Chandelier

Summary:

Mata hitam sang pangeran kampus itu menatap tubuhnya yang basah kecoklatan karena air bercampur lumpur. Dialihkan tatapannya ke arah seorang gadis berambut pirang, bermata biru, dan berbaju lusuh yang memegang sebuah ember kotor kosong. "Beraninya kau menyiramku! Kau harus jadi budakku! "APA?!"

AU ItaDei, side pairings : SasuNeji and others. Warning: FemDei and Fem Neji

Chapter 1

Sebuah mobil sport berwarna merah meluncur memasuki gerbang kampus Konoha University menuju area parkir yang tidak jauh dari sana. Puluhan pasang mata mengikuti mobil mewah tersebut, menanti sang empunya keluar. Seorang gadis cantik berambut biru dan sebuah jepita berbentuk mawar menghampiri mobil itu da mengetuk kaca. Sang pemilik mobil menurunkan kaca sehingga terlihat seorang pemuda berambut hitam panjang dengan senyum ramah.

"Hai Konan..." Sapa pemuda itu.

Gadis cantik itu tersenyum manis, membuat para cowok di sekitar tempat parkir harus menahan diri untuk tidak menerjang bak banteng yang melihat bendera berkibar.

"Pain is looking for you." Kata Konan. Itachi memutar bola matanya sebelum keluar dari mobil dan mengambil tasnya.

"Kenapa lagi?" Tanya nya kesal. Sudah berkali-kali dalam beberapa hari ini ketua dari Akatsuki itu meneleponnya. Minta ini itu lah.

"He wants to see your proposal." Konan menjawab seraya menarik lengan Itachi untuk ikut bersamanya.

"I've given it to him few days ago. Pasti hilang!" Perkataan Itachi itu membuat sang cewek bak bidadari itu tertawa pelan. Itachi mendengus dan melihat sekelilingnya. Mata hitamnya sudah menangkap beberapa gerombolan cewek-cewek yang terkikik perlahan ketika dia lewat.

"Ohayo Itachi-kun~" seru beberapa cewek yang dia lewati. Itachi memberikan senyum palsunya tak lupa disertai lambaian tangan, membuat para gadis itu hampir pingsan.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah gazebo besar yang terdapat spanduk di atasnya. "DILARANG MASUK! MILIK AKATSUKI!"

Hampir saja Itachi ingin merobek itu spanduk kampungan hasil karya Hidan kalau tidak dicegah oleh Kisame dan Sasori.

"Nggak apa-apa kampungan. Malah eye catching." Jawab Sasori pendek.

"Eye catching kepalamu. Bikin malu itu mah." Kata Itachi dalam hati.

Di gazebo besar itulah segerombolan cowok-cowok aneh bin ajaib berkumpul. Sang ketuanya, Pein, terlihat paling mencolok dengan tindikan di wajahnya. Wajahnya terlihat ceria ketika melihat Konan dan Itachi mendekat.

Akatsuki, sebuah geng aneh yang terdiri dari 6 cowok aneh, 1 cowok normal dan 1 cewek normal yang berasal dari fakultas dan jurusan yang berbeda. Pein, Sasori, Itachi dan Kakuzu berasal dari Jurusan Bisnis. Hidan dan Kisame berasal dari juusan Seni. Zetsu si rambut hijau berasal dari jurusan Biologi. Sedangkan sang hime, Konan, merupakan mahasiswi jurusan Sastra Inggris.

Mereka sebuah kelompok yang sedang memulai bisnis bersama-sama. Walau berasal dari jurusan yang berbeda-beda, namun usaha mereka terbilang sukses. Yah, ada 4 orang dari jurusan bisnis sih ya... Maklum.

Usaha mereka? Oh tidak banyak kok. Hanya sebuah cafe tempat nongkrong para mahasiswa dan pelajar di Konoha. Banyak juga mahasiswa yang mengambil kerja sambilan di sana. Kafe itu merupakan jerih payah mereka selama dua tahun dan terbilang sukses. Yah siapa yang kaget.

"Yo Itachi~!"

"Aku sudah berikan." Jawab Itachi tanpa ditanya. Pein tertawa sambil menggaruk-garuk kepalanya ketika mendengar perkataan Itachi.

"Iya, aku tahu... Tapi proposal itu-"

"Pasti hilang." Jawabnya kesal.

