The Player
By: 0312_luLuEXOticS
Cast: Luhan, Oh Sehun, and others
Pair: HunHan
Genre: RomCom(?)
Rate: T
Chapter: 7
A/N:
LIYYA MAU NGUCAPIN BAAAAAAAAAAAAAAAAAAANYAK TERIMA KASIH BUAT SEMUA AUTHOR YANG MAU IKUT BERPARTISIPASI DAN MERAMAIKAN 'HUNHAN BUBBLE TEA COUPLE' EVENT INI!
TERIMA KASIH JUGA BUAT READERS YANG SELALU SETIA BACA, FAV, FOLLOW, N REVIEW FF-FF YANG UDAH DIPUBLISH. DAN JUGA, MAKASIH BANGET BUAT SEMANGATNYA^^
#BIGHUG
.
.
Note: Semua cast di sini, Liyya cuma pinjem namanya aja. Cerita ASLI milik Liyya. Kalau ada kesamaan dengan cerita lain, itu murni hanya sebuah kebetulan.
Warning: Romance gagal, cerita abal-abal, ide cerita pasaran -_- typo(s) dimana-mana, feel ngawang(?) alias gak dapet *trus ngapa masih ditulis n di-post -_-* #Liyyanyengir XD
.
.
HAPPY READING^^
.
LONG CHAPTER! Siapin bantal, kasur empuk, obat anti mabok biar gak muntah^^
.
~HunHan Bubble Tea Couple~
Cinta.
Apakah dalam cinta membutuhkan sebuah pembuktian? Jika Sehun berkata kalau ia mencintai Luhan, apakah dia perlu membuktikannya terlebih dahulu?
"Tentu saja!" Baekhyun angkat bicara. "Jika Sehun benar-benar mencintai Luhan Hyung, dia jelas harus membuktikannya." Kyungsoo mengamini.
Bagaimana?
"Pertama-tama, Sehun harus meminta maaf kepada semua mantan-mantan kekasihnya yang entah berapa banyak itu!" jelas Lay.
"Dan setelah itu, dia juga harus bisa membuat kami yakin padanya!" sahut Kyungsoo.
Lalu, apa yang harus Sehun lakukan untuk mendapatkan hati dan kepercayaan trio bebek yang ternyata adiknya Luhan itu?
"Kau tahu kan? My Baekkie sangat menyukai 2NE1 sepertiku. Jadi, aku rasa mungkin kau bisa memberikan sesuatu yang berhubungan dengan itu sebagai permintaan maaf!" usul Chanyeol.
Sehun mengangguk paham.
Suho mengusap-usap dagunya. "Kyungsoo sih seperti ibu-ibu PKK yang sangat suka memasak. Mungkin kau bisa menghadiahkan seperangkat alat masak anti gores limited edition untuknya(?)." Namja pendek itu mengemukakan pendapatnya yang sarat akan keraguan.
Sehun menaikkan alisnya. Kemudian menatap Kris.
"Errrrrmmmmmmmmm!" Pemain basket terbaik di XOXO University itu menggaruk-garuk kepalanya. Matanya berputar-putar ke kanan kiri atas bawah memikirkan sesuatu sebagai jawaban, sebelum berakhir dengan sebuah cengiran konyol di wajahnya. "Aku... tidak tahu. Hehehehehe!"
Ketiga pria tampan itu memutar bola mereka malas.
"Yaaaa! Lay Baby memang seperti itu. Bahkan jika kita bertanya padanya pun, aku yakin dia akan memberikan jawaban yang sama!" ujar Kris membela diri.
Yeah! Semua orang tahu, Kris dan Lay memang pasangan super absurd, tetapi membuat banyak orang, khususnya para gadis, merasa iri.
Ya Tuhan! Sekarang apa yang harus ia lakukan?
.
.
~HunHan Bubble Tea Couple~
Pagi itu XOXO University terlihat berbeda dari biasanya. Ini baru pukul 06.30 pagi, dan kampus itu baru akan beroperasi sekitar satu jam lagi. Namun seorang namja tampan yang -katanya- idola para wanita terlihat sudah berada di sana. Namja tampan itu terlihat sibuk. Mengatur ini itu di area sekitar kampus demi menjalankan misinya. Dia tidak sendiri. Karena ada tiga namja tak kalah tampan di sana yang juga ikut membantu.
Misi pertama: Apology
Pukul 07.00 pagi. Satu persatu mahasiswa mulai memasuki area kampus. Mereka langsung terpaku sejenak di depan gerbang begitu melihat suasana di sekitar. Ini bukan Valentine. Jelas bukan, mengingat sekarang Incheon sedang dilanda musim panas, dan bukan musim semi. Namun hiasan apik di gerbang kampus dan sebuah stan kecil di sampingnya benar-benar mengingatkan semua orang akan hari kasih sayang itu. Sebuah stan yang dihiasi pernak-pernik berwarna senada dengan warna virus yang tengah melanda si pemilik stan.
Merah jambu
Rangkaian-rangkaian bunga tulip berwarna putih terlihat memenuhi beberapa keranjang yang terdapat di dalam stan. Dan sebaris tulisan digantung rapi di bagian depan atas stan.
'A thousand tulips for an apology!'
Sesuai judul yang terpajang di depan stan, hari ini Sehun memang berniat untuk memperbaiki kesalahannya. Dimulai dengan meminta maaf kepada mantan-mantan kekasihnya yang berjumlah sangat banyak itu. Sehun sudah mempersiapkan begitu banyak buket bunga yang melambangkan sebuah permintaan maaf yang tulus itu. Tulip putih yang ia cari bersama dengan Suho seharian kemarin. Tulip-tulip putih yang kemudian ia rangkai sendiri ditemani oleh Kris dan Chanyeol hingga menjelang pagi. Ia juga sudah mempersiapkan daftar nama-nama mantan kekasihnya beserta foto-foto mereka. Sebagai bukti kalau mereka benar-benar sudah memaafkannya.
Menjelang siang, namja tampan itu telah berhasil mengumpulkan tiga per empat 'maaf' dari mantan-mantannya. Hanya tinggal beberapa orang saja. Beberapa Noona yang telah lulus dari XOXO University dan tentu saja, trio bebek yang akan segera menjadi saudara iparnya. Kekasih dari ketiga Hyungnya itu memang dengan tegas menolak untuk mengunjungi stan yang ia bangun. Sehun tidak begitu kaget sebenarnya. Toh memang ia juga tidak terlalu berharap mereka akan datang, karena Sehun sendiri justru berencana untuk datang dan meminta maaf secara khusus pada mereka bertiga.
Setelah mendata dan memastikan siapa-siapa saja yang belum menerima bunga 'maaf'nya, Sehun bergegas merapikan barang-barangnya. Dia tidak mau menghabiskan lebih banyak waktu lagi. Seminggu sudah berlalu semenjak kejadian di malam nista itu. Seminggu sudah ia menghabiskan waktu untuk memikirkan apa yang akan dilakukannya. Dan yang lebih parah, seminggu sudah ia tidak melihat wajah sang pujaan hati alias Luhan atas larangan tiga adiknya itu. Uuurrrghhh! Apakah trio kerdil itu tidak tau kalau hal ini sangat menyiksanya? Ia bahkan tidak bisa menghubungi Luhan sama sekali selama seminggu ini.
"Aku berangkat, Hyung!" pamit Sehun usai memasukkan buket-buket tulip putih ke dalam mobilnya.
Suho menghentikan pekerjaannya. "Kau yakin akan pergi sendiri?" tanyanya sedikit khawatir. "Masih ada sekitar 12 orang lagi, dan itu tidak termasuk Baekhyun, Kyungsoo dan Lay, dengan alamat yang berbeda-beda dan berlawanan arah," sahut Kris.
Sehun mengangguk mantap. "Gwaenchanna, Hyung!" ujarnya. 12 rumah rasanya tidak begitu berat. Well, setidaknya itu lebih ringan jika dibandingkan dengan tiga adik tersayang Luhan.
"Yaaa! Kau nyaris tidak tidur semalaman. Bagaimana kalau kau tertidur saat menyetir?" Chanyeol ikut khawatir.
Sehun terdiam sejenak. Tidak dipungkiri, bahkan saat ini dia merasa sangat mengantuk. Tapi dia benar-benar tidak bisa mengulur-ulur waktu lagi. Ini tentang Luhan! Ini tentang perjuangannya. Ini tentang cintanya. Jadi dia harus kuat, kan?
"Aniyo, Hyung! Tenang saja. Aku akan menyetir dengan hati-hati!" jawab Sehun. "Errrm, kalian bisa membantuku untuk membereskan stan ini, kan?"
KrisYeolHo mengangguk serempak. Sehun ikut mengangguk paham, sebelum kemudian berjalan dan masuk ke dalam mobilnya. Menyalakan mesin kendaraan beroda empat itu dengan hati yang mantap.
"Aku baru tahu kalau Sehun memiliki sisi yang seperti ini!" komentar Kris.
Suho mengangguk setuju. "Kau benar. Bertahun-tahun bersama, baru kali ini aku melihat Sehun begitu serius memperjuangkan sesuatu, aniyo, seseorang."
Chanyeol mendecih pelan. "Aigoooo! Magnae kita terlihat benar-benar sangat keren!" puji namja keriting itu. "Mwoyaaa! Dia bahkan terlihat lebih keren dariku!" lanjutnya.
Kris dan Suho memutar bola mata mereka dengan sangat kompak. 'Benar-benar merusak suasana!' batin keduanya, lalu kembali melanjutkan pekerjaan mereka.
"Waaaaaaeeee?!" protes Chanyeol tak terima melihat sikap kedua Hyungnya.
Tidak ada yang menggubris protesan itu, membuat Chanyeol keki. Ia pun akhirnya memutuskan untuk ikut melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Untung saja hari ini mereka tidak ada kelas sama sekali.
~HunHan Bubble Tea Couple~
Misi kedua: Eyeliner, Owl, and Unicorn
Pukul lima sore, Sehun baru saja keluar dari rumah terakhir yang harus dia datangi. Pemuda dengan kulit seputih susu itu kembali melajukan kendaraan pribadi kesayangannya menuju tempat selanjutnya yang harus ia datangi demi memenuhi misinya. Tak lupa untuk mampir ke supermarket terdekat dan membeli sekotak susu dan sebungkus roti untuk menenangkan cacing-cacing di perutnya yang terus memberontak sejak siang tadi.
Sehun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil menikmati makan siangnya yang tertunda. Sesekali mata sipitnya menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan kalau ia berada di daerah yang benar.
Tiga puluh menit menembus jalanan kota Incheon, Sehun melihat banyak muda-mudi yang berkumpul di depan sebuah gedung dengan banner dan poster di tangan mereka. Beberapa membawa atribut lain seperti bando dan lightstick. Sehun merapikan penampilanya. Seburuk apa pun kondisinya beberapa hari terakhir, tentu ia tidak ingin memperlihatkannya di depan umum. Tangannya mengambil sesuatu dari dalam dasbor dan melangkah keluar dari mobilnya. Hari mulai gelap dan ia benar-benar sangat lelah dan mengantuk. Tapi dia harus melakukan ini.
Sehun melempar pandangannya ke sekeliling. Menatap kumpulan namja dan yeoja yang duduk tenang di depan gedung dan menatap layar besar yang menampilkan MV dari salah satu Girl Band papan atas Korea Selatan.
2NE1
Hari ini, grup itu memang sedang mengatakan acara fans meeting dalam rangka promo album terbaru mereka di Incheon. Acara dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama, yang akan dimulai beberapa menit lagi, adalah sesi VIP, dan hanya akan ada 20 fans beruntung saja yang bisa mengikutinya. Tepatnya 20 fans beruntung yang membeli 20 album khusus limited edition yang dikeluarkan oleh pihak managemen. 20 album dengan harga yang sangat luar biasa. Baru kemudian disusul dengan sesi untuk fans secara umum.
Sehun melangkah mantap, dengan dua tiket masuk di tangan kanannya. Chanyeol bilang, Baekhyun sangat menyukai grup ini, jadi Sehun memutuskan untuk menggunakannya sebagai batu loncatan demi mendapatkan sebuah kata 'ya' dari namja manis itu. Dan Sehun juga tahu kalau salah satu Hyung idiotnya itu juga sangat menggilai 2NE1. Jadi, mengeluarkan beberapa lembar untuk menyenangkannya, sepertinya bukan hal yang buruk, kan?
15 menit.
30 menit.
45 menit.
Acara berlangsung begitu meriah (bagi fans mereka tentunya). Namun bagi Sehun, itu sudah lebih dari cukup untuknya melepas penat dan lelah. Beruntung ia duduk di bangku paling belakang, jadi tidak ada yang memperhatikan ia yang tertidur di sana. Namun konsekuensinya, ia harus menunggu another 45 menit lagi untuk mengantri demi mendapatkan tanda tangan para personel grup.
