HUNHAN FOREVER!
HUNHAN FOR LIFE!
.
A very proud HunHan Shipper
Author Aruna Wu
Present
Another HunHan Story entitled
.
.
.
"How I Met Your Mother"
.
.
.
Fuuuh….
Sehun mengerutkan keningnya ketika dia merasa ada hembusan angin menerpa wajahnya. Bisa dibilang tingkat kesadaran Sehun baru 5% karena kini namja tampan itu masih memejamkan matanya.
Fuuuh…
Hembusan angin yang dia kenal betul dari mana asalnya itu kembali bertiup, menyibakkan anak rambut yang menutupi keningnya. Sehun tau betul siapa pelakunya, karena sudah hampir 7 tahun dia merasakan hembusan angin itu di wajahnya setiap pagi.
Fuuuh…
Dan itu adalah yang ketiga kalinya. Sehun menarik sudut bibirnya keatas, tersenyum malas dengan mata yang masih sepenuhnya tertutup. Di kepalanya sudah dia banyangkan bagaimana yeoja yang paling dia cintai kini sedang mempoutkan bibirnya sambil meniup – niup wajahnya dengan hembusang angin yang diubuat oleh bibir manis berwarna peach alami kesayangannya.
"Ini masih terlalu pagi sayang… alarm kita juga belum berbunyi…"
Sehun bergumam dengan suara beratnya yang parau, masih dengan mata terpejam dan senyum malas yang tampan. Tanpa Sehun sadari si pelaku peniupan kini sedang terkekeh tanpa suara melihat ekspresinya.
Fuuuh…
"Baby… kau ini nakal sekali sih… jika kau ingin membangunkanku lebih baik kau memberiku morning kiss dari pada hanya sekedar meniup wajahku saja"
Masih dengan mata malasnya yang terpejam kini Sehun memeluk tubuh pelaku peniupan itu mendekat ke sisinya, keningnya sedikit mengait ketika dia rasa ada yang aneh dengan apa yang dipeluknya.
CUP
Sehun mendapatkan morning kissnya.
"Itu bukan morning kissku! Kau salah tempat chagi… bukan di kening…" gerutu Sehun dengan senyum nakalnya
CUP
Sehun mendapatkan sebuah kecupan di bibirnya, namun seketika mata Sehun terbelalak ketika dia merasakan bibir yang mengecupnya bukanlah bibir yang diharapkan. Itu bukan bibir yang biasanya Sehun nikmati di pagi hari, itu bukan bibir yang selalu membuat Sehun mabuk dan kehilangan kendali, itu bukan bibir yang dia harapkan, itu bukan bibir istrinya.
"Good morning Appa!"
Sebuah senyum lebar yang sangat manis hingga membuat mata si empunya senyuman hanya membentuk garis dan pipi gembulnya mengembang langsung nampak di hadapan Sehun.
"Appa pasti mengira aku ini eomma, iya kan?"
Suara merdu nan lucu itu bertanya dengan tampang imutnya. Anak itu rupanya benar – benar tidak tau seberapa terkejutnya sang Appa saat ini.
"FYUUUHH…"
Sehun menghembuskan napas beratnya ketika dia yakin bahwa yang barusan menciumnya benar – benar bukan orang lain, melainkan buah hatinya tercinta.
"Kau sukses mengejutkanku princess cantik"
Sehun kemudian memeluk putrid kecilnya dengan lembut, cukup erat sehingga wajah sang tuan putrid terbenam di ceruk lehernya. Putri kecil itu kini tengah tertawa bahagia ketika dia merasa telah benar – benar berhasil mengerjai sang ayah. Tingkat kejahilan yeoja manis bermarga Oh itu bisa dibilang cukup tinggi.
"Appa… appa merindukan eomma ya?" tanya suara imut itu ketika Sehun melepas pelukan eratnya.
Sehun kembali membuka matanya dan menatap kedua mata yang identik dengan miliknya namun mewarisi bola mata sang eomma itu dalam – dalam. Sejenak namja berusia 30 tahun itu tersenyum dan menjawil pelan hidung mungil putri kecil kebanggaannya.
"Tentu saja appa sangat merindukan eomma, apa kau merindukannya juga?" tanya Sehun dengan nada lembut yang cukup dalam mengingat suaranya yang berat dan khas
Yeoja kecil itu megangguk lalu mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Gwaenchana… kau punya appa! Jangan khawatir! Eoh… jam berapa ini?"
Sehun langsung mengecek jam yang duduk di meja nakas sebelah ranjanganya. Angka 5.58 tercetak di sana, tepat 2 menit sebelum jam itu nantinya bedering.
"Wah… Oh gongju bangun pagi sekali hari ini, apa kau ngompol?" Sehun pura – pura kaget
Gadis itu menggeleng sebagai jawabannya.
"Apa putri appa mimpi buruk?" Sehun kini menakup dua pipi gembul putrinya
Gadis itu kembali menggeleng sebagai jawabannya.
"Keundae mwo?" Sehun mempoutkan bibirnya berusaha terlihat imut di depan yeoja berusia 5 tahun itu.
"Baegopayeo…" ucap bibir mungil imut itu dengan tampang begitu polos. Sehun benar – benar ingin menggemas putrinya itu jika dia tidak ingat betapa susahnya dia dan istri cantiknya mendapatkan putrid cantik itu.
"Jja! Kalau begitu… ayo kita buat sesuatu untuk sarapan!"
"Khajja Appa!"
Pasangan ayah dan anak itu langsung bangkit dari tempat tidur queen size kamar utama dan segera menuju ke dapur di lantai dua rumah minimalis kediaman keluarga kecil Oh.
