[REMAKE] Sleep With The Devil by Santhy Agatha Chapter 12 END
Genre :: Romance
Cast :: Kim Jongin, Xi Luhan, and others. [KAILU]
Rated :: M
.
Disclaimer : Saya me- remake novel favorit saya, cerita aslinya kalian bisa baca novel Sleep With The Devil (Santhy Agatha). So, cerita ini bukan milik saya, saya hanya meremake oke?jangan nuduh saya plagiat ya. Oh iya ini re-post ya?
.
Typo(s). YAOI. M-PREG
Don't Like , Don't Read chingu!
Annyeong, ini lanjutan ff remake Sleep With The Devil KaiLu Ver ^^
Happy Reading!
Ketika Kai menerima telepon itu, dia sedang berada ditengah meeting penting. Dia langsung melupakan semuanya dan meluncur secepat dia bisa ke rumah sakit tempat Luhan katanya dibawa. Terengah Kai berlari ke ruang gawat darurat dan hampir bertabrakan dengan Chanyeol. Napas Kai terengah dan menatap Chanyeol yang tampak pucat dan cemas, Kai melihat darah. Darah di lengan dan baju Chanyeol yang kebetulan berwarna putih,
"Kenapa ada darah di bajumu," suara Kai bergetar, menahan perasaan cemas yang mulai menggelegak.
"Tuan… Tuan Luhan pendarahan.. saya menggendongnya…" Pendarahan? Kenapa ada darah? Mau tak mau ingatan Kai melayang ke masa bertahun-tahun lalu ketika Baekhyun mengalami keguguran, pendarahan yang sama, kesakitan yang sama.
"Di mana Luhan?!"
"Dokter masih menanganinya Tuan"
"Kai," suara Key yang lembut mengalihkannya, "Kondisi Luhan kritis, dokter bilang ada yang salah dengan posisi plasentanya, yang mengakibatkan pendarahan. Mereka sedang berusaha mengeluarkan bayinya"
"Bagaimana dengan Luhan?," suara Kai bagaikan erangan menahan siksaan,
"Luhan tidak sadarkan diri sejak dibawa ke ambulance, Kai," Key memandang Kai cemas, "Mereka sedang berusaha di dalam sana," Key menoleh pada ruang operasi di sudut dengan lampu merah yang menyala diatasnya, "Yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa"
Berdoa? Kai sudah lama tidak berdoa, dia pernah berdoa sebelumnya. Jiwanya yang kelam ini dulunya putih bersih. Percaya bahwa yang namanya Tuhan itu ada dan selalu tersedia untuk menolongnya. Tetapi Tuhan ternyata tidak ada ketika Baekhyun yang dulu dicintainya meregang nyawa. Tuhan tidak ada. Itulah yang dipercaya Kai setelah menguburkan Baekhyun, sekaligus menguburkan seluruh kepercayaan yang dulunya pernah di pegangnya. Kai membuang hatinya, menjadi manusia berjiwa kelam yang jahat, dan kemudian lama kelamaan wataknya berubah menjadi kejam. Tidak ada yang bisa menyentuh belas kasihan Kai, tidak ada lagi.
Sampai ayah Luhan datang dan menunjukkan foto anaknya untuk ditawarkan padanya. Kai menyadari kemiripan itu, meskipun penampilan Luhan di foto berbeda dengan Baekhyun, dengan kacamata tebal dan potongan rambut kunonya. Kai tidak menampik, ketika membuat perjanjian pernikahan di usia Luhan yang ke dua puluh lima itu murni karena ingin menjadikan Luhan sebagai pengganti Baekhyun.
Tetapi kemudian entah kenapa Kai jatuh cinta kepada Luhan, entah sejak kapan Kai tidak tahu. Mungkin sejak dia selalu menerima foto-foto hasil pengintaian dari Chanyeol yang membuatnya sadar bahwa Luhan telah berkembang menjadi laki-laki yang mandiri. Mungkin setelah percintaan yang dahsyat di malam pertama itu, atau mungkin juga setelah perkawinan mereka, Kai tidak tahu. Yang dia tahu pasti, Luhan tersimpan di hatinya. Hati yang dulu sudah dia buang, Ternyata selama ini hatinya masih ada di sana, menunggu untuk diisi kembali.
Dan sekarang, isteri dan anaknya sedang meregang nyawa di ruang operasi. Dan yang bisa Kai lakukan hanyalah menunggu di sini seperti orang bodoh. Isteri dan anaknya astaga! Bahkan Kai selalu menutup mata, berpura-pura bahwa dia tidak mengakui keberadaan anak itu, selalu mengalihkan mata ketika menatap perut Luhan yang semakin dan semakin membuncit setiap harinya. Luhan berjuang sendirian selama masa-masa kehamilannya.
