rizdyo12 proudly present...

©Side Story of The Letter (SuLay ver)

GENDERSWITCH | AU | OOC | THREESHOT | TYPO(S) | DON'T LIKE DON'T READ | NO PLAGIAT

Romance, Drama, Hurt, Friendship, Family

Rate: T

Summary:

Ini adalah kisah sederhana yang bermula dari perkenalan Joonmyeon dengan Yixing saat ia menjemput Kyungsoo di kantor, keberanian Yixing dalam melakukan pendekatan, dan kelanjutan hubungan mereka setelah mereka bertemu lagi secara langsung

Warning: All cast here isn't mine, but this story absolutely mine!

Note: FF ini adalah Side Story dari The Letter, jadi ini berhubungan dengan The Letter. Oleh karena itu, sangat perlu membaca FF The Letter dulu sebelum membaca FF ini^^

This is the 1st chapter [1/3]

- It's Him! -

ENJOY THIS STORY!


Zhang Yixing. Seorang wanita cantik asal China yang tahun ini berusia 28 tahun. Wanita cantik dengan dimple tunggal itu saat ini menjabat sebagai supervisor pada divisi pemasaran di perusahaan milik keluarga Wu yang berbasis di Seoul, Korea Selatan.

Jabatan sebagai seorang supervisor tentunya bukan jabatan rendahan di sebuah perusahaan besar. Yixing awalnya pun tidak langsung menempati posisi yang cukup strategis itu. Ia lebih dulu berjuang dari level bawah, yaitu sebagai pegawai biasa di divisi pemasaran.

Satu tahun bekerja di perusahaan keluarga Wu rupanya sudah mampu mengangkat derajat Yixing. Hanya berselang satu tahun dari hari pertama Yixing bekerja, ia sudah mendapatkan kesempatan untuk naik jabatan yaitu sebagai supervisor.

Determinasi, otak cemerlang, etos kerja yang baik, dan jiwa muda Yixing yang berapi-api rupanya menjadi faktor yang menyebabkan Yixing dengan cepat mendapatkan kenaikan jabatan. Itu sudah tiga tahun yang lalu—total, Yixing sudah bekerja di perusahaan keluarga Wu selama empat tahun.

Tiga tahun lalu Wu Yifan—sang putra tunggal pemimpin perusahaan Wu—masih menempati jabatan sebagai manager pemasaran. Yifan sendiri yang mengangkat Yixing sebagai supervisor, yang berada langsung di bawah jabatannya sebagai manager.

Jika terus bekerja dengan baik dan dengan semangat juang yang tinggi, rasanya bukan tidak mungkin Yixing akan kembali mendapatkan kenaikan jabatan di masa yang akan datang.

Saat ini sang supervisor sedang diam di ruangannya sendiri. Ia baru saja menyelesaikan tugas-tugasnya dan sudah ia serahkan pada atasannya, dan kini ia merasa bosan karena tak ada lagi yang bisa ia kerjakan.

Dulu—iya, dulu. Sekitar tiga tahun lalu—Yixing tak pernah merasa bosan seperti ini. Saat hari-hari pertamanya menjabat sebagai supervisor, Do Kyungsoo bergabung di perusahaan Wu. Kyungsoo menempati posisi sebagai sekretaris Yifan, karena secara khusus Yifan memang membuka lowongan untuk itu.

Yixing, sebagai bawahan Yifan, mendapat tugas langsung dari Yifan untuk membimbing Kyungsoo selama bekerja di perusahaan. Tidak, tidak. Saat itu Yifan belum jatuh hati pada Kyungsoo. Ia masih memperlakukan Kyungsoo sama seperti pegawai-pegawainya yang lain. Hanya saja, seorang pegawai baru memang membutuhkan mentor yang bisa membimbingnya, dan Yifan menunjuk Yixing sebagai mentor Kyungsoo.

Dan nyatanya keputusan itu tepat. Yixing menjalankan tugasnya dengan baik dalam membimbing Kyungsoo. Hasilnya, Kyungsoo bisa bekerja dengan baik sebagai sekretaris—dan lama kelamaan Yifan justru jatuh hati pada sekretarisnya itu.

