WAY BACK INTO LOVE

Main Cast: Lee Donghae, Lee Hyukjae

Genre: Romance, Drama

WARNING!

BOYS LOVE

MAINSTREAM STORY

DON'T LIKE? DON'T READ PLEASE!

THE STORY IS MINE

Typo may applied, don't be silent reader please, NOT ALLOWED TO COPY PASTE WITHOUT MY PERMISSION ^^

TIDAK MENERIMA BASH DAN KAWAN-KAWANNYA. KRITIK DAN SARAN SANGAT DIBUTUHKAN.

THANKYOU ^^


.

.

All I wanna do is find a way back into love.

.

.


Lee Donghae hanya laki-laki berumur duapuluh tahun yang biasa-biasa saja, menjalani kehidupan sehari-harinya sebagai mahasiswa kedokteran dan pekerja paruh waktu di restoran cepat saji. Tidak ada yang menarik dari dirinya, Donghae hanya memiliki wajah tampan dengan kehidupannya yang membosankan. Kesehariannya hanya belajar dan bekerja, tidak ada hari libur dalam kamus kehidupannya. Bahkan Donghae tidak punya banyak waktu untuk berteman, ia hanya memiliki seorang teman di kampus dan seorang lagi yang tinggal bersama di apartemen kecilnya.

Sepanjang duapuluh tahun perjalanan hidup Lee Donghae, tidak pernah sekalipun ia melanggar norma kehidupan. Donghae memegang teguh prinsip hidupnya agar tidak melanggar aturan apapun dan berusaha agar tidak pernah membahayakan dirinya sendiri bahkan orang lain. Setidaknya, dengan kehidupannya normal dan membosankannya itu Donghae bisa menjalani hari-harinya dengan tenang tanpa masalah berarti. Sayangnya, kehidupan tenang Donghae hanya berlangsung hingga kemarin. Hari ini, entah dosa apa yang Donghae lakukan di masa lalu hingga membuatnya sial berturut-turut. Seumur hidupnya, baru kali ini Donghae mengalami sial yang berturut-turut. Donghae bangun pagi seperti biasanya dan bersiap-siap pergi ke kampus dengan motor matic kesayangannya yang ia beli dengan jerih payahnya sendiri. Tidak ada yang aneh pagi itu, semua berjalan normal hingga saat Donghae sampai di kampus, ia melihat seorang laki-laki dengan rambut pirang mencolok sedang mengarahkan kamera profesionalnya ke salah satu dosen. Awalnya Donghae mengira laki-laki itu hanya penggemar fanatik yang suka mengikuti si dosen, karena jika di telisik lebih dekat, dosen yang menjadi objek bidikan si laki-laki pirang itu memang lumayan tampan dan terlihat masih muda. Donghae hanya menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahu acuh, apapun yang dilakukan laki-laki pirang itu sama sekali bukan urusannya, jadi Donghae hanya meliriknya sebentar lalu melangkahkan kakinya menuju gedung utama kampus.

"Kau sudah dengar tentang rumor profesor Jang?"

Donghae baru saja meletakan tasnya di atas meja dan tiba-tiba saja salah satu teman kampusnya menanyakan soal rumor yang tidak menarik minatnya.

"Aku rasa kau tahu jawaban apa yang akan aku berikan."

"Baiklah akan aku beritahu, profesor Jang di tuduh menghamili salah satu mahasiswinya."

Mata bening Donghae membulat sempurna. "Hei, Shim Changmin! Jaga mulutmu! Bagaimana bisa ada dosen melakukan hal menjijikan seperti itu! Kalau ada yang tahu kau menyebarkan rumor ini, bisa di pastikan mulutmu itu tidak akan bisa mengunyah makanan enak lagi!"

"Aku tidak menyebarkan rumor! Semua orang sudah tahu, bahkan aku dengar ada seorang wartawan yang sedang mengawasinya sekarang."

Wartawan?

Tiba-tiba saja Donghae teringat pada laki-laki pirang yang membawa kamera profesional tadi. Sepertinya, laki-laki itu adalah wartawan yang sedang di bicarakan Changmin.

"Jika wartawan itu sampai ketahuan, aku rasa nasibnya akan sama dengan gadis yang di hamili profesor Jang."

"Maksudnya?"

Changmin berdecak, bicara panjang lebar pada Donghae hanya membuatnya lapar saja.

"Dia akan di bunuh atau minimalnya teror sampai menyerah."

Lagi-lagi Donghae hanya mengangkat bahunya acuh, apapun yang terjadi pada laki-laki pirang itu sama sekali bukan urusannya.

.

.


