"Setiap kita melangkah, pastilah ada bayangan. Setiap waktu melangkah maju, pastilah bayangan masih mengikuti. Bayangan masa lalu. Bayangan itu terus mengikuti kita seakan terus-menerus mengejar kita tanpa letih. Namun, kata 'seakan' itu akan jadi kenyataan di abad ini, waktu ini..."
Redemption
[By: Natsume Rokunami]
Rated: M
Tragedy / Horror / Romance
{Uchiha Sasuke x Tenten}
.
A/N: Kembali lagi kepada author gila namun gokilnya pingin nyemplung ke W(orld)C(up) ini... Natsu! (SFX: Wuuuuu...)
Inilah chapter tiganya! Masih dengan chara SasuTen! Kita simpan dulu Neji di kulkas! –minta dihajar-
Udah baca di wikipedia atau media-media lain tentang Guilottine? Udah lihat gambar pisaunya kayak gimana dan lukisan ilustrasi hukuman mati Marie Antoinette dan Louis XVI? –bener gak sih namanya?-
Kalau udah, gampang dong nangkep cerita ini! *nyengir kambing*
Terserah kalian aja sih... mau liat di YouTube tentang guilottine. Asal tahan rasa ngeri aja ya. Tenang! Alat hukum mati itu udah dikecam oleh pemerintah karena tidak berperikemanusiaan, kok! Sekarang sih udah gak dipake lagi dan disimpan di museum. –jangan-jangan arwahnya Marie sama suaminya gentayangan di museum gegara pisau yang memenggal mereka ada disana?-
Apa di museum Madame Tussauds –bener gak sih tulisannya?- ada sebuah patung atau sesuatu apalah itu namanya –malas mikir- yang menggambarkan saat-saat hukuman mati Marie dan suaminya? Katanya, sih, ada. Natsu udah cari-cari di YouTube, ketemu, kok. Tapi yang ketemunya cuma tumpukan kepala-kepala –tentunya bo'ongan- yang terpenggal.
Pokoknya cari sebanyak-banyaknya deh tentang itu! Disarankan juga pas nyari-nyari informasi tentang guilottine, jangan sendirian. Ditemenin aja sama temen, saudara, atau keluarga. Kalau Natsu, sih, ditemenin sama si meong alias Zoe Sanchez. :3
Biasanya, kalo orang baca FanFic kayak gini sambil denger lagu klasik. Tapi Natsu malah nulis ini sambil denger lagu Selena Gomez – Off The Chain. :v –gak nyambung-
.
Uchiha Sasuke: 120+ years old (hanya untuk sementara, usianya sekarang adalah 24 tahun)
Nohara Tenten: 21 years old
.
Disclaimer: Kishimoto Masashi (Naruto Shippuden)
.
My second fict SasuTen. :D Don't like? Just don't read it. Simple, right? I need your structure, not a uncouth flame. Tolerating me about my grammar and syhntax, because I'm was a Newbie. :)
.
Warning: Full of Warning (yang paling utama, gore!)
.
Saran dari Natsu adalah... dengarkan lagu Moonlight Sonata Beethoven sambil membaca pertengahan dari chap ini –singkatnya, bagian pentingnya-. Banyak di YouTube. Kalian download aja lagunya –kalau berkenan-, supaya kalian bisa meresapi cerita ini. ^^
.
Balasan Review:
Siskap906: Horeeee! Ada yang jadi suka sama SasuTen! XD Natsu bahagia banget! Dukung terus Redemption bersama SasuTen! XD
Venz-chan: Western? Begitukah? –baru nyadar- yup, makanya, Natsu berniat untuk memperbanyak pair jarang ini! Hu'um! Tenten pasti sangaaaaaaat cantik dengan rambut digerai! Iya, reinkarnasi. Ide FanFic ini sebenarnya berawal dari mimpi Natsu yang alurnya sama dengan cerita Redemption bagian SasuTen. Di mimpi Natsu, alur cerita sama seperti ini dengan pair GaaTen. Tetapi GaaTen akan muncul setelah bagian SasuTen dan masih di dalam fict Redemption dengan tema Penebusan ini. Tentu jalan ceritanya berbeda dengan yang SasuTen. :3 Iyaaa! Bayangin deh sepuas-puasnya! SasuTen cinta-cintaan begitu... SPROOT! *langsung nosebleed* -mikir apaan luh?- Yap, inilah chap tiganya! Semoga terhibur!
.
Happy Reading! ^^
.
Chapter Yesterday:
Tenten hampir ingin menangis karena melihat potret seorang wanita yang sangat mirip dengan dirinya dengan kepala yang terpenggal dari tubuhnya. Rambutnya yang panjang, terpotong pendek sebatas irisan pada kepalanya itu. Wajahnya terlihat tenang... dengan mata tertutup rapat seakan sedang tidur siang. Bibir yang membentuk garis lurus yang tegas, mencerminkan rasa keberanian dari wajah cantiknya itu. Lagi-lagi potret itu sedikit terpercik oleh noda darah di sudut fotonya.
Sasuke meraih dagu Tenten agar mereka saling berpandangan. Tenten memandangnya dengan takut dan rasa tak menyangka akan apa yang tadi ia lihat. Sasuke memandangnya dengan datar.
"Dengarkan baik-baik ceritaku, aku akan mengulang kembali dari awal. Cerita tentang kita."
.
III. Return To The Past Tragedy
Flashback of several last year...
"Sasuke..."
Yang merasa dipanggil namanya oleh seorang wanita cantik di depan pintu kamarnya, menoleh dari keasyikannya menulis sesuatu di atas secarik perkamen.
Sir Uchiha Sasuke, sang bangsawan kaya raya, tersenyum lembut kepadanya.
"Hello, mademoisselle. Bosan di sarangmu?"
Tenten Jean Marionetta Allastore, sang wanita putri dari sepasang suami istri bangsawan Allastore, memberinya delikan kesal. Sasuke tertawa kecil sebelum kembali beralih kepada perkamennya. Ia sedang duduk di bangku berbantalkan kain merah marun yang lembut, menulis di atas meja kerjanya.
Tenten menghampiri sang lelaki yang merupakan kekasihnya, "Kamu sedang apa?"
"Menulis." Jawabnya, santai.
"Aku tahu itu. Tapi menulis apa?"
Sasuke tidak menjawab. Ia masih terus menulis di atas perkamen menggunakan pena yang ujung penanya tajam dan terlumuri tinta hitam.
Karena tidak mendapatkan jawaban dari Sasuke, Tenten melihatnya sendiri ke perkamen tersebut. Setelah membaca beberapa saat, ia mengernyit.
"Kamu mendapat surat protes atas membunuh orang lagi dari pemerintah?"
Sasuke mengangguk.
"Astaga, Sasuke, kenapa kamu masih saja melaksanakan hobi kejimu itu?" Tenten menghela napas.
"Aku kehabisan cat untuk lukisanku."
"Sehingga kamu membunuh orang untuk itu?"
Sasuke mengangguk.
"Sudah kubilang berkali-kali untuk tidak memakai darah manusia pada lukisanmu! Kamu bisa dihukum mati dan aku tak mau hal itu terjadi padamu!"
"Dear, aku sudah menahan nafsuku, tetapi aku tetap saja tidak tahan."
"Kamu harus hidup seperti orang normal, dear. Cat lukis warna merah ada banyak di negara ini, kamu mengerti?"
"Aku lebih suka warna besi dari darah pada lukisan-lukisanku, karena unik." Sasuke malah nyengir.
Tenten mencubit pinggang Sasuke sambil mengedutkan bibir.
Sasuke sedikit tersentak sambil meringis, "Aah... sakit."
"Turuti apa kata-kataku! Dengar, tidak?" Tenten terus mencubit pinggang, kemudian berpindah ke perut, punggung, pipi, serta punggung.
Sasuke meringis sakit juga geli, "Hei, hentikan. Aah... hentikan, dear."
"Kamu dengar atau tidak?"
"Aku... ahhk... dengar."
"Kamu turuti apa kata-kataku tadi atau tidak?"
"Aku turuti, dear. Sekarang, hentikan. Sakit, dear."
"Benar?"
"Aku bersumpah!"
Tenten tersenyum. Ia melepaskan serangan-serangan cubitannya pada Sasuke. Sasuke menghela napas lega.
"Lalu, kamu simpan dimana mayat-mayat orang yang kamu bunuh?"
"Di ruang penyimpanan peti mati, di bawah tanah dekat penjara bawah tanah."
"Cepat kamu kubur mereka secara layak. Kalau tidak, nanti kena batunya, lho!"
"Nanti saja. Lagipula mereka sedang sibuk urusannya masing-masing di alam abadi sana."
"Tetap tidak bisa!" Tenten menjitak kepala Sasuke. Sasuke meringis.
"Kamu seperti anak kecil tidak bisa diatur, ya!" omelnya. Sasuke meringis.
"Ya, aku mengerti. Akan kukubur mereka."
"Nah, itu baru bagus." Tenten tersenyum.
Sasuke meliriknya, kemudian menarik pinggul Tenten agar mendekat kepadanya sambil memutar tubuhnya sendiri menghadapnya. Tenten diam saja. Sasuke mendudukannya pada kedua pahanya, mengatur posisi duduknya agar menyamping, kemudian mentolehkan wajahnya agar mereka berdua saling berpandangan.
Tenten tersenyum lembut, "Dasar bayi nakal."
Sasuke menyeringai, "Dan kamu yang akan mengaturku."