Hasil lain dari keputusan Yifan itu adalah Yixing bisa bersahabat dengan Kyungsoo. Iya. Yixing dan Kyungsoo langsung menjadi inseparable friends setelah beberapa minggu mereka saling kenal. Mereka selalu lengket dan selalu menghabiskan waktu bersama jika mereka ada waktu luang. Hal itu tak pelak sering membuat Yifan merasa cemburu pada kedekatan keduanya. Sungguh kekanakan.

Yixing selalu bergantung pada Kyungsoo, demikian pula sebaliknya. Dua teman baik itu selalu saling melengkapi satu sama lain. Karakter mereka bisa dibilang tak terlalu jauh berbeda. Mereka berdua sebenarnya masuk pada tipe wanita pendiam yang tak banyak bicara. Tapi siapa sangka jika keduanya bisa cocok dan bisa akrab meskipun mereka sama-sama pendiam?

Agaknya Yixing dan Kyungsoo tidak selamanya diam ketika mereka berdua sedang bersama. Mereka lebih bisa berinteraksi dengan bebas ketika mereka sedang berdua. Hal itulah yang membuat mereka berdua bisa tertawa dengan bebas ketika sedang bersama, dan itu membuat banyak orang merasa heran karena dua wanita cantik itu biasanya dikenal sebagai wanita pendiam.

Mengingat masa lalunya dengan Kyungsoo membuat Yixing menghela nafas berat. Dulu ia tak pernah merasa bosan bekerja di kantor karena ada Kyungsoo yang menjadi teman mengobrol maupun bergosip. Tapi sekarang Kyungsoo sudah tidak bekerja di kantor itu lagi, dan ia benar-benar kesepian.

Karena merasa tak tahan lagi dengan rasa bosan dan rasa sepi yang mendera, Yixing akhirnya meraih ponsel pintar miliknya yang dari tadi menganggur di meja kerjanya, kemudian mengutak-atik ponsel itu untuk mencari sebuah kontak. Begitu sudah ketemu, Yixing menempelkan benda persegi panjang itu di telinga kanannya.

Beberapa detik berlalu, dan akhirnya panggilan telepon Yixing dijawab oleh seseorang di ujung telepon. "Eonni!"

Itu suara Kyungsoo. Meskipun hanya dari telepon, Yixing tetap bisa memastikan bahwa itu adalah suara sahabat karibnya.

"Hai, Soo. Bagaimana kabarmu? Aku sedang bosan, dan aku merindukanmu."

Terdengar suara tawa halus di ujung telepon yang membuat Yixing tersenyum. "Eonni hanya merindukanku ketika sedang bosan? Jahat sekali, huh?"

"Tidak seperti itu, Soo. Kau sensitif sekali setelah hamil," Yixing kini yang tertawa. "Aku selalu merindukanmu. Kapan kau mengunjungiku di kantor? Memangnya kau tidak kesepian di apartment?"

"Aku ingin mengunjungi eonni di kantor! Besok bagaimana?" Kyungsoo bertanya. Tapi sebelum Yixing menjawab pertanyaan itu, Kyungsoo kembali bicara lagi. "Dan, aku tidak kesepian di apartment, eonni. Karena sekarang aku tinggal bersama empat sahabat Yifan oppa."

Yixing yang tadi duduk santai sambil menyandar di kursinya kini tiba-tiba menegakkan badannya. "A—apa? Kau tinggal bersama empat sahabat Yifan oppa? M—maksudmu empat pria tampan yang tahun lalu hadir di pernikahanmu?"

"Ya, eonni. Empat pria tampan itu tinggal bersamaku sekarang. Itu adalah keinginan Yifan oppa. Mereka akan tinggal di apartment-ku selama tiga bulan untuk menjagaku."

Untuk beberapa saat Yixing terdiam. Satu tahun yang lalu ia sempat melihat empat sahabat Yifan walaupun hanya dari kejauhan dan tak sampai berkenalan dengan mereka. Sungguh ajaib karena sekarang empat sahabat Yifan yang tampan bak model itu tinggal bersama Kyungsoo. Kyungsoo itu sangat—

"Beruntung. Kau beruntung sekali Soo karena hidupmu dikelilingi oleh para pria tampan," Yixing akhirnya bicara lagi.

