong kakaknya untuk segera bersiap-siap. Karena latihan sebentar lagi akan dimulai.
Hinata semakin terkejut lagi jika ia harus memerankan White Queen. Karena ia tidak begitu mahir memerankan pemeran-pemeran inti. Apalagi ia adalah pemain baru direkan timnya. Ia mulai mengerti mengapa tadi Sasuke menyemangatinya. 'Pantas saja si Sasuke-san sangat berantusias menyemangatiku. Peranku benar-benar sangat berat. Huhhh..' batinnya dalam hati.
.
"Uwaahh.. Cocok sekali denganmu Hinata-chan! Kawaii Kawaii!" puji Mei. Ia dari tadi terus-menerus memuji Hinata yang mengenakan gaun putih layaknya seorang ratu. Tidak lupa dengan mahkota yang ia kenakan untuk adegannya.
Hinata dibuat malu karena kini disekelilingnya semua rekan timnya memerhatikan perannya sebagai ratu putih di Alice in the Wonderland.
"Tidak salah aku memilihmu Hinata." Itachi mengacungkan jempolnya. Ini memang ide Itachi yang mengusulkan bahwa Hinatalah yang layak menjadi White Queennya. Dengan begitu lancar semua misi Itachi.
"Mi-Minna.. Sudah.. jangan memperhatikan aku seperti itu. Itu sangat memalukan." Hinata menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Wajahnya kini sudah memanas dan memerah dengan hebat. Benar-benar memalukan dipandang seperti itu oleh rekan timnya.
Konan dan yang lainnyapun hanya ikut tertawa melihat kelakuan Hinata yang sangat menggemaskan. Mereka sangat berharap bahwa Hinata mampu terbiasa dan bisa menjalani tugasnya sebagai White Queen dengan lancar.
"Yosh! Yosh! Mari kita mulai latihan kita! GANBATTE!" teriak Sasuke memulai latihan mereka dengan semangat supaya berjalan dengan lancar.
"GANBATTE FOR US!" dan semuanya direspon dengan baik oleh para rekan tim.
.
GANBATTE MINNA! XD
.
.
.
'Kriittt
Suara rem yang secara mendadak, berhenti disebuah kediaman mewah dan megah milik Hyuuga. Namikaze Minato tahu bahwa adalah hal konyol dirinya datang ke tempat seperti ini. Namun mau bagaimana lagi? Dirinya tidak tahu harus bagaimana untuk menemukan putri Hyuuga yang dapat menyelamatkan putra pertamanya.
Minato berusaha untuk tidak mempermalukan dirinya kali ini. Keputusannya sudah bulat untuk beberapa alasan. Membatalkan pertunangan Naruto dengan putri Hyuuga yang bernama Shion itu, dan berusaha untuk mencari tahu keberadaan putri Hyuuga yang bernama Hinata. Kalau bisa ia ingin menukarkan pertunangan antara Namikaze Naruto putra pertamanya dengan Hyuuga Hinata.
Ia harus terpaksa jika itu terjadi. Terpaksa kalau Hyuuga brengsek itu akan menjadi salah satu keluarga baginya. Ini semua hanya untuk kepentingan dan kebaikan Naruto saja. Bukan untuk dirinya sendiri. Ia sudah tidak mau terkurung dalam keegoisannya sendiri yang dapat mencelakai anaknya. Ia sudah trauma jika beberapa urusannya akan bersangkutan dengna keluarganya.
"Menma.. Kau tunggu disini saja. Tou-chan tidak akan lama." Minato kemudian keluar dari mobilnya. Namun itu semua ditahan oleh putra bungsunya Menma.
"Tidak. Aku ingin ikut." Tatapan Menma entah mengapa berubah. Mata indah yang terlihat manja selama ini dimatanya berubah menjadi tatapan dingin dan tajam. Entah ia yang dibutakan oleh mata putranya atau memang mata biru itu kini berubah menjadi merah.
Minato tidak bisa menolak keseriusan putranya itu sehingga akhirnya iapun mengajak Menma untuk ikut masuk bersamanya.