Mereka saling mempertemukan bibir mereka satu sama lain, saling melumat bibir lawan jenisnya hingga menimbulkan decapan khas dari ciuman mereka berdua.
.
.
.
= Redemption: Flashback =
.
.
.
"Kedua orang tuaku menentang hubungan kita berdua. Bagaimana menurutmu, Sasuke?" tanya Tenten kepada kekasihnya, Uchiha Sasuke, pada waktu minum teh ruang santai di kediaman Uchiha.
Sasuke tidak langsung menjawab. Ia menyesapi rasa teh hangatnya dengan tenang, kemudian meletakkannya kembali ke atas tatakan di atas meja.
"Kita tetap jalani hubungan kita untuk selama-lamanya. Tidak peduli bahwa mereka menentang hubungan kita."
"Tetapi bagaimana bila aku sudah tidak boleh pergi ke rumahmu lagi, dear?"
"Aku akan pergi ke rumahmu dan bicara kepada mereka atau kamu tinggal saja disini tanpa sepengetahuan mereka."
Tenten terkesiap sebentar melihat Sasuke begitu tenangnya mengatakannya sambil menatap lurus-lurus kepadanya.
"T-Tunggu... itu merupakan dua pilihan yang menurutku agak frontal."
"Tak ada jalan lain. Itu adalah dua jalan yang termudah."
"Apa masih ada lagi yang lain?"
"Sebenarnya, ada."
"Apa?"
"Kita menikah diam-diam tanpa sepengetahuan mereka dan kamu tinggal disini dengan status sebagai istriku dengan nama 'Uchiha Tenten'."
Tenten spontan langsung merona merah. Sasuke terkekeh sambil menyeringai.
"Kenapa pilihanmu berani benar, sih!?"
"Lho, aku hanya memberikan kamu pilihan termudah."
"Kamu harus berhati-hati setiap bertindak, dear. Kamu tahu, kan, kalau kamu dibenci banyak orang kecuali aku dan keluargamu?" Tenten menatapnya dengan serius sekaligus cemas.
"Jangan cemaskan itu. Aku tidak selemah yang kamu pikirkan. Aku bisa menghadapi mereka yang membenciku." Sasuke kembali menyesapi tehnya.
"Tapi..."
Tenten tidak melanjutkan kata-katanya lagi saat melihat tatapan bersungguh-sungguh Sasuke ditengah Sasuke meminum tehnya. Itu artinya, ia tidak punya hak lagi untuk membantahnya kembali.
"Aku mengerti." Tenten meraih pegangan cangkirnya sendiri, kemudian meneguk tehnya yang mulai dingin.
"Hn." Sasuke meneguk tehnya sampai habis.
.
.
.
= Redemption: Flashback =
.
.
.
"Sasuke, dear!" Tenten tergopoh-gopoh menghampiri Sasuke yang sedang bermain biola di ruang musik pribadinya.
Sasuke menurunkan penggesek biolanya, berhenti sejenak dari acara bermusiknya.
"Ada apa?"
Tenten berhenti sambil sedikit membungkukan badannya, mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Sasuke memberinya tatapan aneh.
"Ada apa?" tanyanya, lagi.
"Coba kamu lihat ke luar jendela, sekarang!"
Sasuke menaikkan sebelah alisnya sebelum ia menoleh ke luar jendela ruang musiknya.
Sasuke melihat, ada banyak orang di halaman mansionnya sambil berteriak-teriak memintanya keluar dari mansion diiringi caci-maki kasar. Ada yang membawa spanduk 'kembalikan nyawa orang terdekat kami yang telah kau bunuh!'.
"Menggelikan." Sasuke memasukkan biolanya ke dalam kotaknya, kemudian melenggang pergi keluar dari ruang musik dengan Tenten yang mengekorinya dari belakang.
"Begitu banyak manusia yang datang untuk menghajarmu dan kamu masih bisa menimpalinya dengan kata 'menggelikan'?" dengus Tenten.
Mereka terus berjalan menuju pintu depan. Mereka melewati koridor dengan lukisan-lukisan para anggota Uchiha terdahulu tergantung rapi di dinding disertai papan nama kecil di setiap bawah lukisan-lukisan potret diri itu. Langkah mereka berdua cepat dan lebar langkahnya besar-besar. Rambut coklat Tenten tersanggul cantik dengan hiasan pita rambut berwarna perak putih.
Tenten mengenakan gaun berwarna perak putih yang mencapai lututnya. Ia pun mengenakan kaus kaki panjang dari kain tipis tembus pandang berwarna putih dan sepatu hak rendah berwarna perak putih.
Sasuke mengenakan setelan jas klasik berwarna biru raven dengan sarung tangan berwarna putih. Rambut emo ravennya dimainkan oleh angin saat berjalan. Mata onyxnya memandang lurus ke depan. Tenten memandangnya dengan pandangan cemas, kemudian kembali mengalihkan pandangan ke depan dengan sorot mata yang berani.
Mereka tiba di depan pintu depan. Sasuke membuka pintu dua sisi yang besar dan antik itu. Cahaya matahari di siang hari langsung masuk dan menyinari dalam rumah Sasuke.
"Itu dia!"
"Si manusia iblis!"
"Bakar dia!"
"Kembalikan nyawa mereka, pelahap maut!"
Berbagai cercaan dari para perusuh itu hanya ditanggapi pandangan datar Sasuke yang sedikit memiringkan kepalanya dan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Aah! Si putri dari bangsawan Allastore!"
"Dia kekasih si manusia iblis itu!"
"Bakar dia pula!"
"Beraninya kalian masih santai-santai saja seperti itu!"
Tenten memandang mereka satu persatu dengan pandangan sulit untuk ditebak.
Mereka semua berbondong-bondong menghampiri Sasuke sambil membawa-bawa spanduk bertuliskan caci maki kasar untuk Sasuke.
Perlahan, Sasuke menyunggingkan seringaian.
Mereka semua serentak berhenti berjalan dan mundur beberapa langkah dengan takut-takut. Mereka dapat melihatnya dengan jelas... pupil mata onyx Sasuke yang mengecil, seringaian psikopat, air muka yang tak biasa, dan masih dengan posisi seperti tadi... bahkan aura Sasuke mendadak berubah.
Tenten melirik kepada Sasuke. Tenten sangat sadar bahwa jiwa psikopat Sasuke kembali datang akibat maksud kedatangan para perusuh itu. Tenten sudah terbiasa dengan aura Sasuke yang seperti itu. Tetapi tidak untuk para perusuh itu... mereka takut.
Ditambah, Sasuke adalah seorang Uchiha.
"Ini bagus sekali." Sasuke terkekeh-kekeh. "Aku mendapat banyak darah untuk lukisanku."
Para perusuh itu berkeringat dingin.
"Kakakku dan para Uchiha terdahulu akan bangga dengan koleksiku."
Pemimpin para perusuh itu berbisik kepara orang-orang yang ada di dekatnya, mengisyaratkan untuk lari dari sana dalam hitungan ketiga.
Jujur, mereka takut dengan Uchiha. Namun dendam akibat kematian orang terdekat mereka yang disebabkan oleh Sasuke maupun para Uchiha-Uchiha terdahulu membuat mereka tak tahan untuk menyeretnya keluar dan menghajarnya beramai-ramai.
Tanpa diprediksi sama sekali oleh mereka semua, Sasuke tiba-tiba berlari menghampiri mereka.
Naluri mereka berkata... larilah dari sana atau dirimulah yang akan menjadi korban selanjutnya.
Tetapi...
DAP!
"Sasuke!"
Mereka terperangah saat mereka hendak angkat kaki dari sana.
Sasuke berhenti berlari.
Tenten menghadang jalannya sambil merentangkan kedua tangannya, menghalanginya.
"Minggir, dear. Mereka harus dihukum." Sasuke meminta Tenten menyingkir dari jalannya dengan nada datar.
"Tidak bisa, Sasuke, dear! Hentikan!"
Sasuke memandang Tenten dimulai dari ujung kaki sampai ujung kepala. Gaun Tenten robek di bagian paha kanannya akibat berlari dengan langkah terlalu lebar.
"Tenten, menyingkir dari hadapanku dan masuklah ke rumah untuk mengganti gaunmu dengan yang baru." pintanya, dingin. Ia sama sekali tidak bisa menerima bahwa paha Tenten bagian atas terekspos akibat robekan di gaunnya. Apalagi disaat ramai-ramai seperti ini?
"Tidak, Sasuke! Tidak! Kamulah yang seharusnya masuk ke dalam rumah!" Tenten bersikukuh.
"MENYINGKIR DARI HADAPANKU!" bentakan Sasuke membuat para perusuh tersentak, walaupun bentakan itu tidak ditujukan kepada mereka.
"TIDAK MAU!" suara Tenten tak kalah kerasnya dengan Sasuke. "AKU TAK MAU KAMU MEMBUNUH ORANG KEMBALI!"
"MEREKA SUDAH KURANG AJAR, DEAR!"
"AKU TETAP TAK MAU!"
"MENYINGKIR, TENTEN!"
"KAULAH – YANG – SEHARUSNYA – MENYINGKIR – UCHIHA!"
Kedua ujung alis Sasuke menurun tajam. Sorot matanya tajam memandangi Tenten yang memunggunginya. Ia sama sekali tidak suka mendengar kekasih yang sangat dicintainya sampai mati itu memanggilnya dengan 'Uchiha' seakan mereka tidak saling kenal.
"KAMU SUDAH BERJANJI TIDAK AKAN MEMBUNUH ORANG LAGI! KAMU SUDAH BERJANJI KEPADAKU DAN AKU SANGAT BENCI BILA KAMU MELANGGARNYA!"