Suara tawa Kyungsoo terdengar sedikit pilu dari ujung telepon. "Bagiku, pria yang tertampan di dunia ini adalah Yifan oppa. Tidak ada yang lain."

"Yifan oppa sudah tiada, Soo. Suatu saat nanti kau harus mencari pengganti Yifan oppa," Yixing tiba-tiba membulatkan mata saat ia melihat seorang wanita yang mungkin usianya 30 tahunan berjalan di luar ruangannya—ruangan Yixing berbentuk persegi dengan dinding kaca yang membatasinya. Wanita berkacamata yang dilihatnya itu adalah manager yang menjadi atasannya. "Soo, aku tutup dulu teleponnya, ya? Nyonya galak sedang berkeliaran di luar ruanganku. Aku takut diterkam."

Kembali Kyungsoo tertawa di ujung telepon. "Nyonya galak? Maksudmu Taeyeon eonni?"

"Jangan memanggilnya dengan sebutan eonni. Ia terlalu tua untuk itu. Panggil saja dia ahjumma," Yixing berusaha menahan tawanya. "Ya sudah, Soo. Nyonya galak sepertinya akan memasuki ruanganku. Bye, Soo."

Tanpa menunggu balasan salam dari Kyungsoo, Yixing memutuskan sambungan teleponnya. Benar dugaannya. Atasannya yang galak memasuki ruangannya. Dengan sebuah fake smile, Yixing menyambut atasannya itu.


Pagi yang cerah menyapa seluruh belahan Kota Seoul hari ini. Sapaan sang pagi tentunya tak melewatkan sebuah apartment milik Do Kyungsoo—yang dulunya milik Yifan.

Di apartment itu tinggal lah Do Kyungsoo dan empat pria tampan yang merupakan sahabat Yifan sejak kecil. Mereka berempat adalah Kim Joonmyeon, Park Chanyeol, Kim Jongin, dan Oh Sehun.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, lima penghuni apartment mewah di pusat kota itu sedang sarapan bersama.

Wajah-wajah para penghuni apartment Kyungsoo itu sebenarnya tak secerah sang mentari pagi. Pasalnya, sebuah konflik persahabatan baru saja mendera.

Konflik itu disebabkan oleh sedikit salah paham terhadap hubungan Jongin dan Kyungsoo yang sebenarnya tak pernah lebih dari sebatas teman satu atap.

Joonmyeon, Chanyeol, dan Sehun sama-sama marah dan kecewa pada Jongin. Tapi hari ini agaknya sedikit berbeda karena Chanyeol dan Jongin sudah berbaikan—walaupun hal itu belum diketahui oleh Joonmyeon dan Sehun.

Jongin pagi ini bergabung di meja makan—setelah kemarin pagi ia absent—meskipun masih dengan wajah tegang yang kentara. Ia masih merasakan ketegangan karena Joonmyeon dan Sehun masih mendiamkannya.

"Hari ini aku ingin ke kantor," Kyungsoo berbicara di sela-sela acara sarapan mereka.

"Kau ingin ke kantor? Apa ada masalah di kantor sehingga kau harus kesana lagi?" tanya Joonmyeon.

Wajar jika Joonmyeon merasa penasaran, karena Kyungsoo sudah beberapa hari ini tidak pernah ke kantor lagi. Pengganti posisi Yifan di perusahaan sudah ditentukan, jadi Kyungsoo tak perlu lagi mengurusi tugas-tugas yang ditinggalkan oleh Yifan.

Kyungsoo menggelengkan kepalanya sambil menatap Joonmyeon. "Semua baik-baik saja, oppa. Hanya saja, sahabatku memintaku untuk mengunjunginya di kantor. Ia bekerja di kantor yang sama denganku. Katanya ia merindukanku."

Sehun menghentikan kegiatan makannya dan memberi atensi penuh pada Kyungsoo. "Sahabatmu itu pria atau wanita?"

