"TIDAKKKKKKKKKKK!"
"TAKAO!? ADA APA!?"
"Shin-chan.. Shin-chan.."
"Ya? Kenapa?"
"...Telur kita habis..."
My Brother is So Cute I Don't Even Know What is This About Anymore
Chapter 3 : My Brother and My Friend's Brother
"Hehehe, maaf sudah membuatmu menemaniku belanja, Shin-chan. Apalagi membawakan barang belanjaanku.." Takao tersenyum melihat Midorima berjalan disampingnya membawa dua bundel kantong plastik besar berisi barang-barang belanjaan Takao di supermarket tadi.
Bu-bukannya Midorima yang mau bawain ya, Midorima cuma nggak yakin Takao kuat bawa belanjaan segini banyaknya. Midorima takut tangan Takao patah. Ta-tapi bukannya Midorima peduli loh kalo tangan Takao patah.
"Hmf, kebetulan aku sedang senggang," Midorima beralasan, walaupun sebenarnya benar juga sih ia tidak ada kerjaan dirumah. Iya, dia mau nemenin Takao Cuma karena gak ada kerjaan kok, bukannya karena khawatir Takao belanja sendiri loh ya.
"Makasih ya, aku sayangggg banget ama Shin-chan"
Muka Midorima memerah, namun ia tetap berusaha stay cool.
Meskipun sudah sebulan, Midorima belum terbiasa. Tinggal bersama Takao tidak baik bagi jantung tapi baik bagi kesehatan badan dan mata.
"Lagian kamu alay banget sih, cuma telor habis aja sampe teriak teriak gitu"
"Hehe, maaf maaf. Soalnya 'kan aku udah janji mau masak omelet buat makan malam Shin-chan"
Omelet biasa kok, bukan macam omelet bertuliskan LOVE seperti di maid cafe. Midorima masih sadar diri. Midorima mau makan omelet soalnya ia butuh protein hewani supaya makin bertenaga main basket.
Ngomong-ngomong, hari ini hari Sabtu sehingga mereka tidak perlu pergi kesekolah. Midorima dan Takao biasanya menghabiskan weekend mereka dengan bersantai dirumah, Midorima biasanya belajar dan Takao bersih-bersih rumah. Terkadang mereka nonton film bersama di televisi, Takao senang merental DVD dari toko rental yang ada didekat rumah mereka. Bukan film biru loh ya, film biasa kok.
Sebulan tinggal bersama Takao, ketsunderean Midorima jadi makin parah.
"Eh ini pertama kalinya kita pergi berduaan gini ya Shin-chan? Meskipun cuma ke supermarket sih haha"
Stahp it Takao. Kokoro Midorima sibuk in-denial bahwa ini bukanlah adegan romantis kencan pertama sepasang kekasih.
Ngomong-ngomong tentang kekasih..
"Hei, Taka—"
"LEPASKAN AKU!"
Suara teriakan mengalihkan perhatian Midorima dan Takao yang langsung mencari sumber suara tersebut.
Di belokan yang ada didepan mereka, terlihat seorang pemuda 'cantik' yang tampaknya sedang digoda oleh dua orang preman dekil. Salah satu preman tersebut menarik-narik tangannya, sementara yang satunya menaruh tangannya di pundak sang pemuda seraya meraba-raba badan si pemuda.
Sayangnya jalanan komplek itu sedang sepi, dan hanya ada Takao dan Midorima disekitar situ.
"Ayolah, cuma temani kami minum teh saja kok~ tapi kalo mau lebih dari itu juga boleh hwehehe"
"Sudah kubilang aku tidak mau!"
Pelecehan terang-terangan di tengah jalan, malam-malam begini. Midorima bingung, mereka harus melewati jalan itu untuk pulang, tapi untuk lewat situ berarti berhadapan dengan dua preman dan pemuda yang diganggunya tersebut.
"Takao, kita cari jalan lain saja—"
Midorima belum selesai berbicara saat ia merasakan dorongan kuat dari belakang punggungnya. Dan tebak siapa yang ada dibelakangnya?
Takao.
"Shin-chan ayo tolong orang itu!" ujar Takao sambil mendorong Midorima keras-keras sehingga Midorima.. berakhir jatuh terjerembab. Didepan preman dan pemuda itu. Dengan belanjaan yang berserakan kemana-mana. Dan muka mendarat di aspal terlebih dahulu.
Duo preman dan pemuda korban sekuhara itu berhenti berdebat sejenak. Bengong melihat Midorima yang tiba-tiba muncul dengan tidak elitnya.
"TA.. KA.. OOOOO..."
Midorima kemudian bangkit dari jatuhnya, sebagian wajahnya bagian atas berdarah. Ditambah dengan efek tinggi Midorima yang jangkung hampir 2 meter dan wajah Midorima yang sangar bingar menahan amarah akibat kelakuan adik angkatnya tersebut, cukup membuat bergidik orang yang tak kuat iman.
Termasuk kedua preman tadi.