Langit yang tadi berwarna biru cerah kini mulai tampak redup dan perlahan mulai gelap. Donghae baru saja menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya dan bersiap-siap pulang ke apartemennya, seluruh tubuhnya pegal dan ia masih perlu belajar untuk mata kuliah esok hari. Namun saat Donghae hampir saja tiba di apartemennya, Jung Yunho—teman satu apartemennya—meneleponnya dan menyuruh Donghae untuk menjemputnya di bar tempatnya bersenang-senang. Donghae hanya bisa menghela napas dan kembali memutar, membawa sepeda motornya menuju bar yang di sebutkan Yunho barusan. Bagaimanapun Yunho adalah teman baiknya, seburuk apapun kelakuannya Donghae harus tetap membantunya karena Yunho juga telah banyak membantu Donghae.

"Kau mabuk lagi? Jika ayahmu tahu kelakuanmu seperti ini, kau akan benar-benar di tendang olehnya dan tidak mendapatkan warisan apapun!"

Donghae langsung memapah Yunho dari keramaian, niatnya langsung membawanya pulang tapi tiba-tiba ada seorang laki-laki berambut pirang menghampiri mereka dan memaki Yunho dengan kata-kata yang luar biasa kasar.

"Singkirkan teman brengsekmu itu dan pastikan agar dia tidak kemari lagi!"

Setelah menjalani hidup normal dan tenang selama duapuluh tahun, baru kali ini Donghae mendengar seorang memaki dengan lantang dan menunjuk-nunjuk wajahnya.

"Aku tidak tahu apa yang sudah temanku lakukan padamu, tapi mungkin karena dia sedang mabuk, dia tidak sadar apa yang telah dia lakukan. Atas nama temanku, aku minta maaf."

"Minta maaf? Temanmu yang brengsek itu menyentuh bokongku dan membisikan kata-kata tidak senonoh padaku! Dia seharusnya mati! Pergi mati sana!"

Donghae mendesah pelan, laki-laki pirang di hadapannya ini terus berusaha menggapai rambut Yunho dan kakinya menendang-nendang tidak karuan. Donghae sangat kerepotan karena tangan kirinya sedang merangkul Yunho agar tidak ambruk dan tangan kanannya berusaha menghalau serangan laki-laki pirang yang sangat brutal ini.

Tunggu, pirang? Sepertinya Donghae pernah melihat laki-laki pirang ini sebelumnya.

"Kau yang tadi pagi ada di kampusku, bukan? Kau wartawan yang tadi pagi bukan?"

"Wartawan? Dasar brengsek jangan mengalihkan pembicaraan! Aku bukan wartawan! Jangan halangi aku! Aku akan membunuh temanmu itu! Minggir!"

Karena gerakan laki-laki pirang itu semakin brutal, Donghae terpaksa meraih kedua tangan si laki-laki pirang dan melepaskan rangkulannya pada Yunho membuat tubuh tinggi Yunho terhuyung jatuh ke lantai.

"Sudah aku bilang, kita bicarakan ini baik-baik!"

Akhirnya setelah pertengkaran yang hebat dan adu mulut yang tidak berujung, Donghae bisa membuat laki-laki pirang itu tenang dan duduk diam bersamanya. Seluruh tubuh Donghae seperti baru mengangkat berton-ton karung beras karena berusaha menghentikan gerakan laki-laki pirang yang begitu bernafsu untuk menghajar sahabatnya.

"Jadi benarkan kau wartawan yang tadi pagi ada di kampusku?"

"Aku bukan wartawan!"

"Lalu kenapa kau ada di kampusku tadi pagi dengan membawa kamera profesional dan memotret salah seorang dosen yang sedang terkena rumor."

Laki-laki pirang itu menunduk dan menghela napas berat.

"Bajingan itu menghamili temanku dan dia tidak mau bertanggung jawab. Aku datang kesana untuk mengikuti kegiatannya dan ingin membuktikan bahwa dia bukan dosen yang baik! Dia melakukan pelecehan seksual pada semua mahasiswinya!"

"Dengan berpura-pura menjadi wartawan?"

"Aku bilang aku bukan wartawan! Aku hanya ingin mendapatkan fotonya sedang melecehkan mahasiswinya dan menyebarkannya sebagai bukti bahwa dia bajingan!"

Donghae menganggukan kepalanya berusaha mengerti apa yang sedang di bicarakan laki-laki di hadapannya ini.

"Kenapa tidak lapor polisi saja?"

"Tidak ada bukti, karena reputasinya yang begitu baik mungkin tidak akan ada yang percaya dengan laporan temanku. Maka dari itu aku harus mendapatkan bukti yang konkrit untuk menjebloskannya ke penjara."

"Tapi tindakanmu itu illegal, kalau kau ketahuan dia bisa saja menuntutmu atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan."

"Aku tahu betul apa yang sedang aku lakukan sekarang salah, tapi kehormatan temanku jauh lebih penting sekarang."