Kyungsoo sedikit terkejut mendengar pertanyaan Sehun. Joonmyeon, Jongin, dan Chanyeol juga terkejut. Pasalnya, nada bicara Sehun terdengar posesif dan agak aneh.

"Ehm...sahabatku itu wanita. Usianya dua tahun lebih tua daripada aku."

"Uh? Usianya sama dengan Joonmyeon hyung? Mungkin kau bisa memperkenalkan sahabatmu itu pada Joonmyeon hyung, Soo. Siapa tahu mereka berjodoh," timpal Chanyeol dengan nada penuh canda.

Joonmyeon memutar bola matanya malas. Ia tak tertarik dengan wanita manapun, kecuali Kyungsoo—tanpa sadar Joonmyeon mengakui hal itu di dalam hatinya untuk kali pertama. Jadi sia-sia saja kalau ingin menjodohkan Joonmyeon dengan wanita lain. Apalagi wanita itu sama sekali tidak dikenalnya.

"Nanti kau ingin pergi dengan siapa, Soo?" tanya Joonmyeon. Ia memilih untuk mengabaikan candaan Chanyeol dan memfokuskan matanya pada Kyungsoo.

Pertanyaan Joonmyeon yang sebenarnya simple itu membuat Kyungsoo mendadak salah tingkah. "Bi—bisakah aku pergi dengan Jongin?"

Empat pasang mata di tempat itu menatap Kyungsoo tak percaya. Apalagi mereka bisa melihat bahwa Kyungsoo sedang menatap mereka bergantian dengan tatapan penuh harap.

Sebegitu besarnya keinginan Kyungsoo untuk pergi bersama Jongin? Sekiranya pertanyaan itu yang menguar di hati Joonmyeon, Sehun, dan Chanyeol.

"M-maaf, noona. Kurasa aku tidak bisa pergi denganmu karena aku ada urusan hari ini," Jongin dengan ragu menyuarakan penolakannya.

Hati kecilnya merasa tidak tega jika harus menolak permintaan Kyungsoo, tapi ia sendiri harus melakukan hal itu. Ia tak ingin keadaan akan menjadi lebih buruk jika ia tetap nekat menyanggupi permintaan Kyungsoo.

Penolakan Jongin agaknya mengecewakan Kyungsoo. Wanita itu kini menekuk wajahnya karena rasa kecewa. Ia juga tak mengerti kenapa dirinya sangat ingin pergi bersama Jongin. Semua keinginan itu tiba-tiba muncul di hatinya. Barangkali Kyungsoo sedang ngidam seorang Kim Jongin? Mungkin.

"Ah, itu benar, Kyungsoo," Chanyeol mulai bicara. "Hari ini aku akan mengajak Jongin ke agensiku. Siapa tahu ia disana akan menemukan pekerjaan baru."

Sehun dan Joonmyeon menatap Chanyeol kaget. Mereka sama sekali tidak tahu jika Chanyeol sudah berbaikan dengan Jongin.

Mendengar kata pekerjaan baru yang tadi diucapkan Chanyeol, rasa kecewa Kyungsoo perlahan pudar. Ia tentu berharap Jongin akan segera menemukan pekerjaan baru.

"Oh, begitu rupanya," ucap Kyungsoo seraya tersenyum meskipun sesungguhnya ia masih merasa sedikit kecewa. Ia kemudian beralih menatap Sehun. "Kalau begitu, bisakah aku pergi bersamamu, Sehun-ah?" tanya Kyungsoo.

Sehun langsung menganggukkan kepalanya senang. "Tentu saja bisa, noona! Aku justru senang jika noona ingin pergi denganku."

Kyungsoo tersenyum lega. Tak ada salahnya jika ia pergi bersama Sehun. Sebelum-sebelumnya ia juga selalu pergi bersama Sehun.

"Nanti jika kau ingin pulang, kau bisa menghubungiku, Kyungsoo. Aku akan menjemputmu seperti kemarin," Joonmyeon menimpali ucapan Sehun.

"Apa aku tidak merepotkanmu, oppa?" tanya Kyungsoo.

Dengan mantap Joonmyeon menggeleng. "Tentu saja tidak. Aku nanti akan menjemputmu di kantor Yifan hyung. Arraseo?"