Sehun dan putrinya masih menggunakan piama mereka masing – masing, kaki panjang dan kurus Sehun menuruni tiap anak tangga dengan perlahan, tentu saja dia tidak mau menerima resiko terlepeset atau apa lah yang bisa membuatnya jatuh dan melukai harta berharga yang sedang dia gendong itu.
"Oh gongjunim ingin sarapan apa?" Sehun bertanya ketika dia sudah mendudukkan putrinya di sebuah kursi meja makan yang di dekatkan ke meja dapur.
"Omlet dan kentang goreng!" pekik si kecil dengan piama bermotif rusa yang kebesaran di tubuhnya, bagian lengan dan kakinya bahkan harus dilipat karena kepanjangan.
Sehun memang ayah yang cukup payah untuk sekerdar tau ukuran baju sang anak, Sehun selalu membelikan pakaian yang kebesaran untuk putrinya. Tapi sayangnya sang tuan putrid malah sangat menyukai apapun yang ayahnya itu belikan untuknya walaupun kebesaran.
Tidak sampai 15 menit dua buah sajian omlet dan kentang goreng lengkap dengan salad dan susu sudah terhidang diatas meja makan. Sehun kini sudah lihai dalam hal masak memasak, berterimakasih pada istri Sehun yang baik hati mau dengan sabar mengajari namja tampan itu memasak.
Sehun dan putrinya melahap sarapannya seraya menonton Sponge Bob kartun favorite mereka. Ketika Sehun tertawa melihat Patrick dengan bodohnya melatih batu untuk ikut balapan, si kecil memanggilnya.
"Appa!"
"Ne?"
"Boleh aku tanya sesuatu?"
Sehun dapat menangkap jelas raut penasaran di mata sipit putrinya, Sehun kemudian memberikan anggukan untuk jawabannya.
"Appa… bagaimana awalnya Appa bisa bertemu dengan eomma?" tanya putrid kecil itu seraya mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Ahahahaha…" Sehun tertawa lega ketika yang ditanya si buah hati bukanlah soal – soal rumit seperti bagaimana matahari tercipta atau bagaimana burung bisa terbang lebih tinggi dari pada bebek atau mungkin bagaimana bisa neneknya galak sekali.
"Kau penasaran dengan cerita kami?" Sehun gantian bertanya
Si kecil mengangguk dengan semangat dan tersenyum lebar, mirip senyum miliknya.
"Mmmmm…. Semua berawal ketika appa berusia… 16 tahun. Appa waktu itu pertama kali masuk Senior High School"
Sehun menerawang kembali ke masa – masa mudanya dulu. Masa – masa penuh perjuangan dan penuh rasa. Masa – masa yang penting untuk hidupnya dan dia benar – benar bersyukur karena telah berusaha berubah menjadi namja yang baik dengan susah payah hingga kini dia bisa menikmati hidup nyamannya.
.
.
.
.
Main Cast: EXO's SEHUN – EXO's Luhan
SIDE Cast: Other EXO's Members + Wu Yifan.
.
.
.
.
This is Gender Switch!
.
.
.
Genre: Romance, comedy, drama, love story,
rate T, recommended for every HunHan Hard Shipper!
.
.
.
.
"How I Met Your Mother"
.
.
.
.
"Aku tidak pernah peduli pada siapapun sebelumnya, bahkan akupun tak begitu peduli dengan diriku sendiri… tapi kenapa kau begitu menyita perhatianku? Sial!"
.
.
This is Chapter 1
"Who are you?"
.
.
No Bash. No Plagiarism. No Hate
Disclaimer:
Bila ada kesamaan cerita seperti ini, itu semua hanya ketidak sengajaan.
FF ini murni milik Aruna. Story plot, story line, story idea semua punya aruna.
EXO members punya SM dan EXOL, Wu Yifan punya Aruna. Kekekeke.
.
.
.
FF ini khusus dibuat dalam rangka Event "HunHan Bubble Tea Couple" yang menunjukkan kalau HunHan Shipper gak akan pernah mati, HunHan Shipper akan selalu ada dan memiliki ruang kejayaannya tersendiri. HunHan shipper, this story is for you!
.
.
.
"How I Met Your Mother"
.
.
Chapter 1: "Who are you?"
.
Seoul, 2012
BUGH BUGH BUGH
Sepertinya seseorang sedang berusaha menghancurkan sebilah papan putih dengan gagang hitam yang menjadi akses masuk antara ruang keluarga dan sebuah kamar berlabel "Oh Sehun"
BUGH BUGH BUGH
"YA! PEMALAS! CEPAT BANGUN ATAU KAU AKAN TERLAMBAT DI HARI PERTAMA SEKOLAH!"
Itu teriakan eomma Sehun. Seorang yeoja paruh baya yang masih terlihat imut di usianya yang berkepala 4.
"Aaaah ya Tuhan! Apa benar anak ini anakku? Kenapa pemalas sekali! YA OH SEHUN! JAM BERAPA INI!"
ceklek
"Eomma… berisik sekali!"
Tiba – tiba sebuah pintu terbuka menampilkan seorang namja dengan postur tubuh tinggi, berkulit putih, berambut hitam cepak keluar dari kamar itu, namja tampan itu bahkan sudah memakai seragam dan menggendong tas sekolahnya.
Namun namja itu muncul bukanlah dari pintu putih yang coba dihancurkan oleh nyonya Oh Jaejong barusan. Pintu yang terbuka itu berada tepat di sebelahnya, sebuah pintu putih identik berlabel Oh Yifan.
