Tittle: Secret Admirer

Author: hunhanest

Main cast: Lu Han & Oh Sehun

Genre: romance, hurt, friendship, AU, yaoi, boyxboy

Disclaimer: EXO-nya milik bersama, ceritanya punya gue~


Chapter 1


-Lu-

Luhan berlari kecil menuju aula tempat dimana teman teman se-organisasinya berkumpul. Ia mendengus saat mengingat bahwa hari ini hari Sabtu, hari dimana seharusnya ia dapat tidur hingga siang dan mandi di sore hari tapi nyatanya Sabtu ini berbeda. Untung saja anak anak baru di sekolahnya membuat Luhan terhibur sehingga ia tidak perlu sulit sulit menelan 287 siswa baru yang sedang berbaris di lapangan.

"Luhan-ah, pakai blazermu! Kita akan segera mulai! Jangan lupa menghafalkan lagu dan geraknnya" ucap wakil organisasi

Luhan mengerutkan dahinya. Gerakan apa?!

"Oh ya, kau belum diberi tau ya? Yel yel nya menggunakan gerakan!" lanjutnya

Sial. Acara mulai beberapa menit lagi dan dia belum menghafalkan gerakan yel yelnya. Sabtu macam apa ini?

"kenapa mendadak seperti ini?"

"salahkan para sonsaengnim yang baru memberitau humas pagi ini"

"ah lupakan, jadi bagaimana gerakannya?

ia mendengus lagi, pasrah. Toh kalau ia kesal tidak akan bisa merubah keaadan

"Lihat dan perhatikan"

Luhan mengamati gerakan wakil organisasi. Entah sebuah keajaiban apa, Luhan menghafal gerakan itu di menit menit terakhirnya. Luhan semakin mencintai keberuntungan

"oke, mari kita mulai!" teriak ketua organisasi. Luhan segera berlari menuju lapangan menyusul teman teman lainnya, ia harap semuanya akan baik baik saja.


Namja berambut dark brown melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Waktu sudah menunjukan jam 10 pagi, jauh lebih lama dari yang ia bayangkan. Langkahnya melambat ketika melihat rambut coklat hazel di sebelah kirinya. Oh ayolah, rambut itu sangat menggemaskan! Luhan merasa tidak pernah melihatnya dan berarti namja yang membelakanginya ini adalah anak baru mengingat tidak ada siswa yang masuk selain anak baru & anggota organisasi. Tetapi ada sesuatu yang cukup membuat risih, tinggi badannya. Tinggi Luhan hanyalah se telinga namja itu.

'aku harus lebih banyak olahraga yang meninggikan badan'

Rambut hazel itu tertiup angin membuat Luhan semakin terpana. Rambut itu seakan akan menariknya untuk mendekat, mengajak empunya berkenalan dan mengikat suatu persahabatan. Luhan harap ia seberani itu.

Suara klakson mobil didepan gerbang membuyarkan semua imajinasi singkatnya. Ia kembali melanjutkan langkah kakinya menuju luar sekolah. Berharap agar ia bisa bertemu namja itu lagi.


Hari pertamanya tidak buruk. Meskipun suasana canggung masih menyelimuti kelas yang akan ia bina, ia yakin bahwa suasana ini akan semakin mencair seiring berjalannya waktu meskipun waktunya hanyalah 3 hari. Hari ini ia melihat namja itu lagi, tidak! Lebih tepatnya rambut namja itu lagi. Apa ia sudah ditakdirkan dengan rambut hazel menggemaskan itu? Eh tapi memangnya bisa begitu?

Luhan membuang imajinasinya jauh jauh dan kembali fokus menunggu bus menuju rumahnya. Ia tidak mau mengambil resiko untuk menunggu lebih lama akibat memikirkan rambut namja hazel.


Hari kedua tidak buruk juga. Kali ini Luhan dapat melihat wajahnya tetapi entah mengapa ia dengan mudah melupakan wajah itu. Tetapi kebiasaan buruknya adalah melupakan wajah seseorang yang ia kagumi. Yang pasti ia masih dapat mengingat kalau wajah namja itu tampan, imut dan putih, benar benar tipenya. Eh apa? Tipenya? Luhan masih normal! Tapi tunggu, apa seorang namja normal akan tersenyum sendiri jika mengingat rupa namja lain? Lu Han, sepertinya kau memang butuh istirahat..