.
'TingTong'
Suara bel sudah menggema keseluruh wilayah kediaman Hyuuga. Beberapa maidpun keluar menghampiri Minato dan putranya. Minato dengan tegas mengatakan dirinya ingin menemui sang kepala kediaman. Namun para maid meminta penjelasan secara detail agar ia dapat masuk untuk menemui kepala Hyuuga.
"Ini tentang mengurus pertunangan anak kami." Jelas Minato. Dan itu sukses membuat mereka maju ketahap selanjutnya. Yaitu menemui Hiashi ketua atau kepala dari kediaman Hyuuga.
.
"Jadi Minato.. Ada apa sibuk-sibuk datang kemari?" tanya pria berambut panjang yang diketahui adalah Hiashi. Ketua dari Hyuuga.
Minato dengan tenang menatapnya tajam. "Dimana putri Hyuugamu yang bernama Hinata?" pertanyaan yang tenang dan menusuk mampu membuat Hiashi menjerit mendengarnya.
DEG!
"Ada perlu apa kau dengannya?" tanya Hiashi berusaha untuk menenangkan pikirannya.
"Aku hanya ingin bertukar pertunangan sama sepertimu. Aku ingin putraku Naruto dengan putrimu Hinata." Terang Minato to the point.
Hiashi tertawa paksa. "Dia sudah tidak disini. Jadi tidak ada pertukaran." Tatap kembali mata Minato dengan dingin.
"Jadi kau memindahkannya?" intimidasi Minato dengan tatapan mengancam. Mereka berdua sudah memasang aura-aura mematikan disekitarnya. Berbeda dengan Menma yang masih terus menyaksikan perdebatan tersebut.
"Aku membuangnya jauh-jauh darimu!"
.
.
.
.
Naruto POV's
D-Dimana aku? Semua terlihat begitu gelap. Aku dimana? Gelap sekali disini. Aku juga tidak merasakan apa-apa. Apakah aku sudah mati?
"Naruto-kun.."
Suara.. Siapa? Siapa disana? Mengapa ia tahu namaku? Siapa dia?
"Naruto-kun.."
E-Eh.. Ada sebuah cahaya disana. Apakah disana jalan keluar dari kegelapan ini? Aku berlari menuju cahaya namun aku tidak melihat apa-apa selain seorang wanita berambut panjang berdiri membelakangiku.
Wanita itu sepertinya yang memanggil-manggil namaku. "Dare?!" panggilku menghampirinya. Aku kemudian menyentuh pundaknya untuk membuatnya berpaling agar aku dapat melihatnya. Dan iapun menoleh.
"Hi-Hinata!" Aku berusaha menangkapnya setelah ia mencoba untuk kabur dari hadapanku. Sedikit demi sedikit pandanganku mulai menghilang. Dirinya juga semakin lama semakin menjauh. Ini sepertinya pernah kualami sebelumnya. Dimana dia kembali meninggalkanku dan sekarang aku kembali ketempat dimana ia pergi meninggalkanku sendiri disini.
Aku berusaha untuk tidak hilang penglihatan dan tidak mencoba melepaskannya lari dariku. Aku berusaha mengejarnya untuk mendapatkan sebuah jawaban mengapa ia meninggalkanku tanpa alasan.
"HINATA!" Terus mencoba menggapainya walau dia semakin lama semakin menjauh dan menghilang.
Aku tidak terima dengan semua ini. Tubuhku sudah mulai melemah dan tidak sanggup untuk kembali mengejarnya. Mengapa aku menjadi begitu lemah? Ini tidak adil! Aku tidak sudah tidak bisa untuk mengejarnya.. menggapainya..
Arghhhh!
.
.
"HINATA?!" Hahhh.. Hahh.. A-Apa itu?! C-Cuman mimpi?
'Nging-
"ARGGGHHHH!"
"Naruto!" H-Hinata? A-Ah ternyata Kaa-san dan.. Si-Siapa- Oh itu hanya bersama seorang dokter yang sempat merawatku. K-Kepalaku masih pusing dan sakit. K-Kenapa ini?
