Vanilla Milkshake

Author: luluna99

Pair: KrisHan. past!HunHan

Disclaimer: Author cuma minjem nama, KrisHan dan member exo lainnya milik Tuhan, orang tua, SM dan EXO L. cerita beserta alur milik saya. Cerita ini cuma fiksi belaka cx.

Warning: boyslove, typos, ngebosenin. Don't Like Don't Read please!


Chapter 2


"Aaaaah! Aku ingat! Kau namja br*ngsek yang memanggilku dengan sebutan agassi kemarin lusa kan?" Ucapan Donghae terpotong oleh teriakan histeris Luhan.

"Kau Lamban, agassi"

"Yakk! Aku namja, namja!"

"Jadi kau mengakui kalau kau lamban? Seharusnya namja tidak terlambat sampai 20 menit begini, Luhan-ssi. Apa yang kau lakukan hmm? Memoleskan make-up? Memakai eyeliner? Atau berendam di air susu?"

"Aku hanya terlambat bangun!"

"Tetap saja… Namja mana yang memakai piyama pink bermotif rusa?"

Secara spontan, Luhan langsung merapatkan jaketnya untuk menutupi piyamanya yang terekspose.

"Err- ini piyama favoriteku, apa hubungannya namja dengan warna? Aku namja 100%! Akan kutunjukkan kalau kau tak percaya!"

Yifan memamerkan smirknya.

"Ahem, bisakah kita mulai?" Donghae berdeham memecah keheningan.

"Seperti yang kau ketahui Lu, mulai hari ini editormu adalah Yifan. Yifan, ini partner kerjamu yang baru, Luhan. Disini aku hanya sebagai mediator saja, project selanjutnya langsung kalian urus sendiri. "

Skip Time '-'V

"Kau harus waspada dengan Yifan, Lu" kata Donghae ketika Yifan sedang menerima telpon ke sudut lain café.

"Dia benar-benar membenci keterlambatan, apapun alasannya. Dia tak segan-segan mempermalukan orang yang terlambat pada pertemuan dengannya. Ya, contohnya yang kau alami tadi"

"Hah? Naneun eotthokae hyuuuung~? Berarti aku akan dipermalukan setiap aku bertemu dengannya? Oh noo!"

Donghae terkekeh geli melihat Luhan yang kebingungan, ia mengusak rambut Luhan perlahan. "Kau harus berusaha untuk tidak terlambat Lu. Gampang kan?"

Luhan mengerucutkan bibirnya, orang-orang tidak pernah tahu susahnya ia untuk tidak terlambat. Donghae yang gemas melihat Luhan langsung mencubit hidung Luhan. "Hei, mana ke-manly-an-mu Hmm?" Luhan menggembungkan pipi mendengar ucapan Donghae. Donghae tergelak melihat tingkah Luhan.

Sementara Yifan yang sudah selesai menelpon dari tadi, menatap dari jauh kedua insan tersebut. "Terlalu dekat, Tsk. Pantas Eunhyuk terburu-buru mengajak Donghae menikah"

.

Luluna99 ©

.

"Jadi, untuk project selanjutnya, silahkan tunggu konfirmasi dariku Luhan-ssi" Ujar Yifan setelah Donghae meninggalkan mereka berdua.

"Dan sebelum menutup pertemuan kita hari ini, aku ingin menekankan padamu, Luhan-ssi. Aku-tidak-suka-keterlambatan-Mengerti?"

Glek, Luhan menelan ludahnya. Editornya benar-benar mengerikan "Arasseo Yifan-ssi"

"Baiklah, Sampai jumpa di pertemuan berikutnya Luhan-ssi" Yifan meninggalkan kursinya.

Hhhh~ Luhan menghela napas. Sepertinya setiap pertemuan dengan Yifan akan terasa sangat sangat sangaaaaaaaaaaat panjang. Ia meregangkan otot bahu dan pinggulnya. Membereskan meja, membawa ke bagian belakang café. Sekalian ke toilet. Ia sedang mencuci tangan ketika tiba-tiba ia merasakan deru napas hangat seseorang di lehernya.

"Aromamu benar-benar menggoda untuk seorang yang belum mandi, Luhan-ssi" Yifan menghirup aroma Luhan tepat di perpotongan lehernya. Luhan langsung mematung. Sampai Yifan melangkah keluar toilet, ia masih mematung. 5 detik kemudian, terdengar suara jeritan yang sangat tidak manly dari toilet tersebut.

.

Luluna99 ©

.

1st Meeting, 9. 20 am. Minnie's Café and Resto

Terlambat. 20 menit. Mati Kau Luhan! Luhan kembali mengutuk dirinya di tengah kerumunan pejalan kaki yang sesekali ditabraknya. Memasuki café, Yifan menyambutnya dengan deathglare dan wajah masam. Ia sama sekali tak mau menatap wajah Luhan. Tidak ada diskusi hari itu. Yifan hanya menyampaikan memo dengan tulisan acak-acakan. Dan langsung meninggalkan Luhan.

"Tankoubon. Shounen-ai. Tomorrow. "

Luhan yang menerima memo yang terlipat tersebut langsung memasang wajah cengo. 5 detik kemudian, ia langsung memasang wajah geram dan menelpon Yifan.

"WTF Yifan Wu! Mangaka mana yang bisa mengerjakan manga dalam satu malam?"

"SHUT UP YOUR F*CKING MOUTH, LITTLE SH*T. WHO THE HELL ARE SAYING YOU SHOULD FINISH YOUR MANGA IN ONE NIGHT?! CUCI MUKAMU DAN BACA MEMO ITU BAIK BAIK!"

beep.

Mati. Luhan yang awalnya ingin mengamuk menjadi agak ciut mendengar makian Yifan. Ia membuka lipatan memo tersebut. "Tankoubon. Shounen-ai. Tomorrow. 1pm. Meet for Discussion"

"AAA " Luhan menutup mukanya malu.

2nd Meeting, 1. 23 pm. Minnie's Café and Resto

Kleneng. Luhan memasuki café dengan terengah-engah. Café ramai, ya, ini memang jam makan siang. Tapi tak terlihat sosok punggung lebar Yifan. Di tengah kebingungan Luhan mencari Yifan, Xiumin menghampirinya, menepuk punggungnya dan memberi memo. Lagi?

"Ia sudah pergi sekitar 10 menit yang lalu, memintaku menyampaikan memo ini padamu. Sepertinya ia kesal"

Tanpa berkata apapun, Luhan membuka lipatan memo itu dan membacanya.

"3 pm. Tomorrow"

3rd Meeting, 3. 30 pm. Minnie's Café and Resto

Yifan menghela napas. Padahal moodnya sedang baik hari ini. Ia bahkan rela menunggu lebih dari 15 menit –batas toleransinya. Tapi apa yang ia dapat? Rusa kecil itu tak sedikitpun menampakkan tanduknya. Ia menghela napas untuk kesekian kalinya. Beranjak pergi dari kursinya dan membayar bill-nya.

Xiumin yang melihat Yifan meninggalkan café menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia yakin, Luhan sedang tertidur lelap sambil memeluk boneka bambinya di atas king-size-bed-nya.

11 am. Publisher Agency.

Luhan keluar dengan muka masam. Ia tahu ini salahnya, ya. Ia mendapat teguran. Editornya melapor, Luhan belum ada progress sedikitpun dengan projectnya. Ia menghampiri Yifan di mejanya.

"Yifan-ssi, aku sungguh-sungguh meminta maaf. Aku berjanji tidak akan terlambat lagi" Luhan membungkuk 90 derajat di depan Yifan.

Yifan cengo, bukan apa-apa. Masalahnya kaos V-neck Luhan mengekspose dada mulusnya ketika ia membungkuk. Glek. Ia menelan ludah.