"Kau sudah siap? Sarapan sudah siap! Makanlah…" ketus sang eomma pada putra sulungnya
"Sehun belum bangun?" tanya Yifan pada eommanya, namun mata tajamnya melirik pintu kamar adiknya
"Menurutmu? Jika eomma menggedor pintunya apa dia sudah bangun?" wanita cantik itu rupanya melampiaskan kekesalannya pada putra sulungnya yang tak bersalah itu.
"Kenapa eomma hanya menggedor kamar Sehun? Kenapa kamarku tidak eomma gedor juga, mungkin saja aku juga belum bangun kan tadi?" Yifan bermaksud protes karena eommanya sama sekali tidak pernah melakukan hal – hal kekanakan itu untuknya
"Kalian memang saudara kandung sedarah serahim… tapi kau dan adikmu ini berbeda! Aku percaya padamu kau bisa mandiri Yifan, tapi Sehun? Ya tuhan… untuk bangun tidur pun dia masih perlu digedor!"
Jaejong menghela napas panjang. Jelas sekali terlihat jika wanita berstatus ibu kandung dari dua bersaudara Oh ini sedang frustasi menghadapi putra bungsunya.
"Gwaenchana… Sehun pasti bisa mandiri dan dewasa… tapi nanti pada saatnya" ucap Yifan kemudian mengelus punggung eommanya dengan lembut
Yifan kemudian dengan santainya meninggalkan sang eomma menuju ke arah dapur keluarga mereka, di sana Yifan mendapati sang Ayah sudah duduk di kursinya. Namja yang lebih muda beberapa bulan dari eommanya itu sudah menggunakan setelan jasnya dan membaca koran paginya dengan seksama.
Pemuda tampan dengan garis wajah tegas itu tanpa kata apapun langsung duduk di kursi yang biasa dia duduki, kemudian mengambil selembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai nutella, mengabaikan roti panggang dengan selai coklat dihadapannya.
"Apa adikmu berulah lagi?" tanya sang kepala keluarga tanpa mengalihkan perhatiannya dari korannya
"Seperti biasa…" jawab Yifan enteng
"Sampai kapan adikmu itu bersikap semaunya dan seenaknya begitu, apa dia pikir masa depan semudah memejamkan mata dan memeluk guling?" gerutu Oh Yunho selaku kepala keluarga Oh
Yifan masih mengunyah rotinya dengan santai, ini masih cukup pagi untuk terburu – buru.
"Sehun bukan anak yang malas, kalau malas dia pasti bodoh! Lagipula kalian juga sangat memanjakan Sehun, tidakah kalian sadar jika sekrang dia sudah remaja dan membutuhkan ruangnya sendiri?" Yifan menimpali perkataan ayahnya dengan pembelaan terhadap adiknya
Yunho menurutkan korannya dan menatap intense pada Yifan. Yunho sendiri tak pernah mengerti kenapa putra sulungnya ini gemar sekali membela kesalahan yang adiknya perbuat terlebih lagi sulung keluarga Oh ini selalu saja menemukan jawaban atau alasan yang membuat semua prilaku salah sang adik menjadi logis dan diterima akal sehat jika itu semua bukan sepenuhnya salah Sehun.
"Tapi adikmu itu sangat menghawatirkan…" bantah Jaejong yang baru saja bergabung
"Bukan Sehun yang menghawatirkan, tapi kalian yang terlalu khawatir. Ini masih jam setengah 6 pagi dan eomma sudah menggedor pintu kamar Sehun,"
"Itu karena eomma takut Sehun terlambat! Kau sendiri biasanya juga sudah siap jam segini…" kilah nyonya Oh dengan semangat menggebu
"Jangan samakan aku dan Sehun eomma! Kita kakak adik beda dua tahun, bukan anak kembar yang beda 2 menit… tentu kita punya pribadi yang berbeda, biarkan Sehun menjadi dirinya sendiri… aku yakin Sehun tidak seperti yang kalian khawatirkan, pemalas, pembrontak, tidak peduli lingkungan dan semacamnya…"
Yifan terus mengajukan pembelaan terhadap adiknya, kemudian meneguk susu coklatnya hingga sisa setengah.
"Kau yakin sekali sih, adikmu itu jika tidak diatur akan melunjak!" kembali sang eomma dengan kekhawatiran berlebihnya menyerang Yifan
"Apakah Sehun pernah melakukan kesalahan fatal selama ini? Ya… mungkin eomma benar, Sehun memang malas, suka membuat gara – gara dan tidak pernah peduli pada orang lain… tapi setidaknya otak Sehun cukup encer dan prestasinya menggunung, apa tidak cukup untuk kalian?"
Yifan memang kakak yang super jika sudah membela adiknya.
"Appa dan eomma hanya ingin Sehun bisa setidaknya sepertimu… kau pintar, kau cukup mandiri walaupun tidak rajin betul, appa tau kau laki – laki, kau juga peduli pada lingkunganmu walaupun tampang kalian berdua sama – sama tidak ramah…"
"Sehun bukan aku, appa… kami berbeda…"
Yifan memotong kalimat sang ayah dengan keyakinan penuh.
