Baekhyun memejamkan matanya disaat telinga mungilnya mendengar suara decitan pintu kamar. Baekhyun sudah yakin, itu pasti Chanyeol. Tetapi sungguh, ia tidak ingin berbicara pada Chanyeol untuk sekarang ini. Baekhyun dapat merasakan ranjangnya berdecit. Menandakan Chanyeol tengah merangkak naik keatas ranjang.
Baekhyun merasa matanya telah basah ketika tangan besar Chanyeol membelai pelan surai kecoklatan miliknya. Sungguh, Baekhyun sangat merindukan sentuhan Chanyeol. "...Mianhae" Baekhyun mengerutkan keningnya saat mendengar permintaan maaf Chanyeol. Baekhyun masih memejamkan matanya. Menunggu Chanyeol melanjutkan perkataannya.
"Aku bahagia, sangat bahagia ketika mendengar kabar kalau kau mengandung anakku." Baekhyun memejamkan matanya dalam saat Chanyeol mengecup pipinya singkat. "Tapi aku tidak bisa.. aku tidak bisa menunda ini semua." Baekhyun dapat merasakan Chanyeol mulai berbaring disampingnya.
"Aku melakukan ini, karena aku..."
"... terlalu mencintaimu"
Baekhyun tersenyum lega saat mendengar perkataan Chanyeol. Baekhyun memejamkan matanya perlahan disaat tangan besar Chanyeol mengusap lembut permukaan perut Baekhyun yang masih datar –tetapi terdapat kehidupan didalamnya.
.
.
.
...
Oh, Baekhyun
[FINAL CHAP]
Main Cast; ChanBaek
By; Peteryeol.
a/n: aku memutuskan untuk ending di chapter ini T-T Maaf jika endingnya aneh, karena aku terlalu mumat dengan tugas-tugas yang menunggu untuk aku sentuh(?) disini akan dijelaskan mengapa Chanyeol melakukan hal kejam seperti chapter lalu. Well, simak aja! Tapi jangan lupa Review, oke! Ayolaaah~ ini adalah chapter terakhir *bbuing bbuing/? Muntah.
.
.
.
...
Baekhyun menjinjing tas bekal yang ia siapkan khusus untuk sang suami. Besok adalah hari ulang tahunnya, tetapi sungguh sikap Chanyeol seolah-olah menunjukan bahwa pria model itu tidak peduli dengan suami cantiknya. Setidaknya, Chanyeol menghangat. Tidak dingin seperti ini. Baekhyun bersiul sesekali untuk mengiringi langkahnya. Baekhyun tersenyum saat melihat sang suami sedang berpose sedemikian rupa untuk majalah bulan depan. Tapi, Chanyeol terlalu asik dengan pekerjaannya. Tidak menyadari bahwa si mungil sedang duduk di depan ruang pemotretannya.
Baekhyun mulai bosan menunggu. Apakah pemotretan selama ini? Baekhyun mengerucutkan bibirnya. Sedikit kesal. Tiba-tiba, Baekhyun mendengar suara dari dalam. "... Cukup, Yeol. Kau keterlaluan" Baekhyun tau itu suara siapa. Itu adalah suara Kai, tentu saja. Suara Kai terdengar lebih nyaring dari Chanyeol.
Chanyeol terkekeh. Baekhyun dapat mendengar suara bariton itu terkekeh rendah. "Hei, Kai. Besok adalah puncaknya. Aku juga sudah tidak tahan bersikap dingin dengan Baekhyun. Sepertinya dia masuk perangkapku. Aiguu dia cantik tapi sedikit polos..."
"... tentu saja dia sedikit polos karena jika Baekhyun polos seluruhnya, ia tidak mungkin bercinta begitu hebat dengan–yach Kai! Kenapa kau menatapku seperti itu?"
