Special thanks and support:

My Lil' Sister (who know my secret identity is a fujoshi!), my friends on face*ook who asked me when this fic update for 3rd chapter, and my lovely reviewers, my lovely favers and followers too~~~~~ :*

Still support me please..? :3

.

.

.

.

.

A ROOM NUMBER GAME

.

Akai with Azul

.

Screenplays!Kristao, Sibum, Kyumin, Sulay, Chanbaek, Banghim, GTop, and many more

.

M

.

Yaoi/ BL/ Be eL/ Boys Love, alternative universe with typo(s)

.

No like, don't read!

.

Summary! :

Sekumpulan pria yang diundang ke sebuah villa mewah yang berada di pulau pribadi. Dengan membawa masing – masing amplop undangan berwarna merah, kebingungan yang menjerat pikiran dan perasaan, raut wajah kalut dan terheran – heran, dan mereka berdiri manis di tempat beraura erotis yang merangsang hasrat terpendam.

Bertemu dengan dua pria lainnya yang menjadi dalang dibalik semua ini. Lalu, kejadian apakah yang akan terjadi di villa mewah pulau pribadi itu..?

| "halo semuanya, selamat datang di amazing game kami!"| "waktu kalian hanya satu hari dua puluh empat jam. Jika lewat dari itu, ucapkan selamat tinggal pada dunia~~~~"|

"kita tidak bisa keluar kalau kita tidak melakukan persyaratan itu."| "aku lapar…, dan aku ingin 'memakanmu', sayang.."|

"ah.. ah.. nggahh… hh.. aahhhaaahh.. moreeehh.. ngh! Fasteerrhh~ ngah!"| "aku tidak peduli mau kau hamil atau tidak, yang penting sehabis kita keluar dari pulau ini, aku akan menculikmu dan akan membawamu ke tempat orang tuaku! Camkan itu, cantik!"|

Nahahahaha…. Siapkan camilan kalian, ok..? :3

.

.

.

.

3rd :: A Room Number Game; (4) on Living Room...

.

.

.

.

.

.

Keping mata berwarna hitam kecoklatan yang berkilat – kilat itu menatap datar sekeliling. Sepatu pantofel coklat karamelnya menimbulkan ketukan antara lantai bercorak motif khas tiongkok.

Kris sudah lama berkeliling di villa (atau manor?). Dari lantai dasar di mana ia diberitahukan permainan (freak) macam apa yang dibuat oleh si tuan penyelenggara, hingga lantai dua tempatnya berada. Dua hampir tiga jam semejak ia datang ke tempat ini—sekedar informasi, mereka sampai di pulau ini jam 7 malam, yang artinya ia sudah berkeliling sampai jam 10 malam.

Ia memang terbiasa begadang karena kesibukannya sebagai CEO perusahaan milik keluarga turun temurun, tapi bukan berarti ia tidak merasa lelah harus melangkah ke sana kemari tak tahu arah. Bak bocah lima tahun yang tersesat di dunia ajaib.

Pria mapan nan rupawan berusia 28 tahun itu mendesah kesal. Dengan tangan kanan yang sedikit meremas kertas berwarna biru muda bertuliskan angka 4, nomor ruangan dimana ia akan melakukan permainannya. Yeah.., making love, have a sex, atau bisa jadi sekedar one night stand.

Mengusak rambut pirang pucatnya dengan kasar, lalu berkacak pinggang. Sejujur kepalang jujur, ia tidak merasa terganggu jika permainannya seperti 'itu'. Hanya saja, apa pihak penyelenggara tahu jika...

...jika Kris penyuka sesama jenis?

Bagaimana jika ia dipaksa bercinta dengan wanita-entah-siapa-namanya-dan-dari-mana-asalnya...? dia 'kan penyuka sesama jenis! Penyuka sesama jenis!

Perlukah ia datang dan menghadap ke tuan rumah (atau villa/ manor?), lalu berkata gamblang kalau ia adalah homoseksual?

Bicara soal status seksualitasnya, sudah lama ia tidak memanjakan little Wu miliknya. Dan terakhir kali ia melakukan one night stand di clubbing langganan, itu sudah dua minggu yang lalu. Tersita dengan pekerjaan kantor yang tiba – tiba menumpuk di mejanya. Selama itu, dan pantas saja ia merasa bahwa libidonya menaik satu tingkat begitu mengetahui jenis permainan apa yang akan dimainkan olehnya nanti.