BUGH
Tak beberapa lama setelah meja makan hening, Sehun yang sedari tadi dibicarakan akhirnya bergabung di meja makan bersama kedua orang tuanya dan kakak kesayangannya. Sehun kini mengenakan seragam yang sama dengan Yifan. Seragam Hyundai High School. Kedua putra kebanggaan keluarga Oh itu memang sangat tampan, mereka berdua berpostur tubuh tinggi dan bisa dibilang sempurna. Hanya saja mereka berdua sangat kompak dalam hal berkespresi, Yifan dan Sehun sama – sama selalu terkesan dingin dan tidak ramah. Mungkin kata tidak ramah itu cocok untuk Sehun, karena anak itu sama sekali jarang menyapa atau berbicara pada orang lain, barang kali hanya seperlunya saja, berbeda dengan Yifan yang lebih bisa menyapa orang lain terlebih dahulu dan berbicara dengan nada sedikit lembut.
Yifan memakai seragamnya dengan rapi, maklum, anak itu adalah siswa teladan di sekolahnya. Sebentar lagi akan jadi mantan ketua Osis dan kapten tim basket saat dia duduk di bangku kelas 11, namun kini Yifan duduk di kelas 12 dan semua posisi itu harus dia tanggalkan. Yifan juga punya kepala yang cerdas, beberapa prestasi akademik sempat dia dapatkan selama dia menjadi siswa di Hyundai High School. Yifan memang patut jika diberi julukan "kebanggaan"
Lalu Sehun? Anak ini…. Huuuft… selalu sukses membuat kedua orang tuanya mengelus dada dan menarik napas panjang – panjang. Sehun mempunyai kepribadian yang cukup unik, anak itu tidak banyak bicara, anak itu juga tidak banya berekspresi. Wajahnya begitu beku dan dia juga nampaknya tidak pernah mengerti arti kata ramah dan peduli sesama. Tapi untunglah otak Sehun tidak beku seperti ekspresinya. Otak Sehun benar – benar sangat encer, bisa dibilang anak itu jenius. Mungkin jika Sehun tidak pintar dia tidak akan mungkin punya teman, begitulah pikir orang tuanya. Sikap Sehun yang kelewat dingin dan tidak ramah itulah yang membuat kedua orang tuanya jadi over khawatir jika nanti Sehun tidak punya banyak teman, penyendiri dan yang paling susah adalah tidak enteng jodoh. Mana ada yeoja yang mau berhubungan dengan namja dingin dan kaku begitu, memang Sehun tampan, tapi apa tamapn tanpa kepedulian itu cukup?
Patut kan mereka khawatir?
.
Yifan dan Sehun baru saja turun dari mobil ayah mereka. Hari pertama sekolah memang mereka selalu diantar, namun hari – hari selanjutnya Yifan harus mengayuh sepeda gunungnya kembali, mungkin Sehun akan naik bus karena terlalu malas mengayuh sepedanya, anak itu memang!
"Kau akan ikut masa orientasi siswa, pesanku jangan berani menatap kakak kelas apapun alasannya, aku takut mereka salah paham terhadap tatapanmu" ucap Yifan ketika keduanya sama – sama melangkah meyusuri jalan setapak menuju gedung sekolah mereka
"Tenang saja…" jawaban Sehun terlalu singkat
Yifan paham betul bagaimana adiknya ini. Sehun memang kurang dalam kemampuan verbal, dia bukanlah namja yang pandai berkata – kata apalagi mencari hal lain sebagai bahan basa – basi, itu bukan Sehun sama sekali. Sehun lebih mampu menunjukkan perasaan dan keinginannya lewat apa yang anak itu lakukan. Sehun memang lebih suka membuktikan dengan hasil kerja daripada berkata – kata. Anak yang baik kan sebenarnya?
"Aku percaya padamu, oh ya… hati – hati pada temanku yang bernama Luhan… dia galak!" Yifan menepuk pundak adik kesayangannya kemudian berlari dan bergabung bersama gengnya.
Sehun memperhatikan punggung kakaknya menjauh, wajah Sehun benar – benar tampan tapi menyebalkan, bagaimana dia bisa memandang kakaknya tanpa ekspresi sama sekali, benar – benar sulit untuk menebak apa yang dirasakan bungsu keluarga Oh itu.
Kepala Sehun sedikit bergumam, ya… dia tidak biasa menggunakan bibirnya untuk itu. Kepalanya memikirkan tentang maksud sang kakak untuk berhati – hati pada temannya yang bernama…. Siapa? Ah Siapapun Sehun tidak ingat…
.
"Itu adikmu?" tanya salah satu teman Yifan yang duduk di sebuah bangku dekat gedung pertemuan, rata – rata itu adalah gerombolan siswa yang akan menjadi mantan pengurus Osis yang memang ikut mengisi acara orientasi siswa baru, bisa dibilang ini adalah kegiatan bakti terakhir Osis angkatan Yifan sebelum hari ini posisi Yifan sebagai ketua Osis akan jatuh kepada seorang siswa imut dan cerewet bernama Byun Baekhyun, adik kelasnya.
Yifan mengangguk untuk jawaban dari pertanyaan temannya.
"Kalian mirip!" Ujar seorang teman Yifan yang lain, kali ini yeoja, lebih tepatnya yeoja chingu dari namja yang bertanya tadi
"Tentu saja, dia adikku!" singkat Yifan
"Hari ini mood Luhan benar – benar buruk! Kasian para siswa baru jika sampai berurusan dengannya" gerutu yeoja manis bername tag Zhang Yixing yang tak lain adalah yeoja chingu Kim Junmyeon
"Memangnya kapan mood Luhan pernah benar – benar baik?" Junmyeon mengerling pada Yixing, matanya seperti meminta bukti jika benar Luhan pernah sekali saja memiliki mood yang baik.