Iman mereka lemah karena jarang ibadah, jadi melihat Midorima bukannya membaca ayat kursi mereka langsung gemetar, dan berakhir kabur dari lokasi sesegera mungkin sambil mengucapkan kalimat yang biasa bagi mob-mob di film ataupun komik, "Awas kau ya! Kami tidak akan melupakan ini!"
Oke. Tidak penting.
Midorima masih berdiri diam, kepalanya pening dan matanya kemasukan darah. Takao muncul dibelakang Midorima, sibuk berguling dan tertawa puas. Si pemuda korban sekuhara masih melongo, sampai ia akhirnya sadar kalau Midorima telah menolongnya.
"Kau tidak apa-apa!?" tanya si pemuda. Dilihat dari dekat, si pemuda berambut hitam ini makin cantik. Poninya miring sebelah menutupi mata kirinya, dan ada tahi lalat dibawah mata kanannya. Sungguh indah.
"..." Midorima masih puyeng.
"Aduh berdarah begini! Dasar, preman-preman kampungan itu memang kurang ajar!" omel si pemuda sambil melap wajah Midorima dengan sapu tangannya.
Meskipun jelas luka Midorima ini bukan akibat kesalahan dua preman cupu tadi, tapi karena anak SMA jahil yang masih tertawa dibelakang Midorima sambil memegangi perutnya yang mulai sakit.
"..Aku baik-baik saja," jawab Midorima sekenanya
"Hmph.. Shin-chan, maaf, aku tidak bermaksud.. haha.. sampai kau luka begini.. tapi.. haduh tadi lawak banget hahahhahaha," Takao belum puas tertawa.
"Diam! Ini semua gara gara kamu!"
Takao menutup mulutnya, menahan tawa yang masih mencoba keluar.
"Ah.. namaku Himuro Tatsuya. Sebagai tanda terima kasih sudah menolongku, bagaimana kalau kuobati lukamu? Kebetulan rumahku didekat sini"
"Tidak u—"
"Uwah, terima kasih Himuro-san! Tolong ya! Kalo nggak cepat ditangani, aku takut muka Shin-chan yang ganteng itu kenapa-napa!" potong Takao
"Takao!"
"Shin-chan, kalau kamu ngotot pulang dalam keadaan begini aku tidak mau tahu lho. Kalau kamu pingsan ditengah jalan aku tidak akan kuat untuk mengangkatmu kerumah!"
Takao sama sekali tidak memikirkan kemungkinan penggunaan ambulans dan rumah sakit. Tapi Midorima juga tidak mau sih, malu nanti kalau ketahuan dokter dapat luka begini karena jatuh alay.
"Kalau begitu ayo ikut aku.. ah, aku akan menopangmu dibahuku kalau kau tidak kuat jalan," Himuro, tanpa menunggu jawaban Midorima, langsung menaruh lengannya di bahu Midorima dan membantunya berjalan. Diluar dugaan Himuro lumayan kuat juga, ia bisa menopang Midorima yang tinggi besar.
Takao memunguti belanjaan mereka sebelum menyusul disamping Himuro dan Midorima.
"Makasih ya Himuro-san"
"Nggak kok, malah aku yang harusnya berterima kasih karena sudah kalian tolong," Himuro tersenyum lembut. "Ngomong-ngomong, kalian teman akrab? Tadi kudengar kau memanggil dia dengan panggilan lucu"
"Oh iya kami belum memperkenalkan diri ya! Aku Takao Kazunari, yang disitu Shin-chan! Aku adik Shin-chan.. sejak sebulan yang lalu!"
"..Namaku Midorima Shintarou," gumam Midorima yang masih nge-fly akibat benturan di kepalanya tadi
"Sebulan yang lalu.. oh kalian saudara angkat?"
"Iya! Tapi kami akrab karena kami cuma tinggal berdua, orang tua kami sibuk bekerja"
"Kebetulan sekali, aku juga tinggal berdua dengan adik laki-lakiku. Orang tua kami bekerja di luar negeri"
"Oh iya? Wahhhh kok kita samaan sih,"
Modus macam apa ini, pikir Midorima dalam hati. Ia terlalu lemas untuk berteriak agar Takao tidak mengoceh yang aneh-aneh, terutama pada orang yang baru dikenalnya begini.
"Adik Himuro-san asyik ya, punya kakak seganteng Himuro-san," gombal Takao. Midorima jejeritan dalam hati, 'Jadi maksud kamu aku nggak ganteng?'
"Ah nggak kok. Justru aku yang senang punya adek selucu dan sebaik dia.. Dia jago mengurus pekerjaan rumah tangga jadi aku tidak perlu repot lagi"
"Hee.. Himuro-san benar-benar sayang sama adiknya ya.." Takao melirik Midorima yang masih berada dalam keadaan lemas di pundak Himuro. Midorima menyadari tatapan itu sebagai 'Shin-chan Shinchan apa kamu juga senang punya adik yang jago ngurus rumah kayak aku?' tapi ia berusaha mengacuhkannya, berhubung ia terlalu lelah (dan malu) untuk memuji Takao.
Perjalanan kerumah Himuro itu diisi dengan berbagai cerita singkat Himuro mengenai adik kesayangannya. Adikku paling manis lah, adikku jago main basket lah.. kadang Takao mengangguk-angguk sambil membalas 'Shin-chan begini, Shin-chan begitu'.