Dan akhirnya Kyungsoo hanya bisa mengangguk paham. Tak ada buruknya juga jika ia pulang dengan Joonmyeon.


Sepasang alis itu nyaris bertaut satu sama lain karena pemiliknya terlalu keras berpikir. Sepasang mata yang bernaung di bawah dua alis itu juga memancarkan keseriusan dan konsentrasi luar biasa terhadap layar komputer di depannya. Sepasang tangan dengan sepuluh jarinya yang lentik juga terlihat lincah menari-nari di atas keyboard.

"Yixing eonni!"

Si pemilik alis, mata, dan tangan yang sedari tadi tampak sibuk itu cukup dikagetkan oleh suara pekikan keras yang datang dari arah pintu kaca ruangannya.

Si pemilik semua organ tubuh itu—Zhang Yixing, yang sejak tadi sibuk dengan pekerjaannya langsung menolehkan kepalanya dengan cepat ke sumber suara, dan disanalah ia menemukan sosok sahabat yang akhir-akhir ini begitu ia rindukan. "Kyungsoo! Kau benar-benar datang hari ini!" ekspresi senang yang hadir di wajah Yixing begitu kentara. Wanita berlesung pipit itu bahkan sampai berdiri dari kursinya untuk menyambut kedatangan Kyungsoo.

Kyungsoo tersenyum manis, kemudian melangkah memasuki ruangan sahabatnya. Ia sedikit memutari meja Yixing, kemudian memeluk wanita muda itu dengan erat. "Aku merindukan eonni."

Yixing tak perlu membalas ucapan rindu Kyungsoo. Ia hanya perlu membalas pelukan Kyungsoo, dan segala rasa rindunya seolah tertransfer secara langsung kepada Kyungsoo tanpa perlu melafalkannya secara verbal.

Setelah puas melepas rindu dengan sebuah pelukan erat, dua wanita cantik itu saling melepas diri, kemudian Kyungsoo kembali memutari meja kerja Yixing dan duduk di kursi yang berseberangan dengan kursi Yixing. Yixing pun melakukan hal sama. Ia juga duduk di kursi kerjanya.

"Apa tadi kau bertemu dengan Taeyeon ahjumma?" tanya Yixing dengan sedikit berbisik dan matanya melirik ke arah luar ruangannya. Memantau keadaan supaya tetap aman.

Kyungsoo mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan aneh si gadis Zhang. "Aku baru saja datang, tapi eonni malah langsung menanyakan tentang Taeyeon eonni. Menyebalkan sekali."

"Ah, bukannya begitu, Soo," cepat-cepat Yixing mengklarifikasi kesalahpahaman Kyungsoo. "Aku hanya khawatir jika nanti wanita itu tiba-tiba ada disini dan langsung mengamuk saat melihat kita mengobrol."

Kyungsoo tersenyum simpul. Sejak dulu Yixing memang tak menyukai seniornya yang bernama Kim Taeyeon itu. Sebenarnya Taeyeon itu baik, tapi kadang ia terlalu galak dan suka bertindak seenaknya makanya Yixing sedikit tidak bisa akur dengan Taeyeon.

"Taeyeon eonni menghormatiku sejak aku menikah dengan Yifan oppa. Tadi aku bertemu ia di luar, dan ia langsung tahu bahwa tujuan kedatanganku adalah untuk menemui eonni. Dengan ramah ia menggiringku sampai di depan ruangan eonni, dan ia lalu meninggalkanku sambil tersenyum."

Bibir Yixing membulat mendengar penjelasan dari sahabat kentalnya. Ia lupa bahwa Kyungsoo memang menjadi kesayangan seluruh pegawai di kantornya.

Wajah Kyungsoo yang imut, kalem, dan menggemaskan membuatnya menjadi pusat perhatian sekaligus menjadi anak emas di kalangan para pegawai. Taeyeon saja menganggap Kyungsoo seperti adiknya sendiri, dan Taeyeon semakin baik pada Kyungsoo sejak Kyungsoo menikah dengan Yifan.

