SPECTRUM

Cast: Kim Kibum, Cho Kyuhyun and Other

Summary: Hanya berasal dari satu warna, kemudian menghasilkan pelangi. Kibum telah tumbuh menjadi anak yang kuat dan dia berjanji tidak akan merepotkan siapapun lagi demi menjaga hatinya agar tidak sakit kembali.

Rated : T

Genre : Family, Romance

Warning : Yaoi, Yuri, Typos, Don't Like Don't Read

Disclaimer: Kim Kibum masih diusahakan menjadi milik ika zordick

%ika. Zordick%

Aku menantimu

Menunggu kedatanganmu meskipun waktu semakin larut.

Mataku yang lelah, enggan menutup.

Karena merindukanmu

Tik

Tik

Suara detik jarum jam menggema di seluruh ruangan tengah di sebuah apartement mewah. Dinding bercat cream itu seolah menjadi saksi, ketika seorang anak kecil berusia lima tahun memandangi jemari kakinya, dengan kaki menekuk dan ia tengah terduduk di atas sebuah sofa.

Kim Kibum, namanya Kim Kibum.

Seorang bocah tampan yang tak pernah mengenal ibunya dan merindukan sosok ayah. Tidak peduli dengan jam dinding yang tengah menunjukkan lewat tengah malam. Ia bahkan lelah mengeluh karena sang ayah melupakan lagi jam makan malam untuk keduanya.

Cekrek—

Kibum kecil mengangkat kepalanya, ia segera turun dari sofa dan berlari menuju pintu depan—bermaksud menyambut sang ayah. "Yifan!" panggilnya pada sang ayah.

Jangan terlalu heran, Wu Yifan sungguh ayahnya. Lelaki berparas menawan, berusia muda dengan karir yang begitu hebat di dunia permodelan itu memang ayah seorang Kim Kibum. Panggilan itu memang di sengaja oleh Yifan agar tidak ada satupun orang yang mengetahui Kibum adalah darah dagingnya yang ia besarkan selama lima tahun ini.

Anak yang di sembunyikan.

Dan Kibum tak pernah peduli tentang itu. Toh dia masih bisa menikmati makanan yang enak, minum susu dan yang paling terpenting ia masih bisa menikmati seteguk susu setiap pagi sebelum pergi ke taman kanak kanaknya.

"Kau belum tidur?" nada bicara Yifan memang selalu terdengar dingin. Tidak hanya pada Kibum tapi pada semuanya. Lelaki workaholic itu menatap dingin anaknya dan ia rasa ia perlu bicara pada Kibum setidaknya sebentar agar sang anak tidak mengalami depresi. Yifan sudah dengar dari Jongdae—managernya, bahwa Kibum tidak memiliki satu orangpun teman karena Yifan melarangnya.

Kibum memiliki teman. Anak anak itu mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, artinya akan ada pertanyaan untuk Kibum kecilnya. Kibum itu polos, dan Kibum itu anak anak. Semua anak anak itu polos dan artinya akan bercerita segalanya pada orang tuanya kemudian orang tuanya yang penggosip akan membuka kenyataan bahwa ia dan Kibum adalah ayah dan anak. Artinya karirnya hancur.

Demi karir, Kibum harus bekorban sedikit dengan masa kecil. Kibum harus bekorban tentang kepribadiannya. Sosok Kibum menjadi begitu tertutup dan artinya Yifan bertanggung jawab untuk membuat buah hati tak dianggapnya itu terbuka, hanya padanya agar Kibum tidak mengalami depresi.

"Kau belum tidur?" Yifan berjongkok, tubuhnya itu tinggi dan ia hanya membungkuk tidak akan dapat mensejajarkan tingginya dengan sang anak mungilnya.

Kibum menggeleng, ia menarik tangan Yifan, membuat Yifan terpaksa berdiri dan mengikuti langkah kecil anaknya. Ada sedikit rasa simpatinya melihat tubuh kurus sang anak, seolah tak terawat. "Sepertinya kau harus makan yang lebih banyak, Kibum" ucap Yifan dan Kibum berbalik, menatap Yifan dengan tatapan yang begitu polos.

Tetap tidak bicara dan mereka berhenti tepat di ruang tengah. Mereka duduk di sofa panjang depan TV, dan Kibum mulai bertanya pada ayahnya itu. "Yifan, bolehkah aku bertanya?" Kibum anak yang sopan karena Yifan menyuruh guru tata karma untuk melatih anaknya itu, mencoba membuktikan pada orang orang mereka tidak mirip. Dibalik topeng dinginnya, Yifan itu seorang yang semberono.