"Berdiri Luhan-ssi, kau ingat kata-kataku kan? Aku tidak menerima keterlambatan. Janji bertemu saja kau terlambat, apalagi mengumpulkan naskah? Aku tahu, kau sudah 2,5 tahun di publisher ini. Lebih lama dariku. Tidak bisakah kau mengubah kebiasaan terlambatmu itu? Pantas saja Donghae hyung terlihat bahagia ketika ia sudah tidak jadi editormu lagi"

Yaah, Donghae memang bahagia. Tentu saja, siapa yang tidak bahagia ketika ia akan menikah dengan pujaan hati? Yifan berbohong, memang. Ia ingin tahu reaksi rusa kecil di hadapannya ini. Sekali-kali ia memang harus diberi pelajaran.

"Aku bisa saja berhenti menjadi editormu, aku tidak ingin seperti Donghae hyung yang stuck di satu posisi. Aku baru tahu, ternyata itu akibat dari mangaka-nya yang seperti ini. Tapi tidak, Donghae hyung adalah senior yang paling kuhormati. Aku akan mengikuti apapun perintahnya". Yifan menampilkan seringaian terbaiknya.

Yifan PoV

Tangannya berhenti memainkan ujung jaketnya. Matanya membulat, menatapku tidak percaya. Bibirnya terbuka, mencerminkan keterkejutannya mendengarkan ucapanku. Matanya –oh, tolong katakan aku hanya berimajinasi. Matanya berkaca-kaca? Ia segera menundukkan kepalanya.

"O-oh. . . Jadi selama ini aku menghambat kerja Donghae hyung? M-maafkan aku, setelah project ini aku akan keluar dari Publisher ini. Dan kau akan berhenti menjadi editorku. Tapi sebelumnya, kumohon, bertahanlah sebentar saja" Ucapnya lirih dengan suara yang bergetar. Ia terlihat mengusap air matanya. What the- Dia menangis?

Tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya. "Jadi mohon bantuannya Yifan-ssi. Aku menunggu jadwal meeting selanjutnya darimu. Terimakasih, maaf aku ada keperluan, aku permisi dulu" Ucapnya dengan senyuman manis –dipaksakan. Setelah itu ia membungkuk lagi, dan tanpa menunggu persetujuanku, ia meninggalkan mejaku.

Goddammit. Publisher memang mengizinkanku menggertak Luhan, menyarankanku malah. Tapi mereka akan mencaciku ketika mereka tahu kalau aku membuat salah satu penghasil uang mereka akan mengundurkan diri. Ah shit. Kau bodoh Yifan. Aku meremas dada kiriku. Ah, sakit rasanya melihat namja itu meneteskan air mata.

Yifan PoV End

Park

Terlihat seorang namja dengan wajah termangu menatap sendu ke arah danau. Wajah cantiknya terlihat kusut.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" Ia berteriak sambil melemparkan batu ke danau. Membuat burung-burung beterbangan ke segala arah.

"Ppabo namja. Ppabo. Ppabo. " Ia merutuki dirinya.

Luhan PoV

Sepertinya aku cuma bisa mengacau saja. Tidak, ini bukan salah Yifan, bukan juga salah pihak publisher. Ini salahku. Aku terlalu takut memasuki ruangan kantor dalam waktu yang lama. Bayangan Sehun selalu menghantuiku. Dia dimana-mana, senyumnya, suara tawanya, sapaan lembutnya. Aku merenggut rambutku, berharap rasa sakit di kepalaku akan hilang bersamaan dengan lenyapnya Sehun dari benakku. Tidak, tidak, ia tidak mau menghilang. Suara cadelnya masih terngiang di telingaku. Mata sipitnya yang hampir hilang ketika ia tersenyum. Tidak- tidak, aku tidak mau kehilangannya!

Plok. Aku menampar pipiku sendiri. Relakan dia, Lu. Kupandangi wajahku di danau. Tersenyum melihat pantulan wajahku yang begitu –err, kumal. Bodoh, aku tadi menangis di depan Yifan, dia akan semakin menganggapku seperti yeoja. Bodoh, memang, aku tidak bisa berpikir tenang. Semenjak Manajer memanggilku ke kantornya, aku tak bisa berkonsentrasi. Pikiranku terpecah mendengar tegurannya dan menghilangkan bayangan Sehun. Setelah lega terbebas dari ruangan itu, aku malah harus mendengar kenyataan pahit dari mulut Yifan. Donghae hyung tempatku bermanja-manja selama ini ternyata terbebani olehku.

"Luhan, kau menggelikan" Ucapku pada bayanganku di danau. Menyadari, ia tersenyum sangat miris.

Luhan PoV End

.

Luluna99 ©

.

12. 29 pm. Minnie's Café and Resto

Xiumin memandang khawatir adik kesayangannya yang tengah meminum Taro Bubble Tea dengan Rainbow pancakenya.

"Babylu~ tidakkah ini terlalu siang untuk sarapan? Aku akan mengambilkanmu makanan yang lain ne?"

"Tidak perlu noona" Luhan menjawab tanpa menatap Xiumin.

"Kau sakit Hm?" Xiumin menempelkan tangannya ke dahi Luhan.

"Noona" Luhan menatap dengan tatapan -_-

Kleneng.

"Oh, Yifan ssi. Kau ada janji dengan Luhan? Silahkan langsung duduk saja, aku akan melayani tamu lain" Yifan yang baru datang langsung didorong duduk di hadapan Luhan oleh Xiumin.

"Uhmm, eh, oh. " Yifan yang bingung hanya menggumam tidak jelas. Pandangannya beralih pada Luhan yang sedang setengah hati menusuk-nusuk pancakenya.

"Luhan-ssi"

"Ne?" Luhan menatap Yifan. Yifan dapat melihat jelas kelopak mata Luhan yang agak fluffy. Seperti habis menangis. Yifan merasa bersalah.

"Maafkan aku" Demi apa, Bitch-face Yifan meminta maaf? Yifan sendiri tertegun mendengar ucapan maaf yang meluncur keluar dari mulutnya. Luhan menatapnya heran.

"Ah. Itu –hmm" Sejak kapan Yifan gagap? -_-

"Bagaimana kalau kita diskusi sekarang saja? Tidak ada jaminan kau akan datang jika kita berjanji besok kan?"

Rona wajah Luhan berubah, "Maksudmu aku sudah pasti akan terlambat begitu? Coba saja kau sabar sedikit, project ini tidak akan tertunda selama ini"

Yifan tidak terima, "Itu disiplin, Luhan-ssi. Aku editormu sekarang. Mau tidak mau kau harus menuruti perintahku. "

Luhan menghela napas, "Baiklah, tapi aku ada satu permintaan. Kau editorku kan? Bisakah kau bertindak selayaknya temanku? Jangan tinggalkan aku ketika aku terlambat, paling tidak hubungi aku dulu. Omeli aku, marahi aku. Tapi jangan tinggalkan aku. Bisakah?"

Yifan terdiam. "Baiklah, agassi"

Hening.

1

2

3

"Yakk Yifan-ssi, apakah kau belum sadar kalau aku ini namja?" Luhan mulai mengomel tidak jelas.

Sepertinya dia sudah kembali ceria – batin Yifan dan Xiumin.

.

Luluna99 ©

.

n-th meeting. 5. 16 pm. Minnie's Café and Resto

Dammit. Luhan telah berusaha. Dia tetap telat 15 -16 menit tepatnya. 11 meter sebelum pintu masuk café, ia melihat punggung Yifan berjalan menjauhi café. Oh tidak, dia meninggalkanku lagi –batin Luhan. Ia bergegas berlari. Tidak, tidak akan sempat. Paling tidak Yifan harus tahu ia datang.

"YIFAN-SSIII!"

"YIFANN"

"YIFANN SSIII, JANGAN TINGGALKAN AKUUU" teriak Luhan frustasi. Kerumunan orang yang lalu lalang berhenti sejenak. Melihat siapakah namja menggelikan yang terdengar sangat putus asa itu. Yifan berbalik, melihat Luhan yang berdiri sambil terengah, dengan langkah pasti ia menghampiri Luhan. Mengabaikan tatapan aneh orang-orang padanya dan Luhan. Ia menepuk pundak Luhan, menatapnya dalam. Dan berkata dengan suara keras.

"Sorry Dude, you are not my style"

Ia langsung meninggalkan Luhan setelahnya, tertawa kecil sambil masuk ke mobilnya. Menghitung dalam hati.