Well, dalam hati, pria tinggi semampai itu berharap jika ia akan making love bukan dengan wanita!

"tunggu, tapi di surat undangannya, aku diundang berdasarkan data – data pribadi yang mereka dapatkan secara rahasia, 'kan..?" gumam Kris sambil melangkah perlahan. Kaki – kaki jenjangnya yang dibalutkan celana jeans longgar berwarna biru tua melangkah dengan gaya elegan dan santai.

Sepasang orbs kilaunya menjelajah papan nomor yang tergantung di pintu – pintu. "tapi..., aku masih ragu—"

"—oi, kau Kris, 'kan..?!"

Di belakang pria itu terdengar suara lantang cukup menggema. Kris membalikkan tubuhnya dan mendapati dua orang pria yang berjalan beriringan. Yang satu melambaikan tangannya dan yang satu tersenyum kalem.

Sejenak Kris berhenti untuk berpetualang mencari nomor kamarnya. Membalas sapaan dengan senyum tipis dibalik wajahnya yang selalu berekspresi kaku.

"ah.., Siwon hyung, Hangeng gege.."

Siwon menyengir ramah. "kau belum dapat ruanganmu juga..?" Kris menggeleng. "sama! Kita berdua juga belum!" Siwon merangkul akrab Hangeng dan Kris.

"ngomong – ngomong, kau dapat nomor berapa, Kris..?" Hangeng menimpali dengan nada penasaran.

Kris memamerkan kertasnya pada dua pria yang beberapa tahun lebih tua darinya. "4, ge."

"4..?" pikir Siwon. Ia mendongak ke langit – langit dengan raut wajah sedang menggali informasi di memorinya. "bukankah tadi kita melewati kamar nomor 4, Hangeng gege..? iya, 'kan..?"

Hangeng tertawa kecil. "ah ya, aku lupa. Kris, ruanganmu ada di lorong sebelah sana." Telunjuk kanan Hangeng mengarah ke arah mereka datang sebelumnya. "di sebelah kananmu, setelah nomor 17."

"whoa! Yang benar..?!" Kris bersyukur jika ia tidak perlu membuang waktu lama untuk mencari kamarnya sampai ke lantai paling atas. "Thanks a lot ya, Siwon hyung, Hangeng gege! Aku duluan ya, kalau begitu! Sampai jumpa!"

Kris berlari. Tidak menghiraukan jeritan kelelahan kaki dan matanya yang mulai menyayu karena serangan lelah juga kantuk. Ia abaikan, karena ia akan mulai mengistirahatkan diri di ruangan miliknya akan beraksi.

Dan ternyata memang benar, setelah beberapa langkah ia lewati sambil berlari dengan pengambilan langkah yang lebar, ia sampai di depan pintu yang ia cari. Pintu dengan di tengahnya tergantung angka 4 dengan gantungan berwarna emas dan dililitkan benang berwarna perak.

"glup," Kris menatap waspada akan sesuatu dibalik ruangan itu. "sial! Kenapa jantungku berdebar – debar kencang begini, ya..?" diarahkan telapak tangan kiri meremas kemeja nila polos berlengan pendek yang ia kenakan.

Diam selama satu menit, memutuskan telapak tangannya menggenggam kenop pintu dan menekan lalu menariknya ke luar dengan gerak perlahan. Bahkan ia tak akan menyangkal kalau telapak tangannya berkeringat dingin. Tarik hembuskan nafas. Memantapkan hati melangkah masuk begitu pintunya mulai terbuka sedikit lebar.

Suasana di ruangan itu agak remang mendekati gelap. Pria mapan blasteran tiongkok – kanada ini tidak bisa memastikan tempat dimana ia berada. Lalu, begitu ia sudah seutuhnya masuk agak dalam dari ambang pintu, dan begitu pintu itu tertutup rapat, sebuah suara besi terdengar menggema.

Besi – besi berdiameter 5 cm itu mencuat dari kayu kusen pintu dan membentuk sebuah jaringan pagar jeruji besi. Tepat saat terdengar bunyi besi yang tergembok otomatis, lampu di ruangan itu menyala menyilaukan dengan tiba – tiba. Otomatis Kris menyipitkan matanya.