"Tentu saja" Yifan mencoba menahan rasa lelahnya. Hanya lima menit tidak akan ada masalah. Kibum sedang ingin bicara dan ini sudah sangat lama sejak terakhir kali ia mendengar suara sang anak. Biasanya Kibum hanya akan menghampirinya ketika ia pulang larut, memegang tangannya kemudian masuk ke dalam kamar tanpa berbicara sepatah katapun.

"Kau berjanji akan pulang cepat hari ini tapi kau terlambat" ujar Kibum, nadanya tidak menuntut tapi cukup membuat Yifan gerah. Ia juga lelah hari ini dan anaknya itu membuatnya seolah menjadi kakek pikun yang lupa akan janji mereka.

"Pergilah tidur, aku sudah lelah" jawaban dingin yang bermakna. "Aku pergi mencari uang untuk masa depanmu Kibum."

Untuk apa masa depan jika Kibum tidak pernah diakui olehmu?

Kibum menunduk, tapi ia mencoba mengumpulkan keberaniannya. Ia anak yang cerdas, bahkan sangat cerdas. "Berapakah uang yang bisa kau hasilkan dalam satu jam, Yifan?"

"Dua ratus ribu won atau mungkin lebih" jawab Yifan. Dia sungguh mencoba menahan emosinya, sebenarnya apa gerangan Kibum bertanya tentang penghasilannya?

"Bolehkah aku meminjam seratus ribu?"

PRAAANG—

Kibum menggigit bibirnya saat Yifan menghempaskan vas bunga hias diatas meja didekat mereka. Bocah kecil itu takut. Yifan bukan seorang pemarah walaupun ia sering berkata keji tentang betapa menyesalnya ia memiliki anak. Menyesalnya dirinya, ia lupa siapa ibu Kibum yang dengan lancangnya meletakkan Kibum yang masih bayi di depan pintu apartemennya. Yifan bukan seseorang yang tak bertanggung jawab, hanya saja ia belum siap. Kali ini ia lelah dan Kibum mengurangi waktu istirahatnya hanya demi meminjam uang yang entah digunakan untuk apa. Kibum hanya bocah lima tahun, Yifan memberikan dia uang jajan yang tidak sedikit, apakah itu semua kurang?

"MASUK KE KAMARMU!" bentak Yifan dan Kibum mendongak karenanya. Menunjukkan mata yang berkaca kaca.

"Maafkan aku" ucapnya, dengan langkah kecilnya ia berlari menuju kamarnya. "Selamat malam" sekali lagi tata krama ia tunjukkan dengan membungkukkan tubuh kecilnya pada Yifan.

%ika. Zordick%

Yifan menghela nafas, ia melonggarkan dasi yang ia kenakan kemudian membuka dua kancing teratas kemeja bewarna biru muda yang ia kenakan. "Sebenarnya ada apa dengan bocah itu?" decak Yifan. Ia masih kesal sebenarnya.

Ia merebahkan dirinya di atas kasur queen size miliknya. Menatap langit langit kamarnya yang berukiran merpati. Entah kenapa ia terbayang pada wajah Kibum yang menatapnya dengan pandangan berkaca kaca tadi. Ia rasa ia keterlaluan. Hanya seratus ribu kenapa ia harus begitu marah? Bukankah uangnya juga hanya untuk dihabiskan berdua saja dengan Kibum?

Yifan mengeram.

Dia bahkan tak bisa memejamkan mata karena bayangan sang anak yang terus menganggunya. Ia bangkit dan memutuskan untuk keluar kamarnya. Ia menatap lurus pada pintu coklat yang menjadi pintu kamar anaknya itu.

Berjalan perlahan dan ia mengetuk pelan pintu kamar Kibum. "Masuk" suara kecil itu terdengar. Yifan mengulum senyum di wajahnya, kenapa ia baru sadar kalau suara Kibum bisa menghilangkan segala penat di tubuhnya.

"Maaf tadi aku membentakmu" Yifan menyayangi Kibum. Kibum itu darah dagingnya. Manusia apa dia jika tega membuang anaknya sendiri?

"Tidak masalah" Kibum mendudukkan dirinya di atas tempat tidur. Yifan melihat kamar anaknya, rapi dan terkesan elegan seperti seleranya. Tidak ada satupun mainan anak kecil yang terlihat di kamar itu kecuali rubik tiga kali tiga yang tergeletak di dekat bantal Kibum—hadiah yang diberikan Yifan ketika tidak sengaja melewati toko mainan di tempat pemotretannya.