Sehun sangat lelah. Ia merasa kalau seluruh persendian tubuhnya kaku. Matanya juga terasa begitu berat. Namun begitu ia meraih ponsel di saku jaket yang ia kenakan, dan melihat wajah Luhan yang tersenyum sangat manis di sana, rasa lelah itu berkurang. Saat ia membayangkan kalau semua yang ia lakukan ini adalah untuk namja manis itu, bahwa semua kelelahan ini sebanding dengan apa yang akan ia dapatkan nanti, Sehun tidak bisa untuk tidak melengkungkan bibirnya ke atas. Dia juga tidak bisa menghentikan jari-jarinya agar tidak mengetikkan sesuatu di layar ponselnya sebelum kemudian mulai menjalankan mobilnya kembali memecah jalanan kota.
Blamm
Sehun menutup pintu apartemennya perlahan. Melepaskan jaketnya, membuangnya ke sembarang arah dan berjalan masuk dengan langkah berat. Raut kelelahan terlihat sangat jelas di wajah tampannya. Lingkaran hitam di kedua mata sipitnya menandakan kalau ia tidak tidur semalaman. Iris coklatnya menatap sayu dengan kelopak mata yang nyaris tertutup. Beberapa kali ia mengangkat tangan untuk menutup mulutnya sendiri saat menguap. Dan begitu sofa empuk di ruang tamu apartemen mewahnya, inner Sehun memberontak dan berteriak kalau ia tidak sanggup lagi untuk melangkah lebih jauh. Dan begitu saja, ia menghempaskan tubuh kurusnya di sana tanpa perduli keadaan sekitar.
Kris, Chanyeol, dan Suho -yang keluar dari dapur saat mendengar suara pintu apartemen tadi- saling berpandangan satu sama lain. Melihat tubuh Sehun yang tergeletak tak berdaya dengan posisi tengkurap dan kembali saling melempar pandang. Ketiganya menggelengkan kepala dengan senyum terulas kemudian mulai bergerak. Kris dan Chanyeol menghampiri Sehun, sedangkan Suho berlalu ke kamar sang magnae.
Namja berperawakan bule itu dengan sigap membalik dan membenarkan posisi tidur adiknya agar bisa beristirahat dengan nyaman. Sebenarnya ia berfikir untuk mengangkat tubuh jangkung itu ke kamar, namun melihat pertumbuhan Sehun yang sangat drastis, ia mengurungkan niatnya. Chanyeol melepaskan sepatu dan kaus kaki yang masih terpasang rapi di kaki Sehun. Dan beberapa saat kemudian Suho muncul dengan bed cover yang diambilnya di kamar dan segera membalut tubuh Sehun.
"Aku akan memasak sesuatu. Siapa tahu nanti dia bangun dalam keadaan lapar, karena aku yakin sekali kalau dia belum makan siang," ujar Suho sambil berlalu menuju dapur. Kris dan Chanyeol mengangguk setuju kemudian menyusul Suho.
'Dari pada harus menonton Sehun mendengkur, lebih baik duduk di dapur dan mencicipi masakan Suho!' pikir kedua tiang listrik itu kompak.
.
.
"Aku sudah selesai!" ucap Luhan lemah. Namja cantik itu kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan dapur dengan gestur tubuh yang dibuat se'menyedihkan' mungkin. Ia juga sengaja membuat ekspresi wajah tak bersemangat di depan adik-adiknya dan tidak lupa sedikit memanyunkan bibir tipisnya sebagai efek tambahan. Langkahnya pelan, sangat pelan. Menunggu salah satu dari mereka untuk menghentikannya. Namun hingga ia keluar dari dapur, tidak ada satu kalimat pun yang keluar dari bibir BaekSooLay.
'Iiissshhh!'
Luhan berdecak sebal. Ia kembali melangkah, namun—
"Baekhyun Hyung! Apa kau tidak kasihan pada Luhan Hyung?"
— suara Kyungsoo menghentikan langkahnya. Luhan tersenyum senang mendengar itu dan memutuskan untuk tetap berdiri di sana. Menguping.
"Sepertinya ia sedih sekali. Tidak bersemangat. Padahal kan Luhan Ge adalah orang yang ceria." imbuh Lay. Dan senyum Luhan semakin melebar.
"Ya ya ya! Memangnya kalian sudah berapa tahun tinggal dengannya, eoh?!" tukas Baekhyun. Luhan berhenti tersenyum.
"Kalian percaya pada ekspresi sedih yang ditunjukkan oleh namja yang selalu menyebut dirinya MANLY meski dia memiliki wajah yang CANTIK dan memiliki obsesi pada HELLO KITTY itu?" tegas Baekhyun penuh penekanan pada beberapa kata dan sengaja menyaringkan suaranya. Luhan mengernyitkan keningnya tak suka mendengar kata 'cantik' yang sempat lolos dari bibir Baekhyun.
"Aku yakin sekali kalau sekarang dia sedang berdiri di balik dinding itu dan mendengar pembicaraan kita!"
Luhan terkesiap. Matanya melotot sempurna. Ia menolehkan kepalanya ke sana kemari. Mencari kalau-kalau ada kamera tersembunyi di salah satu sudut ruangan sebelum kemudian menjitak kepalanya sendiri saat menyadari betapa konyolnya ia saat itu. Namja manis itu kembali menoleh ke arah dapur dari balik tembok. Bagaimana si cerewet itu bisa tahu kalau ia ada di sini?
Baekhyun tersenyum miring, kemudian beranjak dari duduknya. Membuat Luhan menjadi panik saat mendengar suara kursi yang bergeser. "Yaaaa! Lulu Hyung! Kau mungkin bisa menipu kedua ahjumma ini, tapi kau tidak akan pernah bisa menipuku!" tegasnya.
Terdengar suara langkah kaki yang tengah berlari, disusul dengan suara pintu yang tertutup. Dari arah kamar Luhan dan Lay.
Baekhyun berbalik, kembali menatap kedua housemate dengan tatapan 'benarkan?!' dan melanjutkan makannya. Terkekeh pelan mengingat kekanakan Hyung tertua mereka. Mengabaikan tatapan kagum dari dua pasang mata di depannya.
.
Luhan berjalan mondar-mandir di kamar. Ia terus merutuk Baekhyun yang telah menggagalkan rencananya. Padahal dia sudah hampir berhasil meyakinkan Kyungsoo dan Lay. Padahal tinggal sedikit lagi dan dia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Tapi namja kerdil nan cerewet itu malah menghancurkan semuanya.
Huft
Menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, Luhan mulai menerawang. Sebenarnya, ia tidak menginginkan sesuatu yang aneh dan sulit. Luhan hanya menginginkan ponselnya. Meski hanya untuk malam ini saja. Satu minggu ini terasa begitu berat. Ia tidak bisa menemui Sehun, begitu juga sebaliknya. Mereka bertiga bahkan tidak memperbolehkan ia menghubungi namja tampan itu dan malah menyita ponselnya.
'Pokoknya, kau tidak boleh menemuinya dulu, Hyung!'
'Ini semua demi kebaikanmu, Hyung! Kita harus membuktikan seberapa seriusnya Tuan Player itu padamu!'
Perkataan Kyungsoo dan Baekhyun masih terngiang-ngiang di telinganya. Tch! Memangnya dia apa? Kenapa harus dipingit seperti ini? Lagipula, ini tidak seperti ia akan melakukan sesuatu yang aneh-aneh jika bertemu dengan Sehun. Paling-paling ia dan Sehun hanya akan mengobrol tentang segala hal dengan Bubble Tea yang menemani. Hanya itu saja. Apa keinginannya berlebihan?
Huft
Luhan memiringkan posisi tidurnya dan memeluk boneka Hello Kitty kesayangannya dengan sangat erat. Mencoba memejamkan mata untuk menyambut hari esok. Tadi BaekSooLay sempat menceritakan apa yang Sehun lakukan di kampus hari ini. Trio kerdil itu juga sempat sedikit menunjukkan kekaguman dan pengakuan mereka pada namja tampan berkulit pucat itu. Dan perlahan, sebuah senyuman terbentuk di bibirnya.
"Ge! Kau sudah tidur?" panggil Lay.
Pemilik hidung mungil nan bangir itu kembali membuka matanya. Ia berbalik dan langsung bertatapan dengan Lay yang tengah berjalan ke arah kasurnya. "Kenapa, Lay?" tanyanya bingung.
Lay tersenyum manis. Mengayunkan sebuah benda persegi yang begitu familiar bagi Luhan dengan senyum menggoda.
Luhan terkesiap. Refleks, dia langsung bangkit dari kasurnya dan memindahkan benda di tangan Lay ke tangannya. "Bagaimana bisa?" tanya Luhan tak percaya.
Lay mengedikkan bahu dan mendudukkan tubuhnya di atas kasur. Kali ini Luhan tidak menendangnya. Bahkan, sepertinya ia tidak menyadari hal itu. "Kyungsoo sedang memarahi dan mengawasi Baekhyun yang lagi-lagi berusaha kabur dari tugasnya membereskan dapur setelah makan malam. Jadi aku mengambilnya dan membawanya kemari!" jawab Lay.
Senyuman itu tak lepas dari bibir Luhan. Namja manis itu mengucapkan terimakasih pada Lay dan mulai mengutak-atik ponselnya. Senyumnya semakin melebar, saat melihat sebuah pesan masuk dan belum terbaca di sana. Hanya satu, namun sukses membuat Luhan terus tersenyum sepanjang malam.
From: Sehunnie
Apa kau sudah makan? Aku baru saja menyelesaikan misi pertamaku. Aaaaah~ Aku benar-benar lelah sekarang. Aku rasa aku harus segera kembali ke apartemen dan beristirahat sebelum sesuatu yang buruk terjadi. Kau, baik-baik saja kan?
P.s: Aku benar-benar sangat merindukanmu, Hyung! ({})
Luhan mengembalikan ponselnya pada Lay tanpa membalas pesan itu. Dia tidak boleh membalasnya. Ia tidak boleh mengingkari janjinya. Tak masalah. Setidaknya, dia tahu kalau Sehun juga merindukannya. Selanjutnya, namja manis itu telah tertidur, dengan sebuah senyum di wajahnya. Tanpa menyadari dua makhluk manis yang dipanggilnya 'dongsaeng' yang tengah menatapnya dari pintu kamar dengan tersenyum.
"Aigooooo!" Baekhyun mendesah pelan.
"Kenapa, Hyung?" tanya Kyungsoo. Baekhyun menggigit bibir bawahnya dan menunjukkan ekspresi orang yang sedang bingung. Membuat Kyungsoo ikut bingung.
"Eottokhae? Melihat Luhan Hyung seperti ini, rasanya aku ingin sekali datang pada namja albino itu dan menerimanya tanpa menunggu apa yang akan ia lakukan selanjutnya!" tutur Baekhyun.
Kyungsoo dan Lay tersenyum maklum. Dalam hati, menyetujui apa yang diucapkan oleh namja yang terkenal dengan tangan lentiknya itu. Bagaimana tidak? Sehun sudah menunjukkan kesungguhan dan keseriusan hatinya. Dan yang terpenting, Luhan yang terlihat sangat bahagia. Apalagi yang mereka butuhkan?
"Apa kau benar-benar akan melakukan itu?" tanya Lay.
Baekhyun dan Kyungsoo saling berpandangan. Tersenyum tipis dan melangkah pergi tanpa sepatah kata pun. Tidak lupa untuk mengambil ponsel di tangan Lay.
Tentu saja mereka tidak akan melakukannya. Lagipula, kapan lagi mereka memiliki kesempatan untuk mengontrol seorang Oh Player Sehun?!
Hohohohohohohoho!
.
.
Suasana kantin hari itu tampak begitu ramai. Para mahasiswa berbodong-bondong memasuki tempat favorit mereka itu sekedar untuk melepas lelah dan penat, serta mengisi perut mereka yang keroncongan setelah menguras otak selama setengah hari. Matahari yang bersinar begitu terik meski di penghujung musim panas pun menjadi salah satu alasan mereka untuk berlindung di dalam ruangan ber-AC itu daripada harus duduk di taman kampus. Membuat kantin semakin ramai.
Namun semua keramaian itu justru berbanding terbalik dengan meja para 'Pangeran' yang kali ini hanya terisi oleh empat orang saja. Chanyeol yang tengah sibuk mengambil gambar Baekhyun yang sedang menikmati susu strawberinya. Serta Kris yang tengah sibuk mengeluarkan 1001 jurus rayuan maut pada Lay yang tersipu demi mendapatkan sebuah ciuman dari namja berlesung pipit manis yang kebetulan menjabat sebagai kekasihnya itu.
"Yaaa! Kenapa aku tidak melihat Sehun?"
Ketiga namja yang tengah disibukkan dengan kegiatan masing-masing itu sontak berhenti mendengar pertanyaan Baekhyun. Chanyeol meletakkan ponselnya. Lay cepat-cepat meminum teh hangat yang mulai mendingin, sebelumnya ia tidak bisa bergerak karena tingkah sang kekasih, sambil terus mengipasi wajah meronanya dengan kedua tangan. Dan Kris menegakkan posisi duduknya kemudian menatap si penanya dan berdehem pelan.
