ONE FINE DAY

Main Cast :

- Sehun

- Luhan

Author : Bee48 (sparkling 5)

Rate : T

Genre : Hurt, comfort, BL! GS !

Disclaimer : FF ini milikku. Castnya milik Tuhan YME, Sment, Orang tua mereka. aku hanya meminjamnya untuk kepentingan Ff ini.

FF ini terinspirasi dari lagu 2AM – One spring day. Ini asli pemikiran aku, tapi kalau ada beberapa scene yang sama dengan Ff lain aku minta maaf, itu ketidak sengajaan.
Don't Copas ! Don't be siders ! RnR pleaseee~

Warning (!) : Typo, Tidak sesuai EYD.

o0o

Sehun membuka mataku saat merasakan hawa dingin menyapa indra perabanya dengan menusuk. Sebenarnya ia heran sekarang sudah musim semi namun sepertinya hawa musim dingin masih belum hilang sepenuhnya.

Sehun mendudukan diri diatas ranjang kemudian menoleh kearah samping. Sendirian. Tentu saja, dia telah pergi.

Sehun menatap kosong pada figura yeoja manis yang terpajang di dinding. Banyak pikiran yang berkecamuk di otaknya.

Apa kabarmu ? Apakah hari ini kau sibuk ? Apa yang akan kau lakukan di pagi hari yang dingin ini ? apa kau selalu membawa jaketmu ? Aku khawatir kau akan kedinginan dan jatuh sakit nantinya.

Sehun tersenyum pahit pada pemikirannya yang ia anggap sia-sia. Karena sekarang semuanya sudah terlambat.

Melirik kearah jam sebentar kemudian bangkit untuk mandi. Setelah mandi ia memakai kaus abu-abu yang di padukan dengan celana selutut berwarna senada.

Hari ini hari minggu, namun bagi Sehun sekarang adalah hari sibuk karena ia akan berkemas pindah dari rumah yang penuh kenangan bersama Yeoja itu.

Yeoja yang pernah berbagi tawa, canda dan tangis dengannya. Yeoja yang selalu membuat dia merasakan detak jantung yang abnormal saat melihatnya. Tapi tak apa. Sehun hanya perlu meninggalkan semuanya disini. ya, semuanya.

Flashback...

"Sehunniee~" Sehun menoleh dengan senyuman yang hanya ia tunjukan untuk yeoja itu.

"Waeyo Luhannie~?" Yeoja bernama Luhannie itu tersenyum manis kemudian memeluk Sehun dan menenggelamkan kepalanya di leher Sehun.

"Ani, aku hanya merasa dingin jadi biarkan aku memelukmu ya ? bolehkan ?" Sehun terkekeh kemudian memeluk Luhan erat dan seposesif mungkin.

"Tentu. Dengan senang hati, baby Lu ~" Luhan tersenyum, rona merah pada pipinya.

"Oiya, Sehunnie, Hari ini kau akan melakukan apa ?" Tanya Luhan dengan antusias karena ia ingat hari ini Sehun libur karena hari sabtu.

"Hmmm...Mungkin akan mengambil beberapa dokumen dikantor kemudian bersantai dirumah denganmu." Luhan memutar matanya jengah saat mendengar kata dokuman dan di kantor.

Sehun yang menyadari itu menatapnya heran.

"Wae ?"

"Ani... Hanya saja, bisakah kau tidak membicarakan hal-hal yang menyangkut pekerjaan jika di hari libur seperti ini ? tak puaskah kau telah berkencan selama lima hari dengan kerjaanmu itu ?" Sehun terkekeh melihat sifat manja Luhan yang begitu lucu.

"Hahaha...Kau ini kenapa ? Cemburu, hm ? pada pekerjaanku ? hahahaha." Luhan memukul dada Sehun pelan. Ia malu tentu saja, ketahuan cemburu oleh Sehun.

Luhan mencebilkan bibirnya saat tawa Sehun malah semakin keras. Sehun yang sudah bisa mengendalikan tawanya hanya tersenyum jahil kepada Luhan.

"Kau cemburukan ? ayolahh mengaku saja."