Sasuke terdiam.
"JUGA KALIAN!" Tenten memandang tajam penuh amarah kepada para perusuh yang berdiri beberapa jarak di depannya. Para perusuh itu tersentak kaget karena tiba-tiba sasarannya berpindah kepada mereka.
"AKU AKAN MEMBENCI KALIAN SAMPAI AKU MATI BILA BERANI-BERANINYA MEMBUNUH UCHIHA SASUKE! AKU AKAN MEMBENCI KALIAN, MERASUKI KALIAN SAMPAI KE SETIAP PERSENDIAN TUBUH KALIAN! DEMI NAMA ALLASTORE, AKU AKAN MEMBENCI KALIAN BILA BERANINYA MEMBUNUH SASUKE!"
Para perusuh itu terdiam.
"PERGI KALIAN!"
Mereka mundur beberapa langkah.
Tenten berbalik menghadap Sasuke yang memandangnya tajam. Tenten meraih lengan Sasuke kemudian menariknya masuk ke dalam rumah. Sasuke diam saja dan membiarkan dirinya diseret ke dalam rumah.
BRAK!
Para perusuh itu tersentak kaget saat Tenten membanting pintu rumah Sasuke keras-keras sampai tertutup rapat. Mereka dapat mendengar suara pintu dikunci.
JRAG!
Muncul tombak-tombak tajam dari dalam tanah yang memagari depan bangunan rumah Uchiha Sasuke.
Mereka terdiam sejenak, kemudian segera lari dari sana karena takut bila muncul tombak-tombak lain yang akan menusuk mereka dari bawah ke atas.
.
.
Tenten kembali menyeret Sasuke lebih ke dalam rumah setelah menurunkan tuas di dekat pintu agar tombak-tombak tajam dari besi itu muncul dan memagari depan rumah kekasihnya.
Tenten menyeretnya ke perpustakaan, mengomel-omelinya habis-habisan dengan inti 'melanggar perjanjian adalah hal yang tidak baik!'. Sasuke menanggapinya dengan senyuman lembut sambil memandanginya. Ia suka kepada Tenten yang mengomel-omelinya demi kebaikannya ini.
Walaupun berisik juga, batin Sasuke. Demi Tuhan, suara omelan Tenten lebih keras dan senewen daripada suara omelan ibunya saat ia masih kecil dulu. Terpaksa ia sesekali menutupi telinganya untuk menetralisir suara Tenten yang seakan-akan menusuk-nusuk dalam telinganya. Tetapi ia biarkan saja Tenten mengomelinya.
Ia begitu mencintai Tenten... sungguh, ia sangat mencintainya. Ia akan menikahinya walaupun kedua orang tua Tenten menentang hubungan mereka berdua akibat dirinya yang pernah membunuh banyak orang. Bagaimana dengan kedua orang tuanya sendiri? Tak perlu khawatir, mereka telah meninggal sudah lama sekali saat revolusi perancis dulu. Mereka ikut terbunuh, padahal merekalah yang memulainya. Ironis sekali. Kakaknya telah meninggal sewaktu perjalanan dari Berlin menuju perancis dalam kecelakaan pembajakan kereta yang ditumpanginya.
Tenten adalah harta berharganya yang terakhir... melebihi nyawanya sendiri.
.
.
.
= Redemption: Flashback =
.
.
.
"Dear..."
"Hn?"
"Apa kamu masih ingat waktu pertama kali kita bertemu?"
Sasuke tersenyum, ia merangkul pundak Tenten yang bersandar pada dirinya. Mereka duduk di atas ranjang Sasuke dengan punggung Sasuke bersandar pada dinding di belakangnya.
"Tentu aku ingat. Selama-lamanya aku terus mengingatnya."
Tenten tersenyum hangat, "Dulu sekali, kamu masih terlihat seperti bocah kecil yang sombong."
"Dan kamu masih terlihat seperti bocah perempuan yang senang berlari-lari di dalam rumah."
"Kalau tak salah... waktu kedua orang tua kita masih berteman, ya? Sewaktu keluargaku mengunjungi rumah keluargamu?"
"Ya. Pertama kali melihatmu, kamu terlihat ingin sekali berlari mengitari rumah karena kamu tidak bisa diam sama sekali."
"Aku dulu begitu aktif." Tenten tertawa kecil. "Kalau kamu dulu begitu sombong. Kamu sombong sekali sewaktu aku menyapamu untuk ikut bermain denganku."
"Kamu terlalu aktif, aku dulu tak begitu suka dengan keaktifanmu yang semakin lama semakin menjadi-jadi."
"Kalau sekarang?"
"Aku tidak memusingkan itu."
Tenten terkekeh, "Kemudian, disaat aku enggan mengajakmu bermain karena kamu sombong sekali, kamu malah menghampiriku untuk mengajakku ke kamarmu. Tentu aku tak mau."
"Tapi setelah aku bilang akan melayanimu bermain apa saja, kamu langsung dengan senang hati menerimanya."
Tenten terkekeh geli, "Ya! Aku ingat itu! Lalu kita bermain kucing dan tikus. Kita bergantian menjadi kucing dan tikus."
Sasuke mendengus, "Kemudian aku tertimpa sial."
Tenten menahan tawanya, "Ya, aku ingat. Saat kamu mengejarku karena kamu menjadi kucing, kamu terpeleset dari lantai, kemudian kakimu menyenggol kaki meja yang diatasnya ada seloyang pai apel. Pai itu jatuh ke rambutmu dan wajahmu mendarat duluan ke lantai!"
"Sejak itu aku enggan bermain lari-larian lagi di dalam rumah."
Tenten tertawa kecil, "Setelah itu, kita terus bermain bersama sampai umur kita menginjak 15 tahun. Kita semakin dekat."
"Aku ingat. Sewaktu kita berumur 15 tahun, aku membawamu ke kamarku dan..."
"AAH!" Tenten hendak membekap mulut Sasuke, namun Sasuke menahannya sambil terus melanjutkan kata-katanya disertai seringaian.
"Aku 'menyerang'mu, dear."
Tenten merasa kedua pipinya terasa panas, "Kamu mendorongku ke atas tempat tidur, kemudian mencumbui bibirku tanpa henti sambil berkata 'aku mencintaimu'."
Sasuke terkekeh, "Sejak itu kita menjalin hubungan sampai sekarang."
"Kamu waktu itu berani sekali. Coba saja aku meninjumu waktu itu."
"Tetapi kamu tidak bisa melakukannya karena terlanjur luluh oleh cumbuanku, kan?"
"Berisik!" Tenten menundukkan wajahnya.
Sasuke kembali terkekeh.
"Sejak kapan kamu mulai menyukaiku?" tanya Tenten.
"Sejak aku berumur 10 tahun. Bagaimana denganmu?"
"Aku... 9 tahun." Tenten agak malu menjawabnya dengan jujur.
Sasuke menyeringai kemenangan, "Pesonaku menang."
"Sombong!"
"Tetapi kamu menyukaiku juga, kan?"
Tenten menggeram kesal dengan wajah merona padam, kemudian membuang muka darinya. Sasuke terkekeh kemenangan.
"Tapi darah Uchihamu mulai muncul saat kamu menginjak umur 16 tahun."
"Hn."
"Kamu mulai banyak membunuh orang dan memakai darah manusia untuk warna merah pada lukisanmu."
"Benar."
"Kenapa kamu masih tenang saja, padahal kamu sudah membunuh banyak orang?"
Sasuke mengendikkan bahunya, "Tanyakan saja kepada leluhur Uchiha. Aku secara pribadi tidak terlalu memusingkannya. Itu berkat darah para leluhur Uchiha yang menurun kepada keturunan-keturunannya."
"Bagaimana bisa aku bertanya pada hantu? Kamu masih waras atau hanya bodoh saja?" ujar Tenten, sewot.
Sasuke tertawa kecil.
"Aku masih ingat sewaktu bibi begitu bersemangat menjodohkan kita." Tenten kembali bernostalgia.
"Ibuku memang dari awal menyukaimu sejak pertama kali melihatmu. Begitu melihatmu, langsung terpikir olehnya untuk menjodohkan kita berdua."
"Bibi pasti tersenyum senang melihat apa yang diinginkannya tercapai." Tenten tersenyum hangat.
"Bukan hanya sekedar keinginan tercapai, tapi memang dari perasaan kita yang sesungguhnya, kan?" Sasuke menyeringai jahil.
Tenten cemberut, "Oh."
"Hn? Kenapa kamu berwajah jelek seperti itu?"
"Semuanya gara-garamu."
"Oh?"
"Puih!" Tenten membuang muka darinya sambil menggembungkan kedua pipinya. Sasuke tertawa kecil.
.
.
.
= Redemption: Flashback =
.
.
.
Sir Uchiha Sasuke duduk sambil melukis di atas kanvasnya. Ia berada di ruang lukis pribadinya. Ia sedang mewarnai jubah klasik warna merah darah pada lukisan potret diri kakak kandungnya, Uchiha Itachi bersama sang istri yang meninggal tak lama dengan kematian Itachi, Uchiha Konan. Konan bunuh diri tak lama setelah mengetahui berita bahwa suami tercintanya telah pergi untuk selama-selamanya dalam perjalanan pulang ke perancis. Konan bunuh diri dengan menggantung dirinya di ruang musik pribadi rumah Uchiha. Kadang Sasuke sendiri mendapatkan suatu perasaan aneh dan tanda-tanda bahwa kehadiran arwah Konan berada di ruangan itu.