Hari ini merupakan hari terakhir organisasi Luhan membina kumpulan murid baru dan itu berarti ini adalah hari terakhir kesempatannya untuk mengetahui nama namja hazel. Bukannya ia tidak bisa bertemu dengannya lagi tapi ia malu. Tidak mungkin kan ia harus bertanya dengan adik kelasnya "hei, apa kau tau namja dengan rambut coklat hazel yg lebih tinggi dariku? memiliki wajah imut dan tampan. Ah, ia juga putih." itu memalukan dan lagipula Luhan bukan tipe orang yang seberani itu..

"ke kelas C yuk" Luhan menoleh kearah suara disampingnya yang tidak lain adalah suara Chunji. Tak perlu waktulama, mereka berjalan menuju kelas C yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka sebelumnya.

"Annyeonghaseyo..." ucapnya dan Chunji serempak. "annyeonghaseyo.."

Mata Luhan terkunci pada suatu objek yang ada didepannya. Namja hazel itu siswa kelas C! Mungkin ia sedang mengikuti games atau entahlah, intinya namja itu sedang maju kedepan kelas.

Namja berambut dark brown mengalihkan pandangannya menuju name tag namja hazel. Name tag itu terbalik dan itu berarti ia tidak bisa melihat siapa nama namja hazel. Ingin rasanya Luhan menarik nametag itu dan membacanya sehingga ia dapat mengetahui nama asli namja hazel. Sayang sekali, lagi lagi ia tidak seberani itu. Tuhan, bisakah kau memberikan sebuah keberanian kepada namja manis bernama Lu Han ini?


"Jadi... kau menyukainya?" suara Junmyeon mengheningkan suasana kelas

"ah? tidak! aku hanya mengaguminya.. seperti yang lain" Luhan menyanggah. Tidak mungkin ia mengungkapkan rasa yang tidak ia akui keberadaannya kan?

"dia Oh Sehun. Hoobae ku dulu di smp". Luhan menatap Joonmyeon sebagai tanda interaksi mereka. Sehun, Oh Sehun. Jadi nama namja hazel itu Oh Sehun? Luhan mengangguk sendiri memikirkannya. "terima kasih!"

"kenapa kau bisa tertarik padanya? Apa menariknya sih? Bahkan aku jauh lebih baik darinya.." ucap Junmyeon percaya diri. Luhan berdecih. Yang benar saja, namja berwajah angel ini sedang merayunya?

"entahlah.. Yang pasti dia keren. Apalagi rambutnya! Rambut hazel itu sangat mengagumkan!" ketika berbicara, mata namja Luhan berbinar. Perkataannya bukanlah main main.

"Jadi sekarang kau sudah tidak normal?"

Hah? Apa?

Luhan menggeleng cepat. Luhan masih mau menjadi namja normal tapi apa dengan keberadaan rasa ini ia sudah tergolong gay? Lalu, apa yang akan terjadi jika orang tua nya tau?

"Kau tidak bisa berbohong dalam keadaan gugup seperti itu, Lu." ucap Kyungsoo lagi.

"a-aku tidak tau. Tapi.. ah lupakan saja. Oh ya, kapan tes pembagian kelas dilakukan? Aku ketinggalan banyak info ketika membina anak baru.." tanya Luhan yang tentu saja bohong. Ia tau pasti kapan tes itu berlansung karena ia juga harus menyampaikan berita semacam itu kepada anak baru tapi alasan terlogis yang muncul di pikiran Luhan hanyalah tentang info tes pembagian kelas. Ide memang tidak pernah muncul di saat saat genting.

"Kau cukup pintar mengalihkan pembicaraan, Lu."

.

.

TBC

.

.

Setelah sebulan lebih mikir tentang ini ff, akhirnya chap 1 tuntas juga.. berhubung gue jarang jarang buat ff dengan bahasa kayak gini jadi mohon maklum lah kalau pemilihan katanyanya kurang pas. Dan berhubung ini 'rada' (ya atau mungkin memang 90%) diambil dari kisah nyata jadi ya sorry kalo ceritanya pasaran.

Mind to review? Thanks!