Author: Selly Yamazaki Uchiha
Inspirated: L-DK
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Selamat membaca!
"Selesai!" ucap perawat UKS yang mengikatkan perban ke pergelangan kaki Naruto.
"Makasih Bu Shizune," jawab Naruto sangat pelan hingga terkesan seperti berbisik. Shizune mendongah menatap iba Naruto yang menatap kosong kakinya yang diperban.
Sangat jarang sekali Shizune melihat mata Naruto sehampa itu, bahkan mungkin tidak pernah melihatnya karena ia kerap kali melihat Naruto selalu ceria dengan mata yang berbinar-binar dimanapun Naruto berpapasan dengannya. Ia ingin sekali menanyakan masalah apa yang dialami Naruto namun ucapan itu tak mampu ia ucapkan karena dia tak punya hak untuk bertanya kecuali Naruto sendiri yang mau menceritakan.
Rasa penasarannya pun ia telan lagi dan beranjak bangun menuju lemari perlengkapan obat sebelah meja kerjanya.
"Bu, menurut ibu aku ini orangnya seperti apa?" Naruto memulai pembicaraan, masih dengan nada pelan tapi lebih dapat didengar dari pada yang sebelumnya. Shizune terdiam sejenak, ia tak menyangka Naruto secepat ini menceritakan keluh kesahnya, ia kira akan memakan berminggu-minggu atau mungkin tak akan pernah tau, mengetahui bahwa dirinya dan Naruto hanya sekedar 'dokter dan murid'.
"Menurut ibu kamu itu orangnya baik, ramah, dan ceria."
"Hmm...begitu ya..." jawab Naruto sambil tersenyum pahit.
"Kenapa emangnya Naru?" Shizune balas bertanya, dia tak mau perbincangannya berhenti begitu saja dengan Naruto. Sekarang bukan rasa penasaran lagi yang dia rasakan, melainkan rasa peduli layaknya 'guru dan murid' yang ingin membantu muridnya yang ingin menceritakan keluh kesahnya, berharap ia dapat membantu.
"Kayaknya aku bukan orang baik seperti yang ibu fikir."
"Maksud kamu apa Naru..." setelah mengambil obat penghilang nyeri buat Naruto di lemari obat, Shizune berjalan menghampiri Naruto lagi ke tempat tidur UKS.
"Aku menyakiti orang yang aku sayangi secara gak langsung dengan kelakuanku bu. Ditambah lagi aku gak bisa berbuat apa-apa saat dia udah tau semuanya. Seharusnya aku gak menyembunyikannya dari dia, seharusnya aku menceritakannya, tapi...karena keegoisanku, aku tak mampu mengungkapkannya dan malah berpangku pada waktu. Aku gak pantas bu dipanggil gadis baik kayak yang ibu bilang, aku jahat."
Shizune mengerutkan keningnya semakin iba pada Naruto yang kini semakin terlarut dalam emosinya, air mata pun keluar deras mengalir ke pipinya. Tak tega lagi melihat Naruto sedih, Shizune pun merangkul Naruto dan memeluknya sangat erat, mencoba menenangkan gadis berambut pirang tersebut yang semakin terisak keras dalam pelukannya. Kini Shizune paham maksud dari curhatan Naruto. Semua ini pasti berhubungan sama Ino, sahabat Naruto. Shizune tahu betul kalau Ino adalah sahabat terdekatnya, dan kini mereka sedang bertengkar mendebatkan sesuatu hal yang penting buat mereka.
"Kamu jangan ngomong gitu, kamu anak yang baik kok. Semua manusia pasti punya kesalahan, dimana kesalahan itu akan membuat kita menjadi lebih baik lagi. Kamu harus melawannya, jangan hanya diam menunggu keajaiban. Segala urusan tak akan datang dan berubah dengan sendirinya tanpa usaha. Kamu harus bangkit dan cobalah memberanikan diri untuk menjelaskannya padanya, jangan hanya diam dan menunda-nunda. Itu hanya menyakiti dirimu dan dirinya," balas Shizune sambil menepuk-nepuk bahu Naruto. Secara tidak langsung Shizune menyarankan Naruto untuk berbaikan dengan Ino. Namun isak tangis Naruto semakin besar, bahkan sampai terdengar diluar ruangan UKS. Untungnya kelas sudah dimulai jadi koridor UKS aman dari lalu lalang siswa.
Namun meski tiada murid yang berlalu lalang disana, namun masih ada satu orang yang berdiri tegang disisi daun pintu UKS tengah menatap nanar Naruto yang menangis tersedu-tersedu. Dia adalah Ino.
Sasuke bersandar di pilar tempat parkir sekolah. Sasuke menoleh kekiri kekanan menunggu seseorang yang saat ini sangat ingin ia temui, tapi sebelum itu dia sempat menanyakan keadaan Naruto serta kondisi kakinya dahulu via chatting online.
=Dobe=
Kamu udah pulang? √√
Gimana keadaan kaki kamu? √√
Apa udah baikan? √√
Kabarin aku kalo kamu mau pulang, kita pulang bareng √√
Masing-masing chattannya hanya dibaca saja oleh Naruto, dia menghela nafas tak tau harus berkata apa, hubungannya dengan Naruto semakin buruk, ditambah saat kejadian tadi siang. Ia memang tersakiti dengan ucapan telak Naruto, tapi ia juga tak bisa mengungkiri bahwa dia juga salah telah merusak hubungannya dengan Ino. Ia tak menyadari waktu itu Ino akan datang ke apartment nya dan Naruto, seharusnya ia lebih berhati-hati jika ingin bercanda dengan Naruto.
