Jinakkan Aku

Disclamer:
Durarara by Narita Ryohgo

Warning:
Random. Super Short.


"Hei, Shizu-chan, kutantang kau untuk menjinakkanku!"

Pada dasarnya Shizuo ingin melongo, tapi dia tau itu tidak elit dan tidak seharusnya dia membiarkan kutu busuk di depannya untuk melihat dirinya dalam keadaan tidak elit. Jadi dia menyimpan kebingungannya dalam hati. Meskipun sebenarnya dia yakin si kutu akan tetap tau kalau dia sedang bingung.

Jadi keadaannya begini,

Shizuo sedang berjalan santai mengikuti ke mana Tom-san berjalan. Tentu saja dia tidak mau tau ke mana, itu urusan Tom-san. Kepalanya bisa penuh kalau dia mau-maunya menghapalkan jalur-jalur yang harus dia lewati untuk menagih hutang. Sekali lagi, itu urusan Tom-san. Shizuo hanya perlu mengekor dan berusaha untuk menahan amarahnya dari kelakuan-kelakuan tidak benar orang-orang yang dilewatinya.

Mereka melewati Rushi Sushi dan menyapa Simon yang sedang mempromosikan restorannya dengan logat Rusia-Jepangnya yang sebenarnya agak kacau. Simon hanya membalas dengan cengiran dan menjulurkan sebuah pamflet dan berkata, "Sushi enak. Tom-san mampir. Shizuo mampir," yang kemudian dibalas dengan anggukan pelan mereka.

Tom-san dan Shizuo masih melanjutkan perjalanannya dengan damai pada titik itu.

Mereka melewati sebuah toko buku kecil dan melihat Yumasaki dan Karisawa sedang meributkan entah apa. Demi kesehatan jiwa mereka sendiri, mereka berlalu sambil berharap Yumasaki dan Karisawa tidak menyadari keberadaan mereka.

Tom-san dan Shizuo masih merasakan kedamaian di Ikebukuro saat itu.

Mereka melewati tiga anak perempuan SMA dengan dandanan mencolok sedang mengejek dua anak perempuan lain yang sepertinya baru lulus SMP. Shizuo hanya menggeram dan tiga anak perempuan berseragam SMA itu langsung lari tunggang langgang.

Menyadari siapa yang barusan ditolongnya, Shizuo langsung menyesal. Kutu-kutu mini alias Kururi dan Mairu.

Perjalanan Tom-san dan Shizuo mulai terganggu karena ada dua anak perempuan yang mengikuti mereka.

Di depan ada kerumunan. Sepertinya sedang ada kejadian besar hari ini. Shizuo tidak ingat apakah hari ini adalah suatu hari besar tertentu. Tapi di Ikebukuro, setiap hari bisa menjadi ramai bahkan tanpa alasan yang jelas. Meskipun Shizuo tau biasanya itu adalah ulah kutu busuk yang sepertinya sudah dilahirkan untuk mengganggu hidup Shizuo.

Tapi kerumunan itu menarik perhatian si kembar dari Shizuo jadi mungkin untuk kali ini Shizuo akan memaafkan Izaya. Hah, seolah-olah.

Shizuo mengira perjalannya dengan Tom-san akan kembali berjalan lancar.

Sampai tiba-tiba seseorang dengan jaket berbulu itu muncul di depan Shizuo. Berdiri terlalu dekat sampai Shizuo terlalu kaget untuk mencari barang untuk dilempar—bahkan dia lupa kalau dia bisa melempar tinjunya sendiri.

"Hei, Shizu-chan, kutantang kau untuk menjinakkanku!" katanya dengan senyum lebar sok inosen. Karena Shizuo tau tidak ada secuil pun dari Izaya yang inosen. Karena kutu busuk itu busuk.

"Apa maksudmu, huh, Izaya-kun!?" geram Shizuo. Pasti ada yang tidak beres dengan hidungnya hari ini. Mungkin dia mulai terkena flu musim panas—meskipun saat itu sedang musim semi. Karena dia samasekali tidak bisa mencium bau busuk yang biasanya selalu menguar dari Izaya sampai dia tidak tahan untuk tidak melempar Izaya dari Ikebukuro.

Izaya yang ada di depannya, berbau harum. Seperti kelopak bunga sakura.

Bahkan kalau ini adalah shoujo manga, Shizuo bisa membayangkan akan ada bebungaan yang bertebaran di panel Izaya saat dia mengatakan tantangannya tadi.

Orang macam apa yang menantang orang lain seolah-olah dia sedang menyatakan cinta?

Dan sumpah, deh, muka Izaya sebenarnya masih terlalu dekat untuk kenyamanan Shizuo.