Tetapi Sasuke tidak takut, ia malah tersenyum sambil berkata 'Kabarmu baik, Konan?'. Sasuke kadang bermain grand piano untuk menghibur arwah Konan yang sepertinya masih ada di ruang musik yang sekarang menjadi miliknya itu. Ya, ia adalah keturunan Uchiha yang terakhir. Lain lagi ceritanya bila ia menikah dengan Tenten, mempunyai anak, dan anak itulah yang menjadi keturunan Uchiha yang terakhir. Begitu pula seterusnya.
Selama hidupnya, Konan selalu menyayangi Sasuke. Sejak kecil mereka sudah saling mengenal karena kakaknya adalah teman masa kecil Konan. Tenten pun mengenal baik Konan. Mereka berdua sering bermain bersama.
Konan hanyalah penduduk perancis biasa saja. Tetapi suatu keberuntungan karena ia dapat bertemu dengan seorang Uchiha sewaktu Konan sedang mengantarkan sekeranjang besar berisi apel segar dari kebunnya. Itachi yang merupakan Uchiha pertama yang ditemui Konan, membantunya membawa ke dalam rumah. Itachi memang laki-laki yang ramah dan pengertian. Tetapi bukan berarti darah Uchiha tidak mengalir di dalam tubuhnya. Sewaktu Itachi berumur 15 tahun, sifat ganasnya datang. Ia memenggal kepala beberapa penduduk perancis dengan wajah yang cantik rupawan, kemudian digantung di dinding kamarnya beserta papan kayu yang menjadi tempat menempelnya kepala-kepala itu. Sama seperti hiasan dinding kepala babi atau rusa.
Konan menerima apa adanya Itachi, tetapi ia tidak membiarkan Itachi terus-menerus melanjutkan kesenangannya itu. Itachi pun menerima apa adanya Konan. Seluruh anggota Uchiha menerima Konan. Mereka tidak mempermasalahkan siapa yang menjadi pasangan anggota-anggota Uchiha murni. Asalkan mereka saling mencintai dan saling mengerti satu sama lain.
Sasuke tersenyum sambil merapikan pewarnaannya pada lukisan wajah Konan. Ia buat secantik Konan yang aslinya.
Sasuke menimbang-nimbang, apakah bibir Konan perlu pakai warna merah untuk lipstik? Tetapi warna merah yang ia pakai adalah darah dan ia kurang suka memakai darah untuk bagian lipstik wanita yang ia lukis.
"Ini."
Sasuke menoleh ke asal suara tepat di sebelahnya. Ia melihat, Tenten berdiri di sebelahnya sambil menyodorkan satu tabung kecil cat lukis warna merah kepadanya.
"Salah sendiri malah memakai darah. Darah kan makin lama makin menghitam warnanya, tidak bagus."
"Tenang saja, kupakai beberapa cairan racikanku agar warna merah darah itu tidak begitu hitam. Warna merah darah." Sasuke menerimanya dengan menekankan kata terakhirnya.
Tenten menghela napas. Ia mengalihkan pandangan kepada lukisan yang sepenuhnya jadi itu. Sasuke tinggal menambahkan sedikit penebalan warna saja.
"Aku rindu dengan Konan." Lirih Tenten.
"Pergilah ke ruang musik." Saran Sasuke sambil melanjutkan kegiatannya.
"Tadi aku ke ruang musik dan memainkan lagu Moonlight Sonata Beethoven untuk menghiburnya, namun ia tidak memberi tanda apa-apa."
"Konan pasti mendengarkannya. Ia selalu disana, aku tahu itu. Mungkin ia sedang malas atau tak ada niat menjawabmu."
Tenten meng'oh' ria.
Sasuke selesai dengan acara melukisnya. Ia biarkan lukisannya tetap di tatakan kanvas, nanti ia gantung di galeri pribadinya.
"Bagus sekali." Puji Tenten sambil tersenyum. "Kamu memang berbakat sekali. Apakah kamu orang yang sempurna?"
"Menurutmu?" setelah melepas sarung tangan khusus ia pakai untuk melukis, ia memutar tubuhnya menghadap pada Tenten.
Tenten mengendikkan bahu, "Kamu hebat dalam bidang apapun."
"Begitukah? Menurutku tidak." Sasuke tersenyum memikat kepadanya. Tenten terpaku sejenak kepada senyumannya.
"Itu menurutmu, kan? Kalau menurut orang lain, kamu itu orang yang sempurna."
"Aku belum sempurna."
"Belum? Kenapa?"
"Karena aku belum melengkapi hidupku dengan pernikahan."
Sekejap kedua pipi Tenten merah merona.
"Maukah kamu menikah denganku?"
"A-Aaa... aa... ee..." Tenten gelagapan.
"Hn?" Sasuke gencar menggodanya lagi.
"T-Tunggu 20 tahun lagi."
Sasuke menghela napas, "Lama sekali. Kita sudah berumur 23 tahun."
"A-Aaah... sudahlah!" Tenten langsung kabur dari sana.
Sasuke menyeringai, "Jangan coba-coba lari dariku, dear." Sasuke mengejarnya. Tenten tahu Sasuke mengejarnya, maka ia mempercepat larinya.
Jadilah mereka saling kejar-mengejar dalam mansion Uchiha.
.
.
.
= Redemption: Flashback =
.
.
.
"Sasuke, dear."
"Hn?" Sasuke mengangkat wajahnya dari buku yang dibacanya untuk memandang Tenten yang duduk menghadapnya. Mereka berada dalam perpustakaan pribadi Sasuke.
"Kalau..." Tenten menunduk sebentar, kemudian kembali memandang Sasuke dengan teguh. "Kalau misalkan aku mendapatkan suatu hal yang berat, kamu harus tetap dengan janjimu untuk tidak membunuh orang kembali, ya?"
Sasuke mengangkat sebelah alisnya, "Maksudmu?"
"Kalau misalkan aku mendapatkan suatu hal yang tak dapat kamu terima, kamu harus tetap dengan janjimu untuk tidak membunuh orang kembali, oke?"
"Kenapa tiba-tiba kamu berbicara seperti itu?"
"Kamu harus menjawabku dulu!"
"Aku tak mau menjawab bila kamu tidak menjelaskan apa maksudmu berbicara seperti itu."
"Sasuke, kumohon, lupakan egomu sebentar saja." Nada Tenten terdengar memohon sekali. Raut wajahnya pun seperti memohon kepada Sasuke.
Sasuke mengernyit, tetapi ia menjawabnya. "Baiklah."
Tenten tersenyum.
Sasuke mengernyit lebih dalam lagi. Senyuman Tenten terlihat hampa. Ada apa dengannya yang biasanya selalu bersemangat itu?
"Ada apa? Apakah ada yang membebani pikiranmu? Beri tahu aku, sekarang."
"Tidak bisa, dear." Tenten tersenyum penuh sayang kepadanya. "Tidak untuk sekarang."
"Tidak untuk sekarang? Maksudmu, nanti?"
Tenten mengangguk.
"Kapan?"
"Suatu saat kamu akan tahu." Tenten berdiri dari duduknya. "Nah, aku pulang dulu. Sampai ketemu lagi, Sasuke."
Tenten melenggang pergi meninggalkan tempat itu, namun Sasuke menahan lengannya.
Tenten terperangah sejenak, kemudian ia menoleh kepada Sasuke yang berada tepat dibelakangnya. Entah sejak kapan Sasuke sudah berada di belakangnya.
"Ada apa denganmu?" raut wajah Sasuke bila diteliti lebih cermat lagi, tersirat kecemasan dalam raut wajahnya.
Tenten bisa menyadari raut wajah Sasuke, sehingga ia tersenyum.
"Tak apa-apa, Sasuke. Aku pulang dulu, ya."
"Tenten?"
"Aku pulang dulu." Tenten melepas pegangan Sasuke pada lengannya dengan lembut, namun Sasuke mengeratkan pegangannya.
Sasuke menatapnya lekat-lekat. Tenten tersenyum kepadanya.
"Lepaskan aku. Aku harus pulang. Aku ada urusan."
"Sepertinya ada yang kamu sembunyikan dariku."
"Untuk saat ini, memang iya. Tetapi suatu saat nanti kamu akan mengetahuinya."
Tenten menyentakkan lengannya sampai lepas dari pegangan Sasuke yang agak lengah, kemudian melenggang pergi meninggalkan Sasuke yang memandangi punggungnya dari belakang.
.
.
.
= Redemption: Flashback =
.
.
.
"Penggal dia!"
"Dia kelemahan si Uchiha kejam itu!"
"Bunuh! Bunuh! Bunuh!"
"Hancurkan Uchiha beserta kekasihnya itu!"
"Uchiha sampah!"
Dua orang algojo dengan kain hitam yang menutupi kepalanya mengapit seorang korbannya yang memakai gaun putih mencapai pergelangan kakinya dan kain putih yang menutupi kepalanya. Kedua tangan korbannya diikat kuat-kuat. Dua algojo itu menggiringnya ke dekat alat pemenggal temuan terbaru dari seorang penemu perancis di masa itu. Alat itu bernama guilottine.
Sekarang ini adalah acara hukuman mati Tenten Jean Marionetta Allastore setelah kedua orang tua Tenten tewas dibunuh oleh beberapa pembunuh bayaran yang disuruh oleh orang entah siapa.
Acara itu dihadiri oleh seluruh rakyat perancis yang membenci Uchiha. Ramai-ramai mereka menghadiri acara yang sudah mereka rencanakan lama sekali.