"Sehun masih harus pergi ke rumah Miyah Noona. Kemarin waktu dia ke sana, Miyah Noona ternyata sedang tidak ada di rumah. Jadi yaaa..." Kris tidak melanjutkan kalimatnya, karena dia yakin Baekhyun tidak sebodoh itu sampai tidak mengerti maksudnya.
Hhhmmmm. Baekhyun mengangguk paham. Menit selanjutnya, suasana meja mereka kembali seperti semula. Sampai suara dari makhluk yang baru saja ditanyakan oleh namja eyeliner itu memecah keheningan.
"Baekhyun Hyung!" panggil Sehun begitu tiba di meja mereka. Sehun berdiri tepat di samping Baekhyun dengan sebuah bungkusan di tangannya. Namja manis itu mengernyit, tak mengerti dengan maksud dari Mr. Player di depannya.
"Ini untukmu!" ujar Sehun manis. Tak lupa memberikan wink menggoda yang selalu berhasil membuat siapa pun berteriak histeris.
Baekhyun terlihat salah tingkah. Memandang Sehun dan bingkisan di tangan namja tampan itu secara bergantian. Bingung. Namun detik berikutnya, pemilik suara indah itu tersenyum paham dan menyeringai manis.
"Kau bermaksud untuk menyuapku dengan ini?" tanya Baekhyun remeh, namun tetap menerima bingkisan dari Sehun. "Oh Sehun! Aku kira kau mampu melakukan sesuatu yang lebih dari ini!" sindirnya kemudian. Jemari lentiknya dengan cekatan namun hati-hati membuka helai demi helai pembungkus bingkisan. Sampai pada saat ia melihat apa yang diberikan Sehun untuknya, sang diva tercengang. Terkesiap. Menatap kaget benda itu dengan mulut terbuka.
Namja manis itu mengalihkan tatapannya dari benda di atas meja pada Sehun dan menatapnya tajam. "Yaaaa! Oh Sehun! Kau benar-benar berniat untuk menyuapku rupanya!" ujarnya tak kalah tajam dengan tatapannya.
Sehun menelan ludah. Apa keputusannya ini salah? Apa Baekhyun tersinggung?
Baekhyun lalu menegakkan posisi dudukknya dan kembali bersuara. "Yaaa! Jika kau pikir kau bisa meluluhkanku dengan benda ini..." Ia menjeda kalimatnya dan berdiri berhadapan dengan Sehun. "Maka kau BENAR SEKALIIII! KYAAAAAAAA!" teriaknya histeris. Memberi satu pelukan singkat pada Sehun yang tercengang dan mengucapkan kalimat 'Welcome to the family!' kemudian kembali duduk. Memeluk album terbaru plus limited edition 2NE1 dengan erat, masih sedikit berteriak histeris.
"OH MY GOD! Dari mana kau mendapatkan ini? Ini kan album limited edition mereka yang harganya amat sangat fantastis. Kau benar-benar memberikan ini untukku, kan?!" tanya Baekhyun bertubi-tubi. Terlalu senang dengan pemberian tiba-tiba Sehun untuknya. Sama sekali tak ambil pusing dengan tatapan tak percaya Kris, Lay dan Chanyeol yang tertuju padanya.
Dan jangan lupakan Sehun yang masih berdiri dengan wajah terkejut dan tercengang di sampingnya. Tak menyangka kalau ternyata misinya akan semudah ini. Namja tampan itu mengedikkan bahunya. Yang penting, dia sudah selangkah lebih dekat dengan Luhan. Ia menarik satu kursi kosong dan bergabung dengan dua pasang kekasih itu.
"Aku juga memiliki poster spesial yang mereka berikan padaku, lengkap dengan tanda tangan mereka tentunya, di mobil. Sengaja tak kubawa, karena aku tidak mau ada yang melihatnya dan berusaha merebutnya!" Sehun tersenyum tampan.
Dan Baekhyun, kembali berteriak histeris saking senangnya.
Misi kedua: Baekhyun, checked!
Sehun merasa sedikit lega sekarang. Satu misi lagi selesai. Berarti satu beban lagi lepas dari pundaknya. Ia menikmati dengan khidmat Bubble Tea dan sepotong roti yang dibelinya tadi. Walaupun terasa sedikit panas, tapi inner-nya justru terkikik geli melihat aura suram yang berasal dari Chanyeol yang, meski setengah hati, tetap mendengarkan ocehan-ocehan girang yang terus terlontar dari bibir kekasihnya. Sehun tahu, dia juga pasti sangat menginginkan album itu. Kris dan Lay? Well, let's just say mereka kembali ke dunianya masing-masing.
"Apa ada yang membagi-bagikan eyeliner gratis? Mengapa dia terlihat bahagia sekali?"
Suho menarik kursi di samping Sehun dan mendudukkan bokong tipisnya dengan nyaman. Dagunya menunjuk pada Baekhyun yang, tumben sekali, tidak terpengaruh dengan sindirannya. Kyungsoo juga ikut duduk, di antara Baekhyun dan Suho, kemudian meletakkan nampan berisi makan mereka berdua di atas meja. Menanyakan hal yang sama pada kelima penghuni meja yang telah lebih dulu berada di sana.
Baekhyun tak menjawab, masih sibuk memamerkan album barunya pada sang kekasih. Kris terlihat acuh tak acuh. Hanya Lay yang berbaik hati untuk menjawab. "Tuan Byun Baek di sampingku ini, baru saja menjual jiwanya demi sebuah album 2NE1!" ujar Lay polos.
"Yaaaaaaaaaakk!"
Sebuah jawaban yang membuat Baekhyun mendelik tak terima dan menghadiahkan sebuah sentilan sayang di dahinya.
Semuanya tertawa melihat kejadian itu. Minus Baekhyun yang masih tak terima dan Chanyeol yang masih memandang iri pada benda yang berada di tangan kekasihnya. Sehun menatap Kyungsoo lekat-lekat. Target selanjutnya. Jujur saja, ia masih belum tau harus melakukan apa untuk namja bermata bola itu.
Haruskah ia pergi ke Mall terdekat dan membelikan seperangkat alat masak seperti yang diusulkan oleh Suho?
Jika ingin jalan yang praktis, mungkin Sehun bisa saja melakukan itu. Tapi ia tidak ingin terkesan menggunakan uang sebagai solusi dari segalanya. Lalu, apa yang harus dilakukannya?
~I lost my mind
Noreul Choummannasseultte
No hanappego modeungaseun
Get in slow motion~
Ponsel Kyungsoo berteriak nyaring. Namja bermata owl itu memerintahkan seluruh penghuni meja untuk diam selagi ia menerima panggilan. Ekspresinya terlihat serius, keningnya berkerut, namun ia tidak mengeluarkan suara apa pun. Kecuali...
"Ne! Arasseo!"
Dan sambungan telepon pun terputus. Disusul dengan luapan kekesalan yang tak sempat diucapkan pada lawan bicaranya tadi.
"Aiiissshh! Mwoyaaaa! Kalau memang tidak bisa, mengapa baru memberitahu sekarang? Lomba memasak akan diadakan besok pagi. Dan batas terakhir pengumpulan data peserta lomba adalah sore ini. Lalu aku harus bagaimana?!"
Suasana meja para 'Pangeran' mendadak hening. Tak ada yang berani membuka suara. Kyungsoo masih menekuk wajahnya. Sepertinya ia kesal pada entah siapa pun makhluk yang menelponnya tadi.
"Ada apa, chagi?" tanya Suho lembut.
Kyungsoo merengut. "Hyung! Apa kau tidak bisa menjadi asisten memasakku besok?" tanyanya penuh harap. Sengaja membulatkan mata bulatnya agar terlihat imut. "Teman yang seharusnya menjadi asistenku tiba-tiba ada urusan keluarga. Jadi aku harus mencari asisten yang baru!" jelas Kyungsoo.
"Eh?" Suho mengerjapkan matanya. "Bukannya aku tidak mau, sayang! Tapi kau tahu sendiri kalau peraturannya adalah, asisten memasakmu tidak boleh dari klub memasak. Dan aku ini bahkan presiden klub, kalau kau lupa."
Huft. Kyungsoo menjatuhkan kepalanya di atas meja. Wajahnya terlihat semakin cemberut.
"Ah!" Tiba-tiba Suho berteriak seolah baru saja mendapatkan ide brilian. "Mengapa kau tidak meminta Sehun saja? Aku yakin dia tidak akan keberatan!" usulnya.
"Mwooo? Sehun?" Kyungsoo mendongak menatap Suho yang mengangguk. Kemudian beralih menatap Sehun. Dan sekarang, setiap pasang mata yang ada di meja mereka, ikut memandang Sehun.
"Aku?" Yang dipandang berujar tak percaya, seraya menunjuk pada dirinya sendiri.
"Yuupss!" jawab Suho. "Bagaimana? Kau tidak akan keberatan, kan?" Namja yang ia panggil Hyung dan sangat disayanginya itu mengedipkan sebelah matanya tanpa sepengetahuan Kyungsoo. Mengirim sinyal tentang rencana emasnya pada Sehun yang akhirnya mengangguk paham.
"Tentu saja tidak, Hyung! Aku akan dengan senang hati membantumu!" ujarnya mantap.
Kyungsoo menatapnya curiga. Suho menghela nafas lega. Kris terlihat malas mengikuti percakapan teman-temannya. Lay sibuk menghindari tangan jahil Kris yang terus saja 'berbelanja' di balik bajunya. Baekhyun mengangguk setuju, memberikan semangat pada Kyungsoo yang masih terlihat ragu-ragu. Dan Chanyeol. Sedari tadi namja malang itu masih tak bisa benar-benar mengalihkan pandangannya dari benda menggiurkan di tangan Baekhyun.
"Jadi, kapan perlombaannya akan berlangsung, Hyung?" tanya Sehun antusias. Bersemangat untuk melaju selangkah lebih dekat lagi dengan pujaan hatinya.
"Kau benar-benar akan membantuku?" Sehun mengangguk mantap. "Baiklah! Besok pukul 10 di aula klub memasak. Aku akan menunggumu di sana pukul 9 pagi agar bisa bersiap-siap terlebih dahulu."
"Mwo? Jam sembilan?" Sehun menelan ludahnya yang terasa seperti batu. Bagaimana tidak? Besok jam 9 dia harus berada di kelas untuk presentasi atau dosennya akan dengan senang dan rendah hati mencoret namanya dari daftar peserta ujian. Dia tidak mungkin membolos. Tapi—
"Mengapa? Kau tidak bisa?" tanya Kyungsoo.
"Aniyo! Jam sembilan, kan? Tenang saja, Hyung. Aku pasti ada di sana!"
—dia lebih tidak mungkin lagi untuk tidak melangkah menuju Luhan.
.
.
Esoknya...
Sehun mengetuk-ketukkan jemari tangannya di atas konter yang disediakan untuk para peserta lomba. Di sekitarnya, sudah ada beberapa pasang peserta siap tarung yang sedang memeriksa peralatan dan bahan memasak mereka. Sehun berdiri di samping 'konter'nya sambil terus memperhatikan sekitar. Kyungsoo menghilang. Namja pendek itu berkata kalau ia harus menyelesaikan sesuatu hal penting terlebih dahulu. Tak masalah sebenarnya, karena perlombaan baru akan dimulai beberapa menit lagi. Yang membuatnya sedikit tidak nyaman, adalah pandangan yang tertuju padanya dari beberapa mahasiswi dan panitia. Beberapa tersenyum manis untuk menarik perhatiannya. Dan beberapa bahkan ada yang dengan tanpa malu-malu mengedipkan mata mereka.
Uuuffthh
Dia sendiri tidak tahu bagaimana bisa dirinya begitu menikmati perhatian semacam ini dulu.
Sosok tampan itu memijit pelipisnya pelan. Kalau bukan demi Luhan, dia tidak akan pernah mau melakukan hal seperti ini. Dia bahkan tidak tahu apa yang akan dilakukannya nanti. Memang benar tadi Kyungsoo berkata kalau Sehun hanya perlu melakukan semua yang diminta oleh namja bermata bulat itu. Tapi tetap saja. Ia tidak tahu menahu tentang masak memasak. Bahkan dapur apartemennya hanya akan menjadi sebuah ruangan berpenghuni laba-laba jika bukan karena Suho yang rutin menggunakannya. Bagaimana jika dia justru mengacaukan segalanya dan membuat tuan mata bola itu semakin marah padanya?
"Oh Sehun-ssi!"
Tersadar dari lamunannya, Sehun menatap pelaku yang baru saja memanggil namanya. Salah seorang, yang ia yakini, panitia karena pengenal bertuliskan 'PANITIA' di bajunya.