Terkadang Yixing iri pada Kyungsoo karena dengan mudahnya Kyungsoo mendapat perhatian dan kasih sayang. Tapi Yixing tak membenci hal itu. Ia turut senang ketika Kyungsoo mendapatkan kasih sayang yang banyak dari para pegawai kantor.

"Aku melupakan fakta itu, Soo," Yixing menggelengkan kepalanya beberapa kali. Sepertinya ia mengutuk sifat pelupanya yang tak hilang sejak dulu. "Jadi, kita bisa mengobrol dengan santai seharian ini?" tanyanya dengan mata berbinar.

Kyungsoo memaklumi sifat pikun sahabatnya itu. Ini bukan kali pertama Yixing melupakan sebuah fakta sederhana, dan Kyungsoo sama sekali tak terkejut jika Yixing melupakan fakta bahwa dirinya bisa mengambil hati Taeyeon.

Kini Kyungsoo merasa senang karena bisa melihat Yixing tampak begitu bersemangat. Ia bisa membayangkan bagaimana suntuknya Yixing ketika tidak ada dirinya di kantor. Sedikit banyak Kyungsoo merasa bersalah karena sudah meninggalkan Yixing.

"Ya, eonni. Kita bisa mengobrol santai hari ini. Jadi, bisakah kau mematikan komputermu itu supaya kita bisa lebih santai saat mengobrol?"

Tanpa menunggu dua kali komando, Yixing segera menyimpan file yang tadi ia ketik di komputernya, kemudian mematikan benda elektronik itu. Selanjutnya fokus Yixing seluruhnya tertuju pada Kyungsoo. "Jadi, bagaimana kondisi kehamilanmu, Soo? Kau sudah mengunjungi dokter lagi untuk periksa?"

Kyungsoo mengangguk pelan. Bicara tentang kunjungannya ke dokter membuat Kyungsoo teringat pada insidennya dengan Jongin. Sebenarnya bukan insiden. Hanya saja, kejadian yang terjadi hari itu menimbulkan masalah dan kesalahpahaman diantara para sahabat Jongin.

Tapi sepertinya Kyungsoo urung menceritakan perkara itu pada Yixing. Ia ingin menceritakan hal yang baik-baik saja pada sahabat karibnya itu. "Beberapa hari yang lalu aku ke rumah sakit untuk periksa, eonni. Dan kondisi kehamilanku baik-baik saja."

Yixing tersenyum lega mendengar cerita Kyungsoo. Ia selama ini selalu mengkhawatirkan Kyungsoo. Kyungsoo itu sedang hamil muda, dan ia harus kehilangan sosok suaminya. Pasti Kyungsoo merasa berat saat menjalani hari-harinya.

"Apa kau sering merasa kesepian, Soo? Kita bisa sering bertemu jika kau merasa kesepian," tukas Yixing dengan nada yang sarat akan rasa simpati.

"Aku tidak terlalu merasa kesepian, eonni. Seperti yang kemarin aku katakan di telepon. Aku sekarang ditemani oleh empat pria tampan di apartment."

Yixing terlihat antusias begitu ia mendengar pernyataan Kyungsoo itu. "Jadi benar para sahabat Yifan oppa tinggal di apartment-mu? Bagaimana bisa?"

"Ya, mereka benar-benar tinggal di apartment-ku," Kyungsoo satu persatu menjawab pertanyaan Yixing. "Itu semua permintaan Yifan oppa. Yifan oppa menulis surat untuk mereka yang isinya permintaan-permintaan terakhirnya, dan mereka mengabulkan permintaan Yifan oppa."

Yixing mengangguk paham. Dalam hati ia merasa salut pada para sahabat Yifan karena mereka bersedia mengabulkan permintaan terakhir Yifan tanpa merasa keberatan. Para sahabat Yifan pasti merupakan orang baik sampai-sampai mereka sangat setia kawan begitu.

"Apa eonni masih ingat wajah para sahabat Yifan oppa? Kita sempat membicarakan kedatangan mereka saat di pesta pernikahanku," Kyungsoo tersenyum dalam nostalgianya sendiri.