Yifan meronggoh sakunya dan mengeluarkan seratus ribu won dari sana. Ia memberikannya pada Kibum. "Ini uang yang kau inginkan" Yifan tidak ingin bertanya untuk apa uang itu, ia hanya merasa memberikan uang untuk Kibum adalah salah satu tanggung jawabnya sebagai orang tua.

Senyuman khas anak kecil itu terlihat dan Yifan sungguh tertegun melihatnya. Ia mengacak rambut Kibum yang terlihat begitu senang mendapatkan uang itu. Kibum kemudian turun dari tempat tidurnya, Yifan hanya melihat apa yang dilakukan oleh si kecil yang kini sibuk mengeluarkan sebuah kotak yang terbuat dari kaleng dari salah satu laci meja belajarnya.

"Yeeeeyyyy" Kibum berteriak kegirangan. Ia memasukkan uang seratus ribu won yang ia dapatkan dari Yifan. "Aku berjanji akan mengembalikan uangnya suatu hari nanti" kata Kibum dengan senyuman yang masih tak lepas dari bibirnya.

"Uang ini ada dua ratus ribu won, Yifan." Yifan membeo ketika Kibum memberikan kotak kaleng itu padanya. "Kau bisa hitung lagi kalau tidak percaya" ucapnya.

"Ha?" Yifan bingung sejujurnya.

"Bisakah aku membeli satu jam waktumu? Anggap saja kau bekerja untukku selama satu jam itu untukku" Kibum memang anak yang cerdas dan kecerdasannya itu menyobek hati Yifan. "Besok pulanglah lebih awal, Yifan! Aku ingin makan malam bersama denganmu, bisakah?"

Yifan meneteskan air matanya dan anaknya masih dengan ceria berbicara padanya. "Selama satu jam itu biarkanlah aku memanggilmu papa, bolehkah?"

Entahlah, rasanya ada yang begitu berat menghantam dada Yifan.

"Setelah itu aku berjanji tidak akan menuntut apapun lagi padamu. Aku akan jadi anak yang baik yang mengerti keadaanmu. Aku berjanji, Yifan" Kibum menepuk jidatnya kemudian. "Ah maksudku, aku tidak akan pernah menganggap kau ayahku lagi agar kau tidak merasa aku repotkan"

Yifan terdiam.

Bukankah harusnya dia senang akan hal itu?

Tidak aka nada lagi anak yang merepotkan. Tidak akan lagi tuntutan yang menyita waktunya. Tidak akan ada lagi—

Senyuman itu.

%ika. Zordick%

Dua belas tahun kemudian…

Lelaki tampan bertubuh kurus tinggi dan berkulit pucat itu menggeliat dalam tidurnya. Ia melirik jam waker yang berada di meja nakas dekat tempat tidurnya. Pukul delapan dan itu artinya ia hampir terlambat ke kantor.

Dia mendesah, menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Menarik nafas kuat kemudian mengeluarkannya pelan secara teratur. Ia seorang CEO, untuk apa begitu takut dengan kata terlambat. Ia tipe yang otoriter, persetan jika tidak memberikan contoh yang baik pada bawahan. Toh, ia memiliki kata mutiara, "Jika ingin membuat peraturan, milikilah kedudukan yang tinggi. Jika tidak, cukup diam dan patuhi"

"Kau sudah bangun?" suara lembut itu menyapu gendang telinganya.

Kyuhyun, Presiden Direktur Cho itu tak bergeming, ia lebih memilih mengatur nafasnya. Ia tidak suka aroma sex, tapi ia suka melakukannya. Menggelikan memang.

"Kyuhyun?" panggil wanita itu lagi. Kyuhyun menoleh akhirnya, dengan wajah dingin khasnya.

"Selamat pagi sayang" sapanya dan tunangannya itu tersenyum cerah. Wanita bernama lengkap Choi Sulli itu memeluk tubuh telanjang Kyuhyun di bawah selimut.

"Siwon oppa menyuruhmu untuk mengunjunginya nanti siang"

Kyuhyun menghela nafas lagi, kadang ia heran mengapa kakak kandung dari tunangannya itu sering sekali ingin bertemu dengannya. Memberikan petuah yang sama tentang menjaga adik kesayangannya yang cantik itu. Kyuhyun tidak akan mungkin menyia nyiakan wanita secantik Sulli. Tandai itu. "Aku tahu, biarkan aku mandi dan bersiap rapat hari ini sayang. Donghae sudah menghubungiku sedari tadi" Kyuhyun menyingkirkan tubuh Sulli yang menempel di tubuhnya. Ia bangkit, tidak malu dengan perawakannya yang tanpa busana dan berjalan dengan santai menuju kamar mandi.