1

2

3

"YAKK YIFAN SIALAN, KAU PIKIR AKU APA?" Para pejalan kaki hanya menggeleng-geleng iba menatap Luhan yang terlihat seperti orang baru diputuskan kekasihnya.

.

Luluna99 ©

.

Semenjak kejadian memalukan itu, Luhan tidak pernah terlambat lagi.

Itu harapan Yifan.

Tapi tidak, pertemuan selanjutnya Luhan memang on-time. Selanjutnya tetap terlambat. Pertemuan berikutnya ia bahkan harus menunggu 39 menit. Saking kesalnya, Yifan sengaja memberitahukan jam pertemuannya 1 jam lebih awal. Harusnya jam 10 am, tapi ia memberi tahu Luhan jam 9 am. Sampai disana apa yang ia temukan? Luhan sedang tertidur berbantalkan lengan di atas meja Café.

Yifan menghela napas. Harus diapakan namja baby faced di hadapannya ini? Ia melihat jam tangannya. Ia free sampai jam makan siang. Tak apalah kali ini santai saja, batinnya. Ia mengambil smartphone Luhan, mengotak-atik sebentar dan meletakkannya kembali. Tatapannya beralih pada wajah tenang Luhan. Woah~ Bulu matanya begitu panjang~ Dia terlihat begitu tenang saat tidur. Apakah tidak terganggu dengan suara-suara ini? Suara orang bercakap-cakap, suara dentingan piring dengan sendok dan garpu, suara deru mesin pembuat kopi… Pantas saja dia selalu telat, tidurnya seperti ini

Tanpa sadar ia mengecek arlojinya lagi. Hhh… Kapan orang ini akan bangun? Menyusahkan saja… Ia kembali menatap wajah (imut) Luhan. Bibir merahnya, mulutnya setengah terbuka. Lucu sekali, seperti anak kecil~ Tanpa sadar Yifan mengusak lembut rambut Luhan. Ia tersenyum. Kembali ke bibir Luhan. Wait, apa itu? Cairan bening meleleh keluar dari ujung mulut Luhan. Astaga sungguh, berapa lama ia menunggu di Café sampai bisa terlelap dan ngeces begitu? Yifan terkekeh pelan.

Menyadari ada saliva mengalir keluar, Luhan dengan setengah sadar terbangun dan mengusap ujung bibirnya. Ia menatap ke arah Yifan.

"Sehun?" gumamnya.

Ia mengucek matanya dengan punggung tangannya, yang membuat Yifan merasa ingin menggigit Luhan hidup-hidup. Luhan mengerjap-ngerjapkan matanya dengan imut.

"Y-Yifan? Oh my gosh!"

"Reaksimu berlebihan. Tidurmu nyenyak?"

"Sejak kapan kau disini? K-kau mengawasiku tidur?"

"Kau pikir aku kekurangan pekerjaan sampai harus memandangimu yang tertidur lelap?"

"Unng-" Yifan menahan tawanya.

"Baiklah, kau sudah punya gambaran tentang episode lanjutannya?"

.

Luluna99 ©

.

05.35 am

Luhan tertidur dengan cantik manly di ranjang king sizenya sambil memeluk boneka bambinya.

Baby baby baby oooo~ Like baby baby baby ooo~ Thought you'd always be mine~

Luhan dengan malas mengambil smartphonenya. "Sehun-ah~ 15 menit lagi~" rengeknya dengan suara seksi.

"Yoboseyo? Luhan-ssi ini Yifan."

"…"

"Yoboseyo? Luhan-ssi?"

"…"

"Luhan-ssi? Kau disana?"

"Ah- eh. Ne Yifan ssi."

"Aku ingin minta tolong padamu."

"Apa?"

"Bangun dari ranjangmu, dan pergi ke dapur." Luhan dengan patuh menuruti perkataan Yifan.

"Sudah? Bagus. Lalu sekarang ambil segelas air dingin." Luhan melangkah dengan malas. "Kau sudah ambil?"

"Sudah."

"Sekarang bawa gelasnya ke dalam kamar. Sudah?" Luhan mengangguk. "Sudah?"

"Sudah." Jawabnya dengan malas.

"Buka tirai dan jendelamu. Berdiri di depan jendela sambil minum air yang kau bawa tadi."

Luhan membuka tirai. Matanya memicing menghindari terpaan sinar matahari yang terang. Ia membuka jendela. Udara pagi masih begitu segar. Tiba-tiba saja kantuknya terasa hilang. Ia kemudian meneguk air di gelasnya. Sekarang matanya sudah benar-benar terbuka.

"Eotte?"

"Eh? Apanya?"

"Kau sudah merasa segar kan? Sekarang bersiap-siaplah. Meeting kita jam 8 di tempat biasa. Jangan terlambat. Aku akan menyirammu dengan air es jika kau terlambat."

"Ah… Okay. Apa?"

Yifan terkekeh. Ia menutup telponnya sambil tersenyum. Suara Luhan begitu seksi saat baru bangun~

Di sisi lain Luhan termangu. Kenapa ini terasa seperti Dejavu? Sehun selalu membangunkannya seperti itu. Mengatur ringtone dengan volume terkeras lalu menelponnya pagi-pagi. Yang jadi masalah adalah, dari 300 sekian lagu di smartphonenya, bagaimana bisa Yifan memilih lagu yang persis sama dengan Sehun?

.

Pertemuan selanjutnya Luhan tak pernah terlambat lagi.

Terlambat lebih dari 10 menit maksudnya.

Luhan masih tetap ngaret, dia paling awal datang 5 menit setelah jam perjanjian. Yifan tentu saja mengomel, "Padahal sudah ku telpon tiap pagi, kenapa masih terlambat juga? Kau ini namja atau yeoja sih? Apa saja yang kau lakukan pagi-pagi?" dan omelan lainnya. Tapi Luhan sudah kebal, ia membalasnya dengan aegyo –yang tentu saja membuat Yifan speechless.

Pertemuan kesekian kalinya, mereka telah akrab dan tidak canggung lagi. Yifan menyadari, pantas saja Donghae hyung betah menjadi editor Luhan. Semua tingkah laku Luhan, manis, menggemaskan, lucu –kecuali sifatnya yang ngaret tentu saja. Seperti sore ini, Yifan mati-matian menahan keinginannya untuk menyentuh Luhan. Bagian mana saja, ia sungguh ingin menyentuh kulit putih yang terlihat selembut krim itu. Kenapa? Hari ini Luhan mengecat rambutnya dengan warna merah gelap, kontras dengan kulit putihnya. Ditambah lagi hari ini ia mengenakan V-neck shirt putih dengan celana jeans warna cream. Di mata Yifan, Luhan terlihat sangat empuk untuk digigit.

"Lu~" Lupakan semua panggilan formal mereka. Hubungan mereka sudah terlalu dekat untuk saling memanggil seperti itu *eh(?). Yifan memanggil Luhan sambil memegang name (sketsa kasar manga)

"Apakah kau baru pertama kali membuat manga shounen-ai?"

"Tidak juga, hanya saja ini baru pertama kalinya aku membuatnya untuk pembaca dewasa" kata Luhan sambil menyeruput Vanilla Milkshakenya. Yifan mempelajari (?), Luhan akan selalu minum Vanilla Milkshake, bagaimanapun keadaannya. Kecuali ia sedang very very truly badly bad mood, Americano untuk menaikkan moodnya. Dan Taro bubble tea, ketika ia terlihat sedang sedih.

"Huum, pantas saja. Kau pernah melakukan seks dengan namja Lu?"

Luhan menyemburkan milkshakenya, terkejut mendengar pertanyaan frontal Yifan. Untung saja naskahnya tidak terkena. Hanya saja bajunya ternodai oleh semburan Milkshakenya sendiri. Dari sudut bibirnya meleleh sedikit cairan vanilla milkshake. Luhan langsung menjilat bibirnya sendiri. Dan demi apa, Yifan juga sangat ingin ikut menjilat bibir itu bersama dengan lidah Luhan. Glek. Ia menelan ludah. Melanjutkan apa yang perlu dilanjutkan.