Sangat jauh dari yang dilakukannya ketika Baekhyun mengandung, dia merawatnya, dia menjaganya di setiap langkahnya. Memastikan Baekhyun sehat dan bahagia di setiap detiknya. Dan sekarang, kepada Luhan, isterinya, yang sesungguhnya sangat dicintainya, Kai telah berbuat luar biasa jahat. Bagaimana jika nanti tidak ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya? Tuhan… jika dia benar benar ada, Kai rela berdoa di setiap detiknya demi keselamatan Luhan.
"Kalau Luhan tidak dapat diselamatkan…," Suara Kai tertelan di tenggorokannya, "Aku belum pernah bilang kalau aku mencintainya"
Chanyeol menundukkan kepalanya, tidak tahu bagaimana caranya menghibur tuannya yang sedang cemas. Sementara Key diam-diam menyusut air matanya. Jadi lelaki ini, yang katanya begitu kejam dan jahat, ternyata mencintai isterinya. Ternyata mencintai Luhan. Dengan sepenuh hatinya Key berdoa, Kau harus hidup Luhan, suamimu di sini, mencemaskanmu. Dia kelihatan sangat menderita, dulu dia jahat dan kejam dengan hati yang hitam, tetapi kau telah sedikit demi sedikit mengangkatnya ke dalam cahaya. Dan kalau kau meninggalkannya, mungkin dia akan terpuruk lagi, jatuh ke dalam jurang yang lebih kelam.
Entah berapa jam proses operasi yang menyiksa itu dan Kai duduk di sana dengan seluruh tubuh menegang dan tersiksa. Chanyeol masih menungguinya di sana, sementara Key sudah berpamitan, karena puteranya membutuhkannya. Key bilang akan kembali besok pagi.
Lalu terdengar tangis bayi. Tangis bayi yang sangat kuat dan keras, seakan memompa seluruh udara yang ada ke dalam paru-parunya. Kai terkesiap dan saling berpandangan dengan Chanyeol, tubuhnya makin menegang. Apakah itu suara anaknya? Tiba-tiba lampu menyala hijau, dan seorang perawat keluar, memanggilnya,
"Tuan Kim Kai"
Kai diajak masuk ke ruangan dalam di bagian ruang persiapan operasi, yang menjadi pembatas antara ruang tunggu dengan ruang operasi,
"Ini Putera anda Tuan Kai, kami menunjukkannya sebelum dia dibawa ke kamar bayi"
Bayi itu menangis begitu keras, seolah-olah memprotes kenapa dia direnggut dari kehangatan yang nyaman di perut ibundanya ke dunia yang penuh marabahaya ini. Kai mengamati bayi itu dengan takjub, mahluk kecil tak berdaya itu, yang selama ini tumbuh di perut Luhan, darah dagingnya, yang tumbuh dari percintaannya dengan Luhan. Makhluk itu begitu tak berdaya, dan ingatan bahwa Kai memusuhinya dulu terasa begitu konyol.
Anak laki-laki ini anaknya. Buah cintanya dengan Luhan. Perawat itu menunjukkan alat kelamin bayi itu, anak laki-laki yang sehat. Dan wajahnya itu, yang bahkan sudah menunjukkan kemiripannya dengan seluruh keturunan Kim, lalu membawa sang bayi ke ruangan khusus. Sejenak Kai masih tertegun di sana, lalu teringat kepada Luhan… Luhan.. bagaimana isterinya?
"Suster," Kai memanggil suster itu, berusaha agar tidak terdengar panik, "Bagaimana dengan isteri saya?" Suster itu melirik ke ruang operasi,
"Masih belum sadar tuan, kondisinya cukup stabil meskipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi waktu-waktu mendatang, Anda bisa menengoknya nanti ketika dia sudah dipindah dari ruangan operasi ke ruangan iccu". Lalu suster itu pergi meninggalkannya, memaksanya menunggu ke dalam ketidakpastian yang menyiksa lagi.
Kalau dulu, Kai pasti akan membentak, memaksa, menggunakan cara kasar agar bisa dituruti kemauannya. Dia ingin melihat Luhan segera! Kenapa para dokter tidak becus itu begitu lama menanganinya?
Tetapi Kai menahan dirinya. Tidak. Mereka sedang menyelamatkan Luhan. Dia tidak boleh mengganggu mereka, karena nyawa Luhan taruhannya.
Ruangan iccu itu sepi, hanya ada Luhan dan suara detak jantungnya yang dimonitor. Luhan masih belum sadarkan diri, dan menurut penjelasan dokter tadi, kondisinya masih belum lepas dari kritis. Kai duduk di sana, di samping ranjang Luhan, mengamati wajah Luhan yang terbaring pucat pasi. Dia pernah mengalami ini sebelumnya dan ternyata Baekhyun tidak pernah terbangun lagi. Akanlah Luhan melakukan hal yang sama pada dirinya?