"Kalau dipikir – pikir Luhan itu versi yeojamu Oh Yifan!" ucap seorang yeoja chubby dengan mata bersingle eyelidnya
"Eoh? Versi yeojaku….. Wae?" Yifan ikut duduk lalu dengan santainya mengayunkan kaki
"Menakutkan jika sudah marah dan bertemperamen buruk" jawab Minseok si pipi chubby
"Kau bilang begitu karena kau belum tau adikku" ujar Yifan santai dengan senyum tipis diwajahnya
"Memang adikmu kenapa?" Junmyeon nampak tertarik dengan topik ini
"Adikku… lebih parah dariku… kalian harus ekstra sabar jika mau bicara dengannya, jika aku punya wajah beku maka adikku punya wajah besi… butuh panas tinggi untuk melelehkannya jadi senyum…" Yifan berkata panjang lebar, menceritakan kebesian adiknya pada teman – temannya
"Woah… menarik…" gumam Minseok yang dihadiahi death glare dari Kris.
.
Di dalam gedung penerimaan siswa baru Sehun duduk bersebelahan dengan Kim Jongin, sahabat sehidup semati sepenanggungan dan separah – parahnya Sehun, Jongin selalu bisa menerima sahabatnya itu apa adanya. Ini memang terdengar menggelikan tapi Sehun harus sujud syukur sering – sering kepada Tuhan karena telah memberikan seorang sahabat setia padanya, walaupun yang agak hitam, sedikit mesum, lumayan jahil dan sangat playboy.
"Ya Sehun-ah… bagaimana menurutmu yeoja itu?" Jongin menunjuk dengan dagunya seorang yeoja imut bermata bulat yang sedang memegang beberapa kertas di tangannya
"Biasa saja…" Sehun memang selalu sesingkat itu
"Ya… kau ini… matamu terlalu sipit atau bagaimana eoh? Masak sih kau tidak bisa melihat betapa imutnya dia" gerutu Jongin sambil menyikut pelan bahu Sehun
"Kau yang terlalu centil Kkamjong!" sinis Sehun masih saja tanpa ekspresi
"YA! Kalian berdua!"
Sebuah suara berat menginterupsi acara bisik – bisik antara Sehun dan Jongin. Keduanya langsung berbalik menuju sumber suara dan mendapati seorang namja bertelinga peri sedang berdiri di hadapan mereka lengkap dengan tatapan galak menyeringai khas para sunbae yang ingin terlihat menakutkan untuk para hoobaenya.
Sehun dan Jongin, keduanya tak mengerti kenapa mereka dipanggil tapi yang jelas mereka sudah mencium bau – bau bahaya.
"Ne… sunbaenim…" Jongin menyahut sementara Sehun hanya diam
"Diantara kalian siapa yang bernama Oh Sehun dongsaengnya Oh Yifan sunbaenim?" sunbae bername tag Park Chanyeol itupun bertanya masih dengan nada tegasnya.
Murid baru memang belum mendapatkan name tag.
"Aku" Sehun menjawab dengan style singkatnya dan itu membuat Chanyeol mengerutkan kening.
"YA! Kau mau berani pada kakak kelasmu? Apa begitu caramu bicara pada seorang sunbae?" bentak Chanyeol masih menyembunyikan jati dirinya sebagai seorang happy virus dibalik wajah seramnya
"Cho…chogiyeo… sunbaenim… maafkan sahabatku tapi… itu sudah ekspresinya yang paling ramah…" Jongin mencoba menengahi
"Jangan hanya karena kau adalah dongsaengnya Yifan sunbae, kau bisa sok jadi anak emas di sini, mengerti!" hardik Chanyeol pada si bungsu Oh
"Aku bahkan tidak ada rencana untuk itu…" yang malah dijawab dengan gerutuan plus seringaian oleh Sehun.
"Cih anak ini benar – benar! KAU! IKUT AKU SEKARANG!" Chanyeol membalikkan badannya dan berjalan cepat sementara Sehun sudah dengan malas mengikuti namja bertelinga peri itu
.
"Kau sudah dapat orangnya?" ketus seorang yeoja berwajah cantik namun aura mencekam mengitari yeoja itu
"Sudah sunbaenim… dia adalah dongsaengnya Oh Yifan sunbae" ujar Chanyeol sesopan mungkin karena namja itu sudah mendapatkan peringatan siaga satu karena yeoja yang ada di hadapannya sedang sangat tidak mood alias dalam kondisi perasaan yang tidak baik.
"mana orangnya?" meskipun hanya pertanyaan singkat tapi Chanyeol sudah merasa seperti diminta untuk menghantar daging segar untuk dimakan singa betina yang sedang PMS.
Sehun berdiri tegap tanpa menunduk sedikitpun, kepalanya masih tegak dan sama sekali tidak ada ekspresi di wajahnya. Tentu saja, dia Oh Sehun.
Gadis yang dijuluki singa betina itu kemudian memicingkan mata indahnya ketika melihat seberapa berani gelagat anak itu sekarang.
"Namamu?" Luhan bertanya dengan penuh intimidasi, beberapa siswa kelas 11 sudah mengkerut termasuk Chanyeol. Namun tidak untuk Sehun, dia masih dengan ekspresi bekunya.
"Oh Sehun"
Demi Tuhan Sehun mau bunuh diri atau apa… dia hanya menyebut namanya tanpa membungkuk, tanpa embel – embel apapun di depan dan dibelakang. Bibir tipisnya hanya menyebut namanya dengan intonasi nada rendah dan tatapan tajam.
Luhan mendengus sebentar, nampaknya dia sudah mendapatkan sasaran empuk untuk melampiaskan "kegembiraannya" hari ini.