Saat itu pesta pernikahan belum dimulai, tapi Yixing dan empat sahabat Yifan sudah ada di lokasi pesta—walaupun mereka tak datang bersama tentunya.

Saat itu Yixing sedang mojok berdua dengan Kyungsoo, dan mereka diam-diam mengamati Yifan dan para sahabatnya yang sedang mengobrol di tempat yang cukup jauh dari mereka.

Kyungsoo saat itu sudah pernah diperkenalkan satu kali dengan para sahabat Yifan, dan ia menyebutkan satu persatu nama empat pria tampan itu kepada Yixing. Bagaimanapun juga, empat pria itu adalah sahabat suami Kyungsoo, dan Yixing setidaknya harus tahu tentang nama mereka.

Yixing saat itu tampak antusias mendengarkan suara Kyungsoo sembari matanya mengamati wajah tampan empat sahabat Yifan. Ia sepertinya cukup terpesona pada ketampanan empat pria itu. Atau barangkali, ia cukup terpesona pada ketampanan salah satu diantara empat sahabat Yifan itu.

Sayangnya, ingatan Yixing terlalu buruk hingga ia tak bisa mengingat nama-nama empat sahabat Yifan. Ia juga sama sekali tak mengingat nama pria yang sempat menyita atensinya dan membuat jantungnya berdebar. Yixing benar-benar pelupa.

"Aku ingat wajah mereka, tapi aku lupa nama-nama mereka," akhirnya Yixing memberikan jawaban atas pertanyaan Kyungsoo tadi.

"Nanti aku akan dijemput oleh salah satu diantara mereka, eonni. Nanti aku akan mengenalkan eonni dengan orang itu secara langsung."

Binar di mata Yixing kembali terlihat setelah tadi ia sempat merutuki sifat pelupanya. "Benarkah? Siapa nama pria yang nanti menjemputmu, Soo?"

Melihat antusiasme Yixing justru membuat Kyungsoo tersenyum jahil. "Memangnya kalau aku menyebutkan namanya, eonni bisa tahu siapa pria yang aku maksud?" ia mulai melancarkan godaannya pada Yixing. "Aku yakin eonni tetap tidak akan tahu, jadi eonni tunggu saja sampai nanti pria itu datang menjemputku."

Dan seketika Yixing langsung merasa kesal pada Kyungsoo karena sahabatnya itu sepertinya sengaja mempermainkannya.


Yixing dan Kyungsoo sedang duduk berdua di lobby kantor sembari bercerita perihal masa lalu mereka. Padahal tadi di ruangan Yixing mereka sudah bercerita mengenai banyak hal selama berjam-jam, tapi mereka kembali saling bicara panjang lebar di lobby kantor.

Kebersamaan mereka sudah terjalin beberapa tahun, jadi mereka memiliki sejuta kenangan untuk dikupas lagi. Rasanya waktu yang banyak pun tak akan pernah cukup bagi mereka untuk saling menguak kisah masa lalu.

Cerita yang kembali mereka kupas kebanyakan merupakan cerita lucu yang membuat mereka tertawa lepas. Mereka menguak kembali pengalaman-pengalaman memalukan mereka di kantor selama ini, dan itu membuat mereka berdua tertawa keras tanpa mempedulikan kondisi sekitar.

Status Kyungsoo sebagai menantu pemilik perusahaan membuat para pegawai yang lain tak mempermasalahkan keributan yang dicipta oleh wanita mungil itu. Mereka tentu tak berhak melarang seorang Do Kyungsoo tertawa bahagia di kantor ayah mertuanya sendiri, 'kan? Bisa-bisa mereka justru kena marah apabila mereka menegur Kyungsoo.

"Hai, Soo," suara sapaan seorang pria membuat Yixing dan Kyungsoo berhenti tertawa dan refleks menolehkan kepala mereka ke pusat suara.

Yixing tertegun selama beberapa saat begitu ia melihat wajah pria yang tadi menyapa Kyungsoo. Ia pernah melihat pria itu sebelumnya. Walaupun ingatannya sangat payah, tapi Yixing yakin bahwa kali ini memorinya tidak salah sedikitpun.