"jeruji besi?! Ya ampun! Sebegitu inginnya kami semua bercinta dengan orang yang bahkan tak kami tahu siapa dia—"

"—huuff~~"

DEG!

Keping mata Kris melebar. Lalu bola mata cantik nan bening itu bergerak gelisah. Bahkan keringat dinginnya mulai membasahi tubuh atletis pria itu dibalik pakaiannya. Tak lupa dengan jakunnya yang naik turun dengan gerakan canggung. Dan sadar atau tidak, Kris menderukan nafas sedikit lebih liar dari sebelumnya. Mendengar suara lirih yang ia pikirkan...

"hhaahh~ ungh.."

... desahan!

Raut wajah tegang tampak di wajah tampan Kris Wu; berbalik dengan gerakan luar biasa cepat ke belakang—ke arah suarah itu bersumber.

Jantung Kris berdetum – detum kencang. Deru nafasnya memburu liar. Tubuhnya memanas dan berkeringat dingin hingga bergetar menahan sensasi gejolak di dalamnya. Libido miliknya naik drastis hingga melebihi batas...

... karena melihat seorang lelaki muda yang duduk mengangkang dengan jari – jari bergerilya di lubang analnya yang berlendir.

Sex.—pikir Kris sambil menjilat nakal bibirnya.

Lelaki muda itu duduk mengangkang. Kedua kakinya yang tak terlindungi pakaian bawahan apapun terangkat tinggi – tinggi. di tengahnya, tiga buah jari masuk di dalam dan berpetualang di baliknya, menyebabkan lubang anal berwarna merah muda itu berlendir dan membuat sang pelaku mengalunkan desahan sensual yang memanjakan telinga Kris.

Bahkan lelaki itu tidak peduli jika seandainya ujung lengan kardigan coklat mudanya terkena cairan bening itu—jangankan peduli dengan kardigannya, mungkin ia tidak menyadari kehadiran Kris.

Mata Kris menjelajah nakal. Dari bawah lelaki muda yang sedang melakukan permainan solo, menjalar ke pusar yang tak bernoda dan berkulit putih kekuningan khas orang tiongkok, naik ke dada dimana puting merah muda yang tampak tegang mengintip malu – malu dari balik kemeja putih polos lelaki itu, setelahnya ke leher jenjang yang berkeringat—menggoda untuk dijilat dan dinodai, dan terakhir beralih ke bibir merah merekah lelaki muda itu yang sedang digigit kecil.

Pipi gembilnya bersemu merah sekali. Dan sekali hentak, sepasang bola mata yang tersembunyi dibalik kelopak dan poni rambut hitamnya terbuka. Membuat Kris kalap dan menelan kegugupan lagi dengan kaku.

Mata yang memiliki kantung berwarna hitam alami itu menajam. Dengan diselingi desahan dan nafas terputus dari bibir curvy kucingnya, lelaki muda itu berbicara dengan nada ketus.

"ap—appaahh.. lihat – lihattthh.., aahhaaahh..?! ukh!" lelaki itu menggelengkan kepala dan kedua kakinya bergetar. Tidak tahan dengan kenikmatan kecil yang di dapatkan dengan jari – jarinya yang berinvansi pada analnya. "aahh.. ngggaaah~~"

... Dan Kris tidak bisa menahan diri lagi hanya untuk menjadi penonton saja.

Dengan seringai yang terpahat di wajahnya yang tampak bergairah, Kris mendekat kearah sofa panjang berwarna merah tempat lelaki itu menunjukan aksi masturbasinya.

Mendekat dengan gerak perlahan, ia mulai membuka kancing kemejanya setelah meremas kertas dan membuang entah kemana. Memamerkan perut perfect six pack hasil gym rutinnya sejak kuliah.

Mata setajam elang itu menatap lapar dan haus ke sosok yang hanya bisa memberi death glare gagal dan perintah kasar untuk tidak mendekat disertai desahan yang kecolongan keluar indah. Kris tidak memperdulikan itu kecuali desahan yang mengundang dirinya untuk segera berbuat sesuatu.

Sesuatu yang nakal, liar, dan bergairah. Memabukkan dan membuat candu.