Aku menatap ibuku dengan tatapan bertanya-tanya. Mencoba mencari tau apa yang tlah terjadi padaku. "K-Kaa-san.." Aku mencoba untuk menenangkan pikiranku. Entah mengapa setiap kali aku terbangun, aku slalu melupakan mimpi atau kejadian yang tlah terjadi sebelumnya. Rasanya begitu menyakitkan.
"N-Naruto.. Bagaimana keadaanmu? A-Apa kau masih merasakan sesuatu disekujur tubuhmu sayang?" Aku ingin menjawabnya. Aku ingin mengatakan bahwa aku tidak ingat apa-apa selain Hinata. Aku tidak ingat mengapa aku menjadi seperti ini.
Tapi mulutku kaku dan tak bisa untuk menjawabnya. Seakan mati rasa mulutku. Suaraku tidak mau keluar. Aku ingin, tapi seperti mati rasa.
"K-Kaa-san.." Tidak kusangka aku mengeluarkan cairan dari kedua mataku. Air mulai menetes dengan sendirinya. Aku tidak bisa merasakan apa-apa untuk dipermukaan kepalaku. Dingin dan terasa berat.
"K-KAA-SAN!" T-Tidak.. Mengapa aku tidak bisa mengatakan sesuatu?!
"Dokter! Lakukan sesuatu!" Aku melihat ibuku sudah mulai khawatir. Dia berusaha meminta bantuan kepada dokter yang berada disebelahnya. Aku tidak tinggal diam. Aku menolehkan dengan kaku kepalaku. Berusaha untuk meminta bantuan untuk menghentikan semua ini.
"Naruto. Kau seharusnya tetap beristirahat. Jangan gunakan semua tenagamu untuk bangun. Kondisimu sedang melemah. Semua ingatanmu sepertinya akan kembali pulih. Dan otak sedang bekerja sangat keras. Sementara disisi lain, kesehatanmu sangat tidak bisa dibiarkan. Kau harus terus beristirahat. Jika tidak.. semua ingatanmu akan kembali hilang seperti beberapa tahun lalu."
DEG!
T-Tidak.. I-Ini tidak mungkin.. S-Semua? Termasuk Hinata dan kenanganku bersamanya?! T-Tidak mungkin! Aku tidak mau itu sampai terjadi. Tidak akan!
"H-Hinata.."
Aku berusaha menenangkan pikiranku dan terus menyebut namanya. Aku tidak mau melupakannya. Apa ini saat-saat dimana aku sangat membutuhkannya?! Apa ini saat dimana ingatanku tentang seseorang akan kembali muncul?! Tapi aku tidak mau melupakan Hinata.
"Naruto.. Tou-san akan segera membawanya kemari dengan Menma. Kau beristirahatlah sayang. Ibu yakin Hinata akan kemari menjengukmu." T=Tou-chan? Menma?! Mereka pergi tanpaku untuk menemui Hinata?!
Spontan tubuhku terduduk dan itu benar-benar menyakitkan. Kepalaku kembali dibuat hancur oleh otakku. Aku akhir-akhir ini memang sangat melakukan banyak sekali aktifitas. Dan aku sudah kelelahan dengan kegiatan setiap hari sehingga membuat ingatanku sedikit demi sedikit ingin kembali. Dengan diriku yang semakin melemah. Otakku mulai bekerja dengan sangat keras.
Berusaha untuk mengingat semua yang pernah terjadi. Kupikir tidak akan menjadi seperti ini. Makanya aku berpikir aku sudah sembuh, sehat. Dan ternyata aku salah. Ingatanku akan kembali keluar dan semua akan terbongkar apa yang pernah terjadi padaku.
"Naruto.. tolong dengarkan Kaa-san. Beristirahatlah dengan tenang.. Kaa-san sangat khawatir padamu Naruto.. Kaa-san tidak mau terjadi apa-apa padamu. Hiks.. Hiks.." Saat melihat ibuku menangis. Aku berusaha untuk memeluknya. Berusaha untuk menghapus airmatanya agar ia tidak terluka dengan kondisiku yang seperti ini. Gomenasai Kaa-san.