"Apa begitu caramu bersikap pada sunbaemu?" Luhan bertanya dengan nada ketus, sinis, meredam emosi dan seakan – akan Luhan adalah gunung berapi yang bisa meletus kapan saja.
"Lalu aku harus bagaimana…." Sehun menatap lurus – lurus mata Luhan tanpa ekspresi lalu beberapa detik kemudian dia melanjutkan kalimatnya, "Sunbaenim…" . Agaknya Sehun lupa untuk menambahkan embel – embel itu saat bicara tadi.
"Jangan hanya kau masuk ke sekolah ini dengan segudang prestasimu, ditambah lagi kau adalah adiknya Oh Yifan dan kau juga bungsu keluarga terpandang itu maka kau dengan beraninya memandang rendah sunbaemu dan bertingkah semaunya!"
Luhan mencerca semua kebanggaan dalam diri Sehun. Terlepas dari seberapa tanpa eksresinya anak itu, Sehun adalah remaja yang memiliki segudang kebanggaan dalam dirinya. Agak narsis memang, tapi siapa yang tak bangga pada diri sendiri jika kau adalah seorang Oh Sehun? Pintar, tampan, kaya, terpandang dan memiliki kakak yang keren. Semuanya pasti bangga. Tapi dalam kasus ini, kenapa Luhan melecehkan hal yang dibanggakannya.
"Jika memang aku seperti itu kenapa aku tidak boleh bangga?"
Ah… satu hal lagi tentang Sehun, tidak hanya berwajah besi, tapi bibirnya juga panas, semua yang dikatakan Sehun pasti akan menyakitkan. Entah itu karena terlalu jujur atau apapun yang dikatakan Sehun selalu membuat iri, makanya terkesan pedas dan sombong.
BRAK
"Kau ini bangga atau sombong!?"
Luhan menjatuhkan beberapa map yang tadi dia pegang dengan sekali hentakkan keras ke atas meja hingga membuat semua orang di aula itu berhenti berbicara dan terfokus pada Sehun yang sedang adu tatap dengan Luhan.
Jika ini sebuah adegan animasi film ultraman, dragon ball atau semacamnya, mungkin dua mata itu sudah keluar singar kekuatan warna – warni yang mencoba untuk mengalahkan satu sama lain. Seakan – akan mata mereka adalah senjata pamungkas untuk melawan musuh.
"Apa aku dipanggil kemari hanya untuk diteriaki?"
Entahlah yang barusan Sehun ucapkan itu bentuk pertanyaan atau tantangan yang jelas wajah besinya semakin menyebalkan dimata Luhan.
"Waaah… aku tak menyangka keluarga Oh punya maknae yang tidak punya tata krama dan sopan santun. Jika aku jadi Yifan, aku akan sangat malu punya adik sepertimu!"
Luhan melipat tangannya, jangan salah… bibir Luhan juga pedas, sebagai sunbae dia merasa wajib untuk meluruskan sikap hoobaenya yang melenceng, apalagi hoobae yang tidak tau tata krama begini. Atau mungkin Luhan yang tidak tau jika Sehun memang seperti itu, tak punya ekspresi.
"Apa kau memanggilku kemari hanya untuk menghinaku dan keluargaku?"
Sehun kembali mengucapkan kalimat ambigu antara pertanyaan dan tantangan. Kali ini dia dapat melihat Luhan sedikit tercekat. Ucapkan selamat pada Sehun yang otaknya encer karena dia selalu berhasil dalam semua perdebatan termasuk yang satu ini. Luhan tidak tau saja siapa lawannya.
Luhan menghela napas dan memberi senyum sinis pada Sehun ketika otaknya sudah mencerna rangkaian kata yang menjadi serangan balik.
"Ani…"
Luhan menjeda perkataannya, dia sadar betul semua orang jadi tegang sekarang.
"Bukan aku yang menghina dan mempermalukan keluargamu. Kau dan sikapmu sendiri yang membuat keluargamu dan dirimu sendiri terhina! Sikapmu yang tak tau sopan santun ini… membuat semua orang akan menghinamu dengan mudah!"
SKAK MAT!
Luhan dapat melihat mata Sehun sedikit melebar. Baru pertama ini, baru kali ini dan baru Luhan seorang yang berhasil membuat kerongkongannya tercekat. Baru kali ini Sehun merasa menemukan lawan berdebat yang seimbang.
"Yeoja ini menarik"
Itu untuk pertama kalinya Sehun merasa tertarik dengan seseorang. Namun bukan karena orang itu cantik, bukan karena orang itu berasal dari keluarga kaya terpandang, bukan karena orang itu adalah kakak kelas yang berkuasa, bukan juga karena orang itu punya segudang prestasi. Tapi karena orang itu, Lu Han… bisa mengimbangi perdebatannya dan menyudutkannya dengan argument total.
Yifan yang sedari tadi melihat kejadian itu mulai menarik sudut bibirnya keatas.
"Wah… adikkmu berhasil dipermalukan oleh Luhan" gumam Junmyeon yang tepat berada di sebelah Yifan
"Itu sudah rencanaku" ucap bibir sexy dan suara husky itu mantap
"MWO?" Junmyeon agak kaget lalu Yifan memberi tau namja yang lebih pendek itu akan sesuatu.
"Adikku adalah anak yang sedikit payah dalam hal sopan santun dan keramahan. Dia terbiasa dimanja dan selalu bertindak semau kepalanya. Orang tuaku bahkan sampai lelah mengajarinya bagaimana cara bicara pada orang yang patut dihormati. Aku pikir, mendidik Sehun dengan kelembutan bukan cara yang baik, mendidik Sehun harus menggunakan bibir pedas Luhan agar anak itu bisa sedikitnya tersakiti hatinya dan merefleksi kelakuannya. Maka dari itu, aku dengan sengaja meminta Luhan untuk menemukan Sehun untukku. Agar mereka bertemu dan…. Jadi seperti itu!"