"Ada seseorang di luar yang mencari Kyungsoo. Karena dia sedang pergi, mungkin kau bisa menemuinya. Sepertinya sangat penting. Kau kan partner Kyungsoo," ujar panitia tersebut.
Sehun menaikkan satu alisnya, berfikir. Selain peserta dan panitia, memang tidak ada yang diijinkan untuk memasuki ruangan lomba. Ia lalu mengucapkan 'terima kasih' pada si panitia dengan sedikit canggung, kemudian beranjak untuk menemui 'seseorang' itu. Namun saat ia berada di luar ruangan, tidak ada seorang pun di sana.
Mengedikkan bahunya, Sehun berniat ingin kembali masuk. Namun sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Sehun?"
Sebuah suara yang begitu amat sangat familiar di telinganya. Sebuah suara milik seseorang yang paling ia rindukan saat ini. Oh Tuhan! Apa dia sedang bermimpi? Apa otaknya mulai eror dan menciptakan semacam halusinasi karena hatinya terlalu rindu? Mengapa suara itu bisa terdengar di sini? Dia tidak mungkin ada di kampus ini. Tapi...
"Sehun-ah!"
Suara itu terdengar lagi. Kali ini semakin dekat. Sehun membalikkan badannya. Jantungnya berhenti berdetak, literally, mulutnya terbuka lebar membentuk sebuah senyuman, matanya berkedip tak percaya.
Apa sosok indah di depannya ini nyata?
"Ternyata benar kau, Sehun-ah!" Saat ini jarak mereka berdiri hanya setengah meter saja. Sehun menatap kagum wajah cantik di depannya. Ini hanya perasaannya saja, atau karena rasa rindunya, atau memang benar-benar terjadi, ia sendiri tidak tahu. Yang jelas, Luhan terlihat semakin manis.
"Apa yang kau lakukan di gedung klub kesenian? Kau anggota klub ini juga?" tanya Luhan. "Atau jangan-jangan..." Luhan memicingkan mata. "Kau sedang merayu seseorang di sini?" sindirnya dengan sebuah senyuman.
Sebuah gelengan, yang jelas terlalu, cepat adalah jawaban yang diberikan Sehun. "Aniyo! Aku adalah asisten koki Do hari ini, Hyung!" jelasnya tak kalah cepat dengan gelengannya barusan.
Luhan tergelak melihat tingkah Sehun. "Aku hanya bercanda, Sehun-ah. Mengapa kau serius sekali?!"
Eh? Sehun ikut terkekeh, menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal. "Kau sendiri, apa yang kau lakukan di sini, Hyung? Apa kau berniat untuk menjadi anggota klub memasak? Atau kau terlalu rindu padaku dan diam-diam mengikutiku?" balas Sehun.
'Tch!' Luhan berdecih pelan. "Mwoya! Aku kira 'penyakit'mu sudah berhasil dikondisikan, Tuan Oh!" cibir Luhan.
Gantian Sehun yang tergelak. "Mau bagaimana, Hyung? Itu adalah bawaan dari lahir, jadi tidak bisa hilang begitu saja. hehehehe!" kilahnya. "Jadi, apa yang membawamu ke sini, Hyung?" tanya Sehun lagi.
"Ah! Aku—"
"Luhan Hyung?!" panggil seseorang. Keduanya menoleh ke sumber suara dan mendapati Kyungsoo yang melangkah ke arah mereka dengan tergesa dan langsung menempatkan dirinya di antara kedua sejoli itu. Suho mengikutinya di belakang. "Kenapa kau bisa di sini? Bukankah aku melarangmu datang ke kampus ini sampai urusan kami bertiga dengannya," Kyungsoo menunjuk Sehun tanpa ragu, "selesai? Baekhyun Hyung memang sudah memberikan lampu hijaunya, tapi bukan berarti kau boleh hmffft..."
"Kau akan membiarkanku berbicara?" Kyungsoo mengangguk. Luhan segera menjauhkan tangannya dari bibir Kyungsoo. "Aku mengantarkan ini!" jelasnya, memberikan sesuatu yang terbungkus plastik pada adiknya itu.
Namja yang sering dipanggil 'Eomma' oleh teman-temannya itu menerima plastik yang disodorkan Luhan dan memeriksa isinya. Seketika wajah asamnya berubah menjadi wajah sumringah saat mengetahui benda apa yang ada di sana. "Ini celemek keberuntungan-ku!" pekiknya girang. Tanpa mengulur waktu lagi, ia memasang celemek itu.
"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika celemek ini tidak bersamaku!" ujar Kyungsoo merasa lega. "Tapi, mengapa kau yang mengantar ini? Jelas-jelas aku meminta Baek Hyung untuk mengantarkannya!"
Luhan memasang tampang polosnya. "Mana ku tahu! Lay yang memintaku datang kemari dan mengantar ini!" jawabnya jujur.
"Lay Hyung?" Luhan mengangguk. "Tapi bagaimana bisa? Aku kan menghubungi Baek Hyung tadi!" Luhan mengedikkan bahunya.
Yang sebenarnya adalah...
Saat itu ia sedang duduk santai di depan tivi, menikmati es krim vanila dan kartun kesukaannya. Sejak membaca pesan singkat dari Sehun dua hari yang lalu, kondisi hati Luhan memang sedikit membaik. Apalagi, kemarin adiknya yang paling cerewet berkata kalau ia sudah menyalakan lampu hijau untuk Sehun. Tiba-tiba saja Lay datang dan mengusik ketenangan dirinya. Dengan seenaknya memintanya untuk mengantarkan celemek keberuntungan milik Kyungsoo yang, Luhan tahu, akan mengikuti lomba memasak hari itu karena orang yang ditugaskan oleh Kyungsoo, yang mulia Byun Baek, masih rindu dengan kasur dan album 2NE1 yang selalu dipeluknya sejak kemarin. Awalnya, Luhan merasa agak enggan untuk meninggalkan es krim dan kartun faforitnya. Namun dua kalimat yang keluar dari bibir Lay membuat Luhan segera beranjak ke kamarnya untuk mengganti baju.
"Kau yakin tidak mau mengantarkan ini, Ge? Hmmmm, padahal, aku ingat sekali kalau kemarin Sehun resmi menjadi asisten Kyungsoo dalam lomba hari ini!"
Tapi, tentu saja Kyungsoo tidak perlu mengetahui full version dari kejadian sebenarnya, kan?
"Sudahlah! Apa itu penting? Yang terpenting adalah, celemek keberuntunganmu ada di sini. Iya, kan? Sudah sana masuk! Sepertinya lombanya akan segera dimulai!" Kyungsoo akhirnya tersenyum dan mengangguk setuju.
Suho memberikan sebuah kecupan semangat di pipi kekasihnya sebelum mereka masuk. Kyungsoo tersenyum malu-malu. Sehun memandang dengan perasaan iri. Dan Luhan menutup mulutnya, berpura-pura seperti orang yang hendak muntah melihat hal itu. Kyungsoo lalu segera menarik Sehun, dengan paksa, untuk masuk ke dalam ruangan lomba sebelum ia sempat mengucapkan apa pun pada Luhan.
Satu langkah
Sehun mendengus pelan.
Dua langkah
Namun ia tidak bisa melawan Kyungsoo dengan statusnya yang masih belum diakui seperti ini.
Tiga langkah
"Sehun-ah!" panggil Luhan.
Kyungsoo berhenti, bagaimana pun ia juga tidak sekejam ibu tiri Cinderella yang berusaha memisahkan pangeran dari anak tirinya. Sehun ikut berhenti, tersenyum tipis, dan berbalik menatap Luhan.
"Hwaiting!" ujar Luhan. Tersenyum saaaaaangat manis sampai-sampai Sehun merasa seolah dia tengah dililingi oleh bunga-bunga yang begitu indah, dan hanya ada mereka berdua di sana.
Luhan hanya memberikan satu kata semangat untuknya, dan Sehun benar-benar bersemangat hari itu. Mengikuti setiap petunjuk yang dijelaskan Kyungsoo dengan baik. Mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan namja mungil itu dengan giat. Tanpa ada satu keluhan sama sekali.
Jika sudah seperti ini, bagaimana mungkin Kyungsoo akan berkata tidak pada Sehun?!
Dan dengan membantu Kyungsoo mendapatkan piagam penghargaan kemenangannya, Sehun juga mendapatkan hadianya.
Misi kedua: Kyungsoo, checked!
Satu misi lagi selesai. Satu beban lagi kembali terlepas dari pundaknya. Dan satu langkah lagi ia berjalan menuju Luhan.
.
.
Suara musik menghentak-hentak terdengar bergema di ruang latihan para mahasiswa klub musik. Suara yang berasal dari sebuah DVD yang dihubungkan dengan pengeras suara itu mengiringi gerak dan liuk tubuh beberapa anggota klub yang sedang berlatih. Di tengah-tengah ruangan, di antara para mahasiswa itu, di barisan paling depan, seorang namja dengan postur tubuh tak terlalu tinggi bertindak sebagai pelatih mereka. Seorang namja dengan lengsung pipit manis di kedua sisi wajahnya. Sebagai senior di klub itu, memang sudah tugas Lay untuk melatih dan membimbing para junior yang baru saja bergabung dengan klub.
Setelah beberapa menit berlangsung, latihan berhenti. Tepat saat seseorang membuka pintu ruangan berdinding cermin itu dan melangkah masuk ke dalam. Lay memberi instruksi kepada para junior untuk rehat sejenak selama beberapa menit, kemudian mendudukkan dirinya di lantai ruangan. Seseorang yang membuka pintu tadi berjalan menghampiri sang pelatih dengan sebotol air mineral di tangan.
"Wow! Aku merasa sangat tersanjung!" komentar Lay. Tangannya terulur untuk menerima air mineral yang sudah tak bertutup di depan wajahnya dan meneguk isinya tanpa sungkan. "Katakan padaku, Tuan Oh! Apa yang membawamu datang kemari? Tidak mungkin kan kalau kau datang hanya untuk memberikan air ini?" godanya.
Seseorang tadi, Sehun, mencibir. Menjatuhkan tubuh kurusnya di samping Lay. "Hyung! Aku sudah berfikir dengan sangat keras, sampai rasanya rambutku akan segera lepas dari kepala jika aku bersi keras untuk tetap berfikir. Tapi aku benar-benar tidak menemukan jawabannya, Hyung! Dan apa yang tiang listrik itu katakan saat aku bertanya padanya sama sekali tak membantu."
Lay mengernyit tak paham. Mau bagaimana lagi, pria tampan di depannya ini mengucapkan kalimat yang membingungkan.
Hhhh. Sehun mendesah pelan. Membetulkan posisi duduknya agar berhadapan dengan Lay. "Hyung! Katakan saja padaku apa yang harus kulakukan. Aku pasti akan melakukannya untukmu, Hyung. Semuanya. Apa pun itu. Aku akan melakukan apa pun yang kau suruh!" jelasnya.
Hmmfftttt
Lay tergelak. Suara namja yang terkenal dengan kepercayaan dirinya yang tinggi itu terdengar begitu putus asa di telinganya. Ia sampai harus menekan perutnya yang terasa kaku karena tertawa. Mengabaikan wajah tak terima Sehun dan tatapan bingung dari para junior yang tertuju padanya.
Bukan bermaksud menghina atau apa. Hanya saja, Sehun yang seperti ini sungguh berbeda dengan Sehun yang selama ini ia kenal. Sehun yang ini terlihat lucu, bukan dalam artian negatif, dan menggemaskan. Seperti seorang adik yang manja. Dan kalau boleh jujur, ia menyukai Sehun yang tengah duduk di depannya ini daripada seseorang yang sama yang acap kali terlihat bergonta-ganti 'tas samping'.
"Hyung! Aku datang bukan untuk ditertawakan!" protes Sehun kesal.
Lay berhenti tertawa. Mengucapkan kata 'maaf' beberapa kali di sela tawanya yang mulai reda. "Kalau begitu," Lay memasang wajah yang sedikit lebih serius kali ini. "Kau mau melakukan battle dance denganku?" tantangnya.
"Battle dance?" alis Sehun terangkat. "Kau serius, Hyung?"
Lay mengangguk. "Iya, battle dance. Wae? Kau takut?" sindirnya.
Sehun tertawa. "Hyung! Kau pasti tahu kan siapa aku? Mana mungkin aku takut. Aku hanya tidak mau nanti aku dianggap memperoleh kemenangan dengan cara yang mudah!" sahut Sehun.
And here we go! The old Oh Sehun. Yang sedikit terlalu percaya diri akan kemampuannya. Tapi entah kenapa, bahkan kesombongan Sehun kali ini pun, justru terlihat menggemaskan di mata Lay. Yeah! Banyak yang berubah belakangan ini.
Lay tersenyum tipis. "Dan aku harap kau juga tidak lupa siapa aku, Sehun. Aku adalah pelatih dance di sini!" ujarnya sedikit sombong. Menyeimbangkan dirinya dengan perangai Sehun.