Setelah melempar kasar kemeja yang pria itu kenakan, lalu tangannya menari cepat membuka sabuk dan kembali membuangnya dengan kasar. Kini dengan tergesa membuka kancing dan resleting celana jeans. Bersamaan dengan dilepaskannya sepatu pantofel mahal buatan italia hadiah dari orang tuanya dua tahun lalu.

Kini, jarak Kris dan lelaki muda eksotis itu hanya berjarak lima langkah. Kris menatap penuh minat terhadap mangsanya, dan lelaki muda itu menatap penuh minat untuk menghajarkan karena berani mendekati dirinya yang sedang seperti ini.

Bibir itu digigit kecil. "brengsekkhh! Hh.. aah.. mau apaahh.. k-kau kemari, aahhaah..?! kauuuh.. tuli, ya..?! ku, kubilangghhh.. jangan mendekathh, bodoh!"

Seringai mesum itu semakin lebar. Kembali pria yang topless itu menjilat bibirnya sensual. Mendekat dengan gerak cepat dan mengukung lelaki muda itu, menatapnya dengan intens dan menempalkan dahi mereka.

"sepertinya kau kesulitan. Bagaimana kalau kubantu, hmm..?" tawar Kris menjilat perlahan dan gemas hidung bangir indah lelaki muda di hadapannya.

"ap—apppaahh.. kau.. bi, bil—AAAKKHH! AKH! AAAHH~~~ YES! YEESSS~~ DI, DI SANAAAHHH~~"

Kris terkekeh mesum. Jari tengahnya ia paksa ikut membobol lubang anal lelaki cantik di kukungannya. Mengurek – urek rektum sempit dan berdesak – desakkan dengan jari lain. Namun beberapa detik kemudian ujung jarinya menyentuh sweet spot lelaki itu. Membuatnya mendesah nyaring, liar, dan berhasil menyulut emosi ganas dalam diri pria putra tunggal Wu.

"di sini, babe..? hm, di sini...?" goda Kris sambil melumat seksi telinga kanan lelaki yang ia sentuh dalamnya. Tubuh lelaki itu tersentak kecil dan bergetar.

Lemas. "annhh~ hhaahh.. aaahhaahh~" menumpukan dahinya di dada bidang pria yang memanjakan titik manis di dalam tubuhnya.

Semakin lama, posisi kepala Kris menurun. Setelah puas melumat dan mengigit telinga Tao—lelaki muda itu—untuk membangkitkan gairahnya, setelah Kris menodai leher dan bermain nakal di puting dada Tao yang mencuat lucu, bergeraklah kepala pirang pucat Kris menuju selangkangan Tao.

Penis Tao telah memerah. Bahkan precum mengalir mulus dari lubang ujung kepalanya. Dengan coba – coba dan ingin jahil, Kris meniup lubang penis itu. Dan direspon dengan jengitan tubuh, getaran tubuh, dan desahan nyaring sekali dari bibir kucing Tao.

"aah.. ah.. ku, kumohoonnn, Tuaannhh.. masukkan peniskuuhh, tuannhh—"

"panggil aku Kris gege, sayang..." Kris membaui dan menjilat garis selangkangan Tao. Membuat si empu berjengit lirih dan menatap sayu lelaki yang menatapnya dengan pandangan menggoda.

"Kris geeehh... Kris gegeehh.. ngh~ ngghh~~ pleaseee—NNNAAAHHH!"

Dengan satu tarikan kuat, Tao berhasil keluar dengan cairan yang masuk tertelan oleh Kris. Masih dengan jari Kris yang bersemayam sendirian di lubang anal Tao, sementara tangan Tao sendiri mencengkram erat bahu Kris.

Deru nafas terdengar di ruang nomor 4 yang merupakan ruang tamu. Disertai suara detik jam dan gumaman lirih Tao yang penisnya sedang dibersihkan oleh lidah Kris. Secara tak sadar, kedua kaki ramping Tao nyaris mengepit kepala pria tampan yang masih single di selangkangannya.

Lalu dengan gerakan singkat dan terburu – buru, segera Tao dibaringkan di sofa dan Kris mulai mengeluarkan penisnya yang menegang sempurna. Diarahkannya penis itu ke lubang anal Tao yang masih sedikit mengeluarkan cairan. Dan Tao yang mengetahui apa yang akan Kris lakukan hendak berteriak ketika bibirnya ditawan bibir Kris.

Perang lidah tak lama dimulai.