"Aku harap Baekhyun tidak marah kalau sikap dinginmu padanya semenjak pulang dari bulan madu itu ternyata hanya akting memberikan suprise padanya.." itu suara nyaring Kai. Baekhyun tertegun. Chanyeol mengerjainya? Jadi semua ini hanya akting? Baekhyun tidak tau harus kecewa ataupun sedih. Baekhyun teringat sikap Chanyeol beberapa waktu lalu.. disaat Baekhyun melihat Chanyeol dan Kris berbaku hantam. Apa itu juga akting?
Baekhyun bangkit dari duduknya saat mendengar suara decitan pintu yang akan dibuka. Baekhyun dapat melihat Chanyeol sedikit terkejut tetapi kembali dengan wajah dinginnya.
Baekhyun benci itu. "Ada apa?" Chanyeol bertanya. Dingin sekali. Ia tidak mengetahui bahwa sosok mungil itu telah mengetahui semuanya.
"Kau hampir membunuh bayiku. Kau bersikap dingin padaku yang seharusnya kau berikan kasih sayang. Chanyeol... aku tau niatmu baik. Tapi tidak perlu seperti ini" Baekhyun mendorong tas bekalnya hingga berada didekapan Chanyeol. Berbalik dan bergerak pergi meninggalkan dua orang yang saling memandang bingung. Sampai yang lebih tinggi mulai sadar...
"...Baekhyun mengetahuinya" Chanyeol langsung bergerak mengejar sang 'suami'. "Park Chanyeol, Yach! Kau masih ada pemotretan bodoh!" Meninggalkan geraman kesal dari Kai.
Chanyeol tidak peduli..Chanyeol hanya ingin Baekhyun mendengarkan penjelasannya.
.
.
Chanyeol membuka pintu rumahnya kasar. Mendongak kekanan-kiri mencari pemuda mungil pengisi hari-harinya itu. Namun Nihil. Baekhyun tidak ada disana.
Chanyeol termenung. Memikirkan keberadaan Baekhyun sekarang. Chanyeol sangat mengkhawatirkan mereka. Terutama si kecil yang sedang tumbuh di rahim keajaiban Baekhyun.
Chanyeol mencari kontak handpone Baekhyun dan mencoba menghubunginya. Tapi nihil. Itu gagal.
Chanyeol kembali berusaha. Kali ini menelpon Luhan. "Halo, Hyung.." Chanyeol berkata dengan sedikit bergetar. Jujur, ia takut dengan Luhan karena Luhan juga pernah memakinya abis-abisan saat mengetahui Chanyeol memperlakukan Baekhyun dengan sangat tidak baik saat honeymoon lalu.
"Ada apa, idiot?"
Chanyeol sedikit menggigit bibir bawahnya gugup. Dan kemudian menghembuskan nafasnya perlahan . "Apa Baekhyun ada denganmu?" Chanyeol terdiam. Luhan-pun terdiam. "Uhm.. ya. Dia ada disini. Santai saja, bodoh. Aku hampir menjadi mirip dengan pengemis saat Baekhyun mengetahui aku juga bersekongkol denganmu. Dia terus menjenggutku dan argh! Sakit bacon sialan!" Chanyeol menghela nafas lega. Dan sedikit terkekeh mendengar pertengkaran antara adik-kakak itu.
"Bisakah aku bicara dengannya, Hyung?" Luhan tampak terdiam. Seperti sedang berdiskusi dengan adiknya. "Maaf, Yoda. Tapi dia tidak mau. Dia mengatakan kau mendorongnya ugh kau hampir membunuh Bayinya bodoh! Awas kalau kita bertemu, aku akan patahkan lehermu!" Chanyeol bergidik saat mendengat perkataan Luhan. Chanyeol mengangguk, walau ia tau bahwa Luhan tidak akan melihatnya.
"Maafkan aku, Baek"
Tapi sambungan ponselnya terputus.
Ugh~ Baterai sialan. Handponenya Lowbat!
.
.
Chanyeol menghembuskan nafasnya. Padahal sedikit lagi rencananya berhasil. Tetapi karena kecerobohannya, semuanya telah hancur.