Dasar brother complex.
Midorima sebal. Dia mau pulang dan lepas dari semua obrolan tidak penting ini. Tapi dia tidak punya tenaga bahkan untuk berjalan pulang. Jadi dia cuma bisa diam.
.
.
.
Akhirnya mereka sampai ke kompleks apartemen rumah Himuro berada. Apartemen tersebut cukup besar dan megah, meskipun hanya terdiri dari empat lantai. Kamar apartemen yang disewa Himuro sendiri berada di lantai dua.
Himuro langsung membuka kunci pintu apartemennya dan menyeret Midorima masuk, diikuti Takao.
Namun yang ditemukannya didalam apartemennya malah...
"TAIGA!?"
..adiknya yang sedang berciuman dan bermesraan dengan seorang pemuda berambut biru muda.. yang langsung dikenali oleh Midorima dan Takao sebagai Kuroko Tetsuya. Iya, Kuroko Tetsuya yang itu, yang temen se-gengnya Midorima. Yang suka telpon-telponan dan panggil-panggilan pake nama akrab 'Tecchan' dan 'Kazu-kun' sama Takao itu.
Oh, dan apakah kalian ingat kalau Himuro bilang adiknya itu adalah adik laki-laki?
Yap, adiknya yang ia bilang manis, baik, apalah itu.. berbentuk seorang pria kekar berotot, berambut merah kehitaman, yang sepertinya jauh lebih besar daripada Himuro. Iya, pria macho yang sedang mencium Kuroko itu, adalah adiknya Himuro yang katanya jago mengurus rumah itu.
Namanya Kagami Taiga.
"Ta..Tatsuya!? Kok kamu udah pulang..? kupikir kamu.." si adik, Kagami, sadar atas kehadiran kakaknya - tentunya, setelah Himuro berteriak keras, ditambah dengan suara Midorima yang jatuh kelantai karena Himuro membuangnya begitu saja—langsung panik.
Kuroko tetap berwajah datar, tapi dari gesturnya sepertinya ia juga ikut panik seperti Kagami. Untung saja pakaian mereka masih rapi, belum berseliweran kemana-mana. Tapi Himuro tidak peduli.
"Rencanaku batal karena temanku sakit, jadi aku pulang lebih awal!" Himuro mengeluarkan aura hitam. "Jadi karena ini.. kau memaksaku untuk menginap saja dirumah temanku? Supaya bisa xxx sama dia? Hah?"
"Tatsuya dengarkan aku dulu—"
"DIAM! SUDAH KUBILANG AKU TIDAK SETUJU KAMU PACARAN DENGAN DIA!"
Kuroko langsung bergidik saat Himuro menunjuknya dengan penuh amarah.
"Tapi.."
"TIDAK ADA TAPI-TAPIAN!" Himuro menendang sofa naas yang ada didekat kakinya. "POKOKNYA KAMU NGGAK BOLEH PACARAN SAMA BOCAH ITU! PUTUS! PUTUSIN SEKARANG JUGAAAAA!"
"TAPI KENAPA TATSUYAA? KENAPA KAMU NGGAK SUKA KUROKO!? DIA CINTA PERTAMAKU DAN AKU AKAN TERUS MENCINTAINYA SAMPAI TUA NANTI"
"ITU KARENA DIA NGGAK JELAS! DIA PASTI SERIGALA BERBULU DOMBA! AKU TIDAK MAU KAU DITIPU OLEHNYA!"
"KUROKO BUKAN ORANG YANG SEPERTI ITU!"
"APA? JADI KAU LEBIH PERCAYA DIA DARIPADA KAKAKMU INI?"
"BUKAN BE—"
"SHIN-CHAN! JANGAN MATI!"
"Hah?"
Pertengkaran dua saudara tersebut berhenti saat mereka mendengar teriakan Takao, yang histeris melihat Midorima tidak bergerak dari posisi jatuhnya tadi. Rupanya saat dilempar oleh Himuro dari bahunya tadi, kepala Midorima lagi-lagi membentur lantai dan darah kembali muncrat dari lukanya yang tadi sudah mulai mengering. Takao menggoyang-goyangkan badan Midorima, yang membuat Midorima malah makin pusing.
"Oh iya, aku lupa ada kalian.." Himuro (yang merupakan penyebab makin parahnya luka Midorima) menepuk tangannya, tersadar akan keberadaan dua orang yang dipungutnya tadi.
"Waa? Siapa mereka? Kenapa berdarah begitu!?" Kagami yang gercep langsung mencari kotak p3k. "Ini perban dan betadinnya!"
"...Midorima-kun?" Kuroko, yang dari tadi sama sekali tidak bersuara, akhirnya mengeluarkan suara pelan karena kaget bisa bertemu temannya dalam keadaan serandom ini.
"..Kuroko"
"Hah? Kalian saling mengenal—"
"Shin-chan! Kau tidak apa-apa? Lukamu sakit?" Takao lagi-lagi memotong dengan suaranya yang super keras.