"Biasa saja Lu, anggap kita teman lama. Editor perlu melakukan brainstorming pada mangaka sebagai rekan kerjanya. Aku mempelajari manga-manga mu sebelum ini. Aku tahu, kau takut ketinggian, tidak suka naik pesawat terbang, dan biseksual. Benar kan?" Oh ayolah, fakta-fakta sebelumnya hanya tambahan, Yifan hanya butuh pembenaran dari fakta terakhir yang ia ucapkan.

Sambil mengelap bibirnya dengan tissue (membuat Yifan merasa Luhan sedang menggodanya), Luhan menjawab semua pertanyaan Yifan dengan tatapan kagum. "Bagaimana kau bisa tahu?"

Yifan tidak bisa menyembunyikan seringaiannya, "Kau tahu Lu? Manga mencerminkan mangakanya. Jadi, kembali ke topik awal. Romance dari manga ini sudah bagus Lu, hanya saja adegan ranjangnya terkesan kaku dan tidak luwes"

Luhan terdiam, "Ah- arasseo. Sepertinya aku akan menyuruh asistenku untuk menggambar bagian ini"

Yifan terdiam, ini tidak seperti yang diharapkannya. Ia berharap, Luhan akan memintanya mengajari seperti apa "hubungan yang luwes dan tidak kaku" itu.

"Baiklah, revisi name ini harus kuterima minggu depan Lu. Naskah jadinya kuharap sudah siap 3 minggu lagi. Baiklah, bagaimana seri detektif kita? Naskahnya sudah jadi?"

.

Luluna99 ©

.

Yifan mulai lebih sering mengunjungi apartemen Luhan, seiring dengan bertambahnya project one-shot manga selain manga bertema shounen-ai yang sedang dikerjakan Luhan. Berdiskusi disana, terkadang menginap –tentu saja untuk memastikan Luhan mengerjakan deadline tepat waktu, walaupun Yifan terkadang berharap lebih *nappeun xD. Yifan telah berkenalan dengan dua asisten Luhan, dua sosok mungil yang saling berkebalikan sifatnya. Yang satu –Baekhyun-yang banyak bicara dan ceria, sering beradu mulut dengan Luhan. Dan yang satu lagi ternyata calon adik iparnya, Kyungsoo –lebih pendiam dan sabar. Selain itu, ia jadi tahu, yeoja berpipi bulat di Minnie's Café dan Resto adalah noona Luhan, yang sering mengantarkan makanan untuk mereka di kala lembur.

Hari ini, ia berkunjung ke apartemen Luhan. Berencana mendiskusikan manga seri detektifnya yang makin banyak peminat. 10. 30 am. Waktu yang cukup sopan untuk bertamu. Yifan menekan bel apartemen Luhan, 2 kali, 3 kali, ia masih sabar. Sampai akhirnya intercom di depannya bersuara. "Oh, Yifan-ssi? Masuklah". Xiumin noona yang menyambutku.

"Kau ada janji dengan Luhan? Sepertinya ia tidak akan bangun sampai 3 jam ke depan" Melihat tampang cengo Yifan, Xiumin melanjutkan.

"Kau editornya kan? Kau pasti tau kemarin adalah deadline Luhan. Dan tadi malam adalah pesta untuk melepas lelah mereka. Sekarang, Luhan dan Baekhyun masih belum sadar dari mabuk" Oh - Yifan memang diundang semalam, tapi ia tidak bisa datang. Terkutuklah meeting sialan itu, padahal ia ingin melihat Luhan dalam keadaan mabuk.

"Masuklah, maaf berantakan. Tolong dimaklumi"

"Ne" Yifan melangkah masuk, berjingkat menghindari kotak tteokboki kosong dan botol soju yang berserakan. Ia melihat dua sosok yang berbaring di atas karpet berwarna merah maroon. Baekhyun, memeluk guling tanpa memakai bantal tidur di sebelah pinggang Luhan. Luhan, berbantal boneka bambi, tidur telentang dengan kaus tersingkap, menampilkan perut putih ratanya.

Yifan melotot melihat pemandangan indah itu, berusaha merekam setiap inchi perut Luhan sambil membayangkan rasanya –rasa menyentuhnya dengan ujung jari dan lidahnya. Dengan tanpa berdosa, Xiumin yang sedang beres-beres menutup perut Luhan, sambil menggerutu tidak jelas. Kemudian berpaling pada Yifan, menyuruh Yifan langsung menuju ke dapur apabila ia haus. Yifan menurut, tenggorokannya terasa kering. Ia berjingkat menuju dapur, menemui Kyungsoo yang sedang memasak sup.

"Hei, Kyung-ah"

"Oh, Yifan ge! Aku sedang membuat sup, kau mau?"

"Terimakasih, lain kali saja. Aku sudah kenyang. Kau tidak mabuk?" Yifan mengitari Kyungsoo sambil mengendus-endus.

"Tidak, ge. Hari ini aku ada janji dengan Kai, aku tidak ingin dia mengambil kesempatan ketika aku mabuk" Ujar Kyungsoo sambil tersipu.

Yifan tergelak, mengambil minum dan kembali ke ruang tamu yang sudah bersih. Dengan Baekhyun yang terduduk sambil mengucek-ngucek matanya imut.

"Hai Yifan ge, jam berapa sekarang?"

"Hai Baek, 10. 45"

"MWOOOO? KYUNG-AHH KENAPA KAU TIDAK MEMBANGUNKANKU? AKU ADA JANJI DENGAN DOBI!"

Tidak ada jawaban dari Kyungsoo. Baekhyun pun tidak membutuhkan jawaban, ia langsung ke kamar mandi. Mendapat tatapan heran dari Xiumin yang baru keluar dari kamar Luhan. Tidak sampai 10 detik, Baekhyun keluar dari kamar mandi, sambil mengelap mukanya. Menghambur mencari barang-barangnya.

"Bye Xiu-noona, Bye Yifan-ge, aku kencan dulu"

Brakk, pintu dibanting dengan keras oleh Baekhyun.

Kyungsoo keluar dari dapur dengan tatapan O_O

"Xiu-noona, Yifan-ge, sepertinya aku harus pergi juga. Bye! Kalau kalian mau sarapan tinggal hangatkan sup di dapur" Kyungsoo bergegas pergi, berbeda dengan Baekhyun. Ia menutup pintu dengan lembut.

Xiumin dan Yifan bertatapan heran. Xiumin melihat jam tangannya, tatapannya beralih pada Luhan yang masih tidur dengan tenang dan Yifan yang menatap dengan wajah bingung.

"Ada apa noona?"

"Aku ada janji penting, tapi Luhan belum bangun, bagaimana ini"

"Oh, kau pergi saja noona, biar aku yang menjaga Luhan"

"Jinjja? Oh, kalau ia sudah bangun, tolong langsung berikan ia Ginger Tea, jangan biarkan ia tidur lagi. Setelah itu berikan dia sup yang telah dihangatkan. Tolong ya Yifan!" Xiumin menepuk bahu Yifan dan langsung melenggang pergi.

"…"

"Lalu apa yang harus kukerjakan sekarang?" Yifan mendesah frustasi. Ia duduk di sebelah kepala Luhan, kali ini rambut Luhan dicat berwarna hitam. Normal. Ia terlihat tidur dengan pulas. Yifan mengusak rambut Luhan perlahan.

"Lembut" gumamnya

.

Luluna99 ©

.

12. 30 pm

Yifan yang tertidur di sebelah Luhan menyadari pergerakan tidak nyaman Luhan. Tiba-tiba Luhan bangun dan menuju kamar mandi. Muntah. Yifan bangun, hendak menyiapkan ginger tea dan sup. Tapi Luhan yang baru kembali dari kamar mandi menahannya, dengan mata setengah terpejam ia memeluk Yifan, menarik Yifan untuk tidur di sebelahnya. Yifan kaget. Dia memang mesum, tapi tindakan termesumnya hanya saat ia menghirup leher Luhan. Kalau begini terus, ia tidak bisa jamin Luhan akan bisa berjalan dengan benar nantinya.