Chanyeol juga merasa ia berlebihan saat ia baku hantam dengan Kris kemarin, ia sedikit mendorong Baekhyun. Yeah memang sih, tenaga Chanyeol itu besar. Jadi Baekhyun langsung jatuh begitu saja.
Baekhyun masih belum mau pulang dari rumah Luhan. Padahal esok adalah hari ulang tahunnya. Chanyeol memikirkan segala cara agar Baekhyun mau pulang dan merayakan ulangtahunnya disini, bersama dengan Chanyeol.
Sesaat kemudian, senyum merekah. Chanyeol mengambil kunci mobilnya yang menggantung disamping pintu kamarnya.
"Ku harap kau menyukainya, sayang"
Yeah.. Yang lebih penting, Semoga Baekhyun memaafkannya.
.
.
Baekhyun mendadak tidak nafsu makan hari ini. Luhan yang melihat tingkah kekanakkan sang adik, langsung memutar bola matanya malas. "Bacon, seharusnya kau itu bersyukur" Baekhyun yang mendengar sang kakak berbicara mengangkat wajahnya. Menatap wajah kakaknya yang sekilas terlihat sangat mirip dengannya.
"Sebenarnya Chanyeol itu romantis. Taoi caranya saja yang terlalu idiot." Baekhyun menahan tawanya. Kakak-nya memang sangat terbuka.
Luhan mendengus. Menghela nafas dan menggenggam tangan Baekhyun "Berhenti bersikap seperti anak kecil. Aku tau Chanyeol sudah berlebihan, tetapi percayalah.. ia sebenarnya tidak bermaksud mencelakakan anak kalian. Chanyeol hanya mencoba berusaha terlihat begitu mencintaimu. Apa kau sadar bahwa sebenarnya Chanyeol juga tersiksa disini?" Baekhyun memandang Luhan dengan puppyeyesnya. Seolah menyuruh sang kakak melanjutkan perkataannya.
"Kau beruntung, Baek. Chanyeol sangat mencintaimu. Sehun bahkan tidak pernah memberiku kejutan seperti Chanyeol." Luhan kembali mengerutkan keningnya. Menempelkan jari telunjuknya di dagu runcing miliknya. Seolah berfikir "Walau Suprise Chanyeol gagal,sih"
Baekhyun tertawa. Sangat lembut. "Maafkan Chanyeol. Aku tau kalian saling merindukan satu sama lain" Luhan tersenyum. Baekhyun mengangguk paham. Tapi kemudian Baekhyun menyunggingkan seringainya. Cantik sekali. "Biarkan saja dia yang datang padaku" Luhan memutar bola matanya malas.
.
.
Chanyeol memberhentikan mobilnya tepat didepan pagar rumah Luhan. Chanyeol membuka pintu mobilnya dan penuh percaya diri. Langkah kakinya terdengat begitu tegas walau alas kakinya hanya bersentuhan dengan Halaman rumah Luhan. Kepercayaan dirinya menghilang disaat ia ingin mengetuk pintu. Ketakutan Baekhyun akan menolak permintaan maafnya membuat ia tidak menyadari bahwa pintu itu telah terbuka. "Kau mencari siapa?" Suara itu terdengar familiar. Chanyeol menundukan wajahnya dan sekarang dapat melihat bagaimana wajah Baekhyun yang terlihat lebih dingin dari biasanya. Sejenak, Chanyeol gugup. Tetapi Chanyeol kembali menghembuskan nafasnya agar lebih tenang. "Jalan-jalan denganku, tuan putri?"
Chanyeol terkekeh pelan saat melihat Baekhyun yang merona tetapi tetap pada wajah datarnya. "Jika aku menolak?"
Chanyeol tersenyum. Ia sudah mendapatkan jawaban ini, sebenarnya. "Jika kau menolak, aku adalah Suamimu. Jika kau menerima, kau adalah istriku" Baekhyun tambah merona.