"..Aku butuh aspirin.. dan kompres.."
"Ah, aspirin dan kompres kami habis! Biar kubelikan dulu di apotik ya!" Kagami melempar betadin dan perban ke Himuro, lalu bergegas keluar. Dia makin panik karena di situasi kacau seperti ini tiba-tiba muncul orang yang berdarah-darah begitu. Takut Midorima tau-tau mati dan menggentayangi apartemen mereka karena tidak segera diobati. Kagami takut hantu sih.
"Aku juga ikut!" Takao menarik tangan Kuroko. "Tecchan juga ayo ikut! Himuro-san, aku titip Shin-chan ya!"
"Hei, tunggu!"
Terlambat, karena Kagami, Kuroko dan Takao sudah terlanjur keluar dan menutup pintu. Meninggalkan Himuro yang masih terbakar amarah dengan Midorima yang meskipun lemas masih bisa menangkap aura tidak enak yang memenuhi apartemen tersebut.
Mati. Midorima mati.
Midorima mau pura-pura mati tapi Himuro lalu merawat lukanya dengan beringas. Iya, Himuro sedang kesal, jadi dia mengobati Midorima dengan kasar, tidak peduli Midorima mengaduh aduh kesakitan.
Sungguh sial nasib Midorima jadi objek pelampiasan Himuro. Karena ternyata begitu-begitu tenaga Himuro kuat sekali.
Midorima sempat melihat sekilas ada piagam lomba aikido milik Himuro di ruang tamu. Juara nasional, cuy. Artinya kalau tadi Midorima nggak ikutan pun, Himuro pasti bisa membanting dua preman cemen itu dengan mudahnya. Dan Midorima tidak perlu terluka dan menderita setelah ditertawakan Takao dan jadi tumbal amarah Himuro.
"..Kau kenal dengan anak itu?" Himuro akhirnya membuka mulutnya setelah dari tadi diam dan merengut.
"Maksudmu Kuroko? Yah, kami teman satu sekolah.."
"..Hmph"
Himuro memalingkan mukanya. Mungkin tidak rela merawat luka teman dari pacar adiknya yang tidak ia restui. Tapi ia tetap melanjutkan pekerjaannya, membersihkan luka Midorima dan membalutnya dengan perban. Situasinya benar-benar awkward.
"..Kenapa kau tidak merestui mereka?" tanya Midorima, berusaha mencairkan keheningan yang makin membuat pusing kepalanya.
"Bukan urusanmu"
"Yah, Kuroko itu temanku, dan aku tahu dia anak yang baik.. walaupun aku baru tahu kalau dia ternyata punya pacar laki-laki"
"Tuh kan! Aku juga tidak mau Taiga jadi humu!"
"Bu-bukannya aku mau membela Kuroko atau apa, tapi ini kan hidup mereka, jadi biarkan saja mereka melakukan apa yang mereka suka. Menurutku itu lebih baik"
"Aku melakukan ini demi kebaikan Taiga kok!"
Sepertinya mau berdebat pun Himuro tetap keukeuh pada pendiriannya. Justru emosi Himuro malah semakin naik. Ia mengeplak hasil pengobatan yang ia lakukan pada Midorima, hingga Midorima menjerit kesakitan. Memalukan, untung tidak ada Takao disitu.
Himuro menghela napas frustasi. "Kalau kau juga kakak sepertiku.. kau pasti akan mengerti apa yang kurasakan.."
He?
Mengerti perasaan Himuro?
Disela-sela rasa sakit yang mendera kepalanya Midorima mencoba membayangkan kalau Takao punya pacar, dan pacarnya itu laki-laki tidak jelas... Mi-Midorima tidak peduli kok, Takao mau pacaran sama siapa juga. Paling tidak, Midorima berusaha tidak peduli.
Tapi yang ada kepalanya malah makin sakit.
Ah.
"Jadi begitu ya.."
.
.
.
"Kau tidak kaget? Melihat kami" tanya Kuroko dalam perjalanan menuju apotik.
"Iya kaget sih, aku tidak menyangka Kuroko yang kalem ternyata punya pacar yang manly begini"
Meskipun sebenarnya kau harusnya lebih kaget karena Kuroko itu ternyata humu sih.
"Apalagi kau juga tidak pernah bilang punya pacar," tambah Takao lagi.
"E..eh, maaf, kami juga sebenarnya baru berpacaran sebulan.. Bukannya mau merahasiakan juga," Kuroko sedikit memerah. "Apalagi kau lihat kakak Kagami-kun seperti itu"
"Hmmm, Kagami ya.." Takao melirik Kagami yang berjalan disamping Kuroko, menggandeng tangannya secara natural
"Ha, halo, aku Kagami Taiga. Kelas 1 SMA Seirin"
"Aku Takao! Temannya Kuroko! Yah, sebenarnya aku adik Shin-chan, temannya Kuroko yang tadi beradarah-darah tadi itu.."
"Soal kakakku.. maaf ya, padahal biasanya dia baik dan tenang, tapi sejak aku pacaran dengan Kuroko dia jadi suka marah-marah seperti itu.."