"Baiklah kalau begitu. Kita akan melakukan battle di sini? Kau ingin kita melakukan dance apa, Hyung? Hip hop? Breakdance? Dubstep dance?" Sehun berdiri. Tangan dan kakinya refleks bergerak melakukan pemanasan. Melonggarkan otot-otot tubuhnya agar tak kaku.
Namja berlesung pipit itu ikut berdiri. Masih dengan senyum tipis di wajahnya. "Aniyo! Kita akan melakukan impromptu dance!" jawabnya.
Sehun menghentikan gerakan tangan dan kakinya. "Tidak masalah!" ujarnya PeDe. "Jadi, apa peraturannya?"
"Pertama-tama, kita undi terlebih dahulu siapa yang melakukan gerakan pertama. Hanya satu gerakan saja. Dancer yang mendapat giliran kedua, harus melakukan gerakan yang dilakukan dancer pertama, kemudian menambahkan satu gerakan lagi. Lalu dancer pertama akan melakukan gerakan pertama dan kedua, kemudian juga menambah satu gerakan lagi. Dan begitu seharusnya. Battle akan berakhir apabila salah satu dancer lupa gerakan sebelumnya dan melakukan kesalahan. Dan itu berarti, dia lah yang kalah!" jelas Lay panjang lebar. "Bagaimana, Oh Sehun? Kau setuju?"
Merasa tertantang, Sehun langsung mengiyakan peraturan yang dijabarkan oleh Lay. Hanya harus menghafalkan gerakan dance saja. Apa susahnya. Dia sudah biasa melakukan itu.
Tapi Sehun salah. Hal ini jauh lebih sulit daripada menghafalkan gerakan dance komplit seperti biasanya ketika ia akan mengikuti lomba. Dia tidak bisa benar-benar konsentrasi pada gerakan-gerakan yang mereka lakukan. Pikirannya pecah. Dan yang paling mendominasi adalah keinginan untuk segera menang dan mendapatkan persetujuan dari Lay. Belum lagi, ternyata kemampuan Lay jauh di atasnya (dengan berat hati ia mengakui itu). Siapa yang menyangka kalau namja yang terkenal pelupa ini justru sangat mahir. Lay, benar-benar sosok yang berbeda ketika sedang menari.
Dan pada gerakan mereka yang kesekian, mungkin 20 atau lebih dari itu, ingatan Sehun mengkhianati dirinya sendiri. Ia salah mengingat gerakan dan melewati satu gerakan yang seharusnya ia lakukan.
Para junior yang sejak tadi menonton pertunjukan gratis di tengah ruangan dengan pandangan takjub bertepuk tangan ketika battle antara dua dancers terhebat kampus mereka berakhir. Sehun kesal, memang. Tapi ia bersikap sportif dan mengakui kekalahannya. Wajahnya cemberut. Bukankah itu berarti dia baru saja melewatkan kesempatan untuk mendapat pengakuan dari Lay?
Hhhhhhh
Melihat itu, Lay menyunggingkan sebuah senyum manis dan bergerak merangkul pundak Sehun dengan akrab. Meski terlihat aneh karena Sehun jauh lebih tinggi darinya, tapi dia tidak perduli. Mereka berjalan keluar dari ruang latihan. "Kau tidak boleh memikirkan hal lain saat sedang melakukan battle seperti itu, Sehun. Kau harus menikmati dan berusaha agar gerakan dan pikiranmu bersatu!" ujarnya memberi saran.
Sehun manggut-manggut. "Hyung! Apa tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan untukmu?"
"Dan mengapa kau ingin sekali melakukan sesuatu untukku?" Lay balik bertanya.
"Kau tahu mengapa aku melakukan ini, Hyung! Jangan berpura-pura!" sewot Sehun.
"Tch!" Lay mendecih pelan. Melepaskan rangkulan tangannya dan memasang pose berfikir. "Sebenarnya ada satu hal yang bisa kau lakukan untukku." Sehun mendengar dengan antusias. Lay tersenyum miring. "Kau tahu? Akhir-akhir ini mood Luhan Ge sedang tidak baik. Dia terlihat sedih dan kesepian. Aku ingin kau datang ke apartemen kami dan menghiburnya. Bawa dia jalan-jalan. Belikan dia hadiah. Lakukan apa pun yang kau bisa. Buat dia tersenyum! Kau bisa melakukan itu?"
Eh?
Sehun mengerjap tak paham. Apa namja, sedikit pikun, di depannya ini baru saja memintanya untuk menemui Luhan dan mengajaknya keluar untuk berkencan? Tapi kan...?
"Bukankah kau sudah mendapatkan lampu hijau dari Baekhyun dan Kyungsoo? Lalu, tunggu apa lagi?"
"Tapi Hyung! Aku kan belum mendapatkan 'itu' darimu."
"Kau tahu? Bagiku, yang terpenting adalah ketulusan yang kau miliki untuk Luhan Ge. Dan dengan mendapatkan persetujuan dari mereka berdua, kau sudah membuktikan seberapa tulus dirimu pada Gege-ku. Kau juga mendapatkan setengah dari persetujuanku. Sisanya, aku akan memberikannya saat Luhan Ge menerimamu. Jadi, kau harus melakukan yang terbaik yang kau bisa. Arasseo!"
Kerutan bingung di wajah tampan Sehun berubah menjadi senyuman yang begitu lebar. Namun masih ada sedikit rasa bingung. "Lalu, battle tadi maksudnya apa, Hyung?" tanyanya.
"Eoh?" Lay tersenyum jahil. Ia berjalan mundur menjauhi Sehun dengan perlahan. "Yang tadi cukup menyenangkan. Kau tahu? Mengalahkan seorang Oh Sehun. Rasanya saaaangat menyenangkan! Kau harus mentraktirku besok untuk kemenangan ini, Sehun-ah!"
Dengan itu, Lay berlari cepat kembali ke ruang latihan dan menghilang di balik pintu. Meninggalkan Sehun dengan otaknya yang masih mencerna. Dia mengumpat pelan saat menyadari kalau Lay baru saja mengerjainya. Namun tersenyum karena saat ini ia sudah semakin dekat dengan pujaan hatinya.
Misi kedua: Lay, literally, checked!
Hanya tinggal satu langkah lagi. Dan Luhan akan menjadi miliknya.
~HunHan Bubble Tea Couple~
Hari Sabtu
Weekend
Hari yang seharusnya paling ditunggu dan disukai oleh semua orang. Para muda-mudi yang memiliki pasangan, misalnya. Tapi bagi namja cantik mahasiswa Sastra Inggris itu, weekend is just like another day of the week. Tidak ada yang spesial.
Bahkan ketiga adiknya sedang bersiap-siap untuk acara malam Minggu mereka. Disinilah dia, duduk bertemankan snack ringan dan segelas lemon tea.
Luhan menatap bosan layar tivi di depannya. Sejak bertemu dengan Sehun di acara lomba memasak hari itu, BaekSoo benar-benar menutup mulut mereka. Tak mau memberi kabar apa pun lagi untuknya tentang Sehun. Apa yang terjadi di kampus, apa yang dilakukan namja itu. Apakah dia masih berusaha untuk mendapatkan pengakuan ketiga adiknya. Apakah dia berhasil atau tidak. Luhan tidak tahu apa-apa. Ponselnya masih disita dengan senang hati oleh BaekSoo. Dan Lay juga tidak memberikannya informasi rahasia apa pun. Apa sebenarnya yang terjadi?
Hhhhhhh. Luhan mengembuskan nafasnya pelan. Membaringkan tubuhnya di atas sofa empuk apartemen mereka. Pikirannya menerawang. Tadi pagi, Henry menelfon, melalui ponsel Lay, dan bertanya apa dia ingin keluar dengannya. Sepertinya, Gege tersayangnya itu bisa merasakan bagaimana kesepiannya Luhan saat ini.
"Hyung! Apa yang kau lakukan di sana?" suara cempreng Baekhyun menjatuhkan Luhan dari awang-awang. "Dari tadi bel terus berbunyi, tapi kau malah terdiam di sana! Nanti dia mengira tidak ada orang di dalam, Hyung!" tegur namja eyeliner itu.
Luhan mendengus pelan. "Yaaa! Kalau kau mendengarnya, mengapa tidak kau bukakan saja dari tadi?"
"Dengan kondisiku yang seperti ini? Oh tidak, terima kasih, Hyung! Aku tidak mau -siapa pun- tamu yang sedang berdiri di depan pintu apartemen kita terpesona pada kemolekan tubuhku!" jawabnya santai kemudian berlalu ke kamarnya dan Kyungsoo.
Dan Luhan baru menyadarinya, Baekhyun hanya mengenakan selembar handuk yang -hanya- menutupi area private-nya.
Uuurrgghh! Dasar dongsaeng tidak sopan! Sepertinya ia harus menegaskan peraturan untuk tidak berkeliaran dengan hanya selembar handuk di dalam apartemen.
Dengan langkah malas, Luhan menyeret kaki mungilnya untuk membukakan pintu. Bagaimana pun, tidaklah sopan membuat seorang tamu menunggu begitu lama. Luhan mengabaikan kebiasaannya untuk mengecek siapa tamu mereka lewat layar mungil di samping pintu, dan langsung membuka pintu apartemennya.
"Maaf tadi aku tidak— Oh Sehun?!"
Mata rusa itu membulat sempurna melihat tamu di depannya. Sebuah senyum tersungging secara spontan di wajahnya. Ia menolehkan kepalanya kedalam ruangan dengan waspada dan menarik Sehun sedikit menjauh dari pintu.
"Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kalau mereka tahu?" bisiknya hati-hati.
Sehun tak menjawab. Ia tersenyum dan terus tersenyum. Melihat Luhan dari jarak sedekat ini. Ya Tuhan! Ia baru menyadari kalau dirinya sangat merindukan makhluk mungil menggemaskan ini.
"Yaaa! Mengapa kau malah tersenyum seperti itu? Bagaimana ka—"
Srett
Kalimat Luhan terputus begitu merasakan genggaman hangat yang berasal dari tangan Sehun melingkupi jemari tangannya. Namja tampan itu mencondongkan tubuhnya dan menyubit pelan hidung bangir Luhan dengan gemas menggunakan tangannya yang bebas. "Mengapa kau khawatir seperti itu, Hyung? Kau tidak ingin mengajakku masuk dan melihat-lihat apartemenmu?"
"Mwo? Tapi—"
Lagi-lagi Luhan tak sempat meneruskan kalimatnya. Bagaimana dia bisa, kalau Sehun sudah terlebih dahulu menariknya masuk ke dalam apartemen. Mendorong tubuh mungil Luhan yang masih terkejut untuk duduk di atas sofa dan ikut duduk di sampingnya. Tangan mungil Luhan masih berada di dalam genggaman tangannya.
"Oh, Sehun-ah! Kau sudah datang?" sapa Kyungsoo santai saat melewati ruang tamu.
Sehun memberikan cengiran terbaiknya pada namja bermata bulat itu. Kening Luhan mengernyit. Detik selanjutnya, Baekhyun dan Lay keluar dari kamar mereka masing-masing secara berbarengan. Luhan panik, bersiap-siap mengantisipasi apa yang akan terjadi antara Sehun dan ketiga adiknya jika mereka bertatapan nanti. Namun yang terjadi...
"Hyung! Kami harus pergi sekarang. Banyak hal yang harus kami urus," Baekhyun melirik pada Sehun yang duduk di samping Luhan dan berucap tak kalah santai dengan Kyungsoo. "Kau harus menjaga dirimu baik-baik, Hyung! Jangan terlalu terbuai dengan gombalannya!" namja manis itu mencium sekilas pipi Luhan sembari menjulurkan lidahnya pada Sehun tanpa Luhan tahu. Kemudian melangkah santai keluar.
"Oh Sehun! Ingat kata-kataku kemarin, dan lakukan yang terbaik yang kau bisa." Lay mengedipkan sebelah matanya pada Sehun dan memberikan sebuah senyuman jahil pada Luhan. "Tenang saja, Ge! Aku juga akan melakukan yang terbaik untukmu. Bersenang-senanglah, Ge!" ucapnya sebelum ikut melangkah keluar, bersama Kyungsoo.
Tuk tuk tuk
Sehun mengetuk-ngetuk bagian tengah kening Luhan untuk menghilangkan kerutan bingung yang tercetak jelas di sana. "Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang tak perlu kau pikirkan, Hyung! Atau rambut indahmu ini akan mulai memutih nanti," ejeknya.
Luhan mendelik tak terima. "Sebenarnya apa yang terjadi di antara kalian? Terakhir yang aku tahu, mereka sebisa mungkin mencoba menjauhkanku darimu. Dan sekarang, kalian biasa-biasa saja. kalian bahkan terlihat sangat akrab seolah sudah berteman sangat lama. Aku tak mengerti!"
"Tentu saja kami akrab, Hyung! Apa kau lupa? Mereka adalah kekasih dari ketiga saudaraku. Bukankah wajar kalau kami akrab?"