Sulli menghela nafas. Ia menatap langit langit kamar Kyuhyun yang putih bersih. "Dia mencintaiku, sangat mencintaiku" dia sedang meyakinkan dirinya sendiri.

%ika. Zordick%

"Hei. Selamat pagi tuan CEO!" sapa Donghae—pria berperawakan manis yang sudah menjadi sahabat Kyuhyun sejak menduduki bangku sekolah dasar itu mengganggu ketenangan pagi yang indah sang atasan. Kyuhyun hanya berdehem, kadang ia merasa Donghae itu tidak sadar usia. Lelaki itu sudah mempunyai satu anak tapi kelakuan kekanakannya melebihi anaknya.

"Pagi Hae!" Kyuhyun terlalu malas untuk mengingatkan tingkah Donghae. Sebenarnya gampang saja menghubungi istri Donghae dan berkata bahwa suaminya itu mengacau lagi. Donghae itu ceroboh, bodoh dan luar biasa berisik. Tapi Kyuhyun bersumpah dalam hatinya, tanpa Donghae hidupnya takkan lebih berwarna dari ini, seperti hitam, abu abu dan putih saja. Dia memilih Donghae menjadi asisten pribadinya, setidaknya hanya menemaninya saja, masalah schedulenya biarkan sekretarisnya saja yang menyelesaikan. Ingat, Donghae terlalu ceroboh untuk itu.

"Jadwal hari ini—" Donghae membuka tabletnya. "ASTAGA! DIMANA AKU MENYIMPANNYA" teriaknya heboh. Benarkan, jika Donghae yang dibiarkan bekerja sendiri maka hanguslah sudah investasi milyaran milik Kyuhyun. Kyuhyun menghentikan langkahnya sebentar, membiarkan orang orang yang berlalu lalang di koridor itu membungkuk sejenak untuk menyapanya.

"Hubungi Dasom kalau begitu" itu sekretaris Kyuhyun dan selalu menjadi solusi. Terkadang banyak yang heran dengan CEO perusahaan game, fashion dan cosmetic serta resort perhotelan itu. Dia memiliki asisten dan sekretaris yang berjalan di kiri kanannya. Sebenarnya asistennya itu hanya pemanis untuk mengurangi satu orang pengangguran saja.

"Ah, kau benar Kyu!" Donghae buru buru menghubungi Dasom. Ia kemudian mendengarkan dengan seksama tentang jadwal Kyuhyun setelahnya. Dasom juga berkata ia sudah menunggu di ruang rapat.

"Terkadang aku merasa Dasom itu selain cantik juga sangat pintar" gumam Donghae setelah menutup sambungan telponnya. "Kau tidak berencana berselingkuh dengannya kan Kyu?"

"Aku tidak tertarik, Sulli sudah sangat pintar dan cantik" jawab Kyuhyun santai. "Aku tahu yang dipikiranmu, player Hae"

"Hei hei! Aku tidak mau berselingkuh lagi. Aku tidak pernah kuat melihat air mata istriku dan wajah menggemaskan anakku" bela Donghae.

"Aku percaya saja" Kyuhyun memutar bola matanya bosan. Dia sendiri tidak yakin playboy sejenis Donghae bisa tobat secepat itu. Donghae itu menikahi istrinya karena mengandung anaknya.

%ika. Zordick%

"Heechul Kim" Kyuhyun memijit kepalanya mengingat salah satu pemilik perusahaan besar yang membuatnya membatalkan janji dengan Choi Siwon siang ini.

"Ku dengar dia sangat cantik" Donghae memulai. Ia selalu suka mendeskripsikan calon rekan kerja Kyuhyun sebelum rapat khusus melalui gossip yang beredar. "Tapi dia laki laki"

"Hmm" Kyuhyun mulai menimang. Dia bukan seorang yang selalu jujur dalam berbisnis, jadi dia selalu memanfaatkan kelemahan orang melalui gossip yang di dapat dari Donghae. Dia berpikir keras, bagaiman seorang Kim Heechul itu dapat bekerja sama dengannya.

"Dia gay" lanjut Donghae.

Kyuhyun berpikir kalau dia bisa mengancam saja tentang itu. Tapi bukankah itu konyol, CEO apple saja baru saja mengikrarkan dirinya sebagai gay dan itu baik baik saja terhadap saham perusahaannya.

"Apa sudah lama?" itu Heechul Kim. Seorang pria yang berambut sebahu, sangat cantik namun tetap berpakaian seperti layaknya lelaki yang keren. Wajahnya terbilang tampan juga, hidung mancung, bibir merah dan mata yang indah. Kyuhyun akui pria di depannya ini, indah.