Sasuke mengacak-acak belakang rambutnya sambil menghela nafas berat, karena merasa jahat saat itu. Dia tak langsung bertindak cepat ketika melihat Ino menatapnya dari bawah apartment. Bukannya menjelaskannya, dia malah menatapnya balik, dengan tajam pula. Kebiasaan buruk itu selalu muncul jika Sasuke lagi keasikan akan sesuatu namun diganggu.
Beberapa saat kemudian orang yang dia cari yaitu Ino pun muncul. Tapi belum sampai ke parkiran, Ino menyadari kehadiran Sasuke didekat parkiran dekat sepedanya, sehingga Ino mundur dan berlari kabur menjauhi Sasuke.
"Woy! Tunggu!"
Sudah 3 jam an Naruto bersandar di pagar salah satu rumah dekat sungai. Langit yang awalnya kejingga-jinggaan kini berubah menjadi gelap. Disana Naruto hanya berdiri saja sambil menundukkan kepala, dimana dirinya selalu melakukan aktifitas yang sama tiap menitnya yaitu menendang batu kerikil terdekat dan juga sesekali melihat notifikasi di smartphone nya, berharap mendapatkan chat balasan dari Ino.
Karena tak kunjung terima balasan dari Ino, Naruto kembali membuka aplikasi chatting online nya.
=Ino=
Ino aku depan rumah kamu √√
Keluar dong...dingin nihh
Ino...maafin dongg, pliss √√
Kok cuma dibaca doang...? aku kan mau jelasin semuanya, kamu salah paham
Naruto menghela nafas berat. Lagi-lagi cuma dibaca, batin Naruto. Kaki Naruto terasa kebas, dia jongkok sambil meringis pelan dan menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya.
Naruto kembali mendongah memandangi nanar kamar Ino yang kini diterangi lampu di lantai 2. Naruto kembali menghela nafas sebelum dirinya akhirnya memilih pulang meninggalkan rumah Ino dengan wajah sedih.
Dilain sisi, Gaara yang baru keluar dari toserba dekat persimpangan jalan melihat Naruto diseberang jalan. Gaara mengerutkan keningnya heran melihat Naruto yang masih berseragam sekolah masih berkeliaran di jalanan, karena cemas Gaara pun berlari menyebrang jalan raya menghampiri Naruto.
"Ngapain sendirian disini?" tutur Gaara sesampainya disana. Naruto tersentak dikagetkan oleh suara Gaara yang memang cukup besar untuk didengar itu, dan matanya juga membelalak melihat Gaara yang tersenyum tanpa dosa itu menanyakan apa yang dia lakukan.
"Kamu ngagetin aku tau ka!" bentak Naruto cemberut.
"Hahaha, maaf, maaf. Kamu ngapain malam-malam sendirian disini, masih pake seragam sekolah pula."
"Ah...aku abis maen kerumah temen, tapi dianya gak ada. Kakak sendiri ngapain?"
"Beli persediaan kue," balas Gaara sambil sedikit mengangkat plastik belanjaannya.
"Lah ngapain jauh-jauh ka? dekat apartment gak ada?"
"Tadinya aku kesana tapi raginya abis, beli satu-satu kayaknya ngerepotin jadi yah aku ke toserba sebelah sana aja sekalian beli semuanya."
"Oh..." sahut Naruto kembali lemas. Gaara membungkukkan sedikit badannya memperhatikan wajah Naruto yang kembali kusut, dalam hati Gaara bertanya-tanya pasti ada apa-apanya sampai Naruto terlihat murung seperti ini. Dia tak mungkin bertanya begitu saja apa masalah yang dihadapi Naruto sehingga dirinya pun lebih memilih menghiburnya daripada menanyakan sesuatu hal yang mungkin akan lebih menyakitinya. Kemudian muncullah sebuah ide dalam benaknya yang kebetulan muncul saat mengingat promo poster yang ia baca tadi di supermarket. Dengan senyuman hangatnya, Gaara tak sungkan memegang memegang tangan kanan Naruto dan berkata;
"Daripada cemberut gitu, gimana kalo kita ke Disneyland?"
Naruto merespon ajakkan Gaara dengan mengangkat wajahnya.
"Kebetulan lagi ada diskon, tadi aku lihat di toserba. Lumayan loh diskon 30%..."
"Masa sih?"
Mendengar balasan dari Naruto tersebut, Gaara menjadi semakin semangat, apalagi ekspresi sedih Naruto sedikit demi sedikit mulai larut seiring dirinya membicarakan disneyland dan promo diskonnya.
"Terus belanjaan kakak?"
"Tenang, aku bukan ngangkat batu kok, belanjaan model gini mah masih gak ngerepotin," guyon Gaara yang sukses membuat Naruto tertawa.
Gaara menyeringai senang melihat senyuman lebar itu kembali terlukis di bibir Naruto. Tanpa fikir lagi, Gaara pun menarik Naruto menaikki bus menuju Disneyland.
TBC
A/N: maaf ya guys telat update, lagi banyak urusan, tapi sekarang aku balik lagi hehe
semoga kalian suka chapter barunya, bye!