"Kau tidak boleh meninggalkanku Luhan," Kai menggeram parau, "Kau tidak boleh meninggalkanku sebelum aku mengizinkanmu, putera kita menunggu di sana, ingin disusui jadi kau harus bangun dan menyusuinya, membantunya tumbuh menjadi anak yang sehat..yang..," suara Kai tertelan, menyadari bahwa dia sudah berkata-kata terlalu banyak. Kai lalu menyentuh jemari Luhan dan menggenggamnya, "Maafkan aku," bisiknya parau, "Maafkan aku karena selalu memaksamu, menyakitimu, bahkan ketika kau mengandung anakku, aku tidak pernah memperhatikanmu seperti seharusnya," Dengan lembut Kai mengecup jemari Luhan, "Bangunlah sayang, dan akan kutebus semua kesalahanku"
Hening, Hanya suara monitor jantung yang terdengar teratur di ruangan itu, Kai menggenggam jemari Luhan makin erat,
"Bangun sayang, apakah kau akan tega meninggalkanku dan putera kita? Kau bahkan belum memberinya nama, akan aku panggil apa dia?"
Mata Kai terasa panas membakar. Dia tidak pernah menangis sebelumnya, tetapi kediaman Luhan yang begitu berbeda dengan kesehariannya yang berapi-api membuatnya merasakan aliran dingin merayapi benaknya. Ketika kemudian panas membakar itu berubah menjadi tetesan hangat yang mengalir di sudut matanya, suara Kai berubah serak,
"Aku mencintaimu Luhan, isteriku. Dan aku bersumpah akan mengabdikan seluruh kehidupanku kepadamu jika kau mau bangun dari tidur pulasmu yang menakutkan ini"
Air mata Kai menetes di jemari Luhan. Dan kemudian jemari itu bergerak, membuat Kai terpaku. Jemari itu bergerak lagi, samar. Dan kemudian gerakannya lebih mantap. Bersamaan dengan itu, bulu mata Luhan bergerak-gerak, membuat Kai menunggu dengan cemas. Lalu setelah penantian yang sepertinya terasa seumur hidupnya, mata Luhan terbuka langsung menatap mata Kai yang basah,
"Kenapa…. Kau…menangis,,,?" Kai langsung memasang muka sedatar mungkin meskipun perasaannya meluap-luap,
"Mataku kemasukan debu"
"Oh," Luhan memejamkan mata lagi, sepertinya percakapan itu membuatnya lelah, "Anakku?"
"Dia laki-laki kecil yang sehat dan sempurna, tangisannya sangat keras membuat para suster harus menutup telinga dengan kapas ketika mengurusnya" Luhan tersenyum, dan mencoba membuka matanya lagi,
"Namanya …"
"Apa Luhan?"
"Aku mempersiapkan namanya…," suara Luhan melemah, "T…..Taeoh"
"Taeoh?," Kai mengerutkan keningnya, dari sekian banyak nama, kenapa Luhan memilih nama Taeoh? Luhan tersenyum lemah,
"Dia… putera… dari seorang … malaikat" Aku iblis yang jahat! Bukan malaikat! Batin Kai berteriak keras membantah. Setelah semua yang dia lakukan kepada Luhan, laki-laki itu masih menganggapnya sebagai malaikat?
"Men…cin…."
"Apa Luhan?," Kai berusaha mendekatkan telinganya ke bibir Luhan karena suara Luhan semakin lemah,
"Mencintaimu….Kai." Lalu Luhan kembali tak sadar, meninggalkan Kai kembali dalam tidur lelapnya.
Air mata mengalir lagi di mata Kai, mata seorang iblis yang telah disentuh oleh sang malaikat. Luhan salah, dia bukanlah malaikat. Luhan adalah malaikatnya. Dan pernyataan cinta Luhan membuat dada Kai terasa sesak. Sesak oleh perasaan meluap-luap yang tak pernah terungkapkan sebelumnya.
Kondisi Luhan membaik seiring berjalannya hari, bahkan pagi ini dia sudah diperbolehkan menyusui Taeoh, untuk pertama kalinya. Luhan menerima bayi itu di pelukan lengannya degan takjub. Bayinya, puteranya, yang selama ini bertumbuh di perutnya dan dikandung olehnya. Sekarang ada di dunia nyata, dengan rambut tebal cokelatnya dan mata cokelat milik ayahnya, yang sekarang sedang penuh air mata. Ya, Taeoh sedang menangis keras-keras sekarang.
"Dia lapar," suster Ana terkekeh geli dan membantu Luhan setengah duduk, Luhan membuka baju pasiennya dan mendekatkan nipplenya, Secara otomatis Taeoh langsung mencari dan melahap putting itu. Lalu menghisapnya dengan begitu rakus. Luhan takjub merasakan bahwa puteranya berbagi makanan dengan dirinya, bahwa tubuhnyalah yang memberikan makanan untuk puteranya.
"Dia sepertinya sangat lapar," suara itu berasal dari ambang pintu dan Luhan menoleh. Mendapati Kai berdiri di sana. Hari ini jam sembilan pagi, dan Kai sepertinya belum pernah pulang dari rumah sakit, lelaki itu tampak lelah.
Kai berjalan mendekat dan duduk di tepi ranjang, matanya tak lepas dari puteranya yang menyusu. Puteranya sedang menyusu di tubuh isterinya. Sungguh pemandangan yang luar biasa indahnya.
