Disclaimer

Naruto © Masashi Kishimoto

Story © UchiHaruno Misaki

Bab 3

Haah ...

Haruno Mebuki menghela napasnya entah untuk yang keberapa kalinya dalam waktu 1 jam penuh. Duduk diam di ruang tamu rumahnya dengan pikiran berkecamuk, Mebuki melirik jam dinding yang telah menunjukan pukul 9 malam.

Pikirannya kini tengah berseleweran pada saat kejadian satu jam yang lalu di acara pernikahan putri rekan kerja Suaminya. Oh astaga! Mebuki benar-benar tak mampu berkata apa-apa lagi sekarang ini. Ia pikir cerita sang tetangga cantik nan jelita bernama Uchiha Mikoto tentang kelakuan dua bocah trouble maker itu hanya bualan semata, tapi melihat ketidak wajaran tingkah putri dan putra tetangganya itu ... sungguh membuatnya pusing tak kepalang. Apalagi kini sang putri tercinta tengah menginap di rumah keluarga Uchiha dengan alasan—

'Inikan malam pengantin Saki Ibu! Jadi tolong ijinkan Saki tidul baleng Sasu ya? Kalau Ibu ngga ngijinin maka Saki akan kabul lewat jendela!'

Mendengar penuturan sang putri tunggalnya itu tak ayal membuat Mebuki terpaksa mengijinkan Sakura menginap di sana. Ya, setidaknya ia yakin tak akan terjadi apapun di antara dua bocah trouble maker itu, 'kan? Oh ayolah mereka berdua hanya bocah cilik polos nan menggemaskan.

Err, jika mereka benar-benar polos seperti apa yang kaupikirkan lantas bagaimana kau akan menjelaskan tentang ketidak wajaran tingkah kedua bocah itu eh Nyonya Haruno Mebuki?

Memijat pelipisnya yang terasa sangat pening wanita berhelaian blonde pucat itu bahkan mengabaikan teh hijau yang sang Suami buatkan untuknya dan lihatlah bahkan teh itu telah dihinggapi beberapa serangga yang berkeliaran pada malam hari. Sebut saja hewan berkumis itu adalah ... kecoa.

Kecoa?

Err, Mebuki menatap serangga bernama kecoa yang tengah berenang di atas kubangan semerbak teh hijau itu dengan tatapan kosong dan tubuh yang terdiam kaku.

Tak!

PRANG!

Mebuki menghancurkan gelas mungil berisikan teh hijau itu dengan wajah merah padam. "Arggggh!" dan berteriak histeris.

Kizashi yang sedari tadi memerhatikan sang Istri seraya berbaring di sofa dengan sebelah pipi lembam akibat ulahnya sendiri di gereja satu jam yang lalu itu segera bangkit dan langsung merengkuh bahu Istrinya guna untuk menenangkan perasaan sang Istri yang tengah kalut itu. Setidaknya itulah pikiran pria paruh baya itu.

"Ssst tenanglah Sakura hanya bocah—"

"KYAAH! KENAPA ADA KECOA DI TEH HIJAUKU KIZASHI?!" setelah berteriak tak elit a la anak alay zaman sekarang Mebuki pun berlari terbirit-birit dengan tubuh yang bergetar hebat.

"..."

"Hiiihh kecoa menjijikan! Awww! Tunggu saja besok aku akan membasmi para kaummu yang telah berani menginjak wilayah kekuasaanku!" jerit Mebuki di sepanjang perjalanan menuju kamarnya dengan tampang jijik.

—Dan tanpa Mebuki sadari ia telah meninggalkan sang Suami—Haruno Kizashi yang tengah melongo dengan tampang bodohnya.

'Apa Seekor kecoa mampu memusnahkan kekhawatiran seorang Ibu pada Anaknya? Aku harus browsing di internet sekarang!' dan pria berhelaian pink pucat itupun mulai anteng dengan gadget-nya.

Oh Haruno Sakura sepertinya rasa sayang dan kepedulian orang tuamu padamu patut dipertanyakan mulai sekarang.

.

.

.

.

.

...Meanwhile...

"Un! Itachi cepat kerjakan tugas Sekolah itu!" omel seorang pemuda berhelaian blonde tua terkuncir setengah itu pada sang sulung Itachi yang terlihat malas-malasan di sofa.

Ya setelah pulang dari pesta satu jam yang lalu sang sulung Uchiha itu harus kena semprotan Deidara teman sekelompoknya dalam pr Sekolah.

"Nanti saja Dei! Kau tahu? Kejang-kejangku kambuh lagi tadi! Setidaknya biarkanlah aku istirahat sejenak, oke?" sahut Itachi sedikit meringis mengingat kejadian yang—menurutnya sangat mengerikan tadi di gereja.