"Ah, tidak masalah. Aku lebih khawatir pada nasib hubungan kalian berdua," Takao tertawa tidak enak. "Padahal Tecchan kan baik! Kalem! Mukanya juga manis!"
"Kau benar," Kagami ikut tertawa. "Aku juga sering mengatakan itu pada Tatsuya, tapi.. dia tidak mau mendengarkanku. Meskipun begitu, aku juga tetap menyayangi Tatsuya sebagai kakakku.."
Kagami memang adik yang baik dan berbakti. Dan menurut Kuroko, Kagami adalah calon waifu idaman.
"Yah, aku bisa mengerti perasaan Himuro-san sih. Dia pasti berat melepas adik sebaik Kagami-kun," Kuroko ikut mengangguk-angguk.
"Kesannya seperti Himuro-san jealous sama Tecchan ya"
"Takao-kun sendiri, kalau Midorima-kun punya pacar bagaimana?"
"Eh?"
Midorima yang itu..punya pacar? Kok rasanya tidak mungkin ya. Tapi Takao mencoba membayangkan kalau mislanya keajaiban terjadi dan Midorima menemukan cintanya.. berarti ia pasti akan tersisihkan..
Uh, membayangkannya saja Takao tidak mau
Apa ini artinya..
Dia punya brother complex juga?
By the way, tentang Shin-chan..
"Ahhhh! Shin-chan kutinggal dengan Himuro-san! Bagaimana kalau dia diapa-apain?"
Takao baru sadar, ia tadi refleks meninggalkan Midorima di apartemen.
"Gawat juga, Tatsuya itu juara aikido, jangan-jangan kakakmu jadi sasak tinju Tatsuya"
"Huwaaaa! Aku lupa Himuro-san lagi marah-marah! Apalagi Shin-chan teman Kuroko!"
"Kalau begitu ayo cepat kita beli obatnya dan kembali," Kagami mempercepat langkahnya, menarik Kuroko.
Takao terdiam sejenak dibelakang mereka.
"..Atau diluar dugaan, mereka malah bisa saling berbagi cerita, sebagai sesama kakak?"
.
.
.
"Jadi begitu ya, aku tahu masalahmu sekarang," Midorima menghela napas.
"Hah?"
"Sebenarnya kau cuma kesepian 'kan?"
"Bukan! Enak saja! Aku cuma tidak mau masa depan Taiga.."
"..Kau kesepian, karena berpikir Kagami akan pergi dengan Kuroko dan meninggalkanmu sendirian"
"..."
Ups, kenapa Midorima malah jadi sok tau gini. Midorima gak peduli kok Himuro mau kesepian atau kenapa. Benar-benar kontradiktif.
Ini pasti gara-gara kepala Midorima sakit.
"...Benar"
"Hm?"
"Aku.. aku cuma kesepian huwaaaaAAAAAAAAAAA"
Himuro yang tadinya sangar, tiba-tiba menangis keras-keras seperti anak kecil.
Midorima tidak tahu harus melakukan apa. Dia tidak punya permen ataupun balon.
"Huwahhhhhhh padahal.. aku harusnya.. mendukung Taiga.. tapi.."
"Hei, hei.."
Pets
"...!?"
Sudah kondisi sedang begini, bertambah kacau lagi dengan situasi yang paling dibenci manusia modern jaman sekarang.
MATI LAMPU!
MATI
LAMPU
!
"Gwaaaahhhh gelap! Kenapa tau-tau mati lampu?" Midorima yang buta dalam kegelapan cuma bisa mengomel-omel panik.
"TAIGAAAAAAAAAA..." Himuro malah makin mewek.
Situasi benar-benar chaos dimana mereka berdua adalah remaja dewasa yang sama-sama useless. Pasti karena terlalu dimanja oleh adik-adik yang sangat capable.
Bukannya mencari senter atau lilin, mereka malah meraba-raba dalam kegelapan, bingung harus melakukan apa dan kemana.
Duk
Sebua suara terdengar dari arah balkon, membuat Midorima dan Himuro makin gemetaran. Dalam keadaan gelap gulita dan tidak bisa melihat apa-apa begini, adrenalin manusia memang meningkat tajam.
Midorima memberanikan dirinya berjalan mendekati balkon, dan membuka korden yang menutupi pintu kaca menuju balkon. Ia mendapati..
Sesosok bayangan manusia yang tengah berdiri di balkon apartemen Himuro. Dan ini lantai dua.
Setelah terdiam dan saling menyadari keadaan masing-masing (Midorima tanpa sadar membuka pintu balkon), namun cahaya bulan tetap tidak bisa menerangi rupa masing-masing dengan jelas. Midorima membuka mulutnya dan..
"KAMU SIAPAAAAAAA!?" jerit sosok itu, membuat Midorima melompat kaget kebelakang.
"KAMU YANG SIAPA!?" balas Midorima, tak kalah kencang berteriak.
Sebentar, kalau sosok itu bisa teriak, berarti dia bukan hantu.. tapi..
"KAMU MALING YA!?"
Sosok itu panik.
"BUKAN!"