Kyuhyun berdehem.

"Tidak juga. Apa kau ingin memesan sesuatu?" Tanya Kyuhyun. Dia harus berhati hati, kebanyakan pemilik perusahaan besar dan masih muda lebih mementingkan rekan kerja yang bisa diajak minum bersama dibanding yang mampu berbisnis.

Heechul mengangkat tangannya, memanggil seorang pelayan wanita. "Black coffee" dia mengatakan pesanannya. Dia melirik Kyuhyun dan Donghae.

"Ice cream" Donghae berucap ceria. Kyuhyun merasa Donghae sungguh tak punya sopan santun, bukankah dia yang sedang menjadi atasan disini?

"Coffee latte" kata Kyuhyun. Pelayan itu bertanya tentang makanan. Kyuhyun menginjak kaki Donghae untuk mengingatkan lelaki itu agar tak memesan sesukanya. Heechul menggeleng, "Aku tidak makan"

"Kami juga" bukannya pelit. Tapi ini tentang sopan santun, Kyuhyun berbicara pada pelayan itu. Pelayan itu membungkuk sejenak kemudian pergi.

"Aku sedang dalam program diet" Kyuhyun bisa menyimpulkan kalau laki laki dihadapannya ini tipe yang terbuka dan menjaga bentuk tubuhnya. Tipe yang fashionable dan ia bisa mengajukan perusahaan fashionnya daripada gamenya jika seperti itu.

Kyuhyun mengangguk mengerti, sebenarnya berpura pura mengerti. "Lalu mengenai proposal kami" Kyuhyun menyikut Donghae. Donghae mengerti dan mulai menyerahkan berkas proposal yang dimaksudkan.

Heechul tersenyum. Ia membuka bagian depannya. "Aku sudah mendengar kehebatanmu dalam mengelola perusahaannya sebenarnya" dia menutup kembali berkasnya. "Kau tidak mengecewakan. Kau berhasil dalam meneruskan perusahaan ayah dan ibumu dan ajaibnya kau bisa membangun perusahaanmu sendiri dalam waktu yang sama. Kemungkinan keuntunganmu adalah tiga puluh persen. Itu angka yang banyak"

Donghae jadi bangga sendiri punya sahabat sekaligus atasan seperti Kyuhyun. "Kau memiliki tunangan dari perusahaan keluarga Choi, pondasi perusahaanmu terlalu kuat" Kyuhyun heran mengapa Heechul membahas sampai masalah pribadinya. Ia menaikkan sebelah alisnya, menunjukkan rasa tidak sukanya dengan topic kali ini.

"Tapi perusahaanmu juga tidak cukup kuat meruntuhkan sahamku" tembak Heechul yang membuat Kyuhyun merasa dihadapannya adalah seorang iblis. Heechul melipat tangannya di depan dada, tersenyum meremehkan. "Aku akan langsung tanda tangan berkas mu karena mencari musuh sepertimu juga memiliki resiko tinggi"

"Kau mengerti keadaan sepertinya"

"Jika kau memiliki kemampuan berbisnis seperti yang orang orang katakan, seharusnya kau tahu sendiri bagaimana hebatnya aku dalam bisnis, Cho" Heechul tertawa sinis. "Jadi aku mengajukan satu syarat denganmu"

Heechul sepertinya sedang mengajukan peperangan sekaligus kerja sama dalam ucapannya. "Syarat yang kau maksudkan?"

"Jika kau bisa memberikan ini, aku akan bekerja sama tapi jika kau tak mampu aku akan menjadi perusahaan sainganmu"

Hening—

Heechul bukanlah musuh yang mudah. Dia terkenal dengan kelicikannya dan pemegang saham perusahaannya sangat kuat. "Katakan syaratmu!"

Tersenyum. Ia menjabat tangan Kyuhyun.

"Berikan aku lelaki tampan yang bisa memuaskan hasratku"

Bunuh Kyuhyun Tuhan! Donghae bahkan bergidik, ia takut kalau dia yang dijadikan korban oleh sahabatnya itu. Kyuhyun itu pintar berbisnis, saking pintarnya sampai rela mengorbankan apapun, termasuk dirinya tentu saja. "Kurasa tidak sulit bagimu, jika kau tak bisa menemukannya. Kurasa tidak masalah kalau kau yang tidur denganku satu malam"

Donghae mulai panic saat melihat tatapan Kyuhyun menajam. Lelaki bernama Heechul itu mengerikan dan Kyuhyun sama mengerikannya. Mereka bertatap dengan maksud yang sama sekali tak dimengerti Donghae. Ini tatapan dua CEO muda dan dia bukan CEO, ia rasa ini alasannya mengapa ia tak mengerti arti tatapan itu.