"Tidak. Aku tidak cemburu."

"Yang benar ?" Luhan mengangguk , masih mempertahankan gengsinya.

"Baiklah, aku akan pergi kekantor sekarang untuk bertemu klien." Luhan terhenyak saat Sehun Bangkit dari duduknya dan melepas pelukannya.

"Kau mau kemana ?" Tanya Luhan datar.

"Ke kantor. Kau bilang kau tak cemburu kan ?" Luhan menelan ludahnya. Ia bingung mempertahankan egonya atau menahan Sehun.

Luhan terdiam kemudian ia menyebutkannya sangat lirih.

"Jangan pergi...aku...aku cemburu." Sehun tersenyum mendengarnya. Ia berjalan lagi mendekati Luhan.

"Apa ? Kau bicara apa ? aku tak dengar." Sehun menggoda Luhan, ia senang saat Luhan terlihat gugup.

"Jangan pergi... ya, aku cemburu." Luhan mengatakannya lagi dengan nada yang sedikit ya, sedikit ia besarkan.

Sehun masih berniat menggoda. "Apa ? Aku tak dengar. Coba katakan lebih keras."

Luhan yang baru sadar di permainkan hanya menatap tajam Sehun kemudian beranjak pergi meninggalkannya ke kamar.

Sehun terkekeh karena berhasil menggoda rusa kesayangannya itu. segera Sehun mengejar Luhan, kemudian memeluknya dari belakang.

"Ya, aku tak akan pergi. Aku akan disini bersamamu , menemanimu selamanya." Semburat merah muda dipipi Luhan muncul lagi.

Sehun membalikkan tubuh Luhan kemudian mengecup keningnya dan bibir cherry luhan.

"Aku mencintaimu."

"Aku lebih mencintaimu." Luhan menatap mata Sehun dengan sungguh-sungguh lalu, memeluk suaminya itu dengan erat.

Flashback off...

Sehun menuju ruang tamu. Ia menatap semua foto-foto yang terpajang di dinding. Foto itu foto ia bersama yeoja. Luhan.

Lalu, ia beralih menuju dapur. Dapur salah satu tempat kesukaan Luhan. Celemek rusa berwana biru menggantung rapi disamping kulkas. Perlahan Sehun mengingat waktu Luhan memasak setiap hari untuknya, dan saat hari libur Sehun akan menggodanya.

Sehun tak ingin berlama-lama disana. Dia beranjak menuju kearah ruang keluarga. Ruangan ini malah tambah mengingatkannya pada Luhan. Terlebih lagi saat ia melihat pajangan berbentuk wajah cantik seorang yeoja yang terbuat dari tanah liat.

Ia tersenyum pahit melihat benda itu. itu adalah benda yang ia buat untuk ulang tahun Luhan, ia mengerjakannya di sela jam kerjanya. Tapi, benda ini malah benda yang di tinggal oleh Luhan beserta dengan benda berkilau disamping pajangan itu.

Cairan bening itu mengalir mulus dipipi Sehun, entah mengapa bisa seperti itu. karena menurut Sehun –tadinya- dia tak akan terbayang memori bersama Luhan namun ia salah. Salah karena air mata itu tetap turun bersama kenangan yang membekas dihati dan pikirannya, kenangan yang ia merasa bahwa itu baru kemarin terjadi.

Sehun tak bisa menahannya, tanpa ia pikir apa-apa ia segera mengemas semua barang yang ia perlukan di apartemen yang nanti akan ia tempati. Ia menimbang-nimbang apakah hadiah Luhan harus ia bawa atau ia tinggal begitu saja.

Tapi, pada akhirnya ia membawa hadiah itu beserta dengan benda berkilau di sampingnya. Setelah semuanya ia rasa telah rapi ia memasukannya kedalam mobil yang ia sewa dari jasa mengangkut barang dan mobilnya sendiri. Ia menyuruh mobil pengangkut tadi pergi duluan menuju apartemennya. Entah mengapa, ia masih ingin berlama lama disini.

Sehun duduk di bangku taman kecill pelataran rumahnya bersama Luhan. Bangku itu menghadap kearah rumah jadi bisa dibilang Sehun menatap kearah rumah yang selama ini ia tempati.