"DENGARKAN, PARA RAKYAT PERANCIS!" seorang pria berambut pirang yang dikeriting, menggemakan suara yang penuh akan rasa bahagia tak kentara, kepada seluruh penonton yang telah menanti-nanti acara pemenggalan kekasih Sir Uchiha Sasuke.
"KALI INI, KITA TELAH MENCAPAI PADA PUNCAK KEBAHAGIAAN KITA! DI TAHUN INI, BULAN INI, HARI INI, DAN PADA JAM INI, KITA SEMUA AKAN MENYAKSIKAN PEMENGGALAN PASANGAN HATI TOKOH BANGSAWAN YANG KITA BENCI SELAMA BERTAHUN-TAHUN! TENTEN JEAN MARIONETTA ALLASTORE, SANG PUTRI BANGSAWAN ALLASTORE YANG SUCI INI DENGAN SENANG HATI MEMOTONG LEHERNYA UNTUK KITA SEMUA!"
Terdengar suara sorakan gembira dari para rakyat perancis.
"SUNGGUH SANGAT DISAYANGKAN SANG PUTRI YANG SUCI INI MENJADI PASANGAN SEORANG BANGSAWAN KEJAM ITU! DENGAN BERMURAH HATI, IA MENGHIBUR KITA DENGAN ACARA TERPENGGALNYA KEPALANYA DI DEPAN KITA SEMUA! APAKAH KALIAN BISA MEMBAYANGKAN, REAKSI SANG UCHIHA ITU BILA IA MENGETAHUI BAHWA KEKASIH TERCINTANYA, MATI UNTUK KITA? ALANGKAH BAHAGIANYA KITA MELIHAT DUA ORANG YANG KITA INCAR SELAMA INI MENANGIS DARAH UNTUK KITA SEMUA!"
Terdengar suara sorakan gembira yang membahana dari seluruh rakyat perancis.
"ALANGKAH SENANGNYA HATI KITA, MELIHAT WAJAH SANG UCHIHA YANG PIAS MELIHAT KEKASIHNYA TERPENGGAL DI DEPAN MATA SELURUH RAKYAT PERANCIS!"
Mereka semua tertawa terbahak-bahak.
"BAIKLAH! UNTUK TIDAK MEMPERPANJANG WAKTU LAGI, MARI KITA MULAI ACARA INI!"
Mereka semua bersorak-sorak.
"Yaa! Berikan kepala si Allastore kepada kami!"
"Mati saja kau, Uchiha dan Allastore!"
"Ayo, cepat dimulai! Kami hampir ingin kencing berdiri saking senang dan tak sabar menanti kepalanya terpenggal secara rapi!"
Dua algojo itu mendorong secara kasar korbannya ke guilottine sampai sang korban oleng dan kepalanya membentur kayu alat pemenggal itu. Sontak mereka semua tertawa terbahak-bahak melihatnya.
Namun, Tenten, sang korban, tetap tabah dan dengan berani menguatkan hatinya untuk mati demi Sasuke.
Ya, mereka semua telah memberi kesepakatan untuknya. Bila ia bersedia menjadi korban untuk acara pemenggalan ini, maka Sasuke akan bebas dari ancaman pemenggalan ini.
Ia lakukan demi Sasuke.
Hidupmu masih panjang. Kamu belum pantas untuk mati. Masih banyak yang harus kamu lakukan kecuali membunuh orang, batinnya.
Tenten tersenyum dibalik kain penutup kepalanya. Terima kasih untuk segalanya, Sasuke. Aku sangat mencintaimu. Batinnya.
"TUNGGU!"
Mereka semua tersentak, menoleh ke asal suara yang begitu keras dari samping kerumunan penonton.
Disana, berdiri seorang lelaki berambut emo raven dengan kemeja putih yang berantakan, jas hitam yang tidak dikancingi, dan peluh membasahi dahi dan lehernya. Nafasnya tersengal-sengal seperti sehabis berlari. Mata onyxnya memandang tajam kepada mereka semua.
Dialah, Sir Uchiha Sasuke.
Mereka terpana melihat sang Uchiha yang ternyata bisa terbebas dari roti yang mereka beri racun jamur pembuat halusinasi dalam kepalanya. Sang Uchiha masih sempat-sempatnya datang kemari demi menolong kekasihnya, Tenten.
Tenten terkejut bukan main. Walau tak melihat siapa orangnya, ia kenal suaranya. Sangat kenal.
Sasuke?, batinnya.
Sasuke menatap penuh amarah kepada seorang lelaki yang ia tahu bahwa dialah yang mengusulkan acara hukuman mati ini.
"KALIAN..." geramnya. Mata onyxnya berubah warna menjadi merah darah dengan 3 tomoe di matanya. "BERANI-BERANINYA MENCOBA MEMBUNUH DIA!"
Mereka terkesiap sebentar dikarenakan mata Sasuke berubah. Mereka tahu, itu adalah kekuatan alami khas klan Uchiha turun-temurun, Sharingan. Dan itu Sharingan tingkat ketiga.
Orang dengan rambut keriting aneh itu berteriak kepada para tentara, "TAHAN DIA!"
Para tentara dengan sigap berlari menuju Sasuke, kemudian menahan kedua tangan dan kakinya.
"BANGSAT!" makinya. "LEPASKAN TANGAN KOTOR KALIAN DARIKU!"
"BIARKAN DIA MENONTON ACARA PEMENGGALAN KEKASIHNYA! INI AKAN JADI HIBURAN MENYENANGKAN BAGI KITA SEMUA!" teriaknya penuh rasa bahagia dan nafsu.
Sasuke membelalakkan matanya. Wajahnya memerah menahan amarah. Kedua telapak tangannya bergetar dengan jari-jemari membengkok-bengkok akibat rasa murka yang benar-benar mencapai sumsum tulangnya.
"Oh..." orang itu tersenyum licik. "Sepertinya si Uchiha itu berniat berbicara sebentar kepada kekasihnya. Bawa dia kepada kekasihnya!"
Tentara-tentara itu membawa Sasuke menuju Tenten yang terpaku di tempatnya berdiri. Sasuke diam saja, ia memang ingin berbicara dengan Tenten.
Sesampainya di dekat Tenten, salah seorang tentara melepaskan kain penutup dari kepala Tenten sehingga wajah cantiknya terlihat.
Sasuke menatapnya, nanar. "Tenten..."
Tenten membalas menatapnya dengan tatapan sulit ditebak, "Kau bebas dari halusinasi roti beracun itu?"
"Huh, aku adalah Uchiha yang tak pernah kehilangan akal. Aku bisa menghilangkan halusinasi itu dengan kemampuan mataku juga ketahanan otak dan mentalku."
"Dan sekarang kau akan kehilangan akal karena terpenggalnya kepala kekasihmu..."
"DIAM KAU!" Sasuke menghardik orang berambut keriting aneh yang barusan menimpalinya. Orang itu terdiam.
"Kenapa... kamu mau melakukan ini?" tanya Sasuke dengan suara bergetar, penuh rasa kecewa dan sedih. Sorot matanya benar-benar terluka.
Tenten menatapnya sejenak, kemudian tersenyum. Sasuke sedikit terkejut.
"Aku dengan senang hati melakukannya demi kamu, Sasuke."
"Apa...?" Sasuke benar-benar merasa aneh kepada cara pemikiran Tenten sekarang ini.
"Mereka berjanji... akan melepasmu bila aku mati di depan mata mereka sendiri."
"Apa...!?" Sasuke benar-benar geram.
"Jangan geram seperti itu, Sasuke." Tenten tersenyum dewasa. "Karena nantinya kamu akan bahagia tanpaku."
"Aku tidak akan bahagia bila kamu tidak ada disisiku!" bantahnya.
"Kamu akan bahagia." Tenten menutup matanya sejenak dengan tenang sebelum ia membukanya kembali. "Kamu takkan menyesali ini."
"Tenten..." Sasuke menutup matanya rapat-rapat sampai dahinya berkerut. "Kamu tidak boleh mati."
"Semua orang punya hak untuk mati atas keputusannya sendiri."
"Tapi tidak dengan keputusanku! Bagaimana orang bisa menerima bila orang yang ia sayangi mati dengan cara konyol seperti ini?!"
"Kamu tidak boleh egois, Sasuke." Tenten menatapnya tajam dengan berani. "Ini untuk membayar semua dosamu."
"Tetapi kenapa harus kamu yang menanggungnya!? Biar aku saja yang menggantikanmu!"
"Mereka ingin aku yang mati, bukan kamu."
"Kenapa?!"
"Agar kamu bisa merasakan, bagaimana rasanya kehilangan orang tercinta."
Sasuke terdiam, namun sorot matanya masih penuh amarah.
"Aku punya hak untuk mati atas keputusanku sendiri. Aku akan menggantikanmu, demi kebahagiaanmu. Aku hanya menginginkan kebahagiaanmu." Tenten tersenyum sayang kepadanya.
Sasuke terdiam.
"Aku rela melakukan ini, demi kebahagiaanmu dan masa depanmu. Masa depanmu masih panjang, kamu masih bisa merubah masa depanmu dengan lebih baik daripada yang sekarang ini."
"Lalu apa kamu pernah memikirkan diri sendiri?! Bagaimana dengan dirimu!?"
"Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga, Sasuke." kata-katanya membuat Sasuke terdiam seribu bahasa. "Kalau kamu bahagia, aku pun bahagia. Masa depanku berada di dunia abadi sana. Aku akan terus melihatmu dari alam sana. Kamu akan bahagia di sisi wanita yang kamu cintai."