"Maaf maaf... Kamu masih punya file-nya kan?" Pein bertanya seraya menarik Konan ke atas pangkuannya. Itachi hanya menggelengkan kepala tidak percaya seraya membuka laptopnya untuk mencari proposal tentang rencana pendirian cabang cafe mereka.

"Huaa... Kakuzu jahat! Masa aku yang harus bayarin?" Suara cempreng Hidan merusak ketenangan kelompok yang sedang sibuk mengerjakan tugas masing-masing.

"Ya kan kamu yang ngajak. Kamu yang bayarin." Kakuzu membalas tidak mau kalah.

"Tapi kan kemarin sudah aku. Sekarang kamu dong."

"Tidak mau. Uangku terlalu berharga untuk permainan kampungan seperti itu."

"Ada apa Hidan?" Tanya Konan yang kasihan melihat muka mewek Hidan.

"Tidak apa-apa, Konan-chan~" Kata Hidan sambil tersenyum. Konan menaikkan sebelah alisnya namun tidak memaksa cowok berambut silver itu.

Itachi menyerahkan laptopnya ke Pein yang langsung menerima tanpa basa-basi, tidak peduli dan tidak bertanya kenapa tidak menggunakan flashdisk. Tapi sudahlah, yang penting dapat membaca itu proposal.

Mata hitam Itachi beralih ke teman-temannya yang masih ribut dengan uang. Memang Kakuzu si makhluk paling pelit sedunia itu tidak akan pernah mengeluarkan uang untuk hal-hal yang dia anggap tidak penting. Walaupun dari keluarga kaya, namun Kakuzu bukan tipe yang boros seperti makhluk pemuja dewa Jashin itu.

Itachi tersenyum melihat kekacauan yang ada di depannya itu. Teman-temannya memang aneh, tapi hal itulah yang menjadi daya tarik. Tidak akan ada yang menyangka kalau orang yang pintar, kalem dan perfeksionis seperti Itachi akan bergaul dengan orang-orang macam Akatsuki. Konan dan Pein sih iya, tapi yang lain?

Getaran kecil dari saku celananya membuat Itachi tersentak kaget. Diraihnya ponsel hitam itu. Wajah tenang dan senyum kecilnya hilang ketika membaca sms yang muncul di layar.

Itachi-nii,

Aku dan Sasuke pinjam kostum cosplaynya ya...

Buat acara sekolah

Besok kami kembalikan

Thank you (^_^)

Sai

Tulisan singkat itu disertai dengan foto dua pemuda berparas sama namun beda gaya rambut memakai costume anime favorite Itachi yang kebetulan favorite dua bocah itu juga. Yang lebih tua berambut mirip ayam dan lebih tinggi dari adiknya sedang memakai baju Kirito dari Sword Art Online. Sedangkan sang bungsu, pemuda berkulit pucat dan rambut normal, memakai setelan seragam sekolah hitam seperti Rin dari anime Ao No Exorcist.

Entah dipaksa siapa, kedua remaja itu berpose dengan cool di foto itu. Pasti disuruh Bunda mereka yang selalu tidak tahan dengan dua anak lelaki kembarnya yang unyu-unyu itu.

"Aww... Sasuke-kun dan Sai-kun kelihatan keren." Puji Konan yang mengintip dari belakang Itachi.

"Heh, adik kembarmu itu bisa kita jadikan maskot cafe baru kita Itachi. Suruh mereka pakai baju keren, berpose, lalu pasang foto mereka di kaca. Setiap 3 hari sekali suruh mereka ke cafe. Mesti pelanggan kita banyak." Cerocos Pein sambil memperhatikan foto adik kembar Itachi itu. Well, pasti berhasil. Hal yang sama mereka lakukan ketika membuka cafe dulu. Sayang, si kembar tidak mau lagi ke cafe. Trauma dicubit ibu-ibu yang doyan berondong.

"Mereka tidak mau, Pein. Sudah tidak bisa disogok lagi kayak dulu." Jelas Itachi, sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Yah, sayang..."

"Kalau begitu Itachi saja. Kan sang Pangeran kampus." Goda Konan.

"Aku tidak mau, dan jangan panggil aku dengan sebutan itu." Kata Itachi sebal. Konan dan Pein tertawa melihat Itachi kesal.