Kyuhyun tersenyum, sebelah bibirnya membentuk seringaian. "Tentu saja itu tidak sulit. Aku hanya berharap kau menjadi list kekuatanku, bukan penghancurku. Heechul—ssi"

Tertawa renyah. "Tentu saja Kyuhyun—ssi. Senang sekali berbisnis denganmu"

%ika. Zordick%

Tempat yang banyak terdapat gay.

Gay adalah manusia pendosa.

Tempat yang banyak pendosa.

Kyuhyun hanya bisa memikirkan satu tempat. Tempat yang tak pernah ia masuki sebelumnya. Club malam. Bagaimanapun ia dilahirkan di keluarga terhormat, belajar di luar negeri dan dibiarkan menikmati hidup tanpa alcohol dan sex bebas, ia tak terbiasa dengan tempat seperti ini.

"Kartu pengenalnya?" Kyuhyun menunjukkan dengan santai kartu tanda penduduknya pada seorang yang berjaga di depan club malam mewah tersebut. Lelaki berperawakan sangar itu membungkuk, memberikan jalan untuk Kyuhyun. Kyuhyun berjalan dengan gaya angkuhnya—khasnya dan ia langsung disambut dengan germerlap lampu serta dentuman music.

"Apa yang bagus dari tempat ini?" decihnya. Ia masih memasuki tempat itu, melihat lihat kalau saja ada orang yang bisa di bayarnya untuk menuntaskan hasrat CEO sialan dari perusahaan sebelah. Ia menyingkirkan beberapa tangan nakal yang mencoba menyentuhnya. Dia melihat beberapa wanita yang mencoba menggodanya, tapi ingatlah Cho Kyuhyun memiliki kehidupan sempurna. Ia sudah cukup puas dengan seorang tunangannya yang cantik.

Tatapan jijik di layangkannya. Ia mendudukkan dirinya di salah satu kursi di dekat meja bar. "Tuan, ayo menari!" ia rasa wanita yang mengajaknya menari itu sudah gila, menari dengan music dengan tempo mengerikan seperti itu? Yang benar saja.

"Aku tidak tertarik" Kyuhyun memperagakan tangan yang seolah mengusir. Wanita itu berdecih dan kemudian pergi begitu saja.

"Kalau minum? Kau tertarik?" Kyuhyun menoleh, menemukan seorang bartender berwajah dingin yang sedang menawarkannya minum. "Wine tahun 1967, apakah ada?"

Bartender itu menaikkan sebelah alisnya. Heran dengan permintaan aneh pelanggannya. Dia sedang berhadapan dengan bartender bukan pelayan restoran. "Tidak" jawab bartender itu lugas.

"Kalau begitu jangan tawari aku minuman yang payah itu"

Bartender itu tertawa, sedikit mencemooh sebenarnya karena wajah yang dingin itu tetap tak berekspresi meskipun sedang tertawa. "Ku kira kau kemari memesan susu, bocah"

"Hei!" Kyuhyun tidak suka dikatai bocah. Dia sudah berusia dua puluh empat. "Aku memesan wine, apakah telingamu bermasalah karena terbiasa di tempat dengan suara keras seperti ini?"

"Biar aku tebak, kau salah tempat. Disini night club, bukan restaurant prancis" sok tahu. Kyuhyun tidak suka dengan bartender ini. Dia orang berkedudukan, dan sekarang dia diremehkan oleh seorang bartender? Yang benar saja.

"Hi, Bryan! Berikan aku cocktail!" seorang wanita berpakaian minim menghampiri meja bar. Menundukkan tubuhnya, hampir menungging setengah memanjat di meja bar tersebut—seolah sengaja agar bartender tampan yang tidak disukai Kyuhyun itu melihat dadanya.

"Ok" Kyuhyun memperhatikan bartender yang kini sibuk meramu minumannya. Menuangkan beberapa minuman dengan gaya akrobatik dan mulai mengocok sesuatu benda yang seperti termos. Sedikit terpukau sebenarnya, karena ia tak pernah melihat yang seperti itu dalam hidupnya. Ia kira bartender itu hampir mirip pekerjaannya seperti seorang barista. Ternyata sangat berbeda.

Keren.