"Apa, maling!?" Kali ini Himuro bangun dari posisinya tadi dan berlari kearah balkon, mendorong Midorima kebelakangnya. Sebagai jagoan, Himuro harus melindungi tamunya.
"Eh, Tung—" belum sempat sosok itu menyahut lagi, Himuro sudah terlanjur mengeluarkan tinjunya dengan cepat ke sosok tersebut.
Entah siapa maling itu, tapi dia bisa menangkis tinju sakti Himuro. Himuro kaget, sadar lawannya bukan keroco, kali ini ia mengeluarkan jurus tinjunya yang lain. Namun lagi-lagi berhasil ditangkis.
Setelah bergumul beberapa saat (ngomong-ngomong Midorima cuma bisa menonton dibelakang sambil melongo), kedua tangan Himuro malah ditangkap oleh genggaman si maling.
"ARGHHHHHH LEPASKAN AKU!"
"TENANG DULU!"
"AAAAAAAAAA TAIGAAAAAA!"
"HEI!"
Sesaat kemudian lampu kembali menyala, membuat mereka kini dapat menangkap sosok asli masing-masing.
Bola mata Himuro menatap lurus pada sosok maling yang ternyata seorang pemuda tinggi berambut hitam. Begitu juga si maling, yang tak berkedip pada Himuro yang masih berada dalam genggamannya. Pandangan mereka saling bertemu dan sesaat waktu seakan berhenti...
'Dia... cantik juga ya..'
'Tidak.. kenapa malingnya ternyata ganteng begini..'
Midorima seperti bisa melihat backgroud bunga-bunga dan cahaya berkilauan dalam sedetik adegan tatap-tatapan tersebut.
"Ah..!" si maling sadar genggamannya menguat pada tangan Himuro. "Ini.. Tunggu, aku bisa jelaskan..!"
"Eh.." wajah Himuro memerah, dadanya berdebar entah kenapa. "Baiklah.."
.
.
.
"Maaf sudah mengagetkan kalian, aku bukan maling ataupun berniat jahat kok," pemuda tadi duduk didepan Midorima dan Himuro."Namaku Nijimura Shuuzo, aku tinggal di apartemen tepat diatas kalian"
"Terus kenapa kamu bisa ada di balkon kami?"
"Adikku, Haizaki itu sangat jahil dan kurang ajar.. tadi aku habis memarahi dia, dan dia balas dendam dengan mengunciku di balkon lalu pergi tidur. Jadi aku berusaha turun lewat balkon kalian.."
"Haizaki? Haizaki yang itu?" tanya Midorima
"Kamu kenal adikku?"
"Iya, kami satu sekolah," Midorima membetulkan kacamatanya. "Baru saja kemarin dia dimarahi guru karena memecahkan kaca jendela kelas"
"Apa? Dasar Jaki! Selalu saja membawa masalah.." Nijimura memukul lantai. "Adik bodoh yang satu itu.."
"Uh, umm," sela Himuro.
"Ya?"
"Itu.. maaf, aku tadi salah paham, langsung menyimpulkan kalau kau maling.. dan memukulmu.."
"Tidak, tidak, justru aku yang harusnya minta maaf karena semua ini salahku. Tindakanku memang mencurigakan, seharusnya aku tidak asal lompat kebawah seperti itu," Nijimura terdiam sejenak sambil memandang Himuro. "Tapi.."
"Tapi?"
"Aku nekat turun juga karena khawatir.. saat mendengar suara tangisanmu.."
"Eh!"
Muka Himuro kembali memerah, namun kali ini sudah seperti kepiting rebus. Malu, ketahuan menangis seperti anak kecil yang kehilangan balonnya. Apalagi Nijimura memandangnya dengan tatapan sendu penuh perhatian.. aghhhh, ganteng banget sih!
"Apa kau sekarang tidak apa-apa? Kenapa kau menangis?"
"I..itu.. aduh.." Himuro gelagapan. Tapi ia tidak bisa tidak menjawab jika ditanya dengan tatapan penuh khawatir seperti itu.
"Aku hanya.. menangis karena kesepian adikku.. sudah punya pacar. Memalukan ya? diumur segini, aku masih brother complex seperti ini.."
"Sama sekali tidak kok. Aku sendiri, walaupun adikku begundal begitu, sebenarnya aku selalu mengkhawatirkan dia"
"Hehe," Himuro tertawa kecil.
"Tapi sebagai kakak kita memang tahu 'kan.. suatu saat kita harus melepas adik-adik kita"
"Uhmm," Himuro mengangguk. "Dia..sudah menemukan orang yang paling penting dalam hidupnya, melebihi aku"
"Kalau kau kesepian.." Nijimura mengelus kepala Himuro dengan lembut. "Aku akan menemanimu, kapan saja kau mau"
"Yang benar?" Himuro mendongakkan kepalanya, memandang Nijimura dengan mata berkaca-kaca.
"Iya"
"Nijimura-san.." Himuro malah mewek lagi. Terharu. Baru kali ini ada yang berkata begitu padanya. Entah kenapa, semua emosinya tadi malah meluap kembali.