Donghae sangat memahami perasaan laki-laki pirang yang sedang menundukan kepalanya itu. Jika Yunho sedang tersangkut masalah, Donghae juga tidak segan-segan membantunya. Karena Donghae merasa, sahabat adalah segalanya jadi ia harus melindungi sahabatnya. Mengobrol panjang lebar dengan laki-laki pirang yang bahkan belum Donghae ketahui namanya itu, ternyata membuatnya lupa waktu. Jam sudah menunjukan pukul sebelas lewat, bahkan Yunho sudah jatuh tertidur dan mendengkur di sofa.

"Sudah malam, aku akan membawa temanku pulang. Maaf karena perbuatannya menyinggungmu, sebenarnya dia laki-laki yang baik hanya saja ketika dia mabuk, dia suka sembarangan. Maafkan dia."

Donghae tidak mendengar jawaban dari laki-laki pirang itu, tapi Donghae bisa melihat anggukan kecil dari laki-laki pirang itu.

.

.


"Nappeun ssaeki! Sebenarnya apa yang telah kau lakukan? Membuat repot saja!"

Donghae mendorong kasar tubuh tinggi Yunho ke ranjang. Sepertinya, tubuhnya benar-benar remuk karena membawa Yunho pulang dengan cara meggendongnya di punggung. Setelah membaringkan Yunho di ranjangnya dan melepaskan sepatu dan jas mahalnya, Donghae langsung membereskan buku-bukunya. Besok pagi, Donghae harus ke kampus lebih awal karena ada kuis yang harus ia ikuti.

"Air...air!"

Melihat Yunho bergulingan di kasur sambil menggumamkan sesuatu, Donghae bergegas membawakannya segelas air.

"Oh, aku sudah di rumah."

"Benar kau ada di rumah setelah membuat keributan di bar!"

"Aku?"

Yunho tampak mengingat-ingat kejadian di bar tadi sambil memijat pelan pelipisnya. Sepertinya yang di katakan Donghae benar, ia membuat ulah lagi ketika mabuk.

"Apa yang terjadi?"

"Oh, aku hanya minum dan aku melihat Eunhyuk Hyung di sana. Dia pengunjung tetap di bar yang super sexy dan entahlah, mungkin karena aku sedang mabuk aku tanpa sadar menyentuh bokongnya."

"Dan membisikan kata-kata kotor?"

Yunho memajukan bibirnya dan mengangguk lemah. Ia malu sekali.

"Jadi namanya Eunhyuk? Tapi kenapa kau memanggilnya Hyung?"

"Namanya Lee Eunhyuk, usianya sudah tigapuluh tiga tahun tentu saja aku memanggilnya Hyung."

"Hei, aku pikir dia lebih muda darimu. Ah, wajahmu itu boros sekali!"

Donghae diam sejenak dan membiarkan Yunho kembali berbaring di tempat tidurnya. Donghae berpikir, tadi saat di bar ia sempat membentak Eunhyuk dengan kata-kata tidak sopan. Jika bertemu lagi, Donghae akan meminta maaf karena Donghae benar-benar tidak tahu ternyata Eunhyuk tigabelas tahun lebih tua darinya.

.

.


ooODEOoo


Pagi ini, aktifitas Donghae kembali seperti semula. Setelah kemarin terjadi kehebohan karena ulah kurang ajar Yunho, akhirnya Donghae bisa menghirup udara pagi yang segar dan memulai harinya seperti biasanya. Donghae hanya berharap hari ini tidak ada lagi kejadian heboh, ia hanya ingin melewati jam kuliahnya dengan tenang lalu pergi bekerja dan tidur lebih awal karena mulai besok Donghae akan mengambil cuti kuliah dan fokus mencari pekerjaan paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebenarnya, Donghae bisa saja minta dari kakak semata wayangnya untuk kebutuhan hidup dan biaya kuliah. Tapi karena usianya sudah duapuluh tahun, Donghae merasa sudah cukup dewasa dan tidak mau terus bergantung pada kakaknya. Orang tua? Ayahnya sudah meninggal tiga tahun yang lalu dan sekarang ibunya tinggal bersama kakaknya di Jeollanam. Donghae hidup sendiri di Seoul, jadi ia harus benar-benar mandiri dan tidak bergantung pada siapapun.

Donghae mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kampus, Nampak sangat sepi dan sunyi. Belum ada siapapun di kampus, hanya ada beberapa orang berlalu-lalang di perpustakaan. Karena masih terlalu pagi, Donghae memilih mampir ke perpustakaan untuk membaca kembali beberapa materi yang mungkin akan muncul dalam kuis hari ini. Namun sesaat sebelum Donghae masuk ke perpustakaan ia melihat Eunhyuk—laki-laki pirang yang kemarin adu mulut dengannya—sedang bicara dengan profesor Jang di toilet, entah apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya profesor Jang sedang mengancam Eunhyuk. Donghae mengurungkan niatnya ke perpustakaan dan menghampiri Eunhyuk ke toilet, ia takut kalau-kalau profesor Jang tiba-tiba menggunakan kekerasan pada Eunhyuk.