"Yach~ rayuan yang idiot!" itu bukan Baekhyun. Tapi itu adalah Luhan. Baekhyun tersenyum singkat. "Aku menolak" Cahaya di wajah Chanyeol meredup. Chanyeol terlonjak kaget saat merasakan sepasang tangan merangkul lehernya. "Tapi, aku pikir... menjadi istrimu juga bagus." Chanyeol kembali tersenyum semangat. Chanyeol langsung menarik Tangan Baekhyun menuju arah mobil. "Yach! Adikku belum berganti pakaian, idiot!"
Luhan terkekeh. "Ugh~ manisnya"
.
.
.
Baekhyun dan Chanyeol telah sampai disebuah pantai. Baekhyun terus tersenyum tanpa berhenti. Baekhyun kembali teringat bahwa kisah cintanya dengan Chanyeol dimulai disebuah pantai. Bedanya, Sekarang bukan di jeju. Baekhyun juga tidak paham ia berada dimana sekarang.
Chanyeol memanggil Baekhyun dan menyuruh simungil untuk duduk disampingnya. Baekhyun hanya menurut. "Kau sudah memaafkanku?" Yang lebih tinggi mulai membuka pembicaraan. "Menurutmu?" Baekhyun hanya terkekeh kecil saat Chanyeol terlihat frustasi.
"Aku benar-benar minta maaf, sayang. Aku sama sekali tidak tau kalau tindakanku bisa membuat bayi kita terbunuh" Chanyeol menatap bola mata Baekhyun dengan Mata yang berkaca-kaca. Baekhyun tertegun.
"Chanyeol, kau menangis?" Jemari lentik Baekhyun bergerak menangkup pipi si jantan. Menatap dalam seolah-olah Chanyeol adalah buah stawberry yang sangat ia cintai. "Aku tidak mau kehilanganmu, sayang" airmata Chanyeol akhirnya jatuh. Baekhyun yang melihat itupun kembali terharu. Dengan perlahan, simungil mulai menarik si tinggi kedalam pelukannya.
Baekhyun tertawa. "Kau terlihat seperti anak kecil, yeol" tapi Chanyeol tidak peduli. Chanyeol hanya terus mengeratkan pelukannya. Membuat angin malam di pantai menjadi hangat karena pelukan itu.
"Tolong jangan percaya semua kata-kataku mengenai hubungan kita yang sudah dikenal publik. Sungguh.. aku merasa bahagia saat publik sudah mengetahui hubungan kita, sayang" Chanyeol masih menangis dipelukan Baekhyun. Begitupun sebaliknya.
Baekhyun merasa...
Penantiannya tidak sia-sia.
Baekhyun menarik tubuhnya dan menatap Chanyeol dalam. "Bisa Kau beri alasan kenapa kau melakukan hal ini padaku?"
Chanyeol tersenyum singkat. "Alasannya hanya satu. Karena aku terlalu mencintaimu. Aku ingin kau merasa ulang tahunmu kali ini lebih spesial.. karena aku melakukan kejutan" Chanyeol mengangkat bahunya singkat "tetapi semuanya gagal..." Baekhyun tertawa mendengar tutur kata Chanyeol.
Baekhyun menangkup pipi Chanyeol dan mendekatkan wajahnya dan mencium singkat Chanyeol. "Permohonan maaf diterima" Chanyeol tersenyum. Chanyeol melepas jaket yang ia kenakan dan ia rekatkan ke bahu Baekhyun.
Chanyeol menarik tangan Baekhyun menuju tepi pantai. Deburan ombak di karang mulai terdengar. ombak-ombak kecil juga mulai menyentuh telapak kaki mereka yang telanjang.
Chanyeol menggenggam kedua pergelangan tangan Baekhyun dan tersenyum. Samar, karena pencahayaan sangat minim disana. Perlahan Chanyeol maju beberapa langkah dan menarik Baekhyun kedalam rengkuhannya. Chanyeol melirik singkat jam yang merekat ditangan kirinya.
23.55 PM
Dengan perlahan Chanyeol menempelkan bibirnya pada bibir Baekhyun. Melumatnya pelan seiringan dengan bunyi deburan ombak. Detak jantung mereka terus bergemuruh. Bukan ciuman kasar, hanya berupa lumatan kecil sebagai tanda penyampaian rasa cinta mereka. Chanyeol melepaskan tautan mereka. Sedangkan refleks, Baekhyun membuka matanya.