Dan mungkin sekarang Kyuhyun termasuk menjadi salah satu penggemar bartender sok tahu itu bersama wanita wanita yang berteriak histeris padanya. "Terima kasih" wanita itu memberikan ciuman di pipi untuk sang bartender.

"Welcome. Berikan aku bayaran untuk itu" ucapnya santai.

Wanita itu tertawa nakal. Ia menyelipkan beberapa lembar uang di celah dadanya. Kyuhyun menatap jijik. Bartender itu dengan santai mengambilnya, seolah tak terlalu memikirkan sopan santun dan adat timur. "Senang berbisnis denganmu!"

Kyuhyun rasa ia salah tempat. Ia tidak harusnya mencari gay disini. "Aku akan berikan lebih jika kau mau bermain satu ronde denganku" wanita itu kembali menawar. Bartender dan gigolo, Kyuhyun berdecak dan bersiap melangkah pergi.

"Aku sudah bilang, aku tidak tertarik dengan wanita"

Kyuhyun menghentikan langkahnya. Tidak tertarik dengan wanita?

"Ayolah Bryan! Kau harus mengobati orientasi mu itu. Aku berjanji akan memberikan apapun padamu" kali ini wanita yang lain ikut menawarkan diri.

Bartender itu hanya menaikkan kedua bahunya. Masa bodoh. Kyuhyun menatap lelaki bernama Bryan itu, seolah mendapatkan harapan. "Bisa aku bertemu dengan boss mu?"

%ika. Zordick%

Pukul satu dini hari.

Kyuhyun mengutak atik smartphonenya, dia baru saja mengabarkan pada Sulli bahwa ia sedang lembur dalam pekerjaannya. Itu benar. Ia memang sedang bekerja.

Tok..

Tok..

Tok..

Kyuhyun menoleh, menemukan seseorang yang mengetuk pintu mobilnya yang sedang terparkir di lapangan parkir night club tersebut. Ia membuka kunci mobilnya, memberikan isyarat agar bartender sok tahu itu memasuki mobilnya. Diluar terlalu dingin.

Lelaki itu duduk dengan santai di kursi samping kemudi Kyuhyun. Ia meronggoh sakunya, mengeluarkan sebungkus rokok. Ia membakar satu dan menghisapnya. Ia menawarkan pada Kyuhyun.

"Tidak, terima kasih. Aku tidak merokok" tolak Kyuhyun.

"Jangan bilang karena kau belum cukup umur!" ejek bartender itu. Kyuhyun berdecih, dia mengeluarkan kartu identitasnya dan menunjukkan tahun lahirnya. Bartender itu hanya mangut mangut saja.

"Lalu apa yang harus ku lakukan untukmu setelah menyewaku dari bosku?" terlalu to the point.

"Kau gay?" pertanyaan menohok tapi bartender itu hanya menghisap rokoknya lagi lalu membuat asap berbentuk bulat dari bibirnya. Kyuhyun akui, lelaki di sampingnya ini tampan. Memiliki kulit yang putih bersih, bibir merah dan bentuk tubuh yang jujur membuatnya iri.

"Kau ingin mengajakku tidur?" bartender itu memajukan tubuhnya. Membuat Kyuhyun terhimpit antara tubuh kekar dengan pintu mobilnya. Mata Kyuhyun melotot, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. Lelaki dihadapannya ini berbahaya. "Bukan aku"

"Lalu?" dan Kyuhyun menghirup aroma mint yang menguar dari nafasnya. Membuat otak Kyuhyun terasa sedikit membeku. Bola mata hitam itu seolah menghipnotisnya untuk patuh.

"Heechul" Kyuhyun rasa bibirnya telah berkata sesuatu yang tak seharusnya ia katakan. Ia baru saja menyebut nama calon rekan kerjanya.

"Aku tidak mengenalnya, sebenarnya" bartender itu menjauhkan tubuhnya. Ia menyodorkan tangannya. "Kau menawarkan pekerjaan tapi kau tak memperkenalkan dirimu"

"Kyuhyun Cho. Aku tahu namamu, Bryan" kata Kyuhyun menjabat tangan itu. Tangan itu hangat.

"Kibum Kim. Bryan hanya nama dibelakang meja bar" bartender—Kibum menarik tangannya. Kyuhyun rasa ia mulai canggung. "Berapa uang yang bisa kau berikan untukku?"

"Berapa yang kau minta?"

Kibum tampak berpikir sejenak. Ia menumpukan sikunya di sisi jendela mobil dan telapak tangannya yang sedang mengapit rokok itu di jadikannya sandaran wajahnya. "Deal, kalau begitu" katanya tidak sampai lima menit berpikir.