"Kau tampak lelah", Luhan menatap Kai lembut. Lelaki itu mengalihkan pandangan dari puteranya ke mata Luhan, menatap Luhan dengan mata beningnya yang berwarna cokelat,
"Aku belum pulang, Chanyeol membawakanku baju ganti dan aku mandi serta bercukur di sini, di lantai atas aku punya kamar sendiri" Luhan baru sadar bahwa ini rumah sakit yang sama
tempatnya dirawat setelah kecelakaan dan kemudian diculik oleh psikopat kejam itu. Ini adalah rumah sakit milik Kai,
"Yah ini rumah sakit yang sama," Kai tersenyum meminta maaf, "Tetapi kali ini tidak ada lagi penjagaan di depan, aku sibuk mengurusmu sampai aku tidak sempat mencari musuh".
Luhan tersenyum mendengarnya. Tepat ketika Taeoh melepaskan putingnya dan tertidur lelap dengan pipi montoknya masih menempel di nipple ibunya. Diperbaikinya posisi tidur Taeoh sehingga nyaman, dan Kai mengikuti semua itu dengan pandangannya.
"Kau mungkin bisa pulang dan beristirahat Kai" Kai mengangkat bahu,
"Aku akan pulang untuk beberapa urusan, mungkin beberapa jam, lalu aku akan kembali,"
dengan canggung Kai berdiri, sejenak hanya menatap lama, lalu mengangguk dan melangkah pergi.
Seorang suster masuk dan berpapasan dengan Kai di pintu, dia bertugas mengambil Taeoh dan membawanya ke kamar bayi.
"Sungguh Anda isteri yang beruntung memiliki suami sebaik itu," suster itu tersenyum menatap punggung Kai yang hilang di balik pintu. "Dan seorang Kim Kai pula, Anda sungguh beruntung dicintai seperti itu" Luhan mengernyit, menyerahkan Taeoh untuk digendong sang suster dengan hati-hati.
"Beruntung? Apakah maksud suster itu dia beruntung karena memiliki suami seperti Kim Kai?"
"Oh Anda tidak tahu ya?," suster itu meletakkan Taeoh dengan lembut di kereta kaca khusus bayi yang dibawanya, "Tuan Kai sangat setia menunggui ketika Anda tak sadarkan diri hampir 2 hari lamanya. Dia selalu ada di sana tak pernah meninggalkan Anda. Kondisi Anda saat itu masih belum pasti, kadang Anda tersadar dan meracau. Lalu tak sadarkan diri lagi, kadang kondisi Anda sangat drop sehingga kami harus menangani Anda secara intensif, dan tuan Kai menuntut untuk ada di sini, setiap detiknya mendampingi Anda. Ketika kondisi Anda stabil, dia ada di sebelah ranjang Anda, mengajak Anda berbicara dan menggenggam tangan Anda. Sepertinya semua penantiannya tidak sia-sia karena akhirnya Anda bangun dan membaik," suster itu tersenyum memuji, "Sungguh suatu anugerah yang tak terkira, bisa memiliki suami sebaik itu"
Lalu dengan mendorong kereta bayi suster itu pergi meninggalkan Luhan yang masih termenung di atas ranjang. Benarkah Kai, Kainya yang sombong, arogan, dan pemarah itu melakukan semua yang dikatakan oleh suster itu? Benarkah Kai mencemaskannya sampai sedemikian?
Rasanya tidak bisa dipercaya….
Luhan sudah boleh pulang bersama Taeoh, dan Kai menjemputnya tepat waktu. Lelaki itu tidak berubah, tetap begitu dingin hingga Luhan berpikir jangan-jangan yang dikatakan suster waktu itu hanyalah kebohongan atau khayalan semata. Kai duduk di sebelah Luhan dalam mobil itu diam dan menatap ke jendela, tampak menjaga jarak,
"Kau.. eh, sudah baikan," Akhirnya Kai memecah keheningan, menatap ringan pada Taeoh yang tertidur di pelukan Luhan, dan tatapannya melembut, "Dia sepertinya sangat sehat"
"Dia menyusu dengan kuat," Luhan tersenyum dan mengecup dahi Taeoh dengan sayang.
Semula Luhan merasa sedikit takut atas reaksi Kai kepada Taeoh. Lelaki itu membenci Taeoh dengan alasannya ketika dia di dalam kandungan Luhan, apakah lelaki itu akan membenci Taeoh ketika dia sudah lahir ke dunia ini?
Sepertinya Kai menyayangi Taeoh, meski tidak ditunjukkannya dengan kata-kata. Luhan sering menangkap tatapan penuh kelembutan yang dilemparkan Kai kepada Taeoh. Oh ya, Luhan mengerti, seorang Kai mungkin tidak bisa lepas dalam menunjukkan kasih sayangnya kepada anak kecil, tetapi Taeoh telah mencuri hati Kai dan Luhan mensyukuri itu. Mereka sampai di rumah, dan dengan takjub Luhan menyadari bahwa kamar bayi sudah disiapkan. Kamar itu terletak di kamar kecil yang memiliki pintu penghubung dengan kamar mereka sehingga Luhan bisa dengan mudah mendatangi Taeoh ketika putera mereka membutuhkannya.