Sehun menghela nafas sejenak. Ia kira, ia akan hidup dengan Luhan sampai nanti ia tua namun ia salah. Ia membuat kesalahan yang fatal dan membuat Luhan pergi dari hidupnya. Ia tersenyum miris, air mata kembali menggenang di kelopak matanya, siap jatuh kapan saja.

Ya, kesalahan yang membuat Luhan hancur dan memilih pergi dari kehidupannya.

Flashback...

Sehun memasuki rumahnya –dengan Luhan- dengan langkah gontai. Ia lelah sekali dengan pekerjaannya. Apalagi dengan sikap Luhan yang –menurutnya- berubah.

Begitu sampai diruang keluarga. Ia menemui Luhan yang sedang duduk memegangi kertas ditangan kirinya dan amplop cokelat tebal di tangan kanannya. Sehun tak bisa melihat muka Luhan secara jelas karena Luhan menunduk.

"Luhannie ?" Sehun berjalan mendekati Luhan. Tapi baru beberapa langkah ia sudah berhenti karena mendengar suara Luhan yang bergetar dan terdengar sangat rapuh.

"Berhenti disana, Oh Sehun."

Sehun kaget saat Luhan menatapnya dengan banjir airmata dipipinya. Ya Tuhan, demi apapun ia sedang lelah dan sekarang Luhan kenapa ?

"Kau kenapa-" Ucapan Sehun terputus saat mendengar suara Luhan yang menyiratkan keputus asaan.

"Apa kau masih mencintaiku ?" Air mata Luhan menetes lagi saat mengatakannya.

"Apa maksudmu, Lu ?"

"Jawab saja Oh Sehun!" Sehun terkejut. Selama ini Luhan selalu bersikap baik padanya, selalu bertutur lembut padanya. Kenapa sekarang seperti ini ? Apakah –

"Ya, aku mencintaimu."

"Lantas apa maksudnya ini ?!" Luhan membanting amplop cokelat itu yang membuat isi amplop itu menyebar kemana-mana.

Sehun menatap benda yang tersebar di lantai. Itu foto dirinya dengan seseorang. Bukan foto biasa melainkan, foto yang selama inii mengandung fakta yang ia sembunyikan dari Luhan.

Foto itu menampilkan dirinya sedang merangkul, memeluk, bahkan mencium bibir yeoja lain. Sehun menatap Luhan dengan dingin.

"Dan kau percaya dengan foto ini dengan mudah ?" Luhan terdiam lidahnya terasa kelu.

"JAWAB AKU LUHAN !" Luhan terhenyak. Sakit yang ia rasakan bertambah.

Luhan berkata pada diri sendiri, ia tak boleh lemah, ia harus kuat. Jadi dengan tarikan nafas dalam ia berkata dengan lantang.

"Ya, aku mempercayainya dengan mudah ! kenapa ? Karena selama 2 bulan ini aku menyaksikannya sendiri ! bagaimana kau merangkulnya, melihat matanya, memeluknya, sampai pada akhirnya kau menciumnya ! MANA JANJI MU DULU ?! APA INI YANG DINAMAKAN MASIH MENCINTAIKU, HM ?

Sehun terdiam.

"Sekarang semua terserah kau, Sehun-ssi. Aku lelah." Luhan pergi ke arah kamar tamu. Namun, baru beberapa langkah ia berbalik mengingat ia belum memberikan kertas yang ia pegang.

"Ini, semua keputusan berada di tanganmu." Luhan menyerahkan kertas itu lalu, pergi ke kamar tamu. Jujur ia sudah tak sudi tidur bersama orang yang mengkhianatinya.

BLAM !

Luhan membanting pintunya dengan keras kemudian menangis terisak dibalik pintu. Sementara itu, Sehun mematung menatap seluruh foto dan kertas yang diberikan Luhan.

'SURAT CERAI'

Sehun menatap sendu kertas itu. kemudian ia beranjak menuju kamar, ia akan membicarakan ini lagi dengan Luhan besok.