Aku tersenyum dan itu cukup membuat Kaa-san berhenti menangis. Aku kembali membaringkan tubuhku dan menatap langit-langit dikamar. Aku berusaha memikirkan keadaan Hinata, sedang apa, dimana dan bersama siapa.
Aku sempat berpikiran negatif bahwa ia sudah memiliki kekasih selain diriku. Argghhh akan kuhancurkan seseorang yang berhasil mendapatkan hati Hinata selain diriku. Entah mengapa yah.. Aku baru bertemu dengannya.. hal-hal gila terjadi bersamanya begitu cepat.
Ini aneh, gila, horor dan segalanya. Tapi aku bisa apa? Aku tidak tahu sebelumnya aku ini seperti apa sehingga bertemu dengannya aku menjadi seperti ini. Bahkan aku slalu menyebut namanya disetiap tidurku. Dia menjadi sosok yang misterius untukku. Hingga hari dimana aku benar-benar bertemu dengannya membuat perasaanku seketika berbunga-bunga.
Aku ini apa? Pria yang tidak tahu apa-apa tentang cinta yang seketika jatuh cinta begitu saja tanpa alasan kepada wanita yang misterius datang didalam mimpi-mimpiku. Aku tergila-gila padanya, aku ingin mati karenanya, aku sakit karenanya.
Pria bodoh sepertiku yang slalu dibanggakan oleh para bawahan ayahku. Aku tidak mengerti mengapa pria tidak sempurna sepertiku jatuh cinta pada seorang gadis seperti Hinata yang begitu sempurna? Aku slalu bertanya-tanya..
Siapa aku ini sebenarnya?
.
.
Kenapa hanya nama 'Hinata' yang kuingat?
.
.
Dan kenapa ingatan ini mencoba untuk berusaha kembali disaat semuanya mulai semakin gila?!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
End of Naruto POV's
.
.
.
.
.
"Naruto-kun!"
.
.
.
.
TBC
.
.
.
A/N :
Minna-san! TERIMA KASIH SUDAH NUNGGUIN DAN MAU BUAT KRITIK-KRITIK KALIAN!
Sebelumnya makasi banyak yah yang udah mau kritik fic aku. Sebenarnya kalau kalian kritik soal pair gtu yahh.. aku seneng gitu. Aku senang karena 'hurt' aku gak sia-sia. Ada yang marah-marah karena pairnya bukan NaruHina. Itu malah artinya fic aku brhasil buat yang 'ngesss' gtu hehe.
Aku ini dari kelas 5SD nungguin NaruHina Canon. Sampai sekarang kelas 3SMA. Walaupun Naruto dengan Sakura mulu yg kudengar. Tapi aku positif pasti sama Hinata. Dan MK baik bgt kabulin. Ga sia-sia aku nungguin mereka Canon. Tinggal nungguin Juvia dibalas perasaannya sama Gray skarang hehe (gak nyambung nih).
Aku gasuka Hinata sama cowo slain Naruto. Aku gila banget sama NH. Semua yang ada dikamarku NaruHina XD Gruvia (APA SIH?!) aduh pokoknya gtu deh..
Oh aku juga minta maaf sebelumnya.. beberapa chapter yg typo aku edit biar kalian ga keganggu bacanya. Aku merasa kalian kurang nyaman baca fic aku kalau ada yg salah. Untung kalian kasih tau. Jadi kedepannya kalau ada yg baca udah kubenerin.
Gomen ya sempet salah-salah di chp sebelumnya
Maaf kalau ga nyambung. Yang penting aku merasa berhasil sebagai newbie. Karena setiap kritik kalian adalah semangat untuk aku.
MAKASI BANYAK YAH!
TUNGGU NEXT CHP YAHH!
.
.
.
Jangan Lupa Reviewnya dong
Favorite kalau boleh XD
Follow Juga dong.. XD