Luhan memeluk Yifan dengan erat. Yifan menatap wajah polos yang tengah tertidur itu. Menyibakkan poninya, mengusak rambutnya perlahan. Tiba-tiba Luhan menggumam. "Sehunnie, Bogoshippeo~" Yifan yang mendengarnya langsung mengepalkan tangan. Sehun Sehun dan Sehun. Setiap kali dia menelpon Luhan pagi-pagi pasti Luhan menyebut Sehun dalam sapaannya. Siapa sih Sehunnie itu?

.

Luluna99 ©

.

Luhan mengerjapkan matanya. Ia merasa sangat nyaman, sejak kapan Bambi-nya jadi senyaman ini? Ia mengeratkan pelukannya. Tunggu, Bambi-nya tidak memiliki tulang, Bambi-nya tidak memiliki aroma citrus mint seperti ini, Bambi-nya harusnya tidak mempunyai denyut jantung, Bambi-nya dipakai sebagai bantal. Lalu apa yang dipeluknya? Ia membuka mata, melepaskan pelukan dan menatap Yifan horror.

"Waaaaaaaaaaaaa!"

"…"

"Y-Yifan, maafkan aku, aku tidak- aku tidak sengaja – aku –aku -" Luhan terbata-bata menjelaskan –entah apa yang harus ia jelaskan.

Yifan mengangkat dagu Luhan, mengecup bibir lembut itu dengan perlahan, tidak ada lumatan. Hanya sentuhan penuh perasaan. "Gwenchana Lu~ tidak perlu panik begitu" Yifan bangkit dan menuju ke dapur. Meninggalkan Luhan dengan wajah memerah. Yifan menghitung dari dapur.

1

2

3

"Yakk Yifan! Apa yang kau lakukan!"

.

Luluna99 ©

.

Yifan membawakan Luhan ginger tea dan semangkuk sup yang telah dihangatkan.

"Yifan…"

"You're welcome Lu~ kau tidak perlu terpesona begitu" Luhan langsung melemparkan bantal pada Yifan.

"Hahaha. Kau minum berapa botol Lu? sayang sekali aku tidak ada untuk menemanimu mabuk"

Luhan mendelik, "Hei, aku sudah mengundangmu. Kau saja yang sombong, tidak mau datang. Untuk apa kau menemaniku hmm? Oh, ngomong-ngomong ginger tea-mu enak. Tidak terlalu manis seperti punya Xiu-noona" ucapnya sambil menyeruput tehnya.

"Oh, kalau begitu aku harus menunggu beberapa minggu lagi untuk membuatmu mabuk dan menjawab pertanyaanku"

Luhan tergelak, "Pertanyaan apa yang membuatku harus mabuk dulu untuk menjawabnya?"

Yifan memamerkan smirknya, "Yaa, seperti. Siapa itu Sehunnie dan Maukah kau menjadi pacarku"

Luhan menyemburkan ginger teanya.

Yifan tergelak, "Sepertinya kau punya kebiasaan menyemburkan minuman, Lu. "

Luhan mengusap bibirnya, "Kau benar-benar ingin tahu?" Ujarnya dengan lirih. Yifan mengangguk.

"Well, daripada kau membuatku mabuk. Aku lebih suka menceritakannya dalam keadaan sadar" Ucap Luhan sambil menerawang.

"Sehun adalah tunanganku-"

.

Luluna99 ©

.

Xiumin PoV

Aku memasuki lift dengan terburu-buru. Apakah Yifan sudah memberikan Luhan ginger tea-nya? Apakah Luhan sudah bangun? Apakah perut adik kecilku –yang sudah tidak kecil lagi sebenarnya, baik-baik saja setelah meminum soju? Aku mengusap keringatku, tidak heran Chennie mencurigaiku mengidap brother complex. Tidak, ia tidak tahu bagaimana rapuhnya Luhan sepeninggal Sehun. Pintu lift hampir tertutup ketika sebuah suara cempreng berteriak "Tahan liftnya!". Baekhyun. Tidak sendiri, ada Kyungsoo di sebelahnya. Aku menatap mereka dengan tatapan bertanya.

"Masih ada deadline yang harus dikejar noona" kata Kyungsoo

"Dan masih ada pesta serta kencan yang menunggu dibelakangnya" Baekhyun melanjutkan.

._.

Lift terbuka. Kami bergegas menuju ke apartemen Luhan.

Ceklek, pintu langsung kubuka dan Omo!

Luhan terlihat sedang menyamankan diri di pelukan Yifan. Sementara Yifan baru saja mengecup pucuk kepala Luhan dengan lembut. Dan sekarang, wajah mereka mendekat. Luhan terlihat memejamkan matanya pasrah. 5 cm lagi, bibir Yifan akan menyentuh bibir Luhan. Kami bertiga terbelalak. Kyungsoo sampai menjatuhkan kantong plastik di tangannya. Membuat Luhan dan Yifan menoleh pada kami. Merah, wajah mereka merah padam.

Xiumin PoV End

Awkward. Suasana di ruang tamu apartemen Luhan. Luhan, Baekhyun dan Kyungsoo sudah mulai bekerja. Yifan diam, sesekali ikut membantu, memberi masukan, namun ketika ia tidak sengaja melakukan eye contact dengan Luhan. Ia terdiam seolah sang pengendali waktu memberhentikan waktu untuk sementara.

"Luhan-ssi, aku pulang dulu. Deadlinenya 1 minggu lagi. Jam 5 pm di Minnie's. Kuharap kau tidak terlambat" Luhan menoleh, menatap Yifan, namun segera berpaling ke lembar kertas yang sedang ia kerjakan.

"Ne, hati-hati di jalan Yifan-ssi"

"Tiga hari lagi aku berangkat ke Osaka, konsultasi bisa kita lanjutkan 2 hari sebelum deadline. Telponku mungkin tidak aktif saat disana nanti. "

"Ne, aku bisa menghubungimu lewat email"

"…"

"…"

Hening~

Baekhyun yang tidak tahan melihat kecanggungan mereka berdua menyeletuk iseng, "So, Luhannie~ Good bye kiss-ku mana? Berikan aku bekal yang cukup agar aku tidak merindukanmu selama di Jepang nanti"

Wajah Yifan memerah seperti tomat cherry. Sementara Luhan? Mangaka kita yang ekspresif ini melemparkan penghapus ke arah Baekhyun sebelum menyembunyikan wajahnya di antara kedua lengannya di atas meja. "Shut off your f*cking mouth, Byunnie" Ujarnya tidak jelas.

Canggung, Yifan membungkuk pamit. "Baiklah, sampai bertemu 1 minggu lagi". Ia pun segera keluar dari apartemen Luhan.

"Tak kusangka, Yifan itu orangnya pemalu. Padahal kudengar dari Kai, katanya orangnya pervert"

"Hei hei, pemalu bukan berarti tidak pervert"

"Kau sok tahu Byunnie"

"Baiklah, kita Tanya saja pada Lulu Hyung, Luhan Hyung, kau dan Yifan sudah melakukan apa saja?"

Xiumin menjitak kepala Baekhyun. "Tidak sopan, itu privasi. Teman tidak seharusnya kepo tentang apa saja yang mereka lakukan dengan pacar mereka"

Luhan yang masih menutup wajahnya berteriak kesal, "Siapa bilang dia pacarkuuuu?"

XiuBaekSoo hanya melongo O_O

.

Luluna99 ©

.

Luhan bercermin, ia mengusap bibirnya. Tanpa sadar senyum merekah dari bibir merahnya itu.

U-uh? Kenapa aku jadi tersenyum sendiri seperti begini? Dasar idiot. Tanpa sadar ia mengusap bibirnya lagi.

Bibir ini, tadi telah dicium Yifan. Ia tersenyum lagi. Dicium namja selain Sehun. T-tunggu, bibir ini milik Sehun. Hanya untuk Sehun. Tapi… Benar, tadi yang menciumku itu Sehun. Bukan Yifan. Benarkah? Aku tak bisa mengingatnya, siapa tadi yang menyatukan bibirnya dan bibirku dalam satu sentuhan? Sehun? atau Yifan? Siapa Yifan itu? Bibirku hanya untuk Sehun. Sehun- Sehun!