"Ya! Kau tahu bukan itu yang kumaksudkan, Oh Sehun!" sewot Luhan. "Maksudku, kenapa ka—"
"Hyung!" Sehun memotong kalimat Luhan. "Bukankah sudah ku katakan sebelumnya, jangan terlalu memikirkan hal-hal yang sebenarnya tak perlu kau pikirkan!" ucapnya. "Sekarang, mengapa kau tidak masuk ke dalam dan mengganti bajumu saja? Karena kita akan pergi sebentar lagi. Kau, tidak ingin melewatkan malam indah ini hanya dengan segelas... lemon tea saja, kan?"
"Tap—"
"Ayolah Hyuuung!" potong Sehun lagi.
Luhan menatap mata Sehun lekat-lekat. Mencoba mengorek lebih banyak lagi penjelasan dari sana. Namun akhirnya ia hanya bisa mendesah dan menyerah saat tak menemukan apa pun. "Baiklah, baiklah! Aku akan mengganti bajuku. Kau tunggu saja di sini. Jangan kemana-mana apalagi sampai mengacak-acak dapur. Atau kau akan mendapat masalah baru dengan Kyungsoo. Kau mengerti?" tuturnya mengingatkan Sehun. Namun saat ia akan beranjak, ia teringat akan sesuatu dan mengurungkan niatnya.
"Ada apa lagi, Hyung?" Sehun mengerutkan dahinya. "Jangan bilang kalau kau masih sangat merindukanku untuk pergi!" ujarnya pede.
Luhan memutar bola matanya malas. "Kau mulai lagi!" tukasnya. "Aku tidak bisa pergi karena ini!" Ia menunjukkan sesuatu di bawah sana. Lebih tepatnya pada jemari mungilnya yang masih dilingkupi kehangatan dari genggaman Sehun.
"Uppss! Hehehehhe!"
Sehun melepaskan tautan tangan mereka dengan amat sangat tidak rela. "Errrmmm," ia menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa sangat gatal. "Aku rasa, sebaiknya aku menunggu di bawah saja, Hyung. Kau jangan lama-lama ya!" ujarnya cepat dan langsung melesat pergi.
Luhan tercengang di tempatnya. Matanya mengerjap imut menatap daun pintu yang baru saja tertutup rapat dan tangannya yang masih terasa hangat.
Tunggu, tunggu! Apa tadi dia melihat pipi putih Sehun memerah?
Luhan terkekeh sendiri. 'Aigooo! How cute!' gumamnya pelan sebelum beranjak dari sana dan berlalu ke kamar.
.
.
"Katakan padaku, Oh Sehun! Atau aku tidak akan masuk ke dalam mobil itu!"
Sehun memijit pelipisnya pelan. Tangan satunya masih memegang pintu mobil agar terbuka lebar. Namun Luhan masih menolak untuk masuk. Ia menatap Luhan dengan lembut sebelum menjawab. "Kau ingat pembicaraan kita waktu itu, Hyung? Aku berkata kalau aku akan membuktikan padamu dan mendapatkan kepercayaan ketiga adikmu. Dan kau berkata kalau kau akan menungguku!"
Luhan mengangguk-angguk mengerti. "Lalu? Apa yang terjadi?" tanyanya.
Sehun tersenyum tampan. "Yang terjadi, aku mendapatkannya! Dan aku ingin bertanya padamu, Hyung!" Ia sengaja menjeda kalimatnya. "Apa kau masih menungguku?"
Bluussshhh
Luhan menggigit bibir bawahnya, menahan sebuah senyuman yang mungkin akan terlalu lebar. Pipinya merona merah. 'Tch! Pertanyaan seperti apa itu? Dia menyuruhku ganti baju, mengajakku kencan. Dan dia baru bertanya sekarang!' batinnya. Dia tidak menjawab apa pun. Hangat di kedua pipi merahnya menahan Luhan untuk menjawab. Ia pun berjalan melewati Sehun dan masuk ke dalam mobil.
"Yaa, Sehun-ah! Apa kau akan berdiri di sana sampai malam?" Luhan bersuara, tanpa berani menatap Sehun.
Namja tampan itu tersenyum sangat senang. Tidak ada jawaban, tapi tingkah laku Hyung imut yang siapa sangka empat tahun lebih tua darinya itu lebih dari sekedar jawaban. Tanpa menunggu lagi, ia menutup pintu penumpang dan berjalan memutari mobilnya.
Malam ini pasti akan menjadi malam terbaik dalam hidupnya!
~HunHan Bubble Tea Couple~
Pukul sebelas malam. Jalanan kota incheon mulai terlihat sepi. Namun baik Sehun mau pun Luhan terlihat masih betah berada di luar. Mereka berdua masih berjalan menyusuri setiap sudut kota dengan tangan yang saling bertautan. Mengunjungi beberapa tempat yang menarik perhatian mereka. Segala hal telah mereka lakukan dalam waktu beberapa jam terakhir ini. Menonton film, kali ini bukan horor, di bioskop. Makan malam untuk mengisi perut yang keroncongan. Makan es krim. Bermain. Bahkan juga menikmati lezatnya snack pinggir jalan pun tak luput dari daftar kegiatan mereka. Dan sekarang, mereka hanya ingin berjalan sambil bergandengan tangan. Sehun memutuskan untuk meninggalkan mobilnya di parkiran gedung bioskop dan meminta Suho untuk mengambilnya.
Sebenarnya, semua itu hanyalah hal-hal yang biasa-biasa saja. Luhan sering melakukannya dengan ketiga adik ataupun beberapa teman kampusnya. Namun kali ini rasanya sangat berbeda. Kali ini benar-benar terasa sangat spesial dan menyenangkan karena ia datang dengan seseorang yang berbeda.
Wajah keduanya terlihat sarat akan gurat kebahagiaan. Namun sejujurnya, ada sedikit hal yang mengganggu pikiran Luhan sejak tadi. Memang benar mereka telah menghabiskan beberapa jam terakhir bersama dan bersenang-senang. Memang benar Sehun sempat menyinggung tentang apa yang mereka bicarakan dua minggu lalu. Dan memang benar kalau Sehun juga bertanya pada apakah ia masih menunggu namja tampan itu. Sehun bahkan terus menggenggam tangannya sejak tadi tanpa ada niat untuk melepasnya. Tapi sampai sekarang, Sehun masih tidak berkata apa pun tentang bagaimana sebenarnya perasaan namja itu padanya.
Bukan Luhan tidak tahu, tapi jika itu terucap di bibir Sehun, bukankah akan lebih baik?! Apa jangan-jangan dia sudah salah menafsirkan perhatian Sehun? Itu tidak mungkin, kan?
"Hyung!"
Teguran pelan Sehun menyentak Luhan kembali ke alam sadar. Namja tampan itu memberikan sebuah senyum lembut padanya. "Kau melamun, Hyung. Apa kau tidak senang pergi denganku? Atau ada yang mengganggu pikiranmu?" tanyanya.
Luhan tergagap. Merasa sedikit malu karena ketahuan tengah melamun dan malah mengabaikan Sehun. "Aniyo. Aku tidak apa-apa kok," bohongnya. "Lalu, sekarang tujuan selanjutnya kemana, Sehun-ah? Apa kita akan pulang?" Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.
Sehun menggeleng. "Tentu saja tidak, Hyung! Ini masi terlalu sore untuk pulang. Masih ada satu tempat lagi yang harus kita kunjungi." jawabnya.
"Dimana?"
"Kau akan segera tahu nanti, Hyung! Ayo!"
'Dan jika aku beruntung, kita tidak akan pulang malam ini,' gumam Sehun pelan agar suaranya tak sampai ke telinga Luhan.
Mereka kembali melangkah. Hand in hand tentunya. Melewati jajaran pertokoan yang sangat familiar dan menuju tempat yang juga tidak asing bagi keduanya. Suasana taman kota malam itu terasa berbeda. Mengingat ini sudah hampir tengah malam, tidak aneh kalau taman itu lebih sepi dari biasanya. Hanya ada beberapa pasangan yang masih belum pulang. Luhan mengedarkan pandangannya. Mata tajamnya menyipit saat menangkap bayangan seseorang yang sepertinya ia kenal. Seseorang yang berdiri nun jauh di sana dengan posisi memunggungi mereka. Meski tempat pria itu agak gelap dan berjarak beberapa meter dari jalan setapak yang ia tapak, Luhan kenal betul postur tubuh itu. Tapi Luhan tidak mengatakan apa pun. Bisa saja ia salah orang, kan?
Mengedikkan bahunya, Luhan memutuskan untuk tidak memikirkannya dan lebih fokus pada tujuan mereka. Tidak ada tanda-tanda kalau mereka akan berhenti di salah satu bangku taman. Dan Luhan tahu kemana mereka akan pergi. Pasti ke tempat 'itu'. Dan saat akhirnya mereka melewati semak-semak, yang sepertinya semakin lebat, Luhan semakin yakin. Tapi anehnya, keadaan di balik semak terlihat sedikit terang. Tidak se-gelap keadaan di taman tadi. Padahal Luhan yakin sekali kalau tidak ada lampu di sana.
"Tutup matamu, Hyung!"
Tiba-tiba saja Sehun menghentikan langkahnya dan memintanya untuk menutup mata. Luhan terlihat bingung, namun tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh Sehun. Dengan perasaan was-was, ia kembali melangkah. Mengandalkan namja tampan yang sekarang menuntun langkahnya.
"Kita sudah sampai, Hyung! Sekarang kau boleh membuka matamu!" Suara Sehun kembali terdengar, dan Luhan langsung membuka matanya.
WOW!
Luhan terperangah, terkesiap, terkejut melihat tempat tujuan terakhir mereka. Taman kecil dan terbengkalai yang terletak di belakang taman kota. Sebenarnya bukan taman ini yang membuatnya terperangah. Melainkan keadaan di sekitar taman.
Beberapa lampu kecil bergelantungan di atas satu-satunya pohon di sana sebagai penerangan. Dua buah tenda kecil didirikan di dekat pohon itu dengan sebuah lampu berdiri di antara kedua tenda. Luhan tidak tahu dari mana asalnya listrik yang menyalakan lampu-lampu itu, tapi dia tidak perduli. Lagi pula, itu bukanlah urusannya. Di depan tenda, ada setumpuk kayu yang sepertinya siap dibakar. Mungkin itu untuk membuat api unggun. Dan ada sebuah kotak kecil, Luhan tidak tahu itu apa, di dekat -calon- api unggun itu.
Sehun menarik tangan Luhan dan mengajaknya untuk duduk di atas bangku yang memang sudah ada di bawah pohon. Ia kemudian berlalu ke dalam salah satu tenda dan keluar dengan membawa sesuatu yang membuat Luhan membelalakkan matanya.
Namja tanpan itu berjalan mendekat pada Luhan dengan sebuah senyuman yang begitu mempesona terpasang di wajah tampannya. Ia mendudukkan tubuhnya, bukan di atas bangku yang sama dengan Luhan, melainkan di depannya. Sehun berlutut di depannya, dan Luhan bisa merasakan pipinya yang memanas. Karena gestur Sehun dan juga karena benda yang ada di tangan Sehun.
"Aku melihatnya hari itu, Hyung. Saat kencan kita yang pertama. Kau melihat boneka ini dengan tatapan penuh harap. Apa aku salah?" godanya, sembari menyodorkan boneka itu pada Luhan yang menerimanya dengan senang hati tanpa ada niat untuk menjawab.
Sehun tersenyum, lagi. "Kau tahu, Hyung? Sebelum bertemu denganmu, aku hanyalah seorang Oh Sehun yang tak memiliki arah tujuan hidup yang jelas. Seorang playboy yang hanya tahu bersenang-senang. Seorang namja yang sama sekali tak pernah memikirkan perasaan orang lain. Tapi sejak hari itu, hari di mana kita bertemu di kafe untuk pertama kalinya, hidupku berubah. Tanpa sadar, tujuan hidupku mulai mengarah padamu. Awalnya aku mengira kalau ini hanyalah masalah harga diri saja. Kau tidak menyukaiku, Hyung. Kau menolakku. Dan itu menjatuhkan harga diriku. Kau membuatku merasa kalau aku tidak ada apa-apanya. Kau membuatku merasa kalau aku bukan siapa-siapa. Tapi kemudian aku tersadar. Ini bukan sekedar harga diri. Bahkan dari awal sekali pun, ini bukan tentang harga diri. Aku, tertarik padamu, Hyung! Kau membuatku tidak bisa tidur hanya karena kau menolak memberikan namamu. Kau membuatku tidak bisa menikmati hidupku lagi saat aku kehilangan nomor ponselmu. Bahkan aku melakukan banyak hal yang belum pernah aku lakukan sebelumnya hanya karena ingin berada di dekatmu lebih lama. Aku bukanlah seseorang yang romantis, Hyung. Aku mungkin pernah memiliki banyak kekasih, tapi aku benar-benar tidak berpengalaman dalam menembak seseorang. Aku tahu kau pasti sedang bingung saat ini karena ucapan panjang lebarku yang aku sendiri tidak tahu kemana arahnya. Aku tidak pandai merangkai kata-kata manis untuk merayumu. Dan meskipun ini jauh dari kesan romantis, tapi aku benar-benar ingin mengatakannya."