Sekarang, sepenuhnya Tao menyerahkan komando tubuhnya pada sosok pria yang memaksakan masuk dengan perlahan. Tangan Tao yang mendarat pada rambut pirang Kris meremas – remasnya, mengirimkan sinyal jika ia merasa termanjakan dengan ulah atas dan ulah bawah Kris pada tubuhnya.

Tak berselang lama, suara jerit kenikmatan mengalun indah dari bibir bengkak Tao.

Kris mulai menggagahi Tao dengan liar. Membuat karya lagi di tubuh lelaki muda dan menggoda penis lelaki itu dengan pijatan tangannya. Tao mendesah, Tao melirih, Tao menyerukan namanya berkali – kali dan mendesah lagi begitu Kris berhasil mengenai titik manis di dalamnya lagi.

"aah! Aah! Nggghh... mmmaaahh.. nggghh.."

"argh! Ssh.. kau benar – benar sempit, sayangghhh..."

"huufft.. ahaaahhh~ K, Kris gegeeehh~~ yes! yes! di sanaaahhh... lagiiihh~~ yang keras, gegeehhh~~~"

"ya, sayaaanggghh... apapun maumuuhh.. urgh!"

Beberapa puluh menit mereka bersenggama, merubah posisi dari yang biasa hingga luar biasa kreatifitas gaya bercinta ala Kris. Bahkan merubah tempat, dari sofa hingga meja, lalu ke lantai yang dilapisi karpet beludu dan menuju balkon berpagar kaca, tak lupa di depan jeruji besi dan dinding ber-wallpaper klasik. Semua tempat mereka berdua jelajahi.

Beberapa kali Tao menjemput klimaksnya, dua kali Kris bertemu klimaksnya, dan setelah mereka mengelilingi tempat ruang tamu untuk bercinta, akhirnya mereka akan menjumpai klimaks kembali.

"g, gegeehh.. a, akkuuhh.. hhh.. aaahh.."

"ya, sayang... bersama—ugh! Argh!—samaahh..!"

Satu hentakan kasar.

Dua hentakan kasar.

Tiga hentakan kasar—

"—KRIISSSS GEGEEEHH!/ AAARRGGGHH!"

Tao terkulai. Tubuhnya ditopang oleh Kris yang masih berdiri membelakanginya. Kris tersenyum puas dan mengecup ringan bahu juga leher ternodai Tao. Menimbulkan desisan kecil di balik kesadaran Tao yang mulai tertelan mimpi. Anak itu mengigau lucu.

"gege.. aku lelah. Tubuhku sakit.. remuk.. semua salahmu!" Kris terkekeh. Lalu setelah membenarkan posisi Tao, ia pun menggendong bridal lelaki muda yang dibuai lelap.

Mengecup sayang bibir curvy yang berkilat dan membengkak. Kris menidurkan Tao di sofa dan ia di sampingnya; bersyukur dalam hati jika sofa panjang nan empuk itu muat untuk ditidurkan oleh dua pria.

Kris mendekap erat Tao. Mengelus punggung telanjangnya dan menyanyikan lullaby menenangkan. Tao tersenyum di balik ceruk leher Kris dan membalas dekapan pria yang mengambil ke-virgin-an lubang analnya; tapi Tao tidak mempermasalahkannya. Untuk saat ini. Toh, ia juga sangat menikmati permainan liar penuh gairah pria yang hanya ia kenal dari namanya saja.

Dan tak lama mereka berdua dibuai oleh mimpi indah.

.

.

.

.

.

A/N:

#Backsound Music: Eeh, ah, Sou... – Ono Daisuke (Shizuo) X Kamiya Hiroshi (Izaya)

Intinya, Al ngakak pas ngetik di bagian Kris jalan mendekat ke Tao sambil menanggalkan bajunya! Hahahahaha..!

Napsu amat, oom.. kenapa? Nggak tahan gara – gara puasa dua minggu dari jadwal one night stand, atau tergoda dengan kondisi baby panda, atau kombinasi keduanya..? :v

*disepakOomNaga*

Maaf buat lama menunggu, dan Al harap kalian puas! XDD

Beri review dan Al akan melanjutkan ff ini kalau kalian ingin ff-nya dilanjutkan... :D

Jaa,

Want to review..? :3

.

.

.

.