"Aku mencintaimu!" Tenten tertegun. "Hanya kamu yang kucintai! Kamulah wanita pertama yang kusukai dari kecil!"
"Kamu akan mendapatkan yang lebih baik dariku. Pasti. Aku jamin itu."
"Tidak akan ada yang lebih baik darimu, Tenten!" Tenten hanya diam. "Aku sudah dari lama menginginkan untuk menikahimu! Aku sudah mempersiapkannya! Aku tak mau hubunganku berjalan dengan akhir yang seperti ini!"
"Sasuke..." Tenten menatapnya lekat-lekat. "Akhir yang seperti ini tidak begitu jelek. Aku mati demi kebahagiaanmu. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku. Ini takdir, Sasuke. Kulakukan ini karena aku mencintaimu."
"Tenten..." Sasuke menatapnya nanar.
"Aku hanya berharap, setelah kematianku, kamu akan lebih bahagia dari yang sudah-sudah." Tenten tersenyum. Air mata perlahan mengalir dari pelupuk matanya. "Aku hanya mencintaimu. Demi dirimu, aku bisa melakukan apa saja! Bukankah sebelumnya aku pernah berkata begitu?"
Sasuke menggigit bibir bawahnya. Ia ingat apa ucapan Tenten sewaktu mereka masih berumur 12 tahun.
.
"Tenten, kamu... sedang apa?"
"Berdandan."
"Buat apa? Jarang-jarang kamu seperti ini. Kamu kan tomboy."
"Enak saja, aku juga seorang perempuan, Sasuke."
"Jadi jiwa kewanitaanmu sedang datang, eh?"
"Aku melakukannya demi kamu, tahu!"
"... Hah?"
"Aku sering dengar dari sepupu-sepupumu, bahwa aku adalah gadis pertama yang dekat denganmu, namun tidak suka berdandan. Mereka mengatakan bahwa kamu adalah laki-laki malang yang dekat dengan gadis jelek sepertiku. Maka, agar nama baikmu tidak miring, aku melakukan ini untukmu!"
"Kenapa? Bukankah kamu bilang bahwa kamu alergi lipstik?"
"Aku bukan alergi, tapi benci saja."
"Lalu, buat apa kamu melakukan ini demi aku? Menyiksa diri sendiri itu tidak baik."
"Aku tidak menyiksa diri, kok. Aku senang melakukannya demi kamu."
"Kenapa kamu mau saja melakukannya? Kamu bisa?"
"Demi Sasuke, Tenten bisa melakukan apa saja!"
.
Sasuke gemetar sesaat.
"Tenten... kumohon. Hentikan. Untuk hal yang satu ini, aku tidak menerimanya." Lirihnya.
Tenten menggeleng, "Itu sumpahku kepada diriku sendiri. Aku senang kok melakukannya."
"Tidak, Tenten... tidak. Aku tidak mau. Aku tidak menyenanginya."
"Aku melakukannya mengikuti apa kata hatiku. Hatiku berkata untuk menerimanya."
"Tenten..." Sasuke menatapnya, merasa terluka.
"Yap, waktu acara drama palsunya sudah habis." Orang berambut keriting itu menepuk tangannya sambil mengangkat dagu dengan angkuh. "Bawa si Allastore ke guilottine."
Dua algojo yang mengapit Tenten, membawa Tenten ke dekat guilottine. Tenten menutup matanya, tenang.
Sasuke menyumpah serapahi mereka semua yang berniat menonton pemenggalan Tenten juga kepada orang yang mengusulkan ini. Sasuke berteriak-teriak memanggil Tenten. Ia memberontak, namun kekangan beberapa tentara begitu kuat sehingga ia tidak dapat bergerak.
"Sasuke."
Sasuke terperangah mendengar Tenten memanggilnya dengan keadaan leher sudah berada di bawah posisi jatuhnya pisau guilottine ke lehernya.
Dengan mata tertutup juga wajah yang tenang namun berani, ia mengucapkan kalimat terakhirnya kepada Sasuke, juga kepada mereka semua yang ikut mendengarkan.
"Aku selalu siap untuk mati, karena aku berada di jalan yang benar."
Sasuke bisa merasakan detakan jantungnya sekali lebih keras dari yang biasanya. Mereka semua tertawa geli.
"Hah! Masih saja berkata seperti itu padahal sebentar lagi kau mau mati! Lakukan!"
"TIDAAAK! TENTEEEEEENN!"
Algojo itu menarik tali alat guilottine.
PATS...
SLAAB!
Pisau di atas, jatuh, memenggal kepala Tenten Jean Marionetta Allastore itu.
Inilah akhir dari perjalanan hidup Tenten.
Mereka semua bersorak gembira melihat kepala Tenten bergelinding jatuh dan wajah tenang Tenten terlihat oleh mereka semua. Irisan pada lehernya rapi, seperti kalian mengiris mentega. Tubuh tanpa kepala Tenten terkulai tak berdaya, merosot turun dari kayu guilottine. Darah bermuncratan kemana-mana dari potongan pada tubuh tanpa kepala Tenten. Darah itu mengotori pipi Sasuke juga mereka yang berada di dekat guilottine. Mereka –kecuali Sasuke-, mendengus jijik sambil mengambil saputangan dan membersihkan darah Tenten seolah darah Tenten adalah lendir ingus yang menjijikan.
Sasuke membelalak lebar-lebar dengan pupil mata mengecil. Wajahnya kaku dengan mulut membentuk garis yang tegas. Air mukanya berubah.
"Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku."
"Aku melakukan ini demi kamu."
"Aku hanya mencintaimu, Sasuke."
"Demi Sasuke, Tenten bisa melakukan apa saja!"
"Aku selalu siap untuk mati, karena aku berada di jalan yang benar."
"SEKARANG, GILIRAN SIR UCHIHA SASUKE YANG KITA PENGGAL!"
Busuk...
Mereka bersorak gembira.
"BETAPA BODOHNYA DIA, MATI DEMI UCHIHA ITU, PADAHAL KITA HANYA MENIPUNYA AGAR DIA MAU MELAKUKANNYA DAN SI UCHIHA TETAP MATI KONYOL!"
Sampah...
"KITA BERADA DI PUNCAK KEBAHAGIAAN!" mata mereka memancarkan nafsu seperti manusia kanibal... ibliskah mereka?
Mempertontonkan kematian orang dengan hati kanibal seperti itu?
MUNAFIK!
Mata Sasuke berubah kembali, seperti bintang hitam yang indah. Itulah mata Mangekyou Sharingan, mata yang dapat menperkirakan pergerakan orang dengan lebih tepat juga yang menambah rasa kebencian dan rasa nafsu membunuh di dalam hati sang Uchiha.
Mendadak, dengan kekuatan yang ia dapat dari hatinya, Sasuke menyentakkan tubuhnya sampai lolos dari kekangan tentara-tentara itu.
Mereka semua terkejut. Ditambah mata Sasuke berubah pada level terakhir.
"Kalian..." mereka bergetar ketakutan mendengar nada serak Sasuke yang seperti manusia datang dari dunia iblis. "Pembual busuk..."
"A-APAAN-APAAN KAU!? DIAMLAH! KAU ADALAH BAHAN TONTONAN KAMI!"
"KALIAN PANTAS UNTUK DIBUNUUUUUH!"
Sasuke dengan tenaga yang tak tanggung-tanggung, menyeret secepat kilat orang-orang yang berada di sekitar guilottine. Menyeret seperti kalian menyeret anak kecil berumur 5 tahun. Sasuke menyeretnya ke dekat guilottine.
Mereka yang diseret, berteriak-teriak dan tak didengarkan oleh Sasuke yang berubah menjadi manusia iblis.
Sasuke menumpuk mereka di bawah pisau guilottine, seperti menumpuk ikan sarden dalam kaleng, kemudian secepat kilat menarik tali yang memenggal mereka secepat kilat.
SRAB!
CRAAAASHH!
Mereka, para penonton, terbelalak dan terpekik ngeri melihat mereka terpenggal dalam satu tarikan. Seperti memotong sayur. Kepala-kepala itu bergelindingan. Wajah kepala-kepala itu terlihat menyeramkan dengan mata terbelalak besar-besar dan urat wajah yang tertarik kuat-kuat.
Persetan dengan janji Tenten untuk jangan membunuh orang lagi...
Mereka telah menipu Tenten dan dirinya, membunuh Tenten, dan menonton acara kematian seperti ini di mata banyak orang untuk dijadikan hiburan biasa...
Ia bersumpah bahwa yang menciptakan alat pembunuhan yang berbau 'busuk' itu adalah si lelaki berambut keriting sampah itu. Maka, ia harus membunuhnya... dan ia telah melakukannya.
"Hhhh!" Sasuke mendesah geram. Matanya memandangi para penonton. Mereka yang entah mengapa, tak bisa lari dari sana.
Mereka dalam bahaya...
Sang Uchiha mengamuk.
Sasuke membantai mereka semua. Sasuke menarik mereka semua ke guilottine, memenggal mereka semua dengan guilottine. Sungguh alat yang praktis... bisa membunuh banyak orang dengan pisau itu.
"Haha... HAHAHAHAHA! KUBUNUH KALIAN! KUBUNUH!" Sasuke tertawa senang. Ia bernafsu membunuh mereka semua.
Rasanya keadaan menjadi gila.
Senja di hari itu berwarna semerah darah.
Hari pembantaian massal...
Para korbannya menjerit pilu sebelum leher mereka dipotong dengan rapi.
Semua karena sang Uchiha benar-benar membenci kematian sang kekasih tercinta...
.
.
.