Sehun sengaja menjeda confession-nya. Menghirup nafas dalam-dalam. Menikmati lekuk bibir Luhan yang mengarah ke atas karenanya. Membentuk sebuah senyuman yang sangat manis. Namja cantik itu sama sekali tidak menyela kalimatnya, hanya menatapnya dengan kedua tangan yang memeluk erat boneka Hello Kitty jumbo di pangkuannya. Membuatnya terihat sangat imut di mata Sehun.
"Hyung! Aku mencintaimu! Apakah kau... Maukah kau menjadi kekasihku?"
Blusssshhh
Tak bisa menjawab, Luhan mencondongkan wajahnya agar lebih dekat dengan Sehun. Hidung bangir mereka nyaris bersentuhan dan Sehun sudah siap menerima sebuah ciuman dari calon kekasihnya itu. Namun saat detik-detik terakhir, Luhan justru berpaling dan beralih pada pipi putih namja tampan itu. Menciumnya sekilas dan kembali menarik wajahnya. "Kau sudah mendapatkan jawabnmu, kan!" ujarnya pelan.
Pipi Luhan merona. Dan Sehun bersumpah, meski hanya dengan penerangan yang apa adanya, ia bisa melihat rona cantik itu. Niatnya untuk protes lenyap seketika melihat keimutan kekasihnya. Ia lalu mengambil posisi duduk di samping Luhan yang lebih memilih bermain dengan bonekanya. Keduanya terdiam. Dilingkupi oleh aura canggung.
"Errrrm, Sehun-ah! Sebenarnya dua tenda kecil itu untuk apa? Apa kita akan bermalam di sini?" tanya Luhan akhirnya. Ia sudah penasaran sejak tadi sebenarnya.
"Eum!" jawab Sehun. "Kita akan bermalam di sini. Satu tenda untukmu dan teman barumu," ia merujuk pada boneka Hello Kitty di pangkuan Luhan. "Dan satu lagi adalah tendaku!"
Luhan mengangguk paham. "Kau benar-benar sudah mempersiapkan semuanya, ya? Kapan kau mempersiapkan semua ini jika sejak tadi kau bersamaku?"
"Beberapa orang yang mengaku menyayangi kita berdua yang membantuku, Hyung!" jawab Sehun sembari mengedikkan bahunya. Dan suasana kembali hening.
Beberapa saat kemudian, Sehun terlihat melirik sekilas pada jam di pergelangan tangannya. Ia lalu bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan Luhan. "Hyung! Mau melihat sesuatu yang indah?" ajaknya.
Luhan mengerutkan dahinya bingung. Tapi Sehun bergerak cepat sebelum Luhan bertanya. Mengambil boneka yang sedari tadi terus dipeluk oleh Luhan dan meletakkannya di atas bangku. Menggenggam tangan dingin Luhan dan menariknya untuk berdiri menghadap ke arah taman kota.
"Aku rasa, tidak ada yang bisa dilihat selain semak-semak yang menutupi jalan masuk kemari, Sehun-ah!" komentar Luhan.
Sehun menoleh pada Luhan, mengangkat jari telunjuknya ke depan bibir. Mengisyaratkan Luhan untuk tidak berucap apa-apa. Ia lalu mengarahkan tiga jarinya ke arah taman kota dan mulai menghitung mundur.
3
2
1
Duar ctaaar duaar
Puluhan kembang api yang meluncur bebas ke angkasa terpampang di depan mereka. Lalu meledak dan memercikkan bunga api warna-warni kesegala arah membentuk berbagai pola yang terlihat sangat indah. Pancaran cahaya indah dari bunga api itu mewarnai dan menerangi langit kota Incheon yang tadinya gelap gulita.
"Indah sekali!" komentar Luhan. Namja manis itu tersenyum sangat lebar. Membuat Sehun, yang sedari tadi hanya terpaku pada wajah cantik Luhan yang tersinari oleh cahaya warna-warni itu, ikut tersenyum di sampingnya.
Sehun mengeratkan genggaman tangannya pada jemari Luhan. "Tak lebih indah dari seseorang yang berdiri di sampingku ini, Hyung!" ujarnya lembut.
Luhan berhenti memperhatikan kerlap-kerlip cahaya indah di angkasa sana, dan menundukkan kepalanya. Pipinya lagi-lagi bersemu merah. Semerah salah satu warna dari percikan api di atas sana. Saat ia menoleh pada Sehun, Luhan tersentak. Entah sejak kapan namja tampan itu mendekatkan wajah mereka hingga jaraknya kini hanya beberapa senti saja. Luhan menggigit bibir bawahnya gugup. Dan Sehun semakin mendekatkan wajah mereka.
Sehun sendiri tidak tahu apa yang tengah ia lakukan. Insting menyuruhnya melakukan itu semua. Menyuruhnya untuk memusnahkan jarak sempit di antara kedua wajah mereka hingga akhirnya ujung hidung bangir mereka bersentuhan.
"Boleh aku melakukannya, Hyung?" tanya Sehun pelan. Mata mereka saling bertautan. Saling menatap. Saling menyelami keindahan masing-masing. Sebelum kemudian mata indah milik Luhan menutup perlahan. Memberikan kode pada Sehun kalau 'ya, dia boleh melakukannya!'. Sebuah kode yang langsung ditangkap dengan baik oleh radar Sehun. Dan detik selanjutnya, kedua bibir itu bertemu.
Awalnya, Sehun hanya menempelkan bibir mereka. Namun Luhan justru merekahkan kedua belah bibirnya hingga sedikit terbuka. Membuat Sehun ingin merasakan sesuatu yang lebih. Ia memberanikan diri untuk mencium Luhan lebih dalam lagi dan melumat bibirnya. Melalui kedua matanya yang terbuka, ia melihat wajah Luhan yang bersinar. Begitu indah.
Tautan bibir mereka terputus setelah beberapa saat. Bibir tipis Luhan sedikit membengkak, dan Sehun menyukainya. Namja manis itu kembali menunduk, mungkin merasa sedikit malu dengan aktifitas mereka barusan.
"Aku harap, ciumanku tidak terlalu buruk untuk seorang pemula." Sehun membuka suara setelah beberapa waktu terdiam.
Mendengar itu, sontak Luhan mengangkat kepalanya. Menatap Sehun tak percaya akan pernyataan yang baru saja diucapkan oleh kekasihnya itu.
"Kau tidak percaya?" tanya Sehun. "Mungkin memang sulit dipercaya. Tapi yang tadi itu benar-benar ciuman pertamaku, Hyung! Kau mungkin bukan kekasih pertamaku, tapi kau adalah cinta pertamaku, ciuman pertamaku. Dan masih banyak lagi daftar 'pertama' yang aku lalui denganmu," akunya.
Luhan tersenyum manis, sangat manis. Tanpa malu-malu lagi, ia mencuri sebuah kecupan singkat di bibir Sehun. "It's perfect, Sehun-ah! Karena kau yang melakukannya!"
"Benarkah?"
Luhan mengangguk. Kemudian membawa tubuhnya ke dalam pelukan Sehun. Bibirnya benar-benar tak bisa berhenti mengulas senyum. Apalagi saat Sehun menyelimuti tubuh mungil Luhan dengan kedua tangannya. Mata indahnya masih setia menatap kerlap-kerlip percikan bunga api di langit kota Incheon saat suara Sehun menyapa indra pendengarnya.
"Tapi Hyung, kau belum mengucapkannya!"
Pria asal Beijing itu melonggarkan pelukan mereka dan mendongak untuk menatap Sehun. "Mengucapkan apa?" tanyanya pura-pura bingung. Memiringkan kepalanya untuk menambah efek bingung itu sendiri.
"Mengucapkan 'itu'!" jawab Sehun.
"'itu' apa?" tanya Luhan lagi, masih berniat menggoda Sehun.
"Hyuuuung!" rengek Sehun. Persis seperti anak kecil yang manja. "Kau—"
Chu~
Sebuah kecupan kembali dicuri oleh Luhan yang tersenyum manis dan menatapnya lekat. "Aku mencintaimu, Sehun-ah! Aku mencintaimu!"
Sehun tersenyum puas. Membawa tubuh Luhan kembali ke dalam pelukannya. "Aku tahu," ujarnya. "Dan aku juga sangat mencintaimu, Luhan Hyung!"
Luhan membalas pelukan Sehun dengan sangat erat. Namun tiba-tiba ia tersadar akan sesuatu. "Sehun-ah. Kembang apinya berhenti."
Sehun ikut tersadar. Luhan benar, kembang apinya berhenti. Mengapa sudah berhenti? Seingatnya ia membeli banyak kembang api kemarin. Seharusnya semua kembang api itu masih cukup untuk beberapa menit ke depan. Seharusnya, masih ada acara menikmati Bubble tea di bawah kerlap-kerlip kembang api. Tapi, kenapa sudah berhenti?
"Aku juga tidak tahu, Hyung. Mungkin memang sudah waktunya habis?" jawabnya tak yakin. "Sudahlah. Lagi pula ini sudah malam. Kau tidak mengantuk? Kau mau tidur sekarang? Atau kau mau menikmati segelas Bubble Tea sebelum tidur?" tawar Sehun mengalihkan perhatian.
"Kau juga mempersiapkan Bubble Tea? Dimana?" tanya Luhan tak percaya.
"Tentu saja. Bubble tea itu adalah sesuatu yang mempertemukan kita, Hyung. Dan satu-satunya kesamaan di tengah begitu banyak perbedaan yang ada di antara kita, hanyalah minuman itu."
Luhan tertawa renyah mendengar penjelasan Sehun. Namja ini, kadang bersikap dewasa, kadang manja, dan terkadang terlihat begitu konyol. Ia menggigit bibir bawahnya menahan tawa yang seolah tak mau berhenti.
"Sebenarnya Bubble tea tidak begitu buruk. Tapi saat ini aku merasa sangat lelah dan mengantuk. Jadi, bisa kita tidur saja?"
Sehun mengangguk mengiyakan. Ia mengambilkan boneka Hello Kitty yang sempat terlupakan di atas bangku kemudian mengantar Luhan menuju tendanya dan menyempatkan diri untuk memberikan sebuah ciuman selamat malam pada kekasihnya itu. Baru setelah Luhan masuk dan menutup tendanya, Sehun berbalik menuju tenda bagiannya. Sampai di dalam, Sehun membalikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Ia tidak bisa tidur. Pikirannya tertuju pada apa yang baru saja terjadi. Dan perasaannya sangat bahagia saat ini. Sebenarnya ia tadi ingin mengajak Luhan untuk tidur bersama dalam satu tenda, tapi ia takut Luhan akan berpikiran macam-macam dan menolak dirinya. Tapi...
"Sehun-ah!"
Suara Luhan terdengar memanggilnya pelan. Mungkin Luhan mengira kalau dia sudah terlelap. Sehun bangkit dan membuka resleting tendanya. "Ada apa, Hyung? Apa kau membutuhkan sesuatu?"
Luhan terlihat ragu-ragu. Ia menggigit bibir bawahnya karena merasa tak yakin untuk mengatakannya atau tidak.
"Hyung?!" panggil Sehun karena tak kunjung mendapat jawaban.
"Itu, aku rasa HunHan bisa tidur sendiri di tenda itu. Jadi, apa aku boleh tidur di tenda yang sama denganmu?" pintanya pelan.
Sehun terkesiap. Tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Luhan ingin tidur di tenda yang sama dengannya?
Namja albino itu seketika tersenyum lebar, dan membuka resleting tendanya lebih lebar, selebar senyum lebarnya. Mempersilahkan Luhan masuk dengan senang hati kemudian kembali menutup tenda mereka. Ia membaringkan tubuhnya di samping Luhan dan mengikhlaskan tangannya dijadikan bantal tidur oleh sang kekasih. Memeluk pinggang ramping Luhan dan membawa tubuh mungil kekasihnya lebih dekat.
"Jadi, namanya HunHan?" goda Sehun.
Luhan membelalakkan matanya dan memukul lengan Sehun dengan cukup keras. "Jangan banyak bicara, Oh Sehun. Aku suka memberi nama pada boneka-ku. Dan aku benci kalau ada yang mengomentari hal itu!" ujarnya jutek.
Sehun tergelak pelan dan mendekap tubuh Luhan lebih erat lagi. "Aigooooo! Benar-benar menggemaskan!"
"Aku juga benci dikatakan seperti itu!" tukas Luhan cepat.
"Kekekekek. Tapi aku mencintaimu, Hyung. Dan kau terikat padaku. Eottokhae?"
Luhan memutar bola matanya dan berdecih pelan. 'Tch! Dasar gombal!' gumamnya pelan kemudian meringkuk lebih dekat dalam pelukan Sehun.