"Lee Eunhyuk -ssi?"

Donghae diam memandangi Eunhyuk yang sedang mengatur napasnya, namun sedetik kemudian Eunhyuk menghampirinya dan menarik lengan Donghae, mengajaknya lari dari tempat itu. Donghae masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, tapi langkahnya terus mengikuti langkah Eunhyuk.

"Kita mau kemana? Aku ada kuis hari ini!"

"Kita pergi dari sini, akan gawat jadinya jika kita tertangkap!"

"Kita?"

Masih dalam suasana hati yang bingung, Donghae terus mengikuti langkah kaki Eunhyuk. Seharusnya Donghae melepaskan genggaman tangan Eunhyuk dan pergi ke kelasnya untuk mengikuti kuis, namun entah apa yang terjadi pada kakinya, ia malah pasrah dan membiarkan Eunhyuk menarik lengannya.

"Sepertinya kita sudah jauh. Tapi, kenapa kau mengikutiku ke sini?"

Donghae menatap Eunhyuk tak percaya, "Kau adalah orang yang menarikku kemari dan aku tidak bisa mengikuti kuis hari ini karena ulahmu!"

"Tunggu, berapa usiamu? Kenapa berbicara dengan nada tidak sopan seperti itu?"

"Sudahlah, aku mau kembali ke kampus. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi, permisi."

"Tak bisakah kau menemaniku minum sebentar?"

Eunhyuk menunjuk kedai kecil di sebrang jalan dengan mata memelas, berharap laki-laki dengan mata sendu itu memenuhi keinginannya.

"Kumohon."

Donghae tampak berpikir sebentar, ia melirik jam tangannya sekilas. Jika di pikir-pikir, kembali ke kampus pun tidak akan ada gunanya, toh ini sudah jam sembilan lewat dan kuis pasti sudah berakhir sejak tadi. Karena sudah terlanjur terlambat apa salahnya menemani Eunhyuk minum sebentar dan setelah itu langsung bekerja. Anggaplah ini hari libur yang tidak pernah Donghae dapatkan.

"Baiklah, tapi tidak lama karena aku harus bekerja."

.

.


Kalau di pikir-pikir lagi, Donghae pasti sudah gila dan kehilangan akalnya. Kenapa ia mau saja di ajak minum oleh laki-laki yang bahkan tidak ia kenal. Sejak awal seharusnya Donghae tidak pernah terlibat dengan masalah laki-laki pirang yang sekarang sedang meracau karena mabuk itu. Kenapa? Karena lihatlah sekarang, Donghae tidak mengikuti kuis hari ini dan parahnya lagi Donghae tidak bisa bekerja karena Eunhyuk sekarang mabuk berat dan tidak bisa berjalan dengan benar. Mau tidak mau Donghae harus mengantarkannya pulang. Semua hal buruk terjadi karena Donghae terlibat dengan masalah Eunhyuk.

"Eunhyuk-ssi, berjalanlah dengan benar. Apa rumahmu sudah dekat?"

"Kenapa kau mengikutiku? Kau menyukaiku? Dasar brengsek! Kau bahkan masih duapuluh tahun! Kau harus sekolah dan bekerja, meskipun wajahku ini awet muda dan terlihat sangat manis aku ini sudah tigapuluh tiga tahun!"

Donghae mengusap wajahnya kasar sambil terus mengikuti Hyukjae dari belakang.

Mengikuti katanya, dasar ahjussi sialan! Jelas-jelas dia yang menyeretku kemari dan membuatku bolos kuliah dan kerja!

"Oh, apartemenku! Ah, sampai juga."

Eunhyuk terkikik dan menari tidak jelas di depan sebuah gedung yang lumayan mewah itu. Donghae memperhatikan sekelilingnya, sepertinya ini kawasan elit.

"Eunhyuk-ssi, benar ini rumahmu?"

"Kenapa? Kau pikir aku mengarang? Biar begini aku ini kepala pemasaran di perusahaan besar. Aku bisa membeli apapun yang aku mau!"

Wow.

Melihat Eunhyuk yang semakin sempoyongan, Donghae dengan sigap menarik lengan Eunhyuk dan memegangnya dengan erat lalu membawanya masuk ke dalam lift dengan hati-hati.

"Lantai berapa?"

"18, lantai 18, lantai atas 18!"

"Iya aku tahu! Tidak perlu kau ulang-ulang."

Donghae tampak kerepotan menarik tubuh Eunhyuk yang tidak mau keluar dari lift, Eunhyuk malah meracau dan berguling-guling di lantai. Kesabaran Donghae sudah sampai pada batasnya, ia dengan kasar menarik lengan Eunhyuk dan memangkunya seperti mengangkut karung beras.

"Passwordnya?"