Deidara hanya mampu menghembuskan napasnya lelah. "Haah kau terlalu berlebihan baka! Adikmu dan temannya itu masih bocah dan polos, maklumi saja apa yang mereka lakukan. Namanya juga bocah un," ujar Deidara enteng dan langsung mendapatkan death glare dari sang sulung Uchiha itu.

Ya Itachi telah menceritakan sikap abnormal Adiknya itu pada Deidara mengingat pemuda blonde itu sahabat karibnya membuat Itachi sedikit banyak dapat berbagi masalahnya dengan sahabatnya itu.

"Hn. Kau belum tahu kadar ke-abnormal-an Adikku Dei! Setelah kau melihat tingkah abnormal Adikku dengan mata kepalamu sendiri aku yakin kau pun pasti akan stress sepertiku. Haah ... entah apa yang terjadi pada Sasuke dan Sakura. Pikiran mereka telah dewasa sebelum waktunya, sekarang pun entah apa yang sedang dilakukan mereka di kamar Sasuke." Ujar Itachi seraya menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa.

Deidara mengedikkan kedua bahunya tak peduli. "Mungkin mereka sedang melakukan first night-nya?" Deidara menyeringai jahil ketika melihat pemuda bermanik onyx yang tengah duduk di depannya langsung duduk tegak.

"APA? Ah benar juga! Aku harus memeriksa mereka!"

Lalu tanpa komando Itachi pun melangkah keluar kamarnya dengan tergesa-gesa menuju kamar Sasuke dan meninggalkan Deidara yang menghembuskan napas pasrah. "TUNGGU AKU UN!"

—Dan Deidara langsung berlari menyusul Itachi.

.

.

.

.

.

Tap!

Itachi menghentikan langkahnya sejenak ketika melihat kedua orang tuanya tengah bercengkrama ria di ruang tamu seraya meminum teh.

'Dasar orang tua tidak peka! Kenapa mereka malah enak-enak ngobrol begitu? Seakan kejadian di gereja tadi tak pernah terjadi.' batin Itachi sweatdrop. Lalu tanpa ingin ambil pusing Itachi pun kembali melangkahkan kakinya menuju tujuan utamanya.

Setelah beberapa menit berjalan menuju kamar Adiknya, akhirnya kini Itachi telah berdiri tepat di depan kamar Sasuke yang tertutup rapat.

Deg!

Deg!

Deg!

'Kumohon untuk kali ini saja baka Otouto ... jangan membuatku kejang-kejang lagi. Kau tahu rasanya sangat melelahkan!' Itachi merengek lelah di dalam hatinya seraya menatap pintu kamar Sasuke dengan tatapan kosong.

Ketika tangan Itachi hendak menyentuh handel pintu itu tiba-tiba—

Puk!

Deg!

Itachi terdiam kaku ketika merasakan tepukan di bahunya. "Kenapa kau meninggalkanku un?"

Itachi menghela napas jengah. "Hn. Mari kita lihat apa yang terjadi pada Adikku yang abnormal itu saat ini." Ujar Itachi datar.

"Hehe sudah kubilang mereka pasti sedang melakukan—"

PLAK!

"Aawwww!" Deidara meringis ketika Itachi dengan wajah datar menampar pipinya sedikit keras.

"Diamlah Deidara! Sasuke tidak mungkin mel—"

'Kyaaaaah—! Sasu sakitttt! Hikss, lihat Saki beldalah! Huwaaa!'

'S-Saki ... tenang dulu! Jangan panik ya? Sasu jilat ya? Supaya ngga pelih?'

'Ihh jangan dijilat Sasu! Jolok! Saki udah ngga papa ko. Kita lanjutkan saja!'

'Hn baiklah. Sebagai gantinya Saki halus jepit Sasu ya? Rasanya pasti enak, Sasu lagi kesemutan nih.'

Deg!

Itachi dan Deidara memandang pintu yang tertutup di depannya itu dengan tatapan horror, keringat dingin mulai membasahi kedua tubuh pemuda berumur 17 tahun itu ketika mendengar suara aneh di dalam sana.

Tep!

Tanpa mereka sadari kedua tangan mereka saling bergenggaman erat, saling pandang sejenak Deidara tersenyum canggung dan Itachi hanya memandang Deidara datar.

"U-un ... k-kita salah dengar, 'kan? L-lagipula a-aku hanya bercanda." Ujar Deidara tergagap.

"Hn, kurasa kita memang salah dengar—"

'Ahhh Saki kamu terlalu kelas menjepitku!'

'A-aa? Benalkah? Maafkan Saki ya Sasu?'

'Hn, tak apa. Walaupun sedikit pelih tapi lasanya enak ko, Sasu 'kan kuat! Aku lanjutkan ya?'

'Y-ya pelan-pelan ya Sasu? Hyaaaa! Awwh!'