"Hah... hah... hah..." Sasuke tersengal-sengal. Hari sudah malam. Ia berdiri dengan pakaian terciprat darah.
Terdengar tetesan-tetesan darah menetesi kubangan darah yang melumuri daerah itu. Kepala-kepala berserakan dimana-mana. Tubuh-tubuh tanpa kepala ditumpuk seperti kau menumpuk panekuk.
Sasuke melirik tajam kepada tubuh-tubuh tanpa kepala itu.
Ia mengambil kapak besar kepunyaan algojo yang wajahnya ia hancurkan memakai palu itu.
"HEYAAAAAAAAAHH...!"
CRAAAASH!
CRAAASH! CRAAASH! CRAAASH!
Sasuke mencincang tubuh-tubuh itu selumat mungkin hingga tak berbentuk lagi.
Setelah selesai, ia mengganti alatnya dengan palu besar.
"HEYAAAAAAAAHH...!"
CRAAAK!
CRAAAASH! CRAAASH! CRAAAASH! KRAAAK!
Dengan mudahnya Sasuke menghancurkan kepala-kepala itu dengan palu besarnya sampai lumat.
Sasuke membuang palunya ke sembarang arah. Tugas pembalasan dendamnya telah selesai. Nafasnya tersengal-sengal.
Ia terkekeh pelan, "Penebusan... penebusan atas kematian Tentenku..."
Sasuke menoleh kepada sebuah kepala dan sebuah tubuh yang ia jauhkan dari area berdarah itu. Ia berjalan mendekati kepala dan tubuh itu. Kakinya menginjak segumpalan besar darah yang tak berarti baginya. Air mata menetes dari pelupuk matanya. Matanya kembali onyx, tidak bintang hitam-merah seperti tadi.
Sasuke menutup matanya rapat-rapat sambil menangis tertahan. Ia menjatuhkan kedua lututnya di dekat kepala Tenten. Ya... itu adalah kepala Tenten, kekasihnya, belahan jiwanya.
Poni ravennya menutupi kedua matanya, namun air matanya terus mengalir dengan deras. Sasuke menunduk sambil meraih kepala Tenten, ia memeluk kepala Tenten. Persetan dengan darah di tangannya mengotori wajah Tenten.
Seakan dunia ini adalah dunia mimpi nyata yang dapat ia kendalikan sesuka hatinya, maka keinginannya hanya satu, menghidupkan kembali Tenten.
"AAAAAAAAAAARGGHHH!" Sasuke menjerit pilu. Mengumbar seluruh rasa yang campur aduk dalam hatinya.
Ia benar-benar merasa hancur. Tentennya...
"Tenten... hiduplah kembali... hiduplah kembali!"
Kematian Tenten berasal dari tipu busuk dari masyarakat perancis. Hanya berasal dari nafsu bangsat mereka...
Ia sangat tahu bahwa yang mereka inginkan adalah kematian Tenten, agar ia merasa tersiksa. Namun nafsu memainkan hati mereka, sehingga mereka pun ingin membunuh dirinya.
Kenapa harus Tenten?
Kenapa tidak dirinya saja yang menggantikan Tenten?
Dosa dirinya merupakan tanggung jawab yang harus ia tanggung sendiri, bukan tanggung jawab Tenten.
Mereka memanfaatkan kebaikan hati Tenten, mengorbankan kepalanya.
Tenten mati hanya untuk memenuhi nafsu mereka saja...
Kenapa harus Tenten?
Sasuke menangis keras sampai matanya tertutup rapat-rapat dengan dahi berkerut tajam. Ia menggertakkan giginya. Ia memeluk erat kepala Tenten. Untuk pertama kalinya seorang Uchiha Sasuke, menangis keras penuh pilu itu.
"Tenten..." lirihnya, serak. Tenggorokannya terasa sakit. Kepalanya berdenyut keras sekali. Jantungnya terasa seperti dihujam-hujamkan jarum. Matanya panas. Darahnya bergejolak dalam dirinya.
"Kembalilah... Tenten..."
"Kenapa... harus kamu?"
"Kenapa...?"
Pohon, jalan bata merah, bangunan-bangunan di sekitar, langit malam beserta bulan dan bintang, angin yang berhembus sedih... mereka merupakan saksi bisu seorang lelaki yang menangisi kematian sang kekasih tercinta di bawah naungan bulan. Dimana sang lelaki menangis di atas dataran penuh darah, daging dan tulang tak berbentuk, juga cincangan tubuh manusia.
"Kalau misalkan aku mendapatkan suatu hal yang berat, kamu harus tetap dengan janjimu untuk tidak membunuh orang kembali, ya?"
"Aku melanggarnya!"
"Mereka berjanji... akan melepasmu bila aku mati di depan mata mereka sendiri."
"Mereka pembohong yang lebih rendah dari darah anjing!"
"Jangan geram seperti itu, Sasuke."
"Karena nantinya kamu akan bahagia tanpaku."
"Aku takkan pernah bahagia bila tak ada kamu!"
"Semua orang punya hak untuk mati atas keputusannya sendiri."
"Tapi tidak dengan keputusanku!"
"Kamu tidak boleh egois, Sasuke."
"Ini untuk membayar semua dosamu."
"Dosaku bukanlah dosamu!"
"Agar kamu bisa merasakan, bagaimana rasanya kehilangan orang tercinta."
"Mereka hanya ingin memenuhi nafsu belaka!"
"Aku punya hak untuk mati atas keputusanku sendiri. Aku akan menggantikanmu, demikebahagiaanmu. Aku hanya menginginkan kebahagiaanmu."
"Aku tidak akan bahagia bila kamu mati!"
"Kalau kamu bahagia, aku pun bahagia. Masa depanku berada di dunia abadi sana. Aku akan terus melihatmu dari alam sana. Kamu akan bahagia di sisi wanita yang kamu cintai."
"Kebahagiaanku adalah dimana aku bisa bersama dengan orang yang kucintai, yaitu kamu! Hanya kamu! Sampai aku mati!"
"Kamu akan mendapatkan yang lebih baik dariku. Pasti. Aku jamin itu."
"Lalu ini yang kamu jaminkan itu!? Ini?!"
"Akhir yang seperti ini tidak begitu jelek. Aku mati demi kebahagiaanmu. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku. Ini takdir, Sasuke. Kulakukan ini karena aku mencintaimu."
"AKU – TIDAK – BAHAGIA – TANPAMU!"
"Aku hanya berharap, setelah kematianku, kamu akan lebih bahagia dari yang sudah-sudah."
"AKU – TIDAK – BAHAGIA!" raungnya.
"Aku hanya mencintaimu. Demi dirimu, aku bisa melakukan apa saja! Bukankah sebelumnya aku pernah berkata begitu?"
"Kamu benar-benar bodoh!"
"Itu sumpahku kepada diriku sendiri. Aku senang kok melakukannya."
"Sumpah yang membinasakanmu!?"
"Aku selalu siap untuk mati, karena aku berada di jalan yang benar."
"Tenten..." lirihnya dengan suara serak yang bergetar. Tangisannya begitu deras sampai membuat pipi, dahi, dan tenggorakannya sakit dan pegal.
Perlahan, Sasuke membuka kedua kelopak matanya, menampakkan mata onyx yang dalam dan tajam. Namun penuh akan air mata.
Air mata itu semakin lama semakin surut dari pelupuk matanya. Matanya sembab. Ia pandangi kepala dan tubuh tanpa kepala Tenten.
Bukankah kau adalah seorang Uchiha yang tak pernah kehilangan akal?
Sasuke, perlahan, tersenyum miring.
"Ya... aku adalah Uchiha Sasuke, anggota klan Uchiha yang terakhir, takkan pernah kehilangan akal." Bisiknya, bergetar.
Engkau adalah Sir Uchiha Sasuke, tuan...
"Ya..." Sasuke memandang penuh sayang kepada wajah Tenten. "Aku akan melakukan sesuatu padamu, sayang."
Sasuke berdiri sambil membawa kepala sang kekasih juga tubuh tanpa kepala sang kekasih. Ia berlari menuju mansionnya, meninggalkan area berdarah dengan banyak onggokan daging bertulang yang remuk dan lumat.
.
.
.
= Redemption: Flashback =
.
.
.
Uchiha Sasuke memasuki laboratorium pribadinya yang biasa ia pakai untuk meneliti jenazah-jenazah para Uchiha, meneliti apa penyebab kematian para Uchiha yang meninggal. Ya, di keluarganya, Uchiha Sasuke dan Uchiha Shisui, merupakan orang yang menguasai ilmu kedokteran dan sering bereksperimen juga mengotopsi mayat-mayat para Uchiha. Uchiha Shisui merupakan sepupu jauh Sasuke.
Uchiha Shisui telah meninggal setelah menusuk lehernya sendiri setelah cintanya kepada seorang gadis bernama Uzumaki Sara, ditolak.
Uchiha Sasuke menidurkan tubuh Tenten di atas meja panjang. Pupil matanya mengecil disertai seringaian lemah.
Sasuke mengambil sebuah jarum besar dan benang yang agak tebal.
Ia akan menyambung kembali kepala Tenten ke tubuhnya kembali. Namun sebelumnya ia akan meracik ramuan spesial agar sel-sel dan jaringan yang putus dapat tersambung kembali. Ia pun akan membuat cairan tetes perangsang jantung.
Sasuke mulai meraciknya.
Semua ia lakukan demi membangkitkan Tenten Jean Marionetta Allastore.
.
.
.
"Kenapa...?"
Sasuke terbelalak mengerikan.