Keesokkan harinya Sehun bangun dari tidurnya langsung menuju ruang tamu saat ia mendengar suara gaduh di sana.

Sesampainya disana ia menatap Luhan yang sedang mengemas beberapa barang kepunyaannya kedalam koper dan juga kardus kecil.

Luhan menyadari ada yang sedang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan namun ia mengabaikan Sehun dan disibuk berkemas. Semuanya ia lakukan untuk kebaikan keduanya. Kebaikan hati juga fisiknya begitu juga kebaikan Sehun. Kenapa? Menurut Luhan itu baik untuk Sehun jika berpisah dengannya tak akan lagi yang menghalang perselingkuhan itu dan Sehun akan terbebas darinya.

Sehun hanya diam. Tak mampu berbuat apa-apa, otaknya seakan beku melihat Luhan. Sehun menyakiti Luhan terlalu dalam. Sehun berpikir untuk melepaskan Luhan daripada Luhan terluka lagi.

"Luhannie... apa kau ingin semuanya berakhir ?" Luhan berhenti dari kegiatannya. Tapi ia hanya diam.

"Luhannie..."

"Menurutmu ?" Perkataan Luhan membuat Sehun terdiam.

Hening. Luhan melanjutkan kegiatannya dalam diam.

Klek.

Koper Luhan sudah dikunci dan menandakan bahwa Luhan selesai berkemas. Ia bangkit dari duduknya kemudian menyeret koper dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang satu kardus kecil.

Sehun menatap itu dengan sendu. Satu sisi ia tak ingin melihat Luhan terluka lagi jadi Sehun tak menahannya namun satu sisi dirinya ia ingin Luhan tetap disini bersamanya, dan memulai segalanya dari awal lagi.

"Jaga diri baik-baik dirimu, Sehun-ssi."

Blam.

Pintu rumah itu sudah tertutup rapat seperti halnya pintu hati Luhan untuk Sehun. Mungkin tak sepenuhnya tertutup karena bagaimanapun juga Luhan masih mencintai Sehun.

"Aku mencintaimu, Lu. Sangat."

Flashback off...

Sehun menatap rumah mereka –Sehun dan Luhan- dengan sendu. Air mata sudah menghiasi pipi pucat seorang Oh Sehun.

Sehun mengeluarkan ponselnya lalu mendial seseorang.

Namun, panggilan tersebut hanya menjadi pesan suara. Tapi bagi Sehun tak mengapa.

"Lu, Ini aku. Namja brengsek yang telah menyia-nyiakanmu, namja yang menyakiti hatimu, dan namja yang pernah kau cintai. Maafkan aku,Lu. Atas semua sakit hatimu, maafkan juga karena aku baru dapat menghubungi mu sekarang. Karena aku takut jika menghubungimu kau terluka dan pada akhirnya aku hanya menyakitimu. Maafkan aku,Lu, walau ku tahu itu tak akan bisa menyembuhkan hatimu dengan cepat. Aku menyesal,Lu, hikss... Maaf. Jaga dirimu baik-baik." Sehun mengakhiri pesan itu karena ia tak sanggup lagi untuk berbicara sementara air mata itu terus mengalir di kedua pipinya.

Sehun mengatur nafas yang tersengal, menghapus air matanya dan memasukan ponselnya kedalam saku jasnya. Kini hatinya sudah lega telah mengucapkan maaf walauu secara tidak langsung. Kini ia rela melepas Luhan. Ia sudah sadar bahwa Ia salah. Dan jika suatu saat nanti ia mengingat kenangan ini kembali. Ia bahagia pernah mencintai dan dicintai Luhan.

END / TBC

Haii... I'm Back ! bawa ff Hunhan yang absurd *banget*
aku mohon RnR yaa... Butuh saran dan komentar kalian buat koreksi ff ini dan buat aku kelanjutannya.
oiya... btw, mau END atau TBC nih ?

buat yang minta sequel 'That Person' aku tampung dulu yaa... aku pikirin dulu...
udah ada ide sih tapi belum srek aja gitu.

yasudah... kyaknya banyak bgt cuap-cuapnya..

Yang buat Review kemarin ... Thankyouu~ Verymuchh~ :*