Sehun mencium sayang puncak kepala Luhan. Sebuah ungkapan selamat tidur yang akan mengantarkan Luhan ke alam mimpinya. "Aku mencintaimu, Luhan Hyung!" ucapnya lagi. Tak pernah bosan untuk mengulang-ulang kalimat itu pada Luhan. Namja manis di pelukannya mengangguk pelan. Menggumamkan kata 'nado' dengan sangat pelan sebagai balasan ungkapan cintanya tadi. Membuat Sehun kembali tersenyum.
Luhan mungkin bergumam. Tapi ia jelas mendengarkan gumaman itu.
.
.
OMAKE
KrAy, SuDo, Chanbaek Side, that day!
19.00
"Siapa pun! Tolong jelaskan sekali lagi padaku, kenapa kita melakukan ini!"
Kelima pasang mata di sana serentak memutar bola mata mereka malas. Sedari tadi, namja setinggi tiang listrik itu tak berhenti mengeluh. Ini sudah kali ke lima dalam dua jam terakhir ia mengulang pertanyaan yang sama.
"Yaaak! Wu Yifan aka Kris Wu! Berhentilah mengeluh dan lakukan pekerjaanmu dengan benar agar kita bisa segera pergi dari sini!" teriak Suho kesal. ChanBaekSoo mengangguk setuju.
Lay menghampiri kekasihnya yang bertugas memasang lampu-lampu kecil di atas pohon dan mengelus punggung namja tampan itu dengan sayang. "Aku akan memberimu hadiah setelah ini. Jadi, kau harus melakukannya dengan benar. Oke!" ujarnya memberi semangat.
Kris tersenyum sumringah. ChanBaek SuDO hampir pingsan di tempatnya melihat kejadian itu. Memutuskan untuk mengabaikan pasangan aneh sok romantis itu, mereka kembali berkutat pada pekerjaan masing-masing. Membuat perkemahan mini dan segala tetek bengek-nya untuk dua orang yang paling mereka sayangi.
.
Pukul 23.00
"Mengapa mereka belum datang? Ini sudah hampir tengah malam."
Lay mondar-mandir di depan lima manusia yang tengah menunggu dengan bosan di salah satu bangku taman kota. Mereka sengaja memilih tempat yang agak jauh dari jalan setapak dan minim penerangan.
"Hyung! Berhentilah mondar-mandir. Kau membuatku pusing," keluh Baekhyun.
Kyungsoo mengangguk setuju. "Lagi pula, kalau mereka datang, Luhan Hyung pasti akan mengenalimu nanti. Kau tahu sendiri kan seberapa tajam penglihatan rusa Cina itu," imbuhnya.
Lay manyun, berhenti bergerak dan menatap kedua adiknya dengan wajah cemberut. "Apa—"
"Ya ya yaaa!" teriak Chanyeol setengah berbisik. "Aku rasa itu mereka!" tukasnya.
BaekSooKrisHo mengikuti arah pandang Chanyeol dan melihat dua namja dengan tinggi yang sedikit berbeda berjalan di taman kota, menuju taman terbengkalai di belakang sana. Tidak salah lagi, itu pasti HunHan. Salah satu dari kedua namja itu, sepertinya Luhan, menatap ke arah mereka dengan pandangan menyelidik. Dan BaekSoo semakin yakin kalau itu Luhan.
"Hyung! Jangan menoleh. Jangan melihat ke arah mereka. Sepertinya Luhan Hyung mencurigaimu!" ujar Kyungsoo pada Lay. Namja berlesung pipit itu mengangguk patuh. Tetap berdiri dengan posisinya tanpa bergerak sedikit pun. Sampai Baekhyun memberitahukan kalau Luhan sudah berhenti menatap ke arah mereka.
Kedua manusia itu menghilang di balik semak-semak yang ada di belakang taman kota. Membuat ketiga pasang kekasih yang berjaga-jaga sejak tadi menjadi heboh.
"Yaaaak! Cepat nyalakan mode speakernya!" titah Suho. Saat memasang lampu-lampu tadi, Suho memang memerintahkan Kris untuk memasang sebuah alat perekam di sana. Tujuannya, agar mereka bisa mendengar dengan jelas apa yang terjadi di perkemahan mini itu. Ini pertama kalinya magnae mereka melakukan hal seperti ini. Pertama kalinya magnae mereka menembak seseorang. Jadi mereka tidak ingin ketinggalan moment ini.
Di samping itu, siapa tahu mereka bisa menggunakannya suatu hari nanti untuk memeras Sehun! Hohohohoho.
.
Pukul 23.58
'Hyung! Mau melihat sesuatu yang indah?' Suara Sehun terdengar dari speaker yang berada di tengah-tengan ketiga pasangan itu.
"Hei hei hei! Sudah hampir tengah malam. Sehun juga sudah bertanya pada Luhan Hyung. Apa kalian sudah siap?"
Chanyeol tersenyum lebar dan memberikan tanda 'oke' dengan kedua jempolnya.
Suho juga memberikan tanda 'oke' dengan jempol kanannya.
Dan Kris, hanya diam tanpa membarikan respon apa pun selain menunjukkan benda di tangannya.
Mereka bertiga bertugas mengatur posisi kembang api yang akan di nyalakan.
Kyungsoo dan Lay serta Baekhyun yang bertugas menyalakan kembang api, sudah bersiap dengan sebuah lilin di tangan mereka masing-masing.
1
2
3
Duar ctaaar duaar
Puluhan kembang api itu meluncur bebas ke angkasa, lalu meledak. Percikannya membentuk pola bola besar dan menghasilkan percikan api warna-warni yang begitu indah. Membelah, mewarnai dan menerangi langit kota Incheon yang tadinya gelap gulita. Rasanya seperti tengah mengadakan perayaan tahun baru. Padahal sebenarnya mereka hanya merayakan hari baru untuk kedua teman mereka.
Acara bakar-membakar kembang api itu berlangsung beberapa menit. Bahkan Kris yang tadinya terus-menerus menekuk wajah mulai terlihat menikmati apa yang mereka lakukan. Wajahnya sumringah, hampir menyamai Chanyeol yang memang selalu terlihat sumringah. Meski masih ada satu tas lagi kembang api yang harus mereka nyalakan. Tapi tidak ada satu pun yang mengeluh. Semuanya menikmati moment-moment kebersamaan sekaligus menyenangkan itu.
Suho bersiap mengambil beberapa kembang api lagi di dalam tas terakhir. Namun sebuah suara yang begitu mengerikan menghentikan niatnya. Bahkan ChanBaek KrisLay dan Kyungsoo juga ikut menghentikan kegiatan mereka dan saling melempar pandang.
'GAWAT!' pekik mereka kompak di dalam hati masing-masing.
Priiiiit!
Prit prit priiiiittt!
"HEI ANAK MUDA! APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SANA TENGAH MALAM BEGINI?!"
Ketiga pasangan itu menatap horor pada petugas keamanan yang tengah berjalan tergesa ke arah mereka. Kemudian kembali saling melempar pandang.
"Dalam hitungan ke-tiga, oke!" Suho, pemimpin kelompok, memberikan aba-aba. Sisanya mengangguk pasti. Chanyeol melempar kembang api dan petasan yang akan disusunnya tadi. Kris meraih dua tas kosong yang sebelumnya berisi petasan. Suho memeluk erat tas yang tengah ia pegang. Dan BaekSooLay, menempel pada pasangan mereka masing-masing.
"KALIAN TIDAK BOLEH MENYALAKAN KEMBANG API DAN MEMBUAT GADUH DI TAMAN KOTA DI TENGAH MALAM!" petugas itu kembali berteriak.
"Kalian siap?"
Semuanya mengangguk.
1
2
"LARIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!"
Kris berteriak nyaring, kemudian menarik Lay untuk lari bersamanya ke arah kanan. Chanyeol menyusul dengan Baekhyun yang berpegangan erat padanya ke arah yang sama. Suho dan Kyungsoo, dengan ketidak beruntungan pada kaki mereka, mengambil langkah seribu ke arah yang sebaliknya.
"YAAAAAAAAKK! BERHENTI DI SANA! JANGAN LARIII!" si petugas kebingungan karena buronannya terpecah menjadi dua. Namun ia berfikir cepat dan memilih untuk mengejar dua namja kerdil yang berlari ke arah kiri. 'Dengan postur tubuh seperti itu, sepertinya akan lebih mudah untuk mengejar mereka,' pikirnya licik.
Namun ternyata keberuntungan sedang berpihak pada SuDO. Karena tepat saat mereka tiba di jalan raya, sebuah taksi melintas. Dan terimakasih atas suara Kyungsoo yang terdengar begitu nyaring di tengah malam yang sepi, taksi itu berhenti. Menyelamatkan mereka berdua dari kejamnya petugas tua dengan sebuah pentungan di tangan kanan yang nyaris berkenalan dengan mereka.
KrAy, SuDo, Chanbaek Side, ft. Petugas keamanan Ends
.
.
~HunHan Bubble Tea Couple~
.
.
E-N-D
A/N:
Uhuk..
Liyya datang lagi...
Apa ada yang selamat sampai ke sini? Atau malah ketiduran di tengah jalan?
Pertama-tama, Liyya mau minta maaf yang sebesar-besarnya atas keterlambatan ini #bow
Yang kedua, Liyya juga mau minta maaf atas ending yang 'gak banget' n sangat mengecewakan ini #bowlagi
Ketiga, Liyya mau ngucapin banyaaaaaaaaaaaaaaak terima kasih buat para authors yang mau meluangkan waktu dan memberikan ffnya untuk diikut sertakan dalam Events. Juga buat para readers yang ikut berpartisipasi menyemangati para authors untuk terus berkarya #bowlagi
So, setelah Liyya post chap ini, berarti Event kita tersayang, 'HUNHAN BUBBLE TEA COUPLE' EVENT resmi ditutup yaaa!
Makasih banyak buat semuanya yang udah ikutan
*peluk satu-satu*
BUAT AUTHOR YANG FF-NYA BELOM KELAR, LIYYA GAK AKAN NGELUARIN FF ITU DARI ARCHIEVE-NYA 'HUNHAN BUBBLE TEA COUPLE' EVENT COMMUNITY. FF TETAP MASUK DALAM COMMUNITY N LIYYA PERSILAHKAN UNTUK DILANJUTKAN SAMPAI TUNTAS. HANYA SAJA, NANTI WAKTU UPDATE, TIDAK PERLU MENCANTUMKAN 'SPECIAL EVENT' LAGI.
;)
.
Ohya, sekalian Liyya mau pengumuman dikit. Setelah Event berakhir, Liyya juga akan berhenti dari FFN dan fokus ke WP. Buat yang masih mau baca ff2nya Liyya, boleh mampir ke WP kapan-kapan. (0312luluexotics. Wordpress. Com) *hapus spasi*
DAN BUAT PARA AUTHOR, LIYYA JUGA LAGI NGADAIN EVENT LOMBA MEMBUAT ONESHOT HUNHAN DI SANA.
Kali aja ada yang mau ikutan :v
.
Liyya mau ngucapin MAKASIH yang sebanyak-banyaknya buat yang masih mau menunggu dan membaca ff garing ini. Buat semua yang udah baca, follow, favorit, dan review di chap-chap sebelumnya.
Semoga di chapter ini masih berkenan untuk review ya /ngarep/
Balasan Review:
Aindyxie: Hai, salam kenal reader baru :D Kenapa gak Kai, hmmmmm, karena Liyya SuDO Shipper hehehehhee. Liyya maunya juga Event sampe akhir Desember sih, tapi... wkwkwkwk
Makasih udah ngereview^^
KikyKikuk: Namamu deeeekkk -_-! HunHan udah jadian tuh. Tumpengan yok! :v
Makasih udah ngereview^^
ChagiLu: Asdfghjlp, maaf banget Eon baru bisa update sekarang ya deeeek #bow
Makasih udah ngereview^^
Oh HanMi : hai deeeeek ^_^ Jadi sider tapi tobat tu kan lebih baik drpd jadi Sider selamanya ;) Gak jadi bikin ff dek?
Makasih udah ngereview^^
miyah oh: Kakaaaaaaaaaaaak! Sehun kemaren malu, sekarang dia hepi banget tuh kayaknya _
Makasih udah ngereview^^
ludeer: Part kemaren beneran menikmati dek? Kl gt kakak yakin part ini pasti hambar banget T_T
Makasih udah ngereview^^
ani n: 2 tahun yang akan datang? Tentu datang donk, kalo Liyya gak datang, Luhan nikah sama siapa nanti *_* Miss hello kitty dikasih boneka hello kitty sama Thehun wkwkwkwk. Ortu Luhan jauh, Eon. BaekSooLay aja dah lebih-lebihdr ortu -_-!
Makasih udah ngereview^^
.
.
Yang punya akun, bisa cek PM-nya yaa!
Salam XOXO dari Liyya