"Mau ke mana?" Tanya Pein yang melihat Itachi mengambil tas hitamnya dan mulai berdiri.

"Ke kelas. Aku kan tidak seperti kalian yang suka bolos." Kata Itachi dingin sebelum melangkah pergi. Kalimat Itachi itu hanya disambut dengan "Selamat belajar!" dari Akatsuki sambil melambaikan tangan mereka dengan alaynya. Untuk sementara waktu Itachi mengganggap dia tidak kenal mereka.

Itachi menghela napas ketika melihat gedung seni yang harus dia lewati. Bukan apa-apa. Hanya saja dia pasti bertemu dengan makhluk-makluk ajaib di sana. Kebijakan rektor Konoha University yang berambut blonde dan suka minum itu memang aneh. Menyandingkan dua fakultas yang bedanya selangit. Dengan dua gedung yang hampir bersebelahan. Bisnis dan Seni. Yang benar saja. Yang satu serius banget yang satu "bebas" banget.

Pernah suatu ketika Itachi tiba-tiba dipeluk oleh seorang mahasiswa seni rupa yang melumuri tubuhnya dengan cat hijau. Entah apa alasannya, tapi pemuda itu terlihat seperti tanaman berjalan. Di kemudian hari, Itachi melihat segerombolan mahasiswa mematung di belakang gedung dengan baju samurai khas jaman edo dulu. Mereka berdiri mematung sambil menghunuskan pedang ke langit. Apa tangan mereka tidak pegal?

Yah, namun seaneh apapun jurusan seni itu, Itachi tetap memberi mereka penghargaan untuk keanehan mereka yang menjadi refresing tersendiri untuk Itachi. Mental mereka yang kuat juga membuat Itachi takjub.

Itachi baru saja mempersiapkan mental untuk menghadapi keajaiban apa lagi yang akan dia lihat ketika—

BYUR

Itachi berhenti dan mematung di tempat dia berada. Mata hitam sang pangeran kampus itu menatap tubuhnya yang basah kecoklatan karena air bercampur lumpur. Dialihkan tatapannya ke arah seorang gadis berambut pirang, bermata biru, dan berbaju lusuh seperti gelandangan sedang memegang sebuah ember kotor kosong. Mata hitam Itachi memicing.

Gadis di sampingnya itu terlihat shock dengan apa yang dia lakukan. Wajahnya pucat dan mulutnya terbuka membentuk huruf O. Di sekelilingnya, para mahasiswa dan mahasiswi ribut dan panik.

"Deidara, apa yang kau lakukan?" Bisik seorang gadis berambut merah dan berkacamata.

Si gadis, Deidara, masih mematung di tempatnya. Itachi melangkahkan kakinya, membuat para mahasiswa di sekitar Deidara kabur, masuk ke kelas terdekat dan mengintip dari jendela dan pintu. Mata hitam Itachi menatap mata biru Deidara.

"Ma-maaf. Aku tidak sengaja." Akhirnya sebuah suara keluar dari bibir pink gadis itu. Deidara segera membuang ember di tangannya dan membungkuk.

"Bisa pakai matamu dulu tidak sebelum membuang air sembarangan?" Kata Itachi pedas.

"Maaf."

"Dasar bodoh." Itachi melihat gadis itu menegakkan badannya dan menatapnya tajam.

"Aku kan sudah minta maaf. Kamu jangan seenaknya sendiri menghina orang dengan kata bodoh." Kilatan marah terlihat dari mata sebiru langit itu.

"Kamu kan memang bodoh. Tidak lihat-lihat dulu." Hardik Itachi sambil mengambil satu langkah mendekati Deidara, membuatnya harus menunduk untuk menatap tajam gadis tomboy itu.

"Jangan panggil aku bodoh, tuan tidak tahu diri." Balas Deidara marah.

"Kamu memang bodoh." Ucap Itachi dingin. Itachi melihat tangan kanan Deidara sudah mengepal dan benar saja sebuah pukulan dilayangkan ke wajah Itachi. Beruntung, Itachi berhasil menangkap tangan mungil itu.

"Deidara, ayo pergi! Kamu cari gara-gara ya?" Seorang gadis berambut merah menyeret Deidara.

"Maaf Itachi-sama. Maafkan teman saya. Pacar saya membawa baju ganti, mungkin Itachi-sama mau ganti baju? Saya akan cuci dulu baju Itachi-sama." Kata gadis itu.