"Sssh.. panggil saja aku Shuu"
"Huwa.. huwaaaaahhhhh"
Dan Himuro pun menangis. Lagi. Kali ini dalam pelukan Nijimura yang sibuk men'cup cup' nya.
Midorima? Ah, dia sudah pura-pura mati dari tadi kok. Badannya gatal-gatal dan kejang kejang setelah melihat adegan sinetron ini. Semoga kalian yang membaca ini masih kuat mental.
Tapi rupanya adegan tersebut rusak karena..
Pada saat yang bersamaan Kagami, Kuroko dan Takao pulang.
Mata Kagami melotot. Ada orang tidak dikenal, sedang memeluk kakaknya yang entah kenapa menangis. Sementara Midorima terlihat tergeletak tak sadarkan diri. Persis seperti adegan kriminal di televisi.
Hell. Tak ada yang boleh membuat kakaknya menangis!
"SIAPA LO!?" teriak Kagami, melempar kantong kresek belanjaannya ke Kuroko. "LO APAIN KAKAK GUE!?"
"Ta..Taiga? Ini bukan.." masih terisak, Himuro berusaha menyembunyikan air matanya.
"TATSUYA! KAU BAIK-BAIK SAJA!?" kini Kagami menerjang Nijimura dan mengangkat kerahnya. "BERANINYA LO NGEBUAT KAKAK GUE NANGIS! GUE BUNUH LO!"
"Hei, tunggu dulu.." Nijimura lelah. Kakak adik ini ternyata sama-sama mendahulukan kepalan tangan sebelum akal sehat mereka.
"TAIGA! Kau salah! Dia ini orang baik, yang malah menghiburku saat aku menangis!"
"..Hah?"
"Aku.. Sebenarnya aku tidak merestui kalian karena aku takut Taiga akan melupakanku.. aku kesepian dan menagis.. saat itulah Shuu menolongku.."
"Tatsuya.." Kagami melepaskan genggamannya pada kerah Nijimura dan berbalik memeluk Himuro. "Dasar bodoh! Meski aku sudah punya pacar sekalipun, kau tetap kakaku yang paling kusayang!"
"Taiga.."
"Tatsuya, maaf kalau aku sudah membuatmu kesepian.. aku akan tetap memprioritaskanmu- "
"Ah, tidak usah. Aku tidak akan kesepian lagi kok, soalnya Shuu sudah berjanji akan selalu menemaniku, ya kan Shuu?"
Nijimura tersenyum (yang terlihat seperti seringai di mata Kagami). "Ya".
"A—apa.."
"Karena itu, mulai sekarang kau bebas untuk berpacaran dengan Kuroko-kun.. aku sudah merestui kalian," Himuro tersenyum dan menatap Kuroko yang masih berdiri bingung didekat pintu masuk. "Kuroko-kun, tolong jaga Taiga ya"
"Baik, terima kasih Himuro-san," Kuroko membungkuk hormat. Terharu juga akhirnya ia berhasil mendapat restu sang kakak.
Himuro melirik ke arah Nijimura dan tersenyum. Background kembali berubah menjadi bunga-bunga dan cahaya peri selama sepersekian detik.
"Tu—tunguu.." Kagami masih belum terima. Apa katanya tadi? Menemani?
Apa
Nemenin
Kalo kesepian
Hah
Apa
Maksudnya
Nemenin
'Itu'?
Dan kenapa Tatsuya udah manggil dia pake nama kecil begitu!
Aaaaaaarghhhhhh!
"AAAAAAAAAAA AKU TIDAK TERIMA AAAA MENJAUH DARI TATSUYAAAAAAAA!"
Kali ini, malah Kagami yang mengamuk, melihat hanya dalam beberapa puluh menit ia tinggal, kakaknya berubah drastis karena dimodusin sama orang random. Kagami tidak suka! Siapa dia, berani meluk-meluk Tatsuya-nya! Kalau mau deketin Tatsuya, harus melangkahi mayat Kagami dulu!
Ternyata Kagami sama brother complexnya dengan Himuro..
.
.
.
Setelah kehebohan tadi dan Takao berhasil membangunkan Midorima, mereka berdua pun pamit pulang. Alasannya, Midorima tidak tahan berada disitu, lukanya malah makin perih karena melihat adegan yang tidak bermutu tadi. Akhirnya mereka pulang diiringi ucapan terima kasih penuh kebahagiaan dari Kuroko, dan jeritan brocon Kagami, juga aura lovey dovey dari Himuro dan Nijimura.
"Haha, hari ini sangat menarik ya," ujar Takao dalam perjalanan pulang mereka.
"Huh, hari paling sial! Padahal aku sudah bawa lucky item sesuai petunjuk Oha Asa! Tapi ternyata memang cancer berada di peringkat paling bawah hari ini!"
"Tapi kita jadi punya kenalan baru 'kan. Kita juga jadi menolong Kuroko" Takao tampak puas. Midorima makin merengut. Ya Takao enak tinggal menikmati hasilnya, lah Midorima? Sudah kepalanya luka begini, ia harus tersiksa melihat Himuro dan Nijimura bermesraan! Midorima kan iri! Ups.