Deg!

Deg!

Deg!

Brush!

Bruk!

Akhrinya suara Sasuke dan Sakura yang terakhir itu berhasil—

—menumbangkan Deidara dengan darah yang mengalir deras di kedua lubang hidungnya.

Dan ...

Bruk!

"Sa-Sasuke ... Sa-Sakurah ggrrr ... grrr ... grrr—!"

—Untuk yang kesekian kalinya pasangan bocah SasuSaku itu berhasil membuat Itachi sekarat dengan penyakit kejang-kejangnya.

.

.

.

.

.

...Sementara itu...

Bruk!

Sasuke menutup rapat pintu kamarnya, di tangannya Sasuke membawa sebuah kantung hitam entah apa isinya lalu bocah itu menaiki tempat tidurnya dan duduk tepat di samping Sakura yang tengah duduk seraya memeluk boneka Dolphin milik Sasuke.

"Sasu kamu bawa apa?" tanya Sakura bingung.

Sasuke kecil menyeringai. "Ini malam peltama kita, 'kan? Ayo kita lakukan Saki!"

"Eh? Melakukan apa Sasu?" Sakura mengerjapkan kedua bola matanya lucu.

Sasuke tersenyum lebar dan membuka kantung hitam di tangannya. "Taraaaa!"

"Ini jepitan baju, 'kan? Untuk apa Sasu?" tanya Sakura ketika melihat isi kantung itu.

"Kita belmain jepit-jepitan yuk? Pasti menyenangkan!" ujar Sasuke seraya menumpahkan jepitan baju itu di atas tempat tidurnya.

"Jepit-jepitan? Bagaimana calanya Sasu?"

Sasuke mengambil satu jepitan lalu Sasuke memegang tangan Sakura. "Caranya seperti ini!"

Ctek!

"Kyaaaaah—! Sasu sakitttt! Hikss, lihat Saki beldalah! Huwaaa!" Sakura menangis kecil ketika Sasuke terlalu kencang menjepitkan jepitan itu di tangannya sehingga mengeluarkan sedikit darah di ujung kuku jarinya.

Sasuke panik bukan main melihat gadis di depannya menangis, maka dengan cepat Sasuke melepaskan jepitan itu dari jari Sakura. "S-Saki ... tenang dulu! Jangan panik ya? Sasu jilat ya? Supaya ngga pelih?" ujar Sasuke seraya hendak menjilat jari Sakura tapi—

Plak!

Sakura menepis tangannya. "Ihh jangan dijilat Sasu! Jolok! Saki udah ngga papa ko. Kita lanjutkan saja!" ujar Sakura seraya tersenyum manis.

Sasuke tersenyum lebar lalu mengusap tangan Sakura lembut. "Hn baiklah. Sebagai gantinya Saki halus jepit Sasu ya? Rasanya pasti enak, Sasu lagi kesemutan nih." Ujar Sasuke seraya memberikan telapak tangannya yang tengah kesemutan entah karena apa pada Sakura.

Sakura mengambil jepitan baju berwarna merah dan—

Ctek!

"Ahhh Saki kamu terlalu kelas menjepitku!" ujar Sasuke sedikit meringis karena rasa ngilu yang terasa di jari telunjuknya.

"A-aa? Benalkah? Maafkan Saki ya Sasu?" Sakura menatap Sasuke dengan mata berkaca.

Sasuke tersenyum lebar seraya menggeleng. "Hn, tak apa. Walaupun sedikit pelih tapi lasanya enak ko, Sasu 'kan kuat! Aku lanjutkan ya?" lalu Sasuke pun mulai mengambil tiga jepitan sekaligus dan menjepitkannya pada tiga jari kecil Sakura.

"Y-ya pelan-pelan ya Sasu? Hyaaaa! Awwh!"

.

.

.

.

.

Dan mereka pun terus bermain hingga tertidur tanpa sadar telah menumbangkan kedua pemuda tampan yang salah paham karena percakapan kedua bocah trouble maker yang polos namun mematikan itu.

Poor Itachi, Deidara!

.

.

.

.

.

.

.

.

- Owari -

A/N : Hallo minna :) Makasih ya udah pada mau baca fanfic gaje nan ancur ini dan Sasa come back bab 3 nya nih. Fanfic ini adalah selingan di tengah pengerjaan fanfic Sasa yang lain xD Ah ya ada beberapa review yang bilang tema buat SasuSaku chibi ini terlalu dewasa ya? Maaf ya dari awal Sasa bikin emang udah di rencanain tema beginian :3 Kalo emang readers-san ngga suka atau keberatan dengan tema seperti ini ... Sasa ngga maksa kalian buat baca fanfic Sasa ko :) Thanks ^^

Sign,

UchiHaruno Misaki.