Junmyeon menganga karena tak percaya apa yang baru saja Yifan katakan padanya.
"Kau gila Yifan!" Junmyeon menepuk bahu sahabatnya itu
"Tentu saja, jika tidak gila berarti bukan Oh Yifan!"
Yifan lalu meninggalkan Junmyeon untuk menghampiri Luhan dan Sehun sebelum mereka berdua saling membunuh satu sama lain, oke itu berlebihan tapi Yifan tau siapa adiknya, Sehun tidak akan pernah mau dikalahkan apa lagi dengan yeoja.
"Apa kalian keberatan jika aku menyela diskusi menarik ini?" Yifan tersenyum manis dan itu semua mengundang bisik – bisik dari semua siswa baru yang ada di dalam aula, bahkan siswa kelas 11 dan 12 pun ikut berbisik terutama siswa yeoja. Alangkah manisnya senyum seorang Oh Yifan.
"Tidak… tapi jika kau ingin membela adikmu, artinya sama saja dengan mencoreng wajahmu sendiri" ketus Luhan dengan senyum sinisnya pada Yifan
"Tidak… aku tidak bermaksud untuk membela adikku… jika aku membelanya maka dia akan membenciku lebih dari biasanya… aku juga tidak akan repot – repot untuk peduli urusannya. Karena adikku… punya harga diri yang cukup tinggi!"
Well… seperti yang kita tau, dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun seorang Oh Yifan pasti akan membela adiknya dengan cara apapun, eksplisit ataupun implisit. Oh Yifan bagaikan pengacara pribadi adiknya saja. Walaupun kalimat tadi berupa penolakan, tapi yang cukup pintar pasti mengerti gaya pembelaan Yifan. Gaya pembelaan yang tidak bisa disangkal, tetap membela walaupun tanpa mencoreng wajah tampan dan kehormatannya sendiri.
"Apa artinya harga diri tinggi tanpa sopan santun dan tata krama yang memadai?"
Luhan kembali melirik pedas pada Sehun, tak henti – hentinya membuat Sehun dicap sebagai anak urakan tak sopan bahkan di hari pertamanya sekolah.
Sehun juga tak bisa menolak itu semua karena memang benar, dia sendiri tau tata kramanya entah ada dimana yang jelas sejak kecil sesuatu bernama sopan santun dan tata krama tidak pernah melekat padanya, atau mungkin Tuhan lupa memberikan formula sopan santun saat dia diciptakan? Meolla…
"Dan apakah seorang yeoja dengan perkataan pedas itu termasuk yeoja yang bertata krama? Menghina apakah termasuk prilaku bertata krama?"
Bisa dibilang itu kalimat terpanjang yang diucapkan bibir Sehun hari ini. Semua orang termasuk Yifan menoleh pada Sehun. Ini menarik, tapi Yifan sadar diri, dunia sudah cukup rumit tanpa harus menciptakan perang dunia kesekian di sekolahnya.
"Sudahlah… kalian sama saja… Sehun-ah… khajja! Ikut aku…" Yifan menepuk bahu adikknya dan menyeringai pada Luhan yang melotot kearahnya.
"Demi Tuhan! Oh Yifan… aku membenci adikmu!" Luhan menggerutu dalam hatinya seraya mengepal erat tangannya.
.
Yifan dan Sehun sudah keluar gedung aula itu, dan kaki panjang Yifan menggiring adikknya ke sebuah lorong dan itu menuju ke arah ruang kepala sekolah, karena saat ini kepala sekolah mereka sangat ingin bertemu dengan... anak bungsunya.
"Hyung!"
Yifan menghentikan langkahnya dan segera memalingkan wajahnya pada Sehun, menaikan sebelah alisnya pertanda mempersilahkan Sehun untuk bicara.
"Yang tadi itu siapa?" Sehun bertanya dengan wajah tanpa ekspresi yang entah mengapa malah sangat imut di mata Yifan
"Yang galak itu?" Yifan balik bertanya dan Sehun menagguk
"Namanya Lu Han. Orang Cina yang lama tinggal di korea. Dia memang terkenal sangat galak. Walaupun cantik, bibirnya yang pedas membuat dia sangat menakutkan…"
"Yeoja itu menarik… aku menyukainya…"
Sehun memotong perkataan Yifan dan sedikit tersenyum sinis pada kakaknya. Dan Yifan sendiri sejujurnya ingin tertawa terbahak, jika saja dia lupa kalau di sekolah ini yang menjadi kepala sekolah adalah ayahnya, Oh Yunho.
.
Setelah keluar dari ruang kepala sekolah dimana Sehun dan Yifan memanggil appanya dengan sebutan Oh Seongsaemnim, Sehun langsung diantar kembali menuju aula dan duduk di sebelah Jongin.
Saat Sehun kembali Jongin seperti orang tua yang sedang menyambut anaknya ketika baru saja release dari medan perang selama masa wajib militernya, bisa dibilang Jongin sangat bahagia melihat Sehun kembali dengan keadaan lengkap dan masih berwajah datar, artinya itu masih Oh Sehun.
Sepanjang acara semua siswa mengikuti prosesi penerimaan siswa baru dengan baik. Namun sayangya mata tajam Sehun tak berhenti mengekori seorang yeoja galak bermata rusa yang tadi berurusan dengannya.
