Disclaimer
Hajime Isayama
Author
Queen Not Devil
Tidak ada pantai seindah Pantai Acalpuco di Mexico.
Yah, setidaknya itu lah pemikiran Eren Jaeger, pemuda enam belas tahun yang tengah menghabiskan liburan musim panasnya di luar Berlin, tempat kelahirannya dan di mana ia dibesarkan selama ini.
Eren tampak antusias, namun karena mengalami jet lag begitu sampai di bandara, siang itu terpaksa harus dia habiskan untuk tidur di kamarnya saja. Ia sudah mem-booking kamar VIP di hotel Fiesta Americana Villas Acapulco. Sebagai seorang ibu yang baik dan begitu memanjakan anak semata wayangnya, Carla Jaeger memang wanita yang luar biasa.
Kali ini, Eren berlibur tidak sendirian. Dia ditemani beberapa temannya yang juga menginap di tempat yang sama.
Hanya saja berbeda dengan Jean yang satu kamar dengan Marco, Reiner dengan Berthold, dan Armin yang baru Eren ketahui ternyata ber-gender wanita satu tempat tidur dengan Mikasa, si pemilik zamrud berpoles safir itu justru tidak punya roommate. Si gadis oriental sempat menawarkannya agar tidur bertiga dengan dia dan Armin saja, hanya saja langsung Eren tolak dengan alasan harga dirinya bisa terluka.
Lagipula, di rumahnya dia juga sudah biasa tidur sendiri kok. Karena merasa sudah menghabiskan waktunya untuk terbaring di kamar seharian, malam itu, sekitar pukul Sembilan Eren memutuskan untuk jalan-jalan. Tidak perlu jauh, cukup menyusuri pesisir pantai saja.
Menikmati keindahan malam di kota yang selama ini selalu dia impikan.
"Cadijo…" Eren bergumam. Mendadak teringat mitos yang cukup melegenda di Mexico.
Entah kenapa dia jadi kepikiran soal itu? Dan kenapa juga angin malam ini terasa sangat dingin membuat bulu kuduknya berdiri?
Eren menoleh kanan-kiri. Sepi.
Ngomong-ngomong soal Cadijo. Cadijo adalah seekor anjing hitam yang dipercaya orang Mexico merupakan hewan jelmaan setan. Barang siapa yang melihat anjing hitam legam dengan mata merah menyala di malam hari, akan jauh lebih baik jika orang itu menghindar dan segera lari. Cadijo dikabarkan sering mendatangi anak-anak nakal yang keluar di malam hari di daerah pedesaan.
Tapi, kan, Alcapuco bukan pedesaan. Eren mengatur napasnya, berusaha tidak ambil pusing dan positif thinking saja.
Memang, mitos soal Cadijo itu membuatnya takut setengah mati. Pasalnya, siapa pun yang bertemu dengan makhluk jejadian itu, dikabarkan akan segera mati.
"Sebaiknya aku kembali ke hotel saja." Eren bergumam. Dia berbalik dan melangkah menuju hotelnya lagi. Namun sesaat, dia merasa ada langkah-langkah yang mengikutinya. Ketukkan langkah di atas pasir yang anehnya bisa dia dengar mengalahkan deruan ombak membuat tubuhnya gemetar.
Si brunette mempercepat langkahnya, semakin cepat juga langkah kaki di belakangnya. Eren berhenti, dia memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Dan anehnya, tidak ada apa-apa.
Astaga! Dia mulai paranoid. Eren kembali meluruskan pandangannya, hati-hati. Dengan mata terpejam rapat.
Biasanya, di film horror yang sering dia tonton, setan yang mengikuti sang peran utama akan menghilang ketika si pemeran utama menoleh. Tetapi ketika meluruskan pandangannya kembali, tiba-tiba setan itu sudah muncul di hadapannya. Dan si cast utama pun akan menjerit ketakutan membuat penonton ikut dibuat kaget karenanya.
Saat Eren membuka mata, di depannya tidak ada apa-apa. Tidak ada siapa pun.
"Ah, mungkin aku termakan imajinasiku sendiri." Eren merasa dirinya tolol karena parno tanpa alasan yang jelas. "Lagi pula jelas-jelas di belakangku tidak ada apa-ap-" Kalimat Eren terhenti, matanya melotot horror saat di belakangnya muncul anjing hitam dengan mata merah menyorot tajam. "-Pa."
Eren meluruskan kembali pandangannya. Tiba-tiba ingin menimpukki kepalanya sendiri karena sudah sok berani menge-check dua kali.
"SETAAAAAN!" Eren lari tunggang langgang. Tidak memedulikan apa pun lagi, yang ada di pikirannya saat ini hanya satu hal ; kamar.
QueenNotDevil
Tiba di kamarnya dengan napas memburu, Eren berusaha menormalkan degupan jantungnya yang tidak karuan. Napasnya sesak, tubuhnya gemetaran, keringat dingin membanjiri tubuhnya. Eren takut setengah mati, bagaimana kalau gara-gara kejadian ini dia memang benar mati?