Baekhyun terkejut saat lilin-lilin berwarna merah dilengkapi dengan mangkuknya sedang terapung di permukaan laut. Sejenak, Baekhyun terpesona. Matanya berbinar.
"Selamat ulang tahun, sayang. Aku sangat mencintaimu" Chanyeol mengucapkannya dengan tulus. Hazel Baekhyun kembali berair. "Chanyeol..."
Chanyeol menghembuskan nafasnya "Mungkin aku hanya bisa memberikan lilin-lilin merah ini di hari ulang tahunmu. Mungkin aku hanya meminjam fasilitas tuhan untuk membuat semua kejutan untukmu. Tapi ketahuilah bahwa, aku mencintaimu. Bukan aku yang sadar akan cintaku padamu. Bukan kau yang sadar akan cintaku padamu. Tapi ini semua adalah berkat tuhan. Berkat Tuhan, Kita saling sadar, bahwa sebenarnya, kita saling mencintai satu sama lain." Chanyeol mengecup kening Baekhyun singkat. "Aku minta maaf. Aku terlalu sering berbuat salah. Kau sempurna. tolong lengkapi kelemahanku dengan kesempurnaanmu. Kau tambah sempurna dengan..."
Chanyeol menurunkan wajahnya. Mengecup perut Baekhyun dengan Lembut selama beberapa detik. "...adanya si jagoan kecil yang akan hadir dikehidupan kita. Aku mencintaimu, sayang. Tidak peduli orang mengatakan apa." Baekhyun yang mendengar itu semua langsung bergerak memeluk Chanyeol. Serta mengucapkan rasa syukur kepada tuhan.
Tuhan benar...
Semua akan indah pada Waktunya.
[FIN]
.
.
.
.
...
[OMAKE]
Baekhyun terbangun dari tidurnya saat mendengar suara muntahan dari arah kamar mandi. Baekhyun menyibakkan selimutnya. Baekhyun membolakan matanya saat melihat Chanyeol sedang memejamkan matanya seraya memijit pelan keningnya. "Yeol, kau mual? Apa kau.. sama sepertiku? Sedang mengandung?"
Chanyeol yang mendengar suara Baekhyun langsung membolakan matanya. Dan kemudian menatap Baekhyun dengan pandangan sayu. "Sepertinya aku masuk angin, Baek. Angin pantai semalam benar-benar dingin"
Baekhyun mengerucutkan bibirnya. "tidak ada yang menyuruh kau melepaskan jaketmu untukku." Baekhyun melipat tangannya dibawah dada. "Lebih baik aku yang sakit, sayang" Chanyeol berjalan sempoyongan kearah Baekhyun. Mengusap kepalanya pelan dan terakhir mengusap lembut perut datar Baekhyun. "Aku akan merasa tersiksa jika kau yang sakit nantinya"
Baekhyun kembali merona.
Oh, Baekhyun FINISH.
.
.
.
...
Aku minta maaf. Udah telat update, isinya gaje.. endingnya ancur arrgh~ pokoknya maafkan akuu! Aku berterimakasih kepada reviewer setiaku yang rela menunggu fanfict gaje ini. Aku benar-benar berterimakasih pada kalian.
Terimakasih juga untuk mamah Baekhyun dan papah Chanyeol yang bikin mood aku kembali karena kode mereka.
Sampai bertemu difanfict selanjutnyaaaa!
p.s : Ada yang pernah membaca novel 'From the Darkest Side' karya Santhy Agatha? Aku berniat me-remakenya. Salah satu author pernah meremake ff tsb jadi FF Chanbaek tetapi dalam versi GS. Yaoi ada, tetapi status discontinue. Apa kalian setuju? Jika setuju, aku akan merilis prolognya segera~~
P.S.S : Ah ya.. jika ingin contact denganku, silahkan invite: 54514F98 atau FB; Mudia Oktatiani