Sehun berdiri di depannya. Tersenyum polos. Matanya terlihat seperti dua bulan sabit yang berderet. Oh, Luhan sadarlah, bulan cuma ada satu. Namja di depannya itu benar-benar Sehun…

"Luhan hyung~"

Lidah Luhan terasa kelu, sungguh, ia ingin menjawab panggilan Sehun.

Sehun berlutut, "Maukah kau menikah denganku hyung?" Ia memasangkan cincin platina di jari manis Luhan. Memberikan satu buket besar berisi 18 tangkai bunga mawar merah. Tangan Luhan meraih buket itu, namun sebelum ia menyentuhnya bunganya layu, mengering dan gugur, melenyapkan Sehun dari pandangannya.

"Sehun?"

Sehun sedang tertidur dengan tenang di dalam peti kaca yang beralaskan bunga-bunga mawar merah. Ia mendekatinya, tiba-tiba peti kaca Sehun dipenuhi air, menenggelamkannya, menghilangkannya dari pandangan Luhan.

"Sehun! Sehun!" Ia menggedor peti kaca itu. Mencoba mengeluarkan Sehun dari dalamnya.

"Lu… Han?"

"Sehun! Sehunnn!" Ia terus menggedor peti kaca itu sampai retak. Pelan tapi pasti air di dalam peti menyusut. Tapi tak ada Sehun di dalamnya.

"Sehuuuuuuuuuuuuuuuun!"

"LUHAN!"

Luhan mengerjapkan mata. Di depannya Baekhyun dan Kyungsoo menatap khawatir. Xiumin menyodorkan air minum.

"Noona…" Lirihnya.

"Sehun tenggelam. Sehun tenggelam. " Ia memeluk Xiumin, menangis sesenggukan seperti anak kecil.

"Ssssh… Tak apa Lu. Tak apa. Itu hanya mimpi buruk. "

"Mimpi atau tidak Sehun tetap tenggelam noona, ia sendirian dan kedinginan di bawah laut. Dia menungguku. Dia menungguku. "

"Sssh. Luhan. Mungkin pengaruh alkoholnya masih ada. Kita ke kamar ne?" Xiumin menuntun Luhan ke kamar. Menenangkannya sampai ia tertidur pulas.

.

"Bagaimana Luhan hyung?"

"Sudah tidur. Aku tak mengerti. Kupikir kedatangan Yifan akan bisa membuatnya move on dari Sehun. "

.

"Luhan hyung, aku sangat mencintaimu." Sehun mengelus pipi Luhan dengan lembut.

"Jangan- biarkan aku pergi…" Sehun memegang travel bagnya, menatap Luhan sedih dan perlahan menjauh.

"Sehun…" Luhan berlari mengejarnya, tepat sebelum ia berhasil meraih tangan Sehun, ombak besar datang dan melenyapkan Sehun.

Luhan terbangun dengan keringat dingin di pelipisnya. Ia mengacak-acak laci nakas di samping tempat tidurnya. Mengambil kotak beludru kecil membuka dan menatap isinya.

"Tak pernah dalam sehari aku tak menyesal membiarkanmu pergi, Hun-ah."

Luhan terisak.

"Maafkan aku, harusnya kita pergi bersama."

Ia memukul-mukul dadanya.

"Harusnya kau tak pergi sendiri."

Isakannya semakin keras.

Cklekk…

Pintu terbuka. Xiumin mendekat ke ranjang Luhan, memeluk dan menenangkannya. Baekhyun dan Kyungsoo saling menatap khawatir.

"Sssh… Tenanglah Lu. Itu hanya mimpi buruk. Tidurlah, ini baru jam 2 pagi."

Luhan membenamkan diri dalam pelukan Xiumin. "Kenapa aku membiarkannya pergi, noona? Harusnya dia tidak boleh pergi ketika aku tak bisa pergi. Harusnya sekarang ia tak sendiri dan kedinginan. Harusnya aku disana bersamanya. Kenapa noona, kenapa?"

Luhan terus terisak sambil meracau. Sampai ia lelah dan tertidur dengan mata membengkak.

.

Luluna99 ©

.

Yifan's side

Bibir Luhan begitu lembut! Ia tersenyum sendiri sambil mengingat kembali kejadian tadi sore.

"Sehun adalah tunanganku- yang sudah pergi meninggalkanku."

Setelah mengatakan itu, ia menatap ke arah jendela dengan tatapan menerawang. Aku menunggunya melanjutkan kata-katanya.

"Aku yang membuatnya pergi…" Bibirnya mulai bergetar.

"Dia- dia- " Kali ini tubuhnya yang bergetar menahan tangis. Yifan merengkuhnya ke dalam pelukannya.

"Sssh… Kau tak perlu bercerita. Maafkan aku yang bertanya." Yifan mengelus punggung Luhan, membentuk lingkaran lingkaran abstrak untuk menenangkannya. Ia mengecup puncak kepalanya berkal-kali. Harus ia akui, aroma Luhan –yang walaupun belum mandi benar-benar membuatnya bergairah. Luhan bersandar dengan tenang, sampai Yifan pikir Luhan tertidur. Ia mendorong pelan tubuh Luhan, Luhan menatapnya dengan tatapan sedih dan bibir bergetar. Yifan tak tega melihatnya, ia menangkup pipinya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Luhan. Luhan memejamkan mata dengan pasrah. Sayangnya saat itu pengganggu muncul -.-

Yifan menghela napas. Ia menatap langit langit kamarnya. Terbayang kilasan wajah sedih Luhan. Ia mengepalkan tangannya.

Akan kubuat kau melupakan Sehun atau siapapun itu. Berani sekali dia meninggalkanmu. Aku akan membuatmu bahagia, Lu. Tak akan kubiarkan kesedihan mampir di wajahmu yang cantik itu. Sebelum aku pergi ke Osaka aku harus membuatmu menjadi milikku.

.

Luluna99 ©

.

"Apakah menurutmu kita perlu menghubungi Yifan hyung?"

"Untuk apa?"

"Memberi tau keadaan Luhan hyung tentu saja."

"Memangnya Luhan hyung kenapa?"

"Kyung-aah." Baekhyun merengek.

Kyung menatapnya dengan tatapan kosong. "Menurutmu apa yang akan kita katakan pada Yifan hyung ketika menghubunginya? Hei hyung, Luhan masih saja dihantui mantan kekasihnya. Begitu? Kau dengar sendiri Luhan hyung tadi bilang kalau Yifan hyung bukan pacarnya, walau kita tau sepertinya Yifan hyung mencintai Luhan hyung. Kau tega membiarkan harapan Yifan hyung jatuh dengan memberi tau kalau Luhan hyung belum bisa move on?"

Baekhyun terdiam.

Cklekk…

Xiumin keluar dari kamar Luhan sambil menguap.

"Hei, kalian berdua. Istirahatlah."

"Noona, sebenarnya Luhan hyung kenapa?"

.

Luluna99 ©

.

3 am

"Luhan hyung, aku sangat mencintaimu." Sehun mengelus pipi Luhan dengan lembut.

"Jangan- biarkan aku pergi…" Sehun memegang travel bagnya, menatap Luhan sedih dan perlahan menjauh.

"Sehun… Jangan pergi!" Luhan berlari mengejarnya, ia mencengkeram pergelangan tangan Sehun. "Jangan pergi…"

Sehun tersenyum sedih. Luhan menarik tubuh Sehun ke arahnya, mendekatkan bibirnya ke bibir pucat Sehun. Tepat sebelum bibirnya menyentuh bibir Sehun, Sehun mencair. Ia lenyap.

Luhan tersentak bangun. Ia membuka kotak kecil di atas nakasnya. Mengambil dan menggenggamnya, lalu memasangkan di jari manisnya sendiri. Dengan sepenuh hati ia menciumnya, mencium cincin dengan ukiran OS & LH di bagian dalamnya.

"Kenapa kau datang? Apakah kau datang untuk membawaku pergi?"

.

Luluna99 ©

.

Yifan terbangun dengan senyuman di wajahnya. Ia telah membulatkan tekad, akan membuat Luhan menjadi miliknya hari ini. Ia meraih smartphonenya dan men-dial Luhan.