Sesekali Sehun dapat melihat bagaimana yeoja itu tersenyum pada seorang yeoja berpipi chubby atau tertawa pada seorang namja bertelinga peri yang tadi mencarinya.
Melihat itu Sehun jadi berpikir seberapa mengerikannya kah yeoja itu? Kenapa dia bisa cepat tertawa ketika tadi dia sendiri sangat menyeramkan? Sungguh Sehun sangat penasaran pada yeoja itu. Kepalanya terus bergumam tentang Luhan, Luhan dan Luhan.
"Aku tidak pernah peduli pada siapapun sebelumnya, bahkan akupun tak begitu peduli dengan diriku sendiri… tapi kenapa kau begitu menyita perhatianku? Sial!"
Sehun menyunggingkan smirk kecil di wajahnya dan menspot Luhan seakan – akan Luhan adalah target untuknya.
.
.
.
.
.
.
"Jadi itu benar jika dulu eomma itu benar – benar sangat galak?"
Putri kecil Sehun membelalakkan mata sipitnya dan demi apapun Sehun bersumpah, putrinya sangat imut.
"Ne… bahkan eommamu itu punya julukan si bibir pedas di sekolah!" Sehun merasa leluasa mengejek istrinya di depan si kecil saat ini. Wajar saja, Luhan saat ini tidak ada untuk membela dirinya.
"Jinjja?" tanya anak itu tak percaya
"Jinjja!" Sehun meyakinkan putrinya
"Lalu kenapa appa menyukai yeoja galak seperti eomma?" gadis imut itu mengerutkan keningnya dan memiringkan kepalanya
"Justru karena eommamu galak lah appa jadi menyukainya. Appa selalu bertanya – tanya siapa yeoja galak itu, seperti apa dia sebenarnya dan kenapa dia bisa segalak itu… eommamu… selalu berhasil membuat Appa penasaran!"
Sehun sedikit berbisik pada kalimat terakhirnya, seakan – akan wajah tersenyum Luhan yang dibingkai dalam foto keluarga mereka bisa mendengar percakapan ayah dan anak yang sedang mengatainya galak itu.
"Benarkah? Lalu apa yang Appa lakukan setelah itu? Apa Appa tidak takut?" bibir mungil mirip bibir Luhan itu kembali mengutarakan rasa penasarannya.
"Appa sama sekali tidak takut! Appa malah semakin ingin tau dan penasaran… sejak saat itu… akhirnya Appa memutuskan untuk menjadi…. Stalkernya eommamu!"
Sehun kembali sedikit berbisik seakan – akan tembokpun bisa menguping dan memberi tahu istrinya saat istrinya pulang nanti jika Sehun membicarakannya.
"Waaah… kisah cinta kalian ini benar – benar menarik! Ceritakan lagi Appa!" gadis kecil berambut agak ikal itu sedikit berjingkrak di tempat duduknya
"Tapi kau harus mandi dulu… baru appa mau lanjut cerita!" Sehun bangkit dari meja makan dan membawa piring kotor ke bak cuci
"Shireo… aku mau mendengar cerita kalian!"
Dan kebiasaan malas mandi Sehun nampak menurun pada putri kecilnya ini.
"Kalau begitu appa tidak akan cerita…" Sehun meledek putrinya dengan nada menyebalkan
"Appa… please…"
"No! No! No!"
"Appaaaaa….."
"Oh Chaeri….! Mandi dulu… baru appa mau cerita!"
Sehun memberikan tampang besinya pada sikecil dan akhirnya itu membuat Oh Chaeri, sang putri terpaksa menurut.
"Oh Sehun menyebalkan!"
Putrinya meledek Sehun dan segera berlari menuju kamar mandi.
"YA! OH CHAERI! JANGAN NAKAL!"
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
Chapter 2
"The Stalker!"
"Setiap hari aku diam – diam mengikuti langkahmu, apakah kau menyadarinya? Aku tak melewatkan sedetikpun pergerakanmu, hingga aku tau… apa saja yang bisa membuatmu menangis dan tertawa"
.
.
.
.
ARUNA's Corner!
Annyeong! Aruna bawa jenis FF aneh lagi dan menyeret sesosok Oh Chaeri di sini! OC sih… tapi ini anaknya HunHan….
FF ini dibuat dengan ide yang amat sangat tidak brilliant karena dapet ide FF ini pas lagi nonton ulang serial "HOW I MET YOUR MOTHER" yang asli. Ada yang tau dan suka serial itu gak? Sama dong sama Aruna kalo kalian suka… kekekekek… disana menceritakan tentang Ted Mosby dan kawan – kawannya. Tapi disini dikemas dengan cara berbeda dan tentu sangat berbeda cerita dengan yang satu itu. Hanya judul dan key pointnya aja sama, yaitu menceritakan tentang bagaimana seorang Sehun bisa bersatu dengan Luhan dan kini ada sosok malaikat cantik bernama Oh Jaekhyung.
Ada yang penasaran dengan FF ini? Lagi – lagi ada Yifannya dan lagi – lagi Yifan jadi kakaknya Sehun… tipikal banget yah kalo Aruna bikin FF… Yifan pasti jadi abangnya Sehun… atau enggak jadi bapaknya dan pasti berhubungan sama Sehun deh…
Okay,,, kalo penasaran bisa komen, follow dan fav. Ceritanya.
Kekekeke…. Gomawooo….
Akhir kata,,, selalu Aruna ucapkan…
AUUUU…. AH! SARANGHAEYEO!
RnR Juseyeooo….