"Neh, Shin-chan, kalau misalnya aku punya pacar, bagaimana?" Takao tiba-tiba bertanya. "Apa kau juga akan mengamuk seperti Himuro atau Kagami tadi?"
Midorima langsung terbatuk-batuk.
"I-itu sih terserah, bukan urusanku kamu mau pacaran dengan siapa juga," jawab Midorima sok kalem. Nggak kok, Midorima nggak bakal kesepian. Midorima nggak bakal marah-marah. Paling cuma diam-diam menghanyutkan pacar Takao itu ke sungai yang mengalir ke Samudera Pasifik..
"Uhh, Shin-chan jahat! Padahal aku punya orang yang aku sukai loh"
"APA?"
Takao punya gebetan? Masa sih?
"Takao! Kamu itu masih kecil! Jangan pacar-pacaran!"
"Tapi Shin-chan kita kan seumuran.."
"Ugh," Midorima memalingkan mukanya. Bingung mau beralasan apa lagi. Midorima terlalu tsundere untuk mengakui dia tidak rela Takao punya gebetan.
"...Memangnya, siapa orang itu? Yang kamu sukai?"
"Ada deh. Rahasia, hehe," Takao berkedip, dan berjalan mendahului Midorima. Dia berbalik menatap Midorima sambil tersenyum. "Shin-chan, kalau Shin-chan juga sampai punya pacar aku bakal marah lho"
"Dasar bodoh.." Muka Midorima merona. Entah Takao bercanda atau serius, Midorima tidak bisa menebak isi pikiran adiknya yang satu ini. Tapi ia senang juga mendengar Takao juga tidak rela ia punya pacar. Mungkin ia juga punya brother complex, tapi ia tidak peduli.
Sambil berbisik Midorima berusaha menahan senyumnya.
"...Aku juga..."
TBC
Omake
"Jakiiiii, aniki pulang! Aku bawa kue loh, fufufu"
Haizaki melongo. Ia sudah siap perang, ia siap digebuki kakaknya, Nijimura Shuuzo, karena mengunci kakaknya itu semalaman dibalkon dan ketiduran.
Tapi pagi itu Nijimura malah datang dari pintu depan dengan muka berseri-seri, senyum mengembang, dan wajah merona, sambil menenteng kresek berisi makanan.
Persisi seperti orang mavok.
Men, Nijimura bahkan belum berada di usia legal untuk minum-minum.
"..Lo kenapa?" Haizaki bertanya takut-takut.
"Jakiii, ih, kamu emang adek yang baik deh! Aniki sayang banget sama kamu! Mmuah!" Nijimura malah mencium pipinya, membuat Haizaki makin merinding. Seumur-umur, ia tidak pernah disayang, dielus, apalagi DICIUM sama kakaknya yang galak, kasar nan jagoan ini. Ditendang sih sering.
Sumpah, Haizaki takut.
Nijimura menghempaskan dirinya di sofa mereka, dan kembali melamun sambil tersenyum sendiri. Dia masih membayangkan Himuro yang baru saja ditemuinya, begitu kuat, begitu cantik.. persis seperti tipe yang disukai Nijimura. Mana sepertinya pucuk dicinta ulam pun tiba lagi, kayaknya Himuro juga naksir Nijimura.
Pokoknya Nijimura bahagia. Ia sudah melupakan tindakan bengal Haizaki, dan malah berterima kasih pada adiknya itu, karena ulahnya, ia bisa bertemu dengan sang pujaan hati.
Haizaki, yang melihat sikap kakaknya yang sangat OOC itu, langsung merasa bersalah. Ini pasti karma, seperti di majalah hidayah, gara-gara ia selalu nakal, kakaknya sekarang jadi sakit jiwa.
Haizakipun bergegas mengambil air wudhu.
Dan dimulailah..
Pertaubatan Haizaki.
Omake Fin.
Author's Note:
Sesuai janji, inilah karakter paling ganteng di Kurobas! ..Sebenarnya sih Himuro, tapi karena banyak yang ngerequest Nijimura akhirnya dia dimunculin deh! Yuhuu! (dan btw, lagi seneng NijiHimu karena baca translasi Replace mereka berdua yang super ambigay, jadi muncullah crack pair ini)
Btw maaf karena udah lama nggak apdet. Sebenernya fic ini udah hampir selesai dari lama, tapi sayang harddisk laptop mendadak rusak dan semua data pun hilang.. dan kalian pasti tahu betapa malasnya menulis ulang suatu fic dari awal. Yah, meskipun hasil akhirnya jadi berbeda dari konsep awalnya sih.
Karena udah lama nggak menulis, mungkin gaya menulis dalam fic ini jadi berubah, dan penuh inkonsistensi karakter dan cerita. Mohon dimaklumi, apalagi akhir-akhir ini lagi suka gaya menulis lebay ciat ciat.
Oh ya, untuk chapter depan, tebak pair apa yang dapat spotlight..
AKAFURI!
(jreng jreng)
Tunggu aja ya apdetnya, masih banyak proyek fic yang belum selesai juga nih orz jadi mungkin masih lama