"0404"

Setelah menekan passwordnya Donghae langsung masuk dan merebahkan Eunhyuk di sofa terdekat. Donghae menggeliatkan tubuhnya yang pegal, ternyata Eunhyuk lumayan berat juga.

"Karena sekarang kau sudah ada di rumah, aku pamit pulang. Ah, segera ganti passwordmu, itu terlalu pendek dan mudah!"

Donghae baru saja melangkahkan kakinya dan tiba-tiba saja ia merasakan kedua lengan Eunhyuk melingkar di pinggangnya.

"Jangan pergi! Kita minum-minum dulu."

"Ya Tuhan! Sudah mabuk begitu masih ingin minum? Kau tidur saja, dimana kamarmu?"

"Kau ingin tidur denganku?"

Donghae menghela napas panjang sambil mengusap wajahnya kasar.

"Tidak! Aku akan mengantarmu ke kamar!"

Donghae melepaskan kedua lengan Eunhyuk yang melingkar di pinggangnya, lalu berbalik untuk menatap laki-laki pirang yang beberapa sentimeter lebih pendek darinya itu. Namun, belum sempat Donghae mengucapkan sepatah kata pun, bibirnya sudah di bungkam oleh bibir tipis Eunhyuk. Eunhyuk tiba-tiba melumat bibirnya dan tidak memberikan kesempatan bicara pada Donghae. Donghae terkejut tentu saja, ini pertama kalinya Donghae di cium oleh orang asing dan lebih-lebih dia laki-laki! Donghae tidak membalas lumatan Eunhyuk, ia justru berusaha mendorong tubuh mungil Eunhyuk, namun entah setan apa yang merasuki Eunhyuk hingga tenaganya begitu kuat dan semakin mengeratkan cengkraman tangannya di leher kokoh Donghae. Lama kelamaan, Donghae mulai terbawa suasana dan mulai menikmati ciuman mereka, perlahan Donghae juga mulai membalas perlakuan Eunhyuk.

Entah sudah berapa menit mereka berciuman dalam keadaan seperti itu, tanpa sadar Eunhyuk sudah mendorong dan mengarahkan Donghae menuju kamarnya tanpa melepaskan pagutan mereka. Donghae yang sudah terbawa suasana, membiarkan jemarinya mulai agresif dengan mencoba memereteli kancing kemeja Eunhyuk tidak sabaran dan hampir saja merobeknya. Setelah berhasil melepaskan kemeja Eunhyuk, Donghae mulai melepaskan jaket dan kaosnya dengan terburu-buru seperti di kejar sesuatu. Sepertinya Donghae benar-benar lupa daratan, ia membaringkan Eunhyuk di ranjang dan mulai melakukan sesuatu yang lebih agresif. Membuat keduanya melayang dan mengerang penuh kenikmatan hingga akhirnya terlelap karena lelah.

.

.


ooODEOoo


Sinar matahari menelusup masuk lewat celah jendela kamar Eunhyuk, mengetuk kelopak mata keduanya agar terbuka. Eunhyuk menggeliatkan tubuhnya dan seluruh tubuhnya terasa sakit saat ia bergerak sedikit saja. Eunhyuk mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya dan pandangannya berheti saat mendapati seorang bocah laki-laki sedang terlelap dengan mulut terbuka dan telanjang. Telanjang? Mata sipit Eunhyuk terbelalak, ia terkejut dan tersedak ludahnya sendiri ketika mendapati dirinya juga sama telanjang dengan laki-laki di sebelahnya namun Eunhyuk tidak bereaksi berlebihan, ia hanya mendesah dan memijit pelipisnya pelan, kebiasaan lamanya terulang lagi. Bagaimana pun, hal seperti ini terjadi pasti karena Eunhyuk duluan yang memulainya, kebiasaannya saat mabuk memang sedikit unik. Dulu saat pertama kali mabuk Hyukjae juga mengalami hal seperti ini, Eunhyuk di tiduri cinta pertamanya saat ia mabuk. Cinta pertamanya yang sekarang entah menghilang kemana, cinta pertamanya yang hilang setelah mengucapkan janji suci.

"Kau—aku—itu—kenapa kau sudah bangun?"

Eunhyuk menunjuk jam dinding dengan dagunya, "Ini sudah jam sepuluh pagi."

Donghae menganga tidak percaya melihat jam yang sudah menunjukan pukul sepuluh. Donghae terburu-buru memakai pakaiannya dan bergegas pergi tanpa menghiraukan ekspresi bingung Eunhyuk. Donghae pergi bahkan tanpa sepatah kata pun yang terucap soal perbuatannya semalam. Eunhyuk menghela napas melihat kelakuan bocah yang sudah menidurinya itu, setelah mendapatkan kenikmatan dia pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun.

"Bajingan."