"Yeoboseyo."

"Hei bangu- Eh? Kau sudah bangun?"

"Sudah, Yifan." Yifan mengernyitkan keningnya.

"Uhm- Aku tau hari ini bukan jadwal kita untuk bertemu. Tapi bisakah kau menemuiku di taman nanti jam 10? Ada yang ingin aku bicarakan."

"Baiklah. Itu saja?"

"Uhm- Ya?"

"Sampai berjumpa nanti."

Yifan memandang smartphonenya dengan tatapan heran. Ada apa dengan Luhan?

.

Luluna99 ©

.

Luhan melirik jam di pojok kanan atas smartphonenya sebelum meletakkannya di nakas. 05. 50 am. Terlalu pagi untuk Luhan yang biasa. Tapi ia tidak bisa tidur lagi. Ia memandangi cincin yang ia kenakan di jari manis kirinya, mengelusnya dengan hati-hati.

Cklekk.

"Lu- Eh? Kau sudah bangun?" Xiumin menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Luhan mengangguk. Xiumin memandangnya dengan tatapan khawatir.

"Kau tidak tidur?" Xiumin dapat melihat kantong mata Luhan yang membengkak dan agak menghitam –efek kurang tidur dan terus menangis. Luhan hanya termenung.

"Lu-"

"Aku tidak apa-apa noona."

"Kau hanya sedikit rindu padanya."

"Bukan aku yang merindukannya. Dia yang merindukanku. Dia mencoba untuk menghubungiku, noona." Luhan tersenyum tipis sambil mencium cincinnya. Entah mengapa, Xiumin bergidik ngeri.

.

Luluna99 ©

.

9. 45 am

"Gege mau kemana?"

"Ke taman, Baekkie. Yifan mengajakku bertemu."

"Benarkah? Kau tidak akan melakukan sesuatu yang bodoh kan?"

"Noona, kau bisa bertanya sendiri pada Yifan. Kalau tidak percaya padaku." Dan Xiumin benar-benar menelpon Yifan.

"Baiklah, perlu kuantar?"

"Aku bukan anak kecil lagi, noona. Aku baik-baik saja…" Luhan menutup pintu.

Kyungsoo berkata dengan lirih. "Itu bukan Luhan hyung yang biasanya…"

.

Yifan berjalan mondar-mandir di depan bangku taman. Jantungnya berdebar tidak karuan. Ia melihat jam tangannya, 9. 55 am. Sungguh, ia berharap Luhan akan datang setengah jam lagi, tapi di sisi lain ia tak sabar menunggu rusa kecil itu datang dengan mata berbinar.

10 am. Pas.

"Yifan?"

Yifan menoleh sambil tersenyum, namun ia mengernyit melihat Luhan. Matanya agak merah dan sembab.

"Apa yang terjadi padamu?" Ia mengusap pipi Luhan perlahan. Luhan mematung. Ia menatap Yifan dengan tatapan sedih. Yifan merentangkan tangan, hendak memeluknya. Namun Luhan menarik diri. Yifan menghela napas sambil tersenyum sedih. Ia mengajak Luhan duduk.

Yifan mengambil sesuatu yang ia sembunyikan di balik bangku. Ia menyodorkan buket berisi 18 tangkai mawar merah kepada Luhan. Luhan tertegun, ia mengambil buket bunganya dan menatap Yifan dengan tatapan tidak percaya. Bibir mungilnya bergetar.

Tidak- Jangan katakan. Jangan katakan hal yang sama dengannya!

"Luhan hyung, ada yang ingin ku sampaikan"

"Luhan, ada yang ingin ku sampaikan."

"Aku bukan sosok yang romantis, aku bahkan seperti bocah nakal yang selalu mengganggumu"

"Aku bukan lelaki yang romantis, aku bahkan bertingkah seperti sunbae yang membuly hoobaenya."

"Tapi"

"Tapi"

"Aku benar-benar serius dengan perasaanku, hyung"

"Aku benar-benar serius dengan perasaanku saat ini, Lu."

"Aku mencintaimu, hyung. Be mine, please? Di benak Luhan berkelebat wajah Sehun yang menatapnya dengan wajah serius. Di hadapan Luhan berdiri Yifan dengan tatapan yang mirip, ah tidak. Sama. Yifan menghela napas.

"Aku mencint-"

"STOP! Jangan katakan! Kalau kau katakan itu nanti kau akan menjadi seperti dia! Berhenti!" Luhan menjerit sambil menutup telinganya sendiri.

"Luhan- aku belum selesai."

"Aku tidak mau dengar." Sekarang Luhan memejamkan mata.

Yifan menatap Luhan dengan pandangan yang tak dapat diartikan –sedih, kecewa, marah dan frustasi. Ia menggeram. "Aku tau, ini pasti tentang Sehun, kan? Apa bagusnya orang itu dibandingkan aku? Kalau dia benar-benar mencintaimu kenapa dia sekarang tidak di sampingmu?"

"Yifan, stop." Luhan berkata lirih.

"Cih. Ingat ini Lu. Aku memang tak suka menunggu. Tapi demi kau, akan ku tunggu sampai kapan pun kau membuka hatimu untukku. Walaupun itu artinya aku akan menunggumu sampai maut menjemputku."

Jangan! Jangan katakan hal seperti itu!

Yifan meninggalkan Luhan yang masih memandang danau dengan tatapan kosong. Ia mengepalkan tangan. Menendang bak sampah yang ia lewati.

"SIAL!"

.

Luhan termenung di bangku taman. Ia menghirup aroma mawar yang lembut. Ia menatap danau buatan di depannya. Jernih. Ikan-ikan berenang dan membuat permukaaan air beriak kecil. Tak seperti hati Luhan yang sedang dilanda badai, ia tak tau apa yang ia rasakan. Ia hanya merasakan hantaman gelombang emosi besar di dadanya. Sesak. Bayangan Sehun dan Kris berkelebat bergantian di benaknya. Ia menghela napas. Menatap angsa putih yang sedang berenang dengan anggun di tengah danau.

Angin sepoi membelai lembut pipi Luhan, mencoba membuatnya terlelap dalam tidur. Luhan menguatkan genggamannya pada buket yang ia pegang. Sebelum terlelap ia menggumam lirih.

"Sehunnie… Kau tau aku sangat mencintaimu kan? Aku tak akan berpaling darimu…"

.

Luluna99 ©

.

12 pm

"Lu-ge~, kau sudah pulang?"

Luhan tersenyum. "Aku disini, tentu saja aku pulang."

Luhan meletakkan buket mawar yang ia bawa di meja kerjanya. Baekhyun dan Kyungsoo saling pandang penuh arti.

"Luhannie~ Mawar yang cantik. Kau diam disana, akan kufoto." Xiumin muncul tiba-tiba dari arah dapur. Ia dengan sigap mengambil foto Luhan yang sedang mengatur mawar di vas bunga.

"Noona, aku belum siap. Aku pasti terlihat jelek~"

"Tidak tidak, senyummu indah. Akan kukirimkan pada Yifan. Ia pasti senang sekali."

"Noona, biar kulihat dulu."

"Ini, awas kalau kau hapus." Xiumin melayangkan deathglarenya pada Luhan. Luhan tersenyum sambil mengutak atik smartphone Xiumin.

"Noona, aku ingin Vanilla Milkshake yang ada di blok sebelah. Maukah kau membelikannya untukku?"

"Aku bisa membuatkannya untukmu, Lu."

"Tapi rasanya beda noona~" Luhan merengek.

"Biar aku saja yang beli." Kyungsoo menawarkan diri.

"Jangan, pekerjaanmu masih belum selesai." Luhan menolak. "Noona~ please~? Itu kan dekat~"

Xiumin menghela napas. "Baiklah, perjalanannya Cuma 5 menit tapi pelayanannya lama, kau jangan protes kalau aku tak segera kembali."