"Aku... aku... aku mencintai seseorang." Kata Izaya dengan pipi memerah. Sebenarnya dia sedang memainkan apa, sih? Drama Korea? Seingatnya biasanya Izaya akan berada dalam setting psychological thriller.

Lalu kenapa mendadak Shizuo merasa sedang berada dalam setting sebuah drama komedi romantis picisan?

"Hah. Cinta? Kau?"

Izaya menatap Shizuo tajam. "Shizu-chan jahat!" kemudian merengut, "Aku kan mencintai semua manusia-manusiaku. Mereka punyaku dan aku akan tetap mencintai mereka sepenuh hati. Tapi cinta yang ini beda. Kau tau, cinta yang membuatmu berdebar-debar itu. Ah, aku lupa, pasti Shizu-chan tidak tau. Dia kan monster. Mana bisa dia jatuh cinta," Izaya mulai melantur.

Memunculkan pertigaan di dahi Shizuo. Orang ini bisa tidak, sih, sehari saja tidak membuatnya emosi? "Siapa bilang!? Aku pernah mengalami cinta yang seperti itu," ups. Tu, kan, Shizuo jadi hilang saringannya kalau sedang emosi begitu. Masalah Shizuo pernah mengalami cinta yang seperti itu hanya dia saja yang tau. Bahkan objek cintanya saja tidak tau. Bagaimana bisa dia mengatakannya pada kutu sialan ini.

Shizuo lupa kalau memanipulasi kelakukan manusia adalah pekerjaan Izaya sehari-hari.

"Benarkah? Bernarkah? Benarkah?" mata Izaya melebar penuh keingintahuan. Dan satu bayangan yang tidak bisa Shizuo artikan. "Kalau begitu Shizu-chan sudah tau rasanya. Makanya kau harus membantuku,"

"HAAHH!?"

"Habisnya, aku kan tidak bisa minta bantuan yang lain lagi. Kalau aku minta bantuan Shinra, dia akan menjejaliku dengan obat. Kalau aku minta bantuan gengnya Dotachin, Erika-chan akan mengikatku dan menaruhku di kasurmu. Kalau aku minta bantuan Simon, aku akan dipakasanya jualan sushi seumur hidup. Kalau aku...,"

"Sudah! Hentikan! Diam! Mendengar suaramu membuat telingaku sakit!" kata Shizuo sambil menaruh tangannya di mulut Izaya yang memang masih berada dalam jangkauan tangannya.

Dan sedikit heran karena Izaya tidak mencoba untuk menggigit tangannya.

Dan ketika Izaya menggosokkan pipinya ke tangan Shizuo, Shizuo semakin yakin kalau ada yang tidak beres dengan kutu yang ada di hadapannya. Mungkin sebenarnya dia sudah meminta bantuan Shinra dan sekarang sedang berada di bawah pengaruh obat yang tidak jelas efek sampingnya.

Shizuo kemudian menoleh ke arah bosnya, "Tom-san, bisa tidak aku ijin hari ini? Aku harus mengurus kucing liar ini sebentar,"

Tom-san memandangnya dengan cara yang tidak bisa Shizuo artikan, kemudian mengangguk.

Dan Shizuo menyeret tudung jaket Izaya dan membawa kucing itu ke tempat Shinra.

Kalau dia menjadi aneh begitu karena pengaruh obat dari Shinra, seharusnya Shinra yang mengembalikannya ke keadaan semula—agar Shizuo bisa menghajarnya dengan santai nantinya—dan Shizuo tidak perlu dilibatkan dalam proses penyembuhan Izaya.

Or not?


(Tau nggak, sih, kucing itu Bahasa Jepangnya adalah neko. Dan neko adalah istilah lain dari uke. Ya, gitu aja.)

(Idenya didapat dari sebuah fic Shizaya Bahasa Inggris yang judulnya Just Don't Hate Me. Itu kayaknya akan angst parah gitu. *baru baca dikit* Pokoknya pas adegannya Shizuo memutuskan untuk menjinakkan Izaya, saya langsung kepikiran adegan beginian. Semacam gimana kalo Izaya yang minta dijinakkan... ehehe)

(Ini bisa jadi oneshot atau pun multichap. Tergantung mood penulis dan tanggapan pembaca. XP –soalnya pada dasarnya pas nulis ini jadi kebayang adegan-adegan lain gitu, tapi nggak ada timeline sama ending-nya, jadi nggak tau apakah kepala saya bisa meluruskan potongan-potongan itu menjadi bentuk yang utuh.)

(Pernah nggak, sih, kebanyakan baca fanfic terus malah jadi lupa cerita aslinya kayak gimana? *abis nonton harpot terus bingung gegara ceritanya beda sama yang di kepala*)