Mitos mengatakan yang bertemu dengan Cadijo akan mati. Eren mengunyah bibir bawahnya. Tubuhnya mendadak lunglai. Liburan ke Alcapuco yang selalu dia mimpikan kini menjadi bencana.
Seharusnya, dia tidak keluar malam-malam juga. Eren nyaris menangis memikirkan kebodohannya.
"Mama, Papa, aku menyayangi kalian berdua." Eren berjalan lesu. Memutuskan menerima takdir yang sudah digariskan untuknya. Dia saat ini hanya ingin merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Jika seandainya tidak bisa bangun lagi esok paginya. Eren akan sepenuhnya pasrah. Berjalan menuju kasurnya, mata hijau berpoles biru miliknya berkedip beberapa kali.
Ada seorang pria yang Eren perkirakan lebih pendek darinya kini sedang duduk di atas kasurnya sambil menatapnya tajam. Rambut hitamnya sedikit basah, kulit pria itu putih pucat. Yang lebih mengerikannya, mata merah darah yang terus menyorotnya bengis perlahan-lahan berubah menjadi kelam.
Bibir kebiruannya, mengukir sebuah seringaian.
"Aku sudah menduga, Bocah nakal yang keluyuran di pesisir pantai malam ini memang benar-benar pas di beberapa bagian."
"Pas?" Eren membeo. Dia tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan pria di depannya. "Siapa kau? Kenapa bisa masuk ke kamarku?"
"Eren Jaeger." Levi memanggilnya dengan nada sedikit menggeram. Si brunette langsung merinding ketakutan. "Kau boleh memanggilku Levi.
"Dan jika kau bertanya kenapa aku bisa memasukki kamarmu. Bukan kah sudah jelas sejak tadi aku memang mengikutimu?"
"Ka-kau-" Eren terbelalak dia semakin ketakutan. "KAU CALDIJO ITU!"
Levi tidak menjawab, dia hanya berdiri kemudian menghampirinya perlahan. Eren semakin gemetar ketakutan.
"Berhenti! Jangan mendekat! Aku belum siap mati!"
"Ahm?" Levi mengangkat sebelah alisnya, senyuman mencemooh dia berikan dengan kurang ajarnya. "Kau belum siap mati? Itu artinya kau siap untuk yang lainnya bukan?"
"Apa maksudmu?" Eren memucat.
"Apa maksudku?" Levi mengejek. Pria cebol di depan sang brunette memang menyebalkan tidak ada bandingan.
"Jangan meniru apa yang kukatakan."
"Jangan meniru apa yang kukatakan." Levi menjadi-jadi. Dia memang setan usil yang senang mempermainkan mangsanya sebelum dirinya terkam.
"APA YANG KAU INGINKAN?!" teriak Eren sebal. Dia melotot garang pada sosok di depannya yang nyaris tidak berjarak. Kedua kaki pemuda beriris zamrud itu seolah dipaku, sama sekali tidak bisa beranjak dari tempatnya berdiri saat ini.
"Tadinya, aku mau mengambil nyawamu, Nak." Levi berkata jujur, dia bertopang sebelah pinggang dan melemparkan tatapan malas. "Tapi melihat tubuh molekmu itu, aku jadi berpikiran hal yang lain."
"Aku lelaki!" Eren melotot horror. Setan di depannya tidak terlalu menanggapi. "walau memang aku mengakui kalau sudah membuat Sir Erwin yang tampan menjadi homo, Jean si muka kuda beberapa kali kutolak cintanya, bahkan menentang keras usulan inses yang diajak Papa Grisha, aku ini lelaki normal."
Eren berkedip beberapa kali. Tidak menyangka feromon ukenya juga berpengaruh pada setan ehm-tampan-ehm di depannya.
"Lalu?"
"Tidak ada cara untuk sepasang lelaki bercinta." Eren berdehem. "Kau tahu, sesama pedang tidak bisa saling memasukki."
Levi memberikan senyuman mencemooh, dia memperhatikan ujung kaki Eren sampai ujung kepala, memberi perhatian lebih pada bokong semoknya yang sesekali dia curi lihat dengan memiringkan kepala.
"Bocah, aku tidak keberatan bermain pantat denganmu."
"APA MAKSUDNYA BERMAIN PANTAT?!" teriak Eren kesal sendiri.
"Ck!" Levi berdecak. "Kau bocah tidak tahu diri yang merepotkan," imbuhnya kurang ajar. "maksudku, tentu saja aku tidak keberatan menyodok bokong seksimu itu."
"TIDAAAAK!"
The end
Ah, entahlah. Susah payah saya menyelesaikan chapter ini. Saya masih merasa kurang bisa nulis fanfiksi. Rasanya nulis orific itu lebih mengalir dan lebih gampang. #jedukkinkepalakelappy
Tapi saya seneng nulis cerita online, karena di sini saya jadi bisa punya temen. Makanya walo susah saya tetap berusaha. #curcol
Untuk yang request bloody marry saya gak nulis soalnya idenya hampir sama kayak chap pertama ff ini. So, kalo punya ide yang lain, silahkan pada request. Makasih udah bersedia baca.
Salam
Queen Not Devil