"Yeey~" Luhan memeluk Xiumin. "Aku saaayang noona~"

Baekhyun dan Kyungsoo tersenyum melihat kelakuan Luhan. Xiumin berangkat. Luhan tersenyum aneh. Ia duduk di meja kerjanya sambil menatap mawar merah di dalam vas. Ia kemudian beranjak ke dalam kamarnya, dan keluar beberapa saat kemudian memakai sweater merahnya. Dengan nada ceria ia berkata, "Ah- Aku lupa, aku belum memesan minuman untuk kalian berdua juga."

"Itu tak perlu hyung."

"Tidak boleh. Aku minum kalian juga harus minum. Aku harus menyusul noona~"

"Kenapa tidak ditelpon saja?"

"Ponselnya ada di aku." Luhan mengeluarkan smartphone Xiumin dari sakunya dan meletakkannya di meja. "Ah~ Apa boleh buat~ Aku akan menyusulnya." Dengan nada ceria ia menyambar kunci mobil Xiumin dan melesat keluar.

"…"

"Hei Baek- Ini perasaanku saja atau memang Luhan hyung sedikit aneh?"

.

Luluna99 ©

.

12.33 pm

"Sudah kubilang disana itu pelayanannya lama sekali. Ahjumma itu juga jutek sekali." Xiumin membuka pintu sambil menggerutu tidak jelas. Ia meletakkan pesanan Luhan di meja.

"Selamat datang noona~ Luhan hyung mana?"

Xiumin mengernyit, "Bukankah seharusnya aku yang bertanya?"

"Tadi katanya dia mau menyusul noona."

"Menyusulku?"

"Dia menyambar kunci mobil dan langsung pergi."

"Tidak ada. Tunggu. Mobil?" Wajah Xiumin memucat. Adikknya lebih suka berjalan kaki, ia akan mengendarai mobil hanya jika jarak yang akan ia tempuh jauh. T-Tidak, Kemana Luhan? Ia mengambil ponselnya di atas meja, mendial nomor Luhan.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.

Tidak aktif. Xiumin menggigit bibir. Ia melihat wallpaper smartphonenya, Luhan telah menggantinya dengan selfienya sendiri. Luhan terlihat mengangkat tangannya di depan wajahnya. Jari-jarinya begitu lentik, pikir Xiumin. Ia melotot. Pandangannya beralih pada jari manis Luhan. Cincin itu? Sehun.

"Tidak mungkin!"

"Kenapa noona?"

"L-Luhan tidak mungkin mau menyusul Sehun, kan?" Xiumin bertanya dengan ragu. Tanpa ia sadari matanya meneteskan air mata. Sungguh, ia khawatir dengan adik semata wayangnya. Kyungsoo menepuk-nepuk punggung Xiumin.

"Tidak mungkin, noona." Kyungsoo berusaha meyakinkan Xiumin, walau ia sendiri tidak merasa yakin. Tingkah Luhan terlalu aneh.

"Ah! Mungkin Luhan hyung bertemu dengan Yifan hyung? Akan kutelpon Yifan hyung." Baekhyun men dial nomor Yifan.

"Hyung! Apakah Luhan hyung bersamamu?"

"Hmm? Tidak. Kenapa?"

"Luhan hyung menghilang."

"Apa? Jangan bercanda."

"Dia pergi entah kemana."

"Telpon saja."

"Untuk apa kami menelponmu kalau ponsel Luhan hyung aktif?"

"Mungkin dia ke café Xiu noona?"

"Xiumin noona disini, hyung."

"Uhm- mungkin dia tertidur di taman? Tadi aku meninggalkannya disana-"

"Apa? Kau meninggalkannya?"

"Tidak- maksudku-"

"Luhan membawa mobil noona. Bagaimana ini, kemana dia?"

"Lalu kenapa? Biar saja. Dia sudah dewasa, bisa menjaga diri."

"Hyung! Kau tidak khawatir padanya? Kondisinya sedang tidak stabil!"

"Tidak stabil?"

"Bagaimana kalau dia ngebut lalu kecelakaan? Bagaimana kalau dia bunuh diri?" Xiumin yang mendengar kata-kata Baekhyun merasa tercekik. Mungkin saja- mungkin saja-

"Apa mak-"

Baekhyun mematikan ponselnya dengan kesal.

"B-bagaimana kalau Luhan benar-benar bunuh diri?" ujar Xiumin sambil terisak.

"Tidak noona. Tidak mungkin." Baekhyun menyanggah dengan tidak yakin. Ia mondar-mandir di depan Xiumin dan Kyungsoo.

"Kupikir dia baik-baik saja. Kupikir Yifan sudah berhasil membuka hatinya dan membuatnya lupa tentang Sehun. Kenapa dia begini lagi? Padahal sebelumnya dia baik-baik saja."

Kyungsoo menepuk-nepuk bahu Xiumin. "Nng- noona, mungkinkah ia pergi ke tempat kenangannya bersama Sehun?"

Xiumin menggeleng lemah. "Mereka tidak pernah ke Korea berdua, mereka bertemu dan jatuh cinta di Jepang."

"Mungkinkah dia pergi ke Jepang?" Baekhyun menggumam.

"Tidak mungkin. Luhan trauma naik pesawat. Kalaupun pergi dia akan memakai kapal la- Aku tau! Luhan mungkin pergi ke laut! Aku yakin!" Xiumin melonjak dari kursinya.

"Ke laut? Noona, laut yang mana?" Baekhyun menatap Xiumin. Yang ditatap terdiam, ia terduduk lemah.

"Nng- noona. Mobilmu- itu keluaran baru kan? Bukankah punya sistem GPS yang bisa dilacak?"

"Kau benar! Kyung-ah!" Xiumin mengusap matanya yang berlinang air mata. Dengan sigap ia mengambil smartphonenya. "Ini dia! Sekarang, panggilkan taxi!"

I got a boy meottchin, I got a boy chakka, I got a boy handsome boy nae mam daga joga

"Pas sekali." Baekhyun menggumam sambil menerima panggilan di ponselnya.

"Hyung, buat dirimu berguna kali ini. Datang dan bawa mobilmu. Kita kejar Luhan hyung."

Baekhyun mematikan ponselnya. "Bersiaplah, Yifan hyung akan datang sebentar lagi." Kyungsoo dan Xiumin segera berkemas. Baekhyun berbisik pada Kyungsoo, "Kenapa Xiumin noona yakin sekali kalau Luhan hyung mau ke laut?" Xiumin mendengarnya. Ia menjawab dengan lirih.

"Karena laut adalah tempat yang paling tepat jika ia ingin menyusul Sehun…"

.

Luluna99 ©

.

3.29 pm

"Sudah dekat. Sebentar lagi. Jangan berbuat bodoh Luhan." Xiumin terus menggumam.

"Cepatlah hyung." Baekhyun mendesak.

"Ini sudah cepat! Kau mau kita mati dan tercebur ke laut?" Yifan mendesis dari balik kemudi.

"Wo-woah, santai hyung. Jangan marah."

"Aku tau kalian khawatir. Aku juga khawatir. Tapi bisakah kalian bercerita kepadaku kenapa Luhan kabur seperti ini?"

"Hyung- Tenanglah."

"Apakah ini gara-gara Sehun yang sering ia sebut itu? Kemana dia sekarang? Kenapa tidak membantu mencari Luhan? Aku benar-benar membencinya."

"Hyung jangan-"

"Itu dia! Itu mobilnya." Xiumin menjerit menunjuk Audi S8 silver miliknya yang diparkir di pinggir jalan yang berbatasan langsung dengan laut. Ia segera keluar dari mobil disusul Yifan, Baekhyun dan Kyungsoo.

"Luhan!"

Xiumin berlari menuju mobil tersebut. Ia melongok ke dalamnya. Kosong.

Tidak. Tidak mungkin.

"Luhann!"

Ia berlari ke sisi lain mobil, sambil berpegangan erat pada pembatas jalan ia melongok ke bawah tebing. Laut sedang pasang, ombak berdebur dengan keras. Matanya samar-samar menangkap serpihan-serpihan semerah darah melayang-layang mengikuti arus laut.

"LUHAAAAN!"


TBC


Ampuni saya ;; sudah updatenya lama, ceritanya malah jadi aneh begini ;;
/cry a river

Ayo tebak, apa yang terjadi pada Luhan? :3