"Kenapa kamu tidak hidup kembali...?"
Sasuke telah memberikannya cairan penyambung sel dan jaringan, cairan tetes perangsang jantung, kemudian menjahit kembali agar kepala Tenten tersambung ke tubuhnya. Ia telah berhari-hari, berminggu-minggu... tanpa letih ia terus mencoba dan menunggu agar sel jaringan dan jantung Tenten hidup kembali. Ia sudah memberi kejutan listrik ke dada kiri Tenten agar jantung dapat bereaksi dan berdetak kembali.
Namun, semua sudah terlambat, Sir...
Yang mati takkan hidup kembali...
"Ha..." Sasuke tertawa hambar. "Hahaha..."
Ia dapat mencium bau busuk dari tubuh Tenten.
Segera Sasuke memasukkan Tenten kedalam tabung yang berukuran dua kali besar dan tinggi dari manusia. Tabung itu penuh akan cairan formalin. Ia tak peduli tangannya melepuh akibat tercelup cairan formalin saat memasukkan Tenten ke dalam tabung itu.
"Ten... ten..." lirihnya, serak sekali akibat terus-menerus menangis sepanjang ia mengerjakan niatnya. Apakah perutnya lapar? Persetan dengan daging panggang berlumurkan saus kaya akan bumbu. Selama Sasuke melaksanakan niatnya, ia memakan daging yang ia dapat dari ruang penyimpanan mayat-mayat yang ia bunuh di bawah tanah.
Ya, ia memakan daging mayat.
Hanya untuk mempersingkat waktu...
"Apakah semua sudah terlambat...?" tanyanya, lirih. Air matanya perlahan kembali mengalir, sekalipun matanya telah membengkak akibat terlalu banyak menangis.
Matanya memandangi wajah pucat Tenten dalam tabung formalin. Tabung itu adalah tabung kaca yang tebal.
"Semua telah terlambat, benar, bukan...?" Sasuke tertawa hambar. Pupil matanya masih mengecil.
Ia melirik kepada suntikan di meja yang ada di dekatnya.
Sasuke dengan perlahan menarik kedua ujung bibirnya, membentuk senyuman.
"Kalau kamu bisa pergi begitu saja dariku, aku pun bisa pergi untuk menyusulmu, bukan?"
Sasuke mengambil suntikan berisi morfin berdosis tinggi.
Perlahan, ia menaiki tangga menuju atas tepi tabung sebelah tabung Tenten. Tabung itu belum berisikan mayat.
Dan kali ini, akan ada mayat di dalamnya.
"Kita akan bereinkarnasi kembali... benar, bukan, Tenten? Kita akan bertemu kembali. Saat itulah, aku akan menikahimu. Kita selama-lamanya akan bersama, bukan? Ya, kita akan bereinkarnasi kembali... kita akan bertemu kembali, di beratus-ratus tahun ke depannya..."
Sasuke menyuntikan morfin berdosis tinggi itu ke pembuluh darahnya.
Morfin itu mulai menyebar dengan cepat ke seluruh tubuhnya, bereaksi... ia bisa merasakan detak jantungnya melemah.
Kakinya melemah... ia menceburkan diri ke dalam tabung berisikan cairan formalin.
Matanya mulai redup... tanda sebentar lagi ia tidak bisa bertahan lagi.
Perlahan, ia menutup matanya disertai senyum samar.
"Kita akan bereinkarnasi... kita akan bertemu kembali... dan pada saat itulah, kita akan terus bersatu untuk selama-lamanya..."
.
.
.
Mayat mereka ditemukan oleh para prajurit negara tetangga. Kota itu sudah menjadi kota mati dan penuh akan kisah kelam.
Kota itu ditutup dan terus dijaga oleh pemerintah perancis pusat sebagai tanda bahwa ada kota dengan tragedi silam yang begitu menyedihkan.
Kasus itu ditutup oleh pemerintah... mereka tak ingin lagi mengingatnya. Mereka tak ingin negara-negara lain mengetahuinya, selain negara tetangganya, Belanda, yang waktu itu bermaksud mengadakan latihan keprajuritan bersama.
Mereka telah mengetahui semuanya... termasuk kisah dua orang yang mati dengan gelora cinta abadi. Abadi dan terus abadi...
Kota itu dibiarkan begitu saja, namun dipagari dan dijaga ketat oleh badan pertahanan perancis. Tak boleh ada orang yang sembarangan masuk ke dalam sana.
.
.
.
= Redemption: End of Flashback =
.
.
.
"Kau sudah mendengarkan ceritaku..." Sasuke menatapnya dalam-dalam. Tenten hanya bisa memasang wajah terkejut. Itukah... sejarah Sir Uchiha Sasuke dan Tenten Jean Marionetta Allastore? Bukan... itu adalah sejarah mereka berdua.
Tenten tidak dapat memungkirinya... bahwa mendadak ada memori-memori yang masuk ke dalam otaknya. Memori yang serupa dengan cerita kisah masa lalu dari Sasuke.
"Ini adalah kenyataan, Tenten. Kau tak dapat menyangkalnya lagi."
Tenten gemetar, "K-Kau... aku...?"
Sasuke mengangguk, ia tersenyum kecil. "Kurasa beberapa memori kisah masa lalu kita teringat kembali olehmu, berkat aku menceritakan kembali, ya."
Tenten gemetar, ia berkeringat dingin. Bibirnya sedikit terbuka. Air mukanya pucat. "S-Sasuke...?"
Sasuke tersenyum lembut.
"Aku lebih beruntung darimu. Setelah aku bereinkarnasi, aku masih dengan ingatan masa lalu yang segar. Aku sedikit terkejut karena aku bereinkarnasi menjadi seorang lelaki berumur 24 tahun dari keluarga Uchida. Namun keluarga Uchida adalah keluarga yang kacau akibat mereka hidup dengan gaya pergaulan bebas. Aku muak di rumah keluarga Uchida, sehingga aku keluar dari rumah itu. Tetapi saat aku sedang mencari rumah, tak sengaja aku melihatmu di pusat kota. Kau sedang bersama saudaramu. Nohara Rin, kan?"
Tenten tidak menjawab. Ia masih sibuk dengan pikirannya sambil mendengarkan Sasuke.
"Aku benar-benar bahagia karena ternyata aku bisa bertemu kembali denganmu. Kita berdua bereinkarnasi. Aku membuntutimu sampai aku tahu dimana rumahmu. Kebetulan rumah di depan rumahmu, yaitu rumah ini, tak ada penghuninya dan rumah itu dijual. Sehingga aku membeli rumah ini dan aku lebih leluasa mengawasimu tiap hari. Beruntung karena aku masih jenius seperti dulu. Di zaman sekarang, aku mudah sekali mendapat pekerjaan dengan penghasilan besar berkat kejeniusanku ini. Aku bekerja di perusahaan besar."
"..."
"Aku sering bertemu orang dari pemerintahan. Namun sepertinya karena mereka tak mau membahas dan mengingat sejarah kita dulu, mereka tidak dapat mengenali wajahku. Aku sudah pergi ke kota tempat tinggal kita dulu, terletak di pinggiran perancis. Masih sama seperti dulu. Namun tak ada lagi onggokan daging, kepala, dan mayat-mayat. Aku tahu itu semua sudah dikubur. Mayat kita berdua dikubur secara khusus dibawah pohon rindang di kota itu. Aku senang karena kita dihargai dan mayat kita bersama mayat para Uchiha dikhususkan dari yang lain, namun aku marah karena mereka menyembunyikan fakta yang sebenarnya dengan cerita palsu tak beralasan."
"..."
"Kasus itu telah terkubur untuk selama-lamanya. Sekalipun mereka menyadari aku dan kau bereinkarnasi dan berkeliaran di kota ini, mereka akan membiarkannya saja. Asal kita tidak membuat ulah yang macam-macam."
"Bagaimana?" Sasuke menyeringai. "Hidup ini semakin terasa menarik, bukan?"
Tenten meneguk ludah.
Sasuke terdiam sejenak, kemudian berkata dengan nada datar. "Kau masih belum sepenuhnya percaya padaku."
"..."
"Aku akan membuatmu percaya padaku, dear."
.
TBC
.
A/N: Haawwh... menguras keringat nih pas nulis ini. –atau karena udara lagi panas, ya?-
Natsu akan terus berusaha supaya banyak yang semakin menyukai SasuTen! XD
Neji udah terlalu mainstream, mendingan sama chara ini aja. :3
Disini ada adegan-adegan yang gak pantas banget. Ada kan bagian kalau si Sasuke makan daging mayat? JANGAN DITIRU! Oleh karena itu, rated ini kujadikan M! Juga ada adegan bunuh-bunuhannya! GAK BOLEH DICONTOH! DILARANG KERAS!
Teman-teman dan keluarga Natsu banyak yang gak percaya kalau Natsu bisa menulis cerita dengan genre seperti ini, perihal karena usia Natsu masih SMP. –sekarang masih SMP-
Kebanyakan cerita Natsu mengandung unsur obsesitas. Apakah FanFic ini termasuk?
Natsu panas karena denger dari kakak Natsu, kalau penulis harus punya IQ 120 lebih. -_- Natsu diledek karena cuma punya IQ 109. Enak aja! Pas tes IQ, Natsu lagi gak fokus, tauk! *tak terima dipanggil 'tak pantas jadi penulis'*
Kirimlah kesan-pesan kalian dalam kotak review Natsu yang masih luaaaaas banget itu. :3 Natsu lagi butuh untuk perkembangan FanFic kacang panggang ini.
Mind To Review?