"Besok aku akan mempertemukanmu dengannya"

"Jam dua siang, jemput aku di depan taman daerah Gangnam"

Kibum membuka pintu mobil itu. Keluar dari sana. Ia memberikan isyarat selamat tinggal pada Kyuhyun sebelumnya kemudian berlari menuju jalanan kemudian hilang ditelan gelap dan sunyinya malam. Kyuhyun menarik nafasnya, memegang dadanya, ia menyetel ACnya sekencang mungkin dan membuka seluruh jendela mobilnya. "Asap rokok memang tidak cocok dengan paru paruku, rasanya sesak" gumamnya.

%ika. Zordick%

Pukul 14 : 00

Kyuhyun melihat arlojinya. Dia berdecak tidak suka. Ia benci orang yang tak tepat waktu. Satu menit waktunya itu berharga. Satu menitnya itu bisa menghasilkan milyaran dan kini terbuang sia sia hanya karena menunggu. Bartender sialan! Dan ingatkan dia untuk membenci profesi itu.

Tok

Tok

Tok

Ia merasa dejavu kalau begini. Ia melirik ke arah jendela di sampingnya. Menemukan seorang bocah SMA yang masih mengenakan seragam mengetuk jendela mobilnya. Apakah ia dikira supir taksi? Ataukah tukang jemput?

Kyuhyun menurunkan kaca mobilnya. "Hei, buka pintunya!" kata bocah SMA itu.

Kyuhyun menyipitkan matanya, berusaha mengingat apakah bentuk bartender itu hanyalah seorang bocah SMA yang berbicara dengan nada kurang ajar?

Izinkan Kyuhyun tertawa mengejek kali ini. "Siapa yang bocah sekarang ini?" ejek Kyuhyun dengan tatapan meremehkan pada Kibum.

Kibum menunjukkan kartu tanda siswanya. "Aku" jawabnya santai. Kyuhyun rasa ia tak salah orang, bocah ini sama menyebalkan dengan bartender itu. Mereka orang yang sama.

"Kau masih tujuh belas?" Kyuhyun tak percaya tapi Kibum tak menjawab. Ia membuka blazernya dan kemeja putih seragamnya. Kyuhyun jelas melihat tubuh berotot yang sepertinya ia impikan ada di tubuhnya. Sialan sekali, mengapa bocah ini yang memilikinya bukan dirinya.

"Begitulah" jawab Kibum santai memakai baju kaos dan hoodie di dalam tasnya. Ia melepas kacamatanya dan mengacak acak sedikit rambutnya. Kyuhyun terkekeh, bocah itu sudah bertransformasi menjadi pemuda sekarang.

"Dan kau gay?"

"Aku hanya sedang membutuhkan uang dari orang kaya sepertimu atau Heechul itu" Kibum seorang smoker ternyata dan artinya Kyuhyun akan sesak nafas lagi karena bocah itu kembali merokok. "Kau masih bocah dan kau dilarang merokok" anggaplah Kyuhyun orang dewasa yang peduli.

"Apa kau gay?" Tanya Kibum kali ini.

"Tidak" Kyuhyun menjawab. Kibum menatap lelaki kurus itu penuh arti.

BUGH—

Kyuhyun merutuk karena kepalanya harus terhantuk jendela mobilnya. Matanya kini melotot tak percaya, bocah SMA ini mencium bibirnya.

Hening—

Entahlah jantungnya berdebar tak karuan kali ini. Kyuhyun mencoba meronta. Ia kini sadar posisinya sulit. Ia terhimpit dan Kibum sukses mengunci pergerakannya. Bocah itu menghisap bibirnya kuat kemudian melepaskannya.

"Apa yang kau—"

"—memastikan saja. Aku hanya khawatir kau menyukaiku" aroma mint itu kembali singgah di indra penciuman Kyuhyun. Kembali menghipnotisnya untuk diam. "Jalankan mobilnya! Aku juga sibuk hari ini" lanjut Kibum yang membuat Kyuhyun sadar kalau dia telah bertingkah laku bodoh.

Kibum duduk dengan posisi yang baik kali ini, memasang sabuk pengamannya. "Edan!" gumam Kyuhyun, tapi diam diam dia menjilat bibir bawahnya. Manis. Apakah itu rasa manis rokok yang tertinggal dibibir Kibum?

TBC

Oke… oke…

Ka merasa bersalah telah membuat FF ini. Tapi apa daya, sudah hinggap di kepala. Mau bagaimana lagi? Kalau gak dikeluarkan jadi penyakit (entah teori dari mana). Akhir kata mohon review'annya~~~