Dengan lembut, Luhan meletakkan Taeoh yang tertidur pulas di boks bayi barunya. Bayi itu sangat pandai, tidak rewel, dan mudah menyesuaikan diri dengan perubahan suasana di tempat barunya. Kai berdiri di ambang pintu penghubung dan mengamati Luhan, kemudian membalikkan badannya hendak pergi,
"Kai," Lelaki itu langsung menghentikan langkahnya dan menatap Luhan, "Ada apa?"
"Apakah… apakah setelah sekarang kita mempunyai putera, kau masih menganggapku sebagai pengganti Baekhyun?." Luhan harus bertanya, dia tak tahan lagi memendamnya. Sekarang mereka sudah mempunyai seorang putera dan Luhan tidak mampu hidup dalam ketidakpastian semacam ini. Anaknya harus tumbuh di keluarga yang saling mencintai, dan ketiika Kai tidak bisa memberikannya. Maka Luhan akan pergi,
"Apa?," ada nyala di mata Kai dan itu seharusnya sudah bisa menjadi tanda peringatan buat Luhan, tetapi dia tidak mau mundur, dan dia tidak bisa.
"Kau selama ini selalu menganggapku sebagai pengganti Baekhyun. Sekarang kita mempunyai Taeoh, aku hanya ingin menunjukkan sikapku. Aku tak mau menjadi pengganti seseorang, jadi mungkin aku akan pergi bersama Taeoh" Wajah Kai mengeras.
"Kau pikir apa yang sedang kau katakan?"
"Aku sudah mempelajari surat perjanjian itu, dalam surat itu dikatakan bahwa aku harus menikahimu di usiaku yang ke dua puluh lima tahun, tidak dituliskan klausul apabila kita berpisah… saat ini aku ingin berpisah"
Kau bilang waktu itu kau mencintaiku! Kai ingin meneriakkan kata-kata itu di depan Luhan, dia begitu marah hingga jemarinya mengepal,
"Berani-beraninya kau mengajukan perpisahan kepadaku? Tidak pernah ada seorangpun yang bisa meninggalkan Kim Kai!"
Wajah Luhan tampak sedih sekaligus kuat membalas tatapan Kai yang membara.
"Aku tidak bisa hidup hanya sebagai boneka pengganti seseorang. Aku juga punya kepribadian sendiri dan aku lelah"
Kemarahan Kai yang semula menggelegak langsung surut mendengar perkataan Luhan. Kenapa Kai tidak menyadarinya? Yang diinginkan Luhan hanyalah pengakuan bahwa dia bukanlah pengganti Baekhyun. Hanya itu. Dan Kai bodoh karena selama ini tidak menyadarinya. Baiklah, jika memang itu yang diinginkan Luhan, dia akan memberikannya,,,
"Ikut aku,"
Kai mengambil tangan Luhan dan membawanya keluar kamar, dia setengah menyeret Luhan yang kebingungan menuruni tangga, langsung menuju sayap kebun mawar itu. Sayap rumah di mana lukisan Baekhyun terpasang rapi di balik pintu bernuansa emas.
Para pelayan tampak mengintip mendengar keributan itu, bahkan Chanyeol juga muncul dari depan dengan waspada. Tetapi kemudian langsung mundur ketika menyadari bahwa Kai membawa Luhan ke sayap rumah itu. Kai berhenti menyeret Luhan ketika mereka berada di pintu kamar emas itu,
"Kau ingin jawaban bukan?,"
Kai melangkah masuk dan kemudian keluar lagi sambil membawa lukisan Baekhyun yang semula tergantung di dinding. Lalu melangkah dengan langkah berderap marah meninggalkan Luhan. Dengan segera Luhan mengikutinya, ingin tahu apa yang akan dilakukan Kai kepada lukisan itu. Kai melangkah ke halaman belakang, membanting lukisan itu di tanah, dan ketika Luhan menyadari apa yang akan dilakukan oleh Kai, semuanya sudah terlambat,
"Jangan!"
Terlambat. Kai sudah melempar api ke lukisan itu, dan dalam sejejam api itu sudah membakar kanvasnya yang rapuh. Seluruh lukisan Baekhyun yang sedang hamil muda dan tersenyum itu habis menjadi arang tipis yang kehitaman dilalap oleh api yang begitu ganas. Luhan berdiri terpaku menatap sisa pembakaran itu dan menoleh menatap Kai dengan bingung, "Kenapa kau melakukannya?"
"Karena," Kai tiba-tiba meraih Luhan dan merenggutnya ke dalam pelukannya. Ciumannya kasar sekaligus mendamba, penuh gairah. Bibir Kai melahap bibir Luhan seolah-olah akan mati kalau tidak mencecapnya. Lidahnya menjelajah dengan bergairah, mencicipi seluruh rasa manis Luhan yang sudah lama tidak dicecapnya. Kai memuaskan kerinduannya, amarahnya, dan rasa frustrasinya dalam ciuman itu. Sebuah ciuman menggelora yang hanya dilakukan oleh pasangan yang luar biasa merindu. Ketika Kai melepaskan ciumannya yang membara itu, tubuh Luhan lemas hingga Kai harus menopangnya. Dengan gerakan tegas, lelaki itu mengangkat dagu Luhan dan menghadapkan ke arahnya.
"Karena Nyonya Kim Luhan, aku mencintaimu, Sungguh mencintaimu, sebagai Luhan yang menjengkelkan dan keras kepala yang selalu menentangku," Kai melumat bibir Luhan yang menganga takjub dengan penuh gairah.
"Kau tersimpan di hatiku," dengan lembut Kai membawa tangan Luhan ke dadanya, "Hati ini dulu sudah kubuang jauh-jauh ke dasar, tapi kau membawanya ke permukaan lagi dan meletakkan dirimu di sana. Aku tidak bisa mengeluarkanmu dari sana setelahnya," Kai menatap lukisan yang sudah terbakar habis itu, "Aku pernah mencintai Baekhyun sebelumnya. Tetapi sekarang, dia hanyalah kenangan yang harus kuhormati. Hanya itu. Cintaku kepadanya sudah pergi pelan-pelan seiring berjalannya waktu, dan kutegaskan padamu Nyonya Kim Luhan, aku memperisterimu bukan karena kau harus menggantikan siapapun, aku memperisterimu karena aku mencintaimu, dan ternyata kita sangat cocok di ranjang merupakan bonus"
"Kai" pipi Luhan memerah, berusaha menahan Kai mengucapkan kata-kata vulgar yang lebih parah. Mereka ada di ruang terbuka dan Luhan tahu para pelayan yang terkejut dengan kehebohan itu sedang berkumpul di sudut-sudut, berusaha menguping dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kai menghentikan ucapannya dan menyadari bahwa banyak yang mengintip mereka dengan diam-diam, tetapi dia tak peduli lagi.
"Sekarang Nyonya Kim Luhan, waktumu untuk menjawab!," Kai berdiri di situ menatap Luhan dengan tatapan arogannya, sejenak memunculkan dorongan hati Luhan untuk melawannya.
Rupanya Kai menyadari niat Luhan entah dari ekspresi wajahnya, atau mungkin dari kilatan matanya,
"Dan jangan mencoba membantah," Gumam Kai sombong, "Aku tahu kau juga mencintaiku"
Luhan merasa pipinya memerah, panas sampai ke telingatelinganya.
"Darimana kau berkesimpulan seperti itu?"
"Aku mendengar pengakuan itu langsung dari bibirmu," Kai tersenyum puas menatap Luhan yang kebingungan, "Ketika kau terbaring koma, kau berkali-kali mengigau dan mengucapkan 'aku mencintaimu Kai' berulang-ulang dengan kerasnya hingga semua dokter dan suster mendengarnya".
Sebenarnya Luhan hanya mengucapkan satu kali, dan hanya Kai yang mendengarnya, tetapi sungguh memuaskan melihat wajah Luhan yang makin memerah karena malu ketika mendengar kata-katanya.
"A… aku tidak mungkin mengucapkan itu… mana buktinya?" Kai bersedekap, menatap Luhan dengan puas,
"Para dokter dan perawat bisa menjadi saksi," dia mulai merasa geli melihat ekspresi Luhan yang tampak amat malu.
"Mungkin… mungkin itu akibat pengaruh obat," Luhan berusaha menghindari tatapan Kai, merasa amat sangat malu. Benarkah dia meneriakkan kata-kata cinta kepada Kai ketika dia sedang tidak sadar? Astaga alangkah malunya dia, dia tidak mau ke rumah sakit itu lagi.
Kai terkekeh melihat ekspresi Luhan yang berubah-ubah, dengan lembut dirangkumnya wajah Luhan di kedua tangannya,
"Luhan, kau sungguh keras kepala. Di sini aku, seorang Kim Kai menyatakan cintanya kepadamu, dan kau bahkan masih menyangkal perasaanmu kepadaku," tawa di mata Kai menghilang dan berubah menjadi sensual. Bibirnya mendekat ke bibir Luhan dan mengecupnya dengan kecupan yang panas dan menggoda, "Katakan kau mencintaiku".
Luhan mengerang dalam hati merasakan ciuman itu, Kai curang telah memanfaatkan pesona tubuhnya untuk memaksa Luhan mengakui perasaannya. Bibir Kai mengecupnya dengan kecupan-kecupan kecil menggoda di sekitar bibrinya, membuat Luhan ingin meminta lebih banyak lagi.
"Katakan Luhan," bibir Kai menggoda Luhan lagi, lelaki itu sudah sangat mengenal Luhan dan mengetahui kelemahan Luhan, ketika Kai mengigit bibirnya lembut dan melepaskannya. Luhan setengah menjerit, setengah mengerang,
"Ya!", seru Luhan hampir berteriak, marah karena didesak, "Aku mencintaimu Kai!"
Kai langsung melumat bibir Luhan, memuaskan gairahnya dan mencium Luhan lagi, dan lagi tanpa ampun. Para pelayan hanya menatap takjub kepada tuan-tuannya yang berciuman dengan mesra di taman, dan Chanyeol yang mengamati sedari tadi tersenyum samar, lalu membalikkan badan memasuki rumah dengan perasaan lega. Lega karena tuannya, Kim Kai, akhirnya menemukan cahaya yang membawanya kembali kepada kebahagiaan.
Pesta itu berlangsung elegan, sebuah jamuan makan malam yang diadakan Kai bersama rekan-rekan bisnisnya, untuk keberhasilan proyek mereka yang terbaru. Luhan ada di sana bersama Key dan isteri-isteri pengusaha lainnya, mengamati Kai yang ada di seberang ruangan, sedang mengobrol dengan rekan-rekannya. Jantung Luhan berdegup kencang. Dia sudah menghitung di kalendernya. Malam ini dia sudah bebas. Dan memang kondisi tubuhnya sudah membaik sejak hampir dua bulan melahirkan. Dan Kai masih belum tahu itu.
Kai sendiri merasakan Luhan sedang mengamatinya, dan gairahnya naik, gelenyar ketegangan seksual telah menggeletar di antara mereka mengingat telah lama mereka tidak bercinta. Kai menunggu dengan sabar dan menahan diri, meskipun lama-lama hal itu membuatnya sedikit frustrasi, dorongan untuk memeluk Luhan, merasakan Luhan menyerah di dalam pelukannya sangat kuat. Mereka belum pernah bercinta sejak pernyataan cinta yang hebat itu, dan Kai terobsesi, ingin menunjukkan kepada Luhan, betapa hebatnya sebuah percintaan jika kedua pasangan telah terbuka untuk saling mencintai.
"Kai," suara Jinki menggugah Kai dari lamunannya, dia menoleh dan mendapati Jinki sedang bersama dengan seorang lelaki.
"Aku ingin memperkenalkan salah satu rekan bisnisku, kami mengembangkan kerja sama di bidang properti," Jinki mengedikkan bahunya, dan menyebut nama sebuah perusahaan yang cukup terkenal karena maju pesat dalam waktu singkat. Gosipnya karena pemiliknya adalah seseorang yang jenius, "Dia pemilik perusahaan itu," jelas Jinki tenang, "Kenalkan Kim Kai, ini Choi Minho." Kai menjabat tangan yang kuat itu dan menatap mata Minho dalam-dalam. Lelaki yang kuat jiwanya, batinnya.
"Semoga ke depannya kita bisa bekerjasama," Minho menggumam dengan suaranya yang tenang, lalu mengangguk untuk berpamitan karena ada urusan lain. Jinki dan Kai menatap kepergian Minho,
"Dia si jenius yang membuat perusahaan luar biasa itu?" Jinki tersenyum,
"Kenapa? Tidak sesuai bayanganmu?," Entah sejak kapan Kai dan Jinki berteman. Mungkin karena kedekatan isteri-isteri mereka.
"Sama sekali tidak sesuai bayanganku. Aku membayangkan seorang laki-laki aneh yang serius dengan penampilan tak kalah serius, Minho terlalu tampan untuk menjadi seorang jenius yang menghebohkan" Kali ini Jinki terkekeh mendengar kata-kata Kai,
"Dia memang tampan, tapi dia tak pernah punya reputasi sebagai playboy, seperti kita sebelum menikah ", Jinki melirik Kai dengan tatapan menyindir. Kai tersenyum miring,
"Mungkin agar tidak merusak reputasi jeniusnya," sahut Kai, "Kurasa aku akan menyukainya kalau ada kesempatan mengenalnya"
Jinki tersenyum lagi, "Yah kau akan lebih sering bertemu dengannya nanti, kami sudah bersahabat sejak lama. Dia sudah menjadi patner bisnis resmiku sejak sebulan yang lalu," Jinki melirik jam tangannya, "Sudah malam, kami harus segera berpamitan. Terima kasih atas pesta yang luar biasa ini"
Tamu terakhir sudah pulang dan para pelayan mulai membersihkan seluruh rumah supaya esok hari seluruh bagian rumah sudah bersih dan sempurna. Luhan sedang duduk di depan meja rias setelah mencuci muka, Dia mengganti bajunya dengan baju piyamanya. Saat itulah Kai masuk, tampak begitu tampan dan mempesona, dengan kemeja putih yang sudah dibuka dua kancingnya.
"Hmmmm," aromamu sangat menyenangkan," Kai memeluk Luhan dari belakang dan menempelkan bibirnya ke leher Luhan, mengecupnya lembut.
Luhan tersenyum menatap rambut coklat Kai yang terpantul di cermin sementara lelaki itu mencumbu lehernya. Kehidupan pernikahan mereka luar biasa baiknya setelah pernyataan cinta itu. Semua salah paham sudah dilepaskan, Kai berhasil meyakinkan Luhan bahwa di satu titik tertentu dia sudah jatuh cinta kepada Luhan tanpa dia menyadarinya, Luhan percaya karena dia pun merasakan hal yang sama.
Tidak ada yang tahu kapan cinta itu muncul. Sungguh tak terduga, Luhan tidak menyangka akan jatuh cinta dan berbahagia menjadi seorang isteri dari lelaki yang bahkan di pertemuan pertama mereka menyekapnya di dalam bagasi, melemparnya dari balkon, menculik dan menahannya di rumahnya dan menghujaninya dengan berbagai arogansi yang tidak terkira. Tetapi Luhan memang jatuh cinta, kepada Kainya yang tampan, yang meskipun emosinya masih meledak-ledak dan arogansinya sering muncul ke permukaan, lelaki itu ternyata juga mencintai Luhan dan memperlakukannya dengan luar biasa lembut.
Ketika tidak ada penghalang di antara mereka, Kai ternyata adalah suami yang baik. Dia memperlakukan Luhan dengan hormat dan penuh kasih sayang. Kadang mereka masih beradu argumentasi, tetapi mereka menikmatinya sebagai rutinitas suami-isteri, bukan sebagai ajang luapan kebencian. Dan terhadap Taeoh, Kai benar-benar menjadi ayah yang luar biasa. Begitu penuh kasih sayang dan ketakjuban, layaknya seorang ayah baru dengan putera pertamanya. Luhan membayangkan betapa Taeoh nanti akan begitu mirip ayahnya, dan mungkin menjadi anak yang memuja ayahnya, semoga begitu. Mengenai kehidupan percintaan mereka di ranjang… Well selama ini mereka belum bisa melakukannya karena Luhan belum boleh melakukannya setelah melahirkan. Tetapi hari ini bisa. Luhan mengingat hitungan kalender itu, dan jantungnya berpacu liar.
Kai sekarang sedang menggigit ringan telinga Luhan, lalu membalikkan tubuh Luhan dengan lembut dan memeluknya erat. Pelukan itu begitu erat hingga Luhan bisa merasakan kejantanan Kai yang menekan tubuhnya dengan kerasnya.
"Mungkin aku harus memelukmu beberapa lama, sebelum aku masuk ke balik selimut, mencoba tidur dan menjadi gila seperti biasanya," Kai menyentuh bibir Luhan dengan jemarinya, lalu mengecupnya lembut
"Malam ini aku sudah bebas." Luhan berbisik pelan sambil berjinjit di telinga Kai. Kata-katanya langsung berimbas ke seluruh bagian tubuh Kai. Matanya menyala penuh gairah dan antisipasi, dan Luhan bisa merasakan bahwa di bawah sana Kai makin mengeras menekan tubuhnya.
"Jadi…," suara Kai terdengar parau, "Kau sudah bisa…" Luhan menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
Detik itu juga Kai langsung mengecup bibirnya dengan penuh kehausan, tanpa ampun, malam ini mereka bisa menuntaskan kerinduan mereka, yang telah tertahan sekian lama. Tanpa melepas kecupannya, Kai mengangkat tubuh Luhan, lalu membaringkannya di ranjang dan menindihnya, senyumnya penuh gairah dan matanya penuh cinta.
"Aku mencintaimu, Nyonya Kim Luhan, dan kuharap aku bisa menjadi lelaki yang bisa kau andalkan," tatapan lembut Kai membuat mata Luhan berkaca-kaca. Mereka telah melalui segalanya, kebencian yang meluap, kemarahan, kesalahpahaman, dan kemudian kekecewaan, Tetapi pada akhirnya mereka dipersatukan oleh cinta, yang luar biasa dalam dan tumbuh begitu saja tanpa di sadari. Luhan menatap Kai dengan lembut dan kemudian memejamkan mata ketika bibir Kai menunduk ke arahnya, hendak mengecupnya dengan kecupan lembut,
"Dan aku juga mencintaimu, Kim Kai, suamiku, ayah dari anakku," suara Luhan berubah menjadi desahan ketika bibir Kai melumat bibirnya dalam gairah cinta yang menggelora.
END
Annyeong, chingudeul :D
Akhirnya aku bisa menyelesaikan ff remake'a ini ^0^
Mianhae ne klo aku ngepost ff remake'a ini telat bgt, uda 1 bulan aku telantarin ff ini #deepbow
Gomawo buat yg masih nunggu & setia baca ff remake'a ini ne ^_^
BIG THANKS buat yg uda nge-review ff remake'a ini dari chapter 1 sampai chapter terakhir ini ne #deepbow
Gomawo jg untuk ngefollow n ngefavorite ff ini ^^, mianhae ne ga bisa menyebutkan namanya satu-persatu tp gomawo bgt masih mau ada yg mau baca ff remake'a aku ini #deepbow
Kamsahamnida chingu :D #deepbow
Direview lg chapter endingnya ne :)