"Hai, oppa," Kyungsoo membalas sapaan sang pria, dan itu membuat lamunan Yixing buyar. Kyungsoo selanjutnya berdiri, kemudian meraih lengan Yixing dan mengajak sahabatnya itu untuk berdiri juga. "Ini adalah sahabatku, oppa. Namanya Zhang Yixing. Ia sama seperti Yifan oppa, berasal dari China. Dan Yixing eonni, pria tampan di depan kita ini bernama Kim Joonmyeon."

Kyungsoo memperkenalkan dua manusia berbeda gender itu dengan senyuman lebar di wajahnya. Kedua manusia yang diperkenalkan oleh Kyungsoo saling berjabat tangan sebentar.

Seperti biasa, Joonmyeon terlihat ramah pada orang baru. Sedangkan Yixing justru terlihat malu-malu. Pipi wanita yang dihiasi single dimple itu kini sedikit merona. Pemandangan itu membuat Kyungsoo tertawa dalam hati.

"Eonni, sepertinya aku harus pulang sekarang. Joonmyeon oppa setelah ini harus kembali ke kantor," Kyungsoo berpamitan pada Yixing.

Si wanita China tersenyum kikuk pada Kyungsoo. "A—ah, terimakasih karena sudah mengunjungiku hari ini, Soo. Sering-seringlah datang kemari. Aku kesepian jika tidak ada dirimu."

"Eonni meminta seorang wanita hamil untuk sering-sering mengunjungi eonni? Apa itu tidak terbalik, huh? Harusnya eonni yang sering-sering mengunjungiku."

Joonmyeon tersenyum lembut melihat percakapan Kyungsoo dan Yixing. Jelas terlihat bahwa Kyungsoo sangat dekat dengan Yixing.

"Baiklah, aku akan lebih sering mengunjungi apartment-mu. Kau senang?" tanya Yixing.

Kyungsoo tertawa sebentar. "Eonni yang akan merasa senang, karena sekarang di apartment-ku ada empat pria tampan yang bisa eonni temui tiap kali mengunjungiku."

Yixing sedikit merona, tapi ia tak membalas ucapan Kyungsoo. Ia malah langsung memeluk tubuh Kyungsoo, lalu mencium pipi Kyungsoo sebagai salam perpisahan.

Itu memang kebiasaan mereka berdua. Kedekatan mereka bisa dibilang tanpa batas, jadi skinship macam itu bukanlah barang langka bagi keduanya. Kadang orang lain salah menganggap mereka sebagai kakak-adik karena mereka terlalu dekat dan manis layaknya saudara kandung.

Setelah puas berpamitan, akhirnya Kyungsoo dan Joonmyeon pergi meninggalkan Yixing di lobby sendirian.

Yixing masih menatap dua punggung yang bergerak menjauhinya dengan senyum lebar yang menghiasi wajah cantiknya.

Tangan kanan Yixing tergerak untuk menyentuh dada kirinya, dan di tempat itulah ia merasakan debaran luar biasa yang setahun lalu juga pernah dirasakannya.

Tak salah lagi. Kim Joonmyeon adalah satu dari empat sahabat Yifan yang dulu dilihat oleh Yixing di pesta pernikahan Yifan dan Kyungsoo.

Tak salah lagi. Kim Joonmyeon adalah orang yang setahun lalu merenggut atensi Yixing dan membuat jantung wanita itu berdebar sangat kencang.

..

..

TBC


rizdyo12's note:

annyeong~ maaf menunggu sangat lama untuk side story ini. jujur, bikin side story lebih susah daripada bikin cerita utama karena ini harus disesuaikan sama cerita utama, dan itu memakan waktu dan harus teliti :D

side story yg SuLay ini bakal punya tiga chapter. aku update tiap pagi ya kalau gak ada halangan. abis SuLay, aku insyaAllah bakal mulai ngetik buat ChanBaek. tp mungkin agak lama lagi soalnya bikin side story emang agak ribet. hehe.

okee...aku gak mau terlalu banyak ngomong. mind to review? or favorite this story? follow this story? :)

terimakasih banyak karena sudah setia mendukung saya dan setia menunggu FF ini.

salam sayang: rizdyo12 :*