Melihat keadaan kamarnya yang kacau dan berantakan, Eunhyuk bangkit dari kasur dengan gerakan yang lemah, ia memunguti pakaian kotornya lalu memasukannya ke dalam mesin cuci dengan langkah yang terseok-seok. Hari yang berat untuk Eunhyuk.

"Sialan, dia kelihatan masih bocah tapi bisa membuatku tidak bisa berjalan dengan benar."

Jam sudah menunjukan pukul satu siang, seharusnya Eunhyuk sudah bersiap-siap berangkat kerja sejak tadi pagi. Namun apa daya, seluruh tubuhnya terasa sakit dan ia masih harus membersihkan hasil perbuatannya semalam. Eunhyuk duduk termangu di depan mesin cuci, ia merutuki perbuatannya semalam. Seharunya ia tidak mengajak bocah itu minum dan berakhir di ranjang seperti semalam. Karena kejadian semalam, Eunhyuk seperti terlempar kembali ke masa lalu saat pertama kalinya ia bertemu dengan cinta pertamanya. Kejadian hari ini persis dengan apa yang terjadi di masa lalu, Eunhyuk mabuk dan berakhir di ranjang, tapi kemudian laki-laki itu jadi sering mengunjungi Eunhyuk ke kantor tempatnya bekerja dan lama kelamaan hubungan yang awalnya tidak jelas itu menjadi satu ikatan yang jelas. Laki-laki itu melamar Eunhyuk, dia mengatakan akan selamanya ada di sisi Eunhyuk dan akan selalu menjaganya hingga maut memisahkan mereka. Saat itu Eunhyuk yang baru berusia duapuluh tiga tahun itu merasa jadi satu-satunya orang yang paling berbahagia, kehidupannya terasa sempurna dengan hadirnya Choi Siwon di hidupnya. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, setelah tiga bulan tidak ada kabar dari kekasihnya itu, Eunhyuk mendapat sebuah kiriman yang ternyata cincin milik Siwon. Dalam kiriman itu terlampir sebuah surat yang menyatakan bahwa Siwon tidak bisa lagi bersama Eunhyuk karena dia sudah mendapat kebahagiaan yang lain, dia akan menikahi Kim Kibum kekasihnya. Maka dari itu Siwon mengembalikan cincinnya. Eunhyuk bisa apa? Ia tidak bisa menemui Siwon karena apartemennya sudah kosong tak berpenghuni dan semua teman-teman Siwon tidak tahu dimana keberadaannya. Akhirnya, Eunhyuk hanya bisa menyiksa dirinya sendiri dengan menangis dan mengurung dirinya selama beberapa bulan. Eunhyuk tidak mau jatuh cinta lagi dan tidak akan pernah percaya pada cinta, cinta hanya memberinya rasa sakit dan membuatnya menderita. Sulit bagi Eunhyuk untuk melupakan kejadian sepuluh tahun yang lalu itu, tapi saat ia sudah berhasil melupakan segalanya tentang Siwon, ia justru mengulangi kesalahan yang sama.

Aku harus bagaimana?

.

.


"Jadi kau mengulangi kesalahan yang sama? Kau bodoh? Tidak pernah belajar? Ingin ku hajar sampai mati?"

Eunhyuk baru saja duduk di ruang tamu rumah Lee Sungmin, sahabatnya. Dan tiba-tiba saja Sungmin mengeluarkan seluruh caci makinya setelah Eunhyuk menceritakan kejadian semalam. Eunhyuk sudah tahu, reaksi Sungmin pasti akan seperti ini, jadi ia tidak banyak bicara ketika Sungmin mulai memakinya.

"Aku harap, aku tidak bertemu lagi dengan bocah itu."

Sungmin mengerutkan keningnya, "Bocah?"

"Dia masih kuliah, usianya mungkin sekitar duapuluh tahun."

"Kau—kau dasar brengsek! Beraninya kau meniduri anak kecil! Kau sudah gila? Hilang akal? Ingin ku bunuh?"

Sungmin kembali memaki Eunhyuk, bahkan sekarang dia mulai menjambak rambut pirang Eunhyuk. Apa lagi yang bisa di lakukan Eunhyuk? Dia hanya bisa diam dan pasrah ketika Sungmin memakinya, karena bagaimana pun semua ini terjadi karena kesalahannya yang tidak bisa mengontrol diri saat mabuk. Dulu saat ini pertama kali terjadi pada Siwon, Sungmin tidak semarah sekarang, dia hanya mendesah dan mengomel sepanjang hari. Tapi kali ini situasinya berbeda, Eunhyuk tidur dengan bocah yang lebih muda tiga belas tahun darinya jadi wajar bila Sungmin sehisteris ini.

"Jangan pernah mabuk lagi! Dulu saat kau mabuk ada Siwon yang akan menjagamu dan tidak membiarkanmu mencium sembarang orang, sekarang situasinya berbeda. Jadi, jangan pernah mabuk saat kau sendirian!"

