"Dia adalah Malaikat. Malaikat-ku yang paling aku kasihi."

.

"Bias terang sinar malaikatku, selalu menerangi duniaku yang gelap. Seterang Alpha Centauri di cakrawala Andromeda."

Sreeet

Cahaya pagi yang hangat memasuki celah-celah jendela kaca yang baru saja dibuka. Bingkai-bingkai putihnya berkilau saat sinar hangat itu berebut masuk memenuhi ruangan luas yang tertutup sejak semalaman itu. Sesosok tubuh berdiri di ambang jendela yang kini telah terbelah lebar itu, lalu memejamkan matanya sesaat. Pemuda itu menyunggingkan senyum tipis saat helaian surai ikal coklatnya bergerak lembut tertiup angin pagi yang sedikit dingin. Kulit putih pucatnya seakan berkilau saat sang surya menyorotnya.

Pemuda itu kemudian beranjak dan berjalan pelan menuju ranjang besar di sisi kiri jendela kaca, sambil sesekali memunguti dan merapikan segalanya yang terlihat tidak terletak pada tempatnya. Setelah memastikan kamar luas itu rapi dan kopi panas yang dibawanya sudah siap di meja nakas, pemuda itu menatap sosok yang masih bergelung di ranjang. Senyuman tipis kembali menghiasi wajah manisnya dan dengan perlahan di tariknya selimut yang menutupi sosok yang masih tertidur itu.

"Tuan Muda, sudah saatnya anda bangun―"

Sret

Bruk

Tubuh itu seketika terbanting di atas ranjang empuk itu sesaat setelah sepasang lengan kekar menariknya tiba-tiba. Iris coklat caramel itu sedikit memancarkan sorot terkejut saat bertemu dengan iris kelam yang menatapnya datar dari pria yang saat ini sedang mengekang tubuhnya dari atas itu.

"Tu-tuan Muda, anda harus segera―"

"Sudah kubilang untuk tidak pernah mengganggu tidurku." Sela suara berat itu dengan sebuah senyuman lembut sambil membelai wajah manis di bawahnya. "Atau kau akan mendapatkan hukuman, Cho Kyuhyun~"

Bisa saja orang mengira bahwa keadaan mereka saat ini sangatlah manis. Seorang Pelayan dan Tuan Mudanya yang memiliki perasaan sedemikian dekat dan sang Tuan Muda mencoba menggoda Pelayan-nya untuk sekedar menikmati wajah memerah atau gugup yang ditampilkan si Pelayan.

Pendapat orang terlalu relatif. Terlalu umum, dan kenyataannya adalah…

"Tuan Muda―"

PLAK

"Sudah kubilang kalau aku akan menghukummu."

PLAK

PLAK

Kyuhyun hanya memejamkan matanya saat tamparan-tamparan itu mendarat bergantian di pipi kiri dan kanannya. Beberapa kilau bintang berhamburan di sekitar matanya dan kepalanya menjadi sedikit pusing.

"Bukankah sudah kubilang untuk tidak membangunkanku hari ini, hmm?"

"A-anda ada jadwal menemu be-beberapa client di perusahaan, Tuan Muda." ucap pemuda itu dengan terbata sambil menahan perih di sudut bibirnya yang pasti berdarah.

PLAK

"DIAM! AKU TIDAK BERMINAT MENEMUI ORANG-ORANG BRENGSEK ITU!" seru pria itu sambil mencengkeram dagu Kyuhyun hingga membuat pemuda itu meringis kesakitan. "Mereka hanya akan membohongiku dan menghabiskan uangku, sama saja seperti yang lain. Hina seperti yang lain! Seperti dirimu!"

Kyuhyun hanya menatap sendu iris kelam yang juga menatapnya dengan penuh kemarahan dan emosi itu. Pemuda itu hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya saat pria yang masih berada di atas tubuhnya itu kini mulai mencuimnya kasar, tidak memperdulikan sudut bibirnya yang terluka karena bekas tamparannya.

"Sekarang kau harus menerima hukumanmu, Pelayan tidak berguna!"

Dan Kyuhyun hanya bisa pasrah saat Tuan Muda-nya itu mulai membuka seragam pelayannya dan menjamah tubuhnya dengan kasar. Pemuda itu diam dan tidak melawan sama sekali, karena dirinya hanyalah pelayan rendah yang tidak pantas melawan perintah Tuan-nya.

Selalu seperti ini jika ia tidak sengaja membuat kesalahan seperti saat ini. Tapi baginya ini sudah biasa. Asalkan pria tampan yang saat ini masih menikmati tubuhnya itu bisa merasa puas walau dengan menyiksanya seperti sekarang.

Ia tidak apa-apa.

'Asal kau bahagia, Tuan Muda Siwon. Asal kau bahagia.' Lirihnya dalam hati saat Tuan-nya itu mulai bergerak dengan cepat dan kasar di dalam tubuhnya. Beberapa butir air mata mengalir dari mata indahnya.

"Dia Malaikat-ku yang bercahaya. Cahaya-nya begitu terang walau saat ini masih diselimuti kegelapan. Tapi suatu saat, cahaya itu akan seterang bintang paling berkilau di semesta."

Jadi, Tuhan…

Inilah Malaikatku…

.

.

.

DIARY OF AN ANGEL

Chapter 1 of 2

Genre: Romance, Angst

Rating: T-M

Main Pairing: WONKYU

Warning: YAOI, BOYSLOVE, OOC, TYPOS

DON'T LIKE DON'T READ

SUMMARY:

Dia adalah Malaikat-ku. Cahaya-nya yang terang mengisyaratkan keindahan Surga. Sayapnya yang putih mewakili Cinta sejati yang ada dalam hatinya.

.

SPECIAL FOR WONKYU DAY

BabyWonKyu proudly presents

.

"Malaikatku kadang tak bersayap, membuat keindahannya yang abadi tampak selalu abstrak."

Kediaman keluarga Choi memang besar dan sangat megah. Mansion ini berdiri hampir memakan sebagian lahan di daerah barat ibukota Korea Selatan yang padat. Halamannya yang luas seakan dapat digunakan untuk bermain sepak bola, golf, atau bahkan mendaratkan sebuah pesawat terbang. Karena itu, di butuhkan tenaga ekstra untuk merawat dan memlihara aset keluarga kaya raya itu.

"Donghae Hyung, Hyukjae Hyung, bisa kau tunjukkan dimana tempat ini? Aku harus mengambil beberapa baju Tuan Muda di Butik itu."

Dua orang namja yang tadinya sedang sibuk menata beberapa tangkai bunga mawar di dalam vas bunga raksasa di ruang tengah itu menolehkan kepalanya kemudian tersenyum lembut. Yang berwajah mirip ikan segera mengambil kertas kecil dari tangan pucat itu.

"Sepertinya ini di daerah pusat Seoul. Mau kuantar kesana, Kyu?"

"Tidak perlu, Hae Hyung. Tunjukkan saja dimana letak pastinya, aku akan naik bis kesana."

Donghae tersenyum lembut sambil mengacak gemas surai ikal Kyuhyun. Hyukjae disampingnya hanya tertawa melihat Kyuhyun yang cemberut kerena ulah Donghae yang mengacaukan tatanan rