Hero

Author : Cici

Genre : Romance, Friendship, School Life

Warming : OOC! Adegan Kekerasan!

Desclaimer : One Piece hanya milik Eiichiro Oda. Namun cerita ini milik Cici.

Note : FF ini pernah dipublish dengan tokoh yang berbeda.

~Happy Reading~

Teacher's Room, One Piece High School

Di ruang sensei saat ini tengah diadakan sidang. Sensei yang di sidang hari ini adalah Mr.Buggy, seorang sensei yang mengajar pelajaran matematika yang dikenal kejam oleh semua murid kelas 10 di One Piece High School. Mr.Buggy duduk di kursi yang berada di tengah-tengah ruang guru. Semua sensei tersenyum sinis sambil memandang remeh Mr.Buggy. Mr. Buggy hanya menunduk.

"Apa kau tahu kesalahan besarmu?" tanya Roger yang berada di hadapan Mr.Buggy.

"Hai, aku sudah kalah dari seorang murid baru," jawab Mr.Buggy tanpa mengangkat kepalanya.

Seorang sensei yakni seorang wanita cantik sedang membuka bungkus permen karet. Ia memasukkan permenkaret itu ke dalam mulutnya, kemudian melemparkan bungkus permen itu kepada Mr.Buggy. Saat Mr.Bugggy meliriknya, sensei cantik itu tersenyum sinis sambil memberikan jempol ke bawah kepada Mr.Buggy. Mr.Buggy berdecih sambil perlahan menatap Roger yang berjalan ke arahnya.

BUGH!

Tanpa diduga, Roger memukul wajah Mr.Buggy dengan keras hingga Mr.Buggy terjatuh dari kursi. Semua sensei tersenyum puas. Jujur, mereka sebenarnya tidak suka dengan karena Mr.Buggy sangat sombong. Melihat Mr.Buggy dipukul dan terjatuh memberikan kepuasan tersendiri di hati mereka.

"Kau menodai nama semua sensei di One Piece High School!" teriak Roger yang marah besar kepada Mr.Buggy. "Bagaimana bisa kau kalah dari siswa yang baru sehari masuk ke sekolah ini? SEHEBAT APA DIA?"

Mr.Buggy tetap menundukkan kepalanya,tak berani menatap Roger yang sedang marah besar. Dia memang pantas menerima semua ini karena dia telah dikalahkan oleh seorang siswa yang baru hari pertamanya menginjakkan kaki di sekolah ini.

"BESOK KAU HARUS BERSIHKAN LAPANGAN ONE PIECE HIGH SCHOOL!" teriak Roger kemudian menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. "Sekarang kau boleh pergi."

Mr.Buggy membungkukkan badan dan segera pergi dari ruangan tersebut. Setelah pergi, semua sensei kembali menertawai yang wajahnya pucat setelah dimarahi Roger. Namun, tawa tersebut mereda setelah Roger menggebrak meja. Suasana langsung hening seketika

"Jika siswa baru itu sangat kuat, kita harus menghentikannya sebelum dia lebih banyak menodai nama sensei di sekolah ini," kata Roger berwibawa. "Adakah salah satu dari kalian yang mau melawannya?"

Semua sensei berniat menunjuk tangan dan menawatkan diri mengalahkan siswa baru tersebut. Namun,mereka semua mengurungkan niatnya serelah melihat 4 wanita cantik dan modis maju mendekati Roger. Mereka tersenyum sambil memamerkan kuku mereka yang baru selesai dikikir.

"Kami akan mengalahkannya Roger-san," kata seorang sensei bernama Alvida.

"Kami pasti bisa," seru sensei bernama Perona dengan semangat.

"Karena kami hebat," timpal sensei bernama Kalifa dan .Sadi.

"Dan karena kami yakin bisa mengalahkannya," teriak mereka berempat bersamaan.

Roger memandang keempat sensei itu sambil tersenyum. Yah, mungkin keempat sensei ini bisa mengalahkan siswa baru itu. Roger tahu karena mereka berempat sangat jago berkelahi walau mereka seorang perempuan. Mereka selalu menghabisi lawannya dalam waktu kurang dari lima menit.

"Baiklah, akan kuserahkan pada kalian," ujar Roger memutuskan."Tapi jika kalian kalah,kalian akan menerima hukuman."

Keempat sensei itu tersenyum senang dan segera melangkah keluar dari ruangan. Yah, sekarang tugas mereka adalah mencari tahu siapa siswa baru yang berhasil mengalahkan Mr.Buggy. Setelah itu, mereka akan mengalahkan siswa baru itu dan membuat Roger tersenyum kepada mereka.

Keesokan Harinya

Luffy berusaha melangkahkan kakinya dengan santai menuju sekolah barunya. Ini baru dua hari ia berada di sekolah ini, tapi ia sudah merasakan keanehan sekaligus ketidaknyamanan berada di sekolah ini. Luffy juga merasa bersalah pada karena telah memukulnya kemarin.

'Mungkin aku akan meminta maaf pada ,' batin Luffy sambil berjalan melewati gerbang sekolah.

Tanpa sengaja, matanya melihat dua siswi sedang dipukul habis habisan oleh keempat sensei yang menurut Luffy lumayan cantik. Luffy merasa agak merinding melihat pemandangan seperti itu. Sewaktu di Amerika, ia tidak pernah melihat seorang wanita memukul orang lain. Ternyata di sekolah ini, semua sensei dengan gender apapun sama gilanya.

Luffy berbalik saat merasa bahunya ditepuk oleh seseorang. Siapakah yang menepuknya? Mr.Buggy? Apakah Mr.Buggy ingin berniat balas dendam? Ia pun berbalik dan melihat Nami yang berada di belakangnya dengan senyum terukir di wajah manisnya.

"Ohh…ternyata kau," ujar Luffy.

"Hehehehehehe… ayo kita ke kelas bersama sama!" ajak Nami tersenyum. "Yah, anggap saja aku mengajakmu ke kelas bersama sama sebagai langkah pendekatanku untuk membujukmu bergabung denganku."

Luffy terkekeh geli. Ckckckckckck… gadis ini benar benar berusaha keras untuk membujuknya bergabung bersamanya. Dia melangkah pergi meninggalkan gadis tersebut. Tapi kakinya terhenti saat melihat sosok Mr.Buggy sedang membersihkan lapangan.

"Mr.Buggy… kenapa dia membersihkan lapangan?" gumam Luffy bingung.

"Pasti dia diberi hukuman karena dikalahkan olehmu," jawab Nami santai.

Luffy langsung mendekati Mr.Buggy yang tampaknya sedang sibuk memunguti sampah sampah yang berserakan. Namu berdecih kesal dan memilih mengikuti Luffy. yang tak sengaja melihat Luffy dan Nami langsung menundukkan kepalanya.

"Sensei, kenapa anda ada disini?" tanya Luffy heran.

Mr.Buggy yang sedang memungut daun menghentikan pekerjaannya dan menatap Luffy tajam. Nami langsung menarik tangan Luffy agar pergi dari sini. Ia merasakan aura kebencian keluar dari tubuh Mr.Buggy

"Hei! Ini semua karenamu!" teriak Mr.Buggy dengan nada marah di depan wajah Luffy. "Jika saja kau tidak memukulku, aku tidak akan seperti ini."

Kyuhyun agak terkejut mendengar perkataan Mr.Buggy. Hei, kemarin dia tidak berniat memukul Mr.Buggy. Dia hanya ingin menolong Nami yang saat itu sedang kesusahan. Bahkan seingatnya, yang memukul pertama kali adalah Mr.Buggy sendiri.

"Cih, sensei saja yang terlalu lemah," ejek Nami sambil menatap tanpa takut. "Kalau Anda mau marah, sebaiknya Anda salahkan diri Anda sendiri, bukannya melampiaskan ke orang lain."

"Kau," geram Mr.Buggy menunjuk wajah Nami.

"Apa? Mau memukulku?" tantang Nami berani.

Mr.Buggy menarik napas dan kembali melanjutkan tugas hukumannya. Nami mendengus kesal sambil menatap dengan datar. Dia pun segera meraih tangan Luffy, bersiap untuk mengajak Luffy ke kelas dan meninggalkan Mr.Buggy. Mereka pun berjalan pelan dan meninggalkan Mr.Buggy.

"Hei Monkey D. Luffy!" teriakan Mr.Buggy membuat Nami dan Luffy menghentikan langkah kaki mereka. "Hati hati, semua sensei di sekolah sedang mencari tahu tentangmu. Lihat saja, mereka pasti akan mengalahkanmu. Hahahahahahaha.,,,"

BUGH!

Luffy terkejut, begitu pun Mr.Buggy serta semua siswa yang baru saja melewati lapangan. Bagaimana tidak? Nami dengan berani memukul perut Mr.Buggy hingga namja paruh baya itu ambruk dan menggeliat kesakitan. Nami pun tersenyum puas dan segera pergi ke kelasnya bersama Luffy.

In 10.2 Class

Luffy menenggelamkan wajahnya ke mejanya. Luffy sangat frustasi karena bingung dengan semuanya. Baru dua hari berada di sekolah ini, ia sudah mendapatkan ancaman dari sensei di sini. Ah, ia menyesal karena telah berani memukul seorang sensei.

"Nah Monkey D. Luffy, apa kau mau bergabung denganku sekarang? Kita berdua pasti bisa membawa kedamaian di SM High School," ujar Nami bersemangat.

"Tidak,aku tidak mau," tolak Luffy mentah mentah.

"Kau tidak mau? Persiapkan dirimu jika tiba tiba seorang sensei datang dan memukulmu," kata Nami dengan nada yang menakutkan.

"Apa untungnya jika aku bergabung denganmu?" tanya Luffy menatap Nami.

"Setidaknya aku bisa membantumu."

Luffy tertawa keras. Bagaimana bisa Nami bilang akan membantunya jika kemarin saja Nami dipukul oleh ? Nami yang merasa kesal segera memukul kepala Luffy dengan buku geografinya. Luffy meringis sambil mengelus kepalanya yang sakit karena dipukul oleh Nami.

"Baiklah,ayo kita buat kesepatan!" ajak Luffy.

Nami mengangkat alisnya melihat Luffy. Tadi menolak, eh sekarang malah ingin membuat kesepakatan. Apakah pukulan tadi membuat otak Luffy bergeser? Nami menatap mata Luffy, mencari tahu apakah Luffy serius atau tidak. Dan di mata Luffy terlihat sebuah keseriusan. Nami pun mengangguk, menyetujui perkataan Luffy.

"Kesepatan seperti apa?" tanya Nami.

"Bagaimana kalau kita adu suit? Jika aku menang, kau tidak boleh memaksaku untuk bergabung denganmu lagi. Tapi jika kau yang menang, aku akan bergabung denganmu. Bagaimana?

Nami terdiam sejenak. Sebenarnya, dia orang yang jago dalam adu suit seperti ini. Tapi demi membuat Luffy bekerja sama dengannya, maka Nami pun menyetujui ide dari Luffy.

"Aku setuju."

"Baiklah, ayo kita mulai!" seru Luffy bersemangat. "1… 2…. 3…. SUIT!"

Luffy mengeluarkan jari telunjuk, sementara Nami mengeluarkan jari jempol. Nami berteriak senang karena telah berhasil mengalahkan Luffy. Sementara Luffy hanya melongo tidak percaya. Selama ini, ia baru kali ini kalah adu suit dengan seseorang.

"Aku menang," ucap Nami senang. "Nah, Luffy, kau harus bergabung denganku. Kita akan membuat perdamaian datang ke sekolah ini."

Luffy hanya bisa menghela napas pasrah. Mau tidak mau, ia harus menyetujui ajakan Nami untuk bergabung dengannya. Ia jadi menyesal mengajak gadis ini adu suit.

Headmaster's Room, One Piece High School

Di dalam ruangan kepala sekolah tersebut, Roger sedang duduk di kursi sambil menatap Rayleigh, wakil kepala sekolah dan Shank, pimpinan guru BK di One Piece High School. Roger duduk sambil meletakkan kakinya di atas tidak malu dengan kelakukannya karena tidak ada yang berani menertawakannya apalagi menegurnya.

"Roger-san, kenapa kau menyuruh empat wanita itu untuk menghentikkan siswa baru tersebut? Kenapa kau tidak menyuruhku?" tanya Rayleigh dengan nada tegas.

"Bukan aku yang menyuruh mereka tapi mereka sendiri yang mau melakukannya," jawab Roger tak kalah tegas.

"Roger~san, tapi kenapa kau tidak mengeluarkan Mr.Buggy dari sekolah ini? Dia sudah mencoreng nama sensei di sekolah," seru Shank.

"Aku membiarkannya disini agar dia dipandang remeh oleh semua siswa dan siswi disini," jawab Roger dengan nada tenang. "Itulah hukuman sebenarnya yang kuberikan padanya."

Rayleigh dan Shank mengangguk paham. Roger mengambils segelas kopi hitam yang tergeletak di samping kakinya yang ia taruh di atas meja. Ia segera meminum kopi yang ada di atas meja dan menikmatinya dengan perlahan. Rayleigh dan Shank sempat tergoda ingin meminum kopi, tapi mereka menghentikkan tindakan bodoh mereka. Jika mereka tergoda dengan Kopi itu, maka mereka berdua akan mendapatkan hukuman kejam.

"Roger-san, apa yang harus kita lakukan dengan siswa baru tersebut? Bagaimana jika dia berhasil mengalahkan mereka?" tanya Rayleigh bertubi tubi. Ia resah karena seharian ini belum mendengar berita tentang siswa baru tersebut.

"Untuk sementara ini, kita harus mencari tahu tentangnya," jawab Roger pelan. "Kita harus tahu bagaimana kemampuannya. Apakah dia sekuat murid bernama Roronoa Zoro atau lebih."

Rayleigh dan Shank saling bertatapan satu sama lain lalu mengangguk. Yah, mungkin keputusan Roger agak bijak karena dia lebih memilih mengamati lawan ketimbang melawannya langsung. Jika mereka melawan langsung, mungkin Roger bisa dikalahkan dengan mudah.

"Tenang saja," lanjut Roger. "Aku tidak akan membiarkan siswa baru tersebut membawa kedamaian ke SM High School. Sekarang kalian berdua pergilah dari ruanganku."

Rayleigh dan Shank segera membungkuk dengan penuh hormat lalu bangkit dan segera pergi dari ruangan Roger. Roger pun menghela napas sambil meletakkan gelas yang kini isinya sudah kosong.

'Bagaimana kemampuan siswa baru tersebut?' batin Roger bingung.

In Canteen

Kantin saat itu sedang ramai membicarakan tentang seorang siswa baru yang berhasil mengalahkan Mr.Buggy yang dikenal sebagai guru Matematika terkejam di One Piece High School. Mereka sangat penasaran,bagaimana rupa wajah siswa baru yang berhasil mengalahkan Mr.Buggy?

Di meja pojok di kantin, Luffy yang sedang menyantap mie ramennya segera menutup telinganya. Ia sangat kesal mendengar semua orang membicarakan dirinya. Apalagi mereka membicarakan dirinya dengan nada kagum dan pujian-pujian. Seharusnya mereka kan marah atau membicarakannya dengan nada menyindir mengingat dirinya memukul Mr.Buggy saat di hari pertama sekolah disini.

"Ada apa? Sepertinya kau tidak suka dengan orang-orang yang membicarakanmu," Nami yang berada di samping Luffy pun bertanya.

"Aku merasa tidak nyaman saat ada orang yang membicarakanku," jawab Luffy. "Aku heran, kenapa mereka semua senang dengan tindakanku yang memukul sensei?"

"Di sekolah ini terdapat dua kubu yang saling bertarung satu sama lain dengan hadaiah berupa sebuah kekuasaan akan system sekolah ini. Kubu pertama adalah para siswa yang menginginkan sekolah ini menggunakan system mengajar tanpa kekerasan, sedangkan kubu kedua adalah para guru yang menginginkan sekolah ini menggunakan system kekerasan setiap mengajar," jawab Nami. "Ketika seorang sensei berhasil dikalahkan, tentu saja semua murid merasa senang."

Luffy hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil menyantap mie ramen yang ada di hadapannya.

"Luffy-kun."

Luffy segera menoleh kepada Nami yang memanggil namanya. "Ada apa?"

"Karena kita sudah bergabung menjadi sebuah kelompok, aku ingin memberi nama pada kelompok ini," jelas Nami. "Apa kau punya saran?"

"Nama untuk kelompok? Lebih baik tidak usah," tolak Luffy sambil menyantap mie ramen yang sebentar lagi akan habis.

"Pemberian nama dalam kelompok itu sangat penting," balas Nami. "Apa kau punya saran untuk nama kelompok kita?"

Luffy berpikir sebentar kemudian memandang mie ramen yang kini telah habis di dalam mangkuknya. Jujur saja, Luffy paling malas jika disuruh memikirkan sesuatu yang tidak ia anggap penting. Dan pemberian nama untuk kelompok konyol ini jelas tidak dianggap penting oleh Luffy.

"Entahlah," jawab Luffy akhirnya sambil mengangkat bahu. "Lebih baik kau saja yang mencarikan nama untuk kelompok ini."

Nami berdecih kemudian berpikir. Tidak lama kemudian, sebuah ide terlintas di kepalanya.

"Bagaimana kalau 'hero'?" usul Nami.

"Ya, kurasa itu merupakan nama yang bagus," jawab Luffy sekenanya.

Nami tersenyum dan segera menghabiskan jus jeruk yang ada di depannya. Ia sangat bersemangat karena kelompok untuk melawan para sensei di sekolah ini telah terbentuk.

"Baiklah, berarti sekarang kita harus merekrut Roronoa Zoro dan Nico Robin," kata Nami kepada Luffy. "Mereka berdua itu sangat jago dalam berkelahi. Dulunya mereka juga melawan para sensei demi mengembalikan kedamaian di sekolah ini, namun mereka kalah saat melawan wakil kepala sekolah. Sebagai tambahan informasi, mereka berdua itu adalah sahabatku

"Eh, Sou ka?"

Tap… tap… tap

Suasana di kantin yang tadinya ramai mendadak hening ketika terdengar suara langkah high heels mendekat. Suasana yang hening menjadi menegang saat melihat keempat sensei berpenampilan cantik memasuki kantin. Luffy ingat dengan mereka. Mereka adalah keempat sensei yang tadi pagi memukul dua siswi tadi pagi.

"Mereka adalah keempat sensei wanita yang cukup jago berkelahi ," bisik Nami di telinga Luffy. "Wanita berambut ikal panjang berwarna hitam itu namanya Alvida. Ia adalah guru olahraga yang mengajar untuk kelas 12.1, 12.2 dan 12.3. Di samping kirinya itu adalah Perona. Wanita dengan rambut berwarna merah muda dan selalu menguncir dua rambutnya itu mengajar bahasa inggris di kelas 10.1, 10.2 dan 10.3."

"Eh, ia mengajar bahasa inggris di kelas kita?" tanya Luffy dengan nada pelan.

Nami mengangguk kemudian melanjutkan penjelasannya lagi. "Wanita yang berkacamata itu bernama Kalifa. Ia mengajar olahraga untuk kelas 10.4 dan 10.5. Sedangkan wanita berambut ikal panjang dengan warna oranye itu adalah Sadi. Ia mengajar biologi untuk semua kelas 11."

Luffy mengangguk paham sambil memandang keempat sensei yang wajahnya sangat cantik tersebut. Dia menggelengkan kepalanya dengan heran. Bagaimana bisa kelima sensei yang terlihat cantik itu suka memukul orang?

"Aku dengar kalian tadi membicarakan siswa baru yang berhasil mengalahkan Mr.Buggy," kata salah seorang sensei yang diketahui bernama Alvida. Matanya menatap tajam pada seorang gadis berkacamata. Ia pun segera menarik gadis berkacamata itu dari kursi. "Siapa dia?"

"A… aku tidak tahu," jawab siswi berkacamata itu menunduk.

Alvida sensei memukul wajah yeoja tersebut hingga lebam. Ia pun kemudian menarik seorang lelaki berhidung panjang. Nami tahu lelaki hidung panjang itu. Nama lelaki hidung panjang itu adalah Usopp dan dia merupakan teman sekelasnya. Nami meringis saat melihat Alvida sensei menarik kerah usopp.

"Bocah, apa kau tahu siapa siswa baru itu?" bisik Alvida di telinga Usopp.

Usopp meneguk luda kecut sambil menatap sekeliling. Ia berharap ada seseorang yang bersedia menolongnya. Tapi semuanya hanya memandang Usopp prihatin bahkan sebagian siswa menunduk dan berdoa agar Usopp selamat dan tidak pingsan saat dipukuli. Saat melihat sekeliling, ia menangkap sosok Luffy bersama dengan Nami di pojok kantin. Usopp merasa lega.

"Na… namanya Monkey D. Luffy," jawab Usopp dengan nada takut.

"Apakah siswa baru itu ada di sini?" tanya Sadi sambil menyentuh hidung panjang Usopp.

"KAMI DISINI!"

Sebelum Usopp menjawab, Nami berteriak dengan keras hingga semua orang memandangnya. Ia melangkah maju dengan berani ke hadapan sensei cantik itu sambil menarik tangan Luffy. Alvida segera melepaskan Usopp. Semua orang hanya bisa terpaku melihat mereka berdua melangkah ke depan tanpa ada rasa takut di wajah mereka.

"Oh, jadi kau siswa bernama Monkey ?" tanya Perona sambil menunjuk wajah Nami dengan jari telunjuknya. "Kau kurus sekali seperti ranting kayu."

Nami menghempaskan hari telunjuk Perona dan menatapnya datar.

"Bukan, lelaki dibelakangku ini yang bernama Monkey D. Luffy," jawab Nami sambil menunjuk Luffy. Luffy menganggukkan kepalanya.

Luffy langsung memasang tampang waspada saat keempat sensei itu tersenyum sinis dan menatapnya tajam. Mereka berempat mengelilingi Luffy dan Nami hingga membuat lelaki itu merasa muak. Hei… mereka bukanlah tawanan yang harus dikelilingi seperti itu!

"Jadi, kau yang berhasil mengalahkan Mr.Buggy?," kata Alvida sambil memberi isyarat kepada ketiga temannya untuk menghentikkan gerakan mereka. "Kami menantangmu berkelahi di sini."

"Nan? Berkelahi? Gomennasai sensei, tapi aku tidak bisa berkelahi dengan seorang wanita" ucap Luffy dengan pelan tanpa bermaksud meremehkan. Sialnya, keempat sensei itu menganggap Luffy meremehkan mereka. Mereka berempat menatap Luffy dengan aura membunuh.

"Jangan remehkan kami, " desis Perona yang merasa diremehkan. "Kami ini ahli berkelahi. Sebagai bukti, kami selalu mengalahkan lawan kami dalam waktu kurang dari lima menit."

Semua siswa dan siswi menunduk takut terkecuali Robin dan Zoro. Mereka tanpa rasa takut menatap para sensei, Nami dan juga si siswa baru. Nami melipat kedua tangannya sambil menatap empat sensei itu dengan aura menakutkan.

"Sensei juga jangan memandang remeh kami," balas Nami. "Kami berdua akan mengalahkan sensei."

Siswa yang tadinya menunduk segera menangkat kepala mereka dan menatap Nami tidak percaya. Zoro dan Robin juga memandang Nami dengan tatapan tidak percaya. Sementara itu, keempat sensei itu menatap Nami dan Luffy dengan perasaan marah. Api perkelahian telah berkobar di hati mereka

To Be Continued

Wakkk! Part ini mengecewakan gak? Maaf ya jika mengecewakan.