"Maaf."

"Sudah lah, aku harus ke kantor Kyuhyun mengantarkan makan siang. Kalau masih merasa sakit istirahat saja di sini, tidak usah pergi kerja. Ah, dan berhentilah mengikuti profesor Jang, Victoria bilang dia akan membesarkan bayinya sendiri dan tidak perlu si bajingan itu untuk bertanggung jawab."

Setelah Sungmin menutup pintu apartemennya, Eunhyuk langsung membaringkan dirinya di karpet bulu berwarna soft pink milik Sungmin. Matanya menatap langit-langit menerawang ke masa lalu, jika saat ini ia masih bersama Siwon mungkin situasinya tidak akan seperti sekarang. Eunhyuk tidak akan sering datang ke bar dan tidak akan tidur dengan sembarang orang seperti yang terjadi kemarin malam. Hatinya terasa sangat sakit dan ingin menangis saat ingatannya memutar kembali semua kenangan indahnya bersama Siwon dulu, airmatanya kembali turun membasahi kedua pipinya dan tanpa sadar bibirnya menggumamkan nama Siwon dengan lirih.

.

.


ooODEOoo


Donghae melangkahkan kakinya terburu-buru bahkan hampir berlari setelah turun dari bus, ia ingat betul kemarin meninggalkan sepeda motornya di kampus karena Eunhyuk membawanya lari dari kampus secara tiba-tiba. Saat Donghae tiba di kampus, Donghae langsung di sambut tatapan mematikan Changmin yang sekarang sedang duduk di atas motornya. Donghae tau, ia pasti akan mati di hajar Changmin kalau sampai Changmin tahu soal perbuatannya semalam dengan Eunhyuk.

"Kau sudah gila? Kenapa tidak mengikuti kuis dan bolos bekerja?"

"Itu—aku—eum, kau tahu kemarin ada urusan mendadak jadi aku terpaksa meninggalkan kampus terburu-buru."

"Apa ada urusan yang lebih penting dari kuliah? Kau bosan hidup?

"Itu, Yunho sakit! Jadi aku harus merawatnya. Bukankah seorang calon dokter harus peduli pada orang sakit?"

Alasan bodoh, Donghae tahu betul soal itu. Tapi Donghae sudah tidak sempat memikirkan alasan lain dan tidak mungkin juga baginya untuk berkata jujur pada Changmin.

"Karena kau melewatkan kuis kemarin kau tidak bisa cuti, kau tahu sendiri bagaimana profesor Kim."

"Kalau begitu aku tidak akan mengambil cuti dan meneruskan kuliah sambil terus bekerja. Maaf Changmin, tapi aku harus buru-buru pulang."

Berurusan dengan Eunhyuk hanya membuatnya terlibat banyak masalah. Karena serangan mendadak Eunhyuk kemarin, Donghae tidak bisa mengambil cuti kuliah dan harus tetap bekerja di restoran cepat saji sebagai pegawai paruh waktu. Donghae bersumpah, selama sisa hidupnya ia tidak mau lagi bertemu dengan Eunhyuk.

Tapi semalam aku menidurinya...

Donghae yang selama ini tidak pernah melanggar aturan apapun, justru kemarin melanggar aturan yang paling penting dalam pedoman hidupnya. Apa yang di lakukan Donghae kemarin adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Bagaimana bisa Donghae meniduri seseorang yang belum sangat ia kenal? Bahkan Eunhyuk tidak mengetahui namanya tapi Donghae dengan kurang ajarnya sudah menidurinya.

Aku harus minta maaf padanya...

.

.


Donghae menundukan kepalanya dalam-dalam. Saat ini, Yunho sedang menatapnya garang dan bersiap-siap menghajarnya. Begitu Donghae memasuki apartemen, ia langsung di sambut berbagai pertanyan dari Yunho yang mau tidak mau harus di jawab dengan jujur. Yunho berbeda dengan Changmin yang bisa dengan mudahnya ia bohongi, Yunho selalu tahu saat Donghae sedang berbohong.

"Dasar brengsek! Beraninya kau meniduri Eunhyuk Hyung! Kau bosan hidup?"

"Changmin sudah memakiku tadi dan sekarang kau memakiku lebih-lebih. Tidak bisakah aku istirahat sekarang?"

"Dengar, kau tidak pernah melanggar aturan apapun sebelumnya. Tapi kali ini kenapa? Ada apa denganmu?"

Donghae memberanikan menatap Yunho dengan tatapan paling menderitanya.

"Karena Eunhyuk-ssi yang menggodaku duluan, dia bahkan menyerangku duluan. Aku bisa apa?"

Sebenarnya, tanpa Donghae mengatakan alasan pun Yunho sudah tahu soal kebiasaan mabuk Eunhyuk yang sedikit unik itu. Semua pengunjung di bar sudah tahu, hanya saja kali ini Yunho terkejut karena sahabatnya lah yang terkena godaan Eunhyuk.