"Apaan sih kamu Karin. Biarin aja cowok kurang ngajar ini. Nggak usah dicuciin segala bajunya. Dia juga kelihatannya orang kaya. Pasti bisa beli baju lagi." Deidara protes, namun mulutnya dibekap oleh seorang pemuda berambut putih kebiruan.

"Suiget-hmmmppp."

"Hahahaha jangan dengarkan dia, Itachi-kun. Saya ambilkan baju ganti ya." Kata pacar Karin itu.

"Tidak perlu." Jawab Itachi dingin. Matanya masih menatap Deidara tajam. Yang ditatap, membalasnya dengan death glare tingkat dewa.

"Deidara, aku belum memaafkanmu." Itachi berkata singkat sebelum melangkah pergi. Deidara menggigit tangan Suigetsu dan menjulurkan lidahnya ke arah Itachi.

"Dei, kamu cari mati ya?"

"Apa maksudmu, cowok hiu."

"Kamu tidak tahu siapa dia?" Tanya Karin dengan marah.

"Memang siapa dia?" Deidara menatap bingung dua teman sekelasnya yang kini menghela napas dan mengusap wajah mereka tidak percaya.

"Uchiha Itachi, sang Pangeran Kampus. Bisa mati kamu kalo cari gara-gara dengannya. Dia itu tidak hanya pintar dan mahasiswa kesayangan rektor Tsunade, tapi dia dari salah satu keluarga terkaya di Konoha. Bisa melakukan apa-pun. Kamu bisa belajar di sini kan karena beasiswa tidak mampu dari universitas, bagaimana kalo itu dicabut?" Kata Karin menggebu-gebu.

"Biarin. Aku tidak peduli. Nanti kalo beasiswaku dicabut cuma gara-gara itu, aku lapor sama Hokage Ke Enam. Biar keluarga Uchiha dan antek-anteknya itu tidak berani macam-macam." Kata Deidara tidak peduli.

Karin dan Suigetsu hanya menggelengkan kepala. Memang mungkin apa yang diucapkan Deidara bisa terjadi, tapi bukan berarti Itachi tidak akan melakukan apa-apa terhadap makhluk pecinta tanah liat itu kan? Itachi memang ramah dan baik, namun kalau sudah marah... Masih terngiang di ingatan seluruh mahasiswa di Konoha University hari di mana seorang mahasiswa lari tunggang langgang dengan hanya memakai "baju" ala pesumo karena menabrak salah satu adik kembar Itachi di depan gerbang fakultas bisnis dan dia tidak mau minta maaf. Uchiha Itachi yang sedang marah bukanlah seseorang untuk ditantang.

Itachi melangkahkan kakinya di rumah besar bergaya Jepang kuno dengan marah. Beraninya itu bocah berkepala pirang!

"Itachi, ada apa denganmu?" Mikoto yang baru saja menyiram tanaman tercegang mendapati putra sulungnya pulang lebih cepat dengan kondisi memprihatinkan. Itachi menghela napas.

"Aniki?" Suara Sasuke membuat Itachi menoleh dan mendapati adiknya berdiri dengan tomat di tangannya. Di balik punggungnya Sai mengintip sambil memeluk sebuah buku sketsa.

"Itachi-nii, jatuh ke selokan ya?" pertanyaan dengan nada polos meluncur dari bibir pucat Sai.

"Aku mau mandi." Kata Itachi singkat sambil pergi meninggalkan anggota keluarganya yang bingung.

"Jangan-jangan Itachi-nii ulang tahun, makanya dia dikerjain." Sasuke menjitak kepala adiknya itu.

"Aniki tidak ulang tahun hari ini, bodoh." Sai hanya tersenyum kepada kakaknya.

"Berarti Itachi-nii benar-benar nyemplung ke selokan."

"Mungkin saja." Kata Sasuke sambil tertawa.

Di dalam kamar mandi, Itachi membiarkan dirinya terguyur air dingin dari shower. Kepalanya sedang menyusun suatu rencana untuk si pirang berkuncir kuda itu.

"Deidara ya..." sebuah seringai muncul dari wajah tampan pewaris Uchiha itu.

TBC

AN: New story... tolong di baca dan direview... Terima kasih.