"Sudahlah, kita bicarakan ini lain kali. Untuk menghindari pertemuan dengan Eunhyuk Hyung, aku akan berhenti ke bar. Sekarang, kita kemasi barang-barang kita."

"Berkemas? Hanya karena masalah seperti ini kita harus pindah?"

"Bukan begitu! Sebenarnya, aku menyewa apartemen yang lebih besar untuk kita berdua. Kau tahu? Ayah mengijinkan aku membuka usahaku sendiri dan aku memulainya dengan membuka Coffe Shop, karena penghasilan di bulan pertama sudah lumayan aku memutuskan untuk menyewa apartemen yang lebih besar dan lebih dekat jaraknya dengan Coffe shop milikku."

Donghae mengangguk paham, dari dulu Donghae sudah tahu Yunho ingin sekali punya usaha sendiri, itu sebabnya dia hanya menyelesaikan kuliahnya lebih cepat. Tanpa di perintah dua kali oleh Yunho, Donghae langsung beranjak dari sofa dan mengemasi barang-barangnya.

"Sudah siap?"

Donghae menatap Yunho bingung, "Siap? Apanya?"

"Truk pengangkut barang sudah ada di bawah, kau yakin sudah mengemas semuanya?"

"Barangku tidak banyak, aku yakin semua sudah terkemas. Tapi, kenapa terburu-buru sekali? Aku pikir kita tidak akan pindah hari ini."

"Lebih cepat pindah lebih baik. Apartemen baru kita jauh lebih bagus dari ini.'

.

.


Donghae percaya bumi ini bulat bentuknya dan sangat luas itu sebabnya orang membutuhkan pesawat terbang untuk berpergian ke luar negeri, bukan? Yang Donghae tidak mengerti sekarang adalah, kenapa Seoul terasa begitu sempit baginya? Donghae pikir kemarin adalah hari terakhir ia bertemu dengan Eunhyuk tapi ternyata, hari ini, di hari hari yang sangat cerah ini, Donghae kembali bertemu dengan laki-laki pirang yang suka menyerang orang itu. Donghae tidak tahu apa yang sedang di lakukan oleh Eunhyuk di apartemen barunya ini, tapi saat Donghae dan Yunho mau masuk ke dalam apartemen baru mereka ia melihat wajah terkejut Eunhyuk.

"Eunhyuk Hyung!"

"Eunhyuk-ssi?"

"Kalian bocah-bocah sialan, sedang apa di sini?"

Yunho berdeham lalu membetulkan posisi rambutnya, "Kami baru pindah ke sini hari ini, jadi kau yang di tinggal di di depan apartemen kami ini? Wah, kita jadi tetangga."

Saat Yunho sedang berbasa-basi dengan Eunhyuk, Donghae tiba-tiba teringat dengan kejadian kemarin. Benar, Donghae mengantar Eunhyuk kemari dan Eunhyuk tinggal di sini tepat di depan apartemen barunya. Donghae menghela napas panjang, niat menghindari Eunhyuk tapi yang terjadi adalah jarak di antara mereka semakin dekat. Bahkan kini mereka adalah tetangga.

"Kau dari mana, Hyung?"

"Rumah teman."

"Oh, senang bertetangga denganmu, Hyung."

"Aku yang tidak senang karena harus berdekatan dengan seseorang yang meniduriku lalu pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun!"

Yunho mengedipkan matanya bingung, kemudian ia menatap Donghae dengan tatapan membunuhnya.

"Lee Donghae-ssi, silahkan selesaikan masalahmu di sini. Aku permisi."

.

.

TBC


Hai, saya kembali dengan fanfict baru. sesuai dengan yang saya janjikan, saya hanya istirahat sebentar untuk membangun kembali feel menulis fanfict SJ ^^ sekarang, saya sudah merasa lebih baik, makasih buat semua dukungan kalian di PM dan review...karena kalian saya mampu kembali kesini ^^ soal sequel Could it Be Love? yang saya janjikan, maaf belum bisa di penuhi karena kalian juga tahu, saat proses saya menulis fanfict itu ada berita heboh yang mana membuat mood saya kacau, saya sedang berusaha melanjutkan dengan mengedit adegan dan karakter yang tidak perlu. mohon pengertiannya. ^^

gimana? ini layak di lanjut? atau membosankan? kl tanggapannya bagus akan saya lanjut cepat seperti biasa, tapi kl memang membosankan dan jelek akan saya hapus dan tidak akan di lanjutkan ^^ untuk itu mohon reviewnya ya?

oh, maaf kl banyak typo...gak sempat saya edit...

sekali lagi, makasih sama semua yang selalu mendukung saya...sayaaaaaaaaannnggg kalian semua !^^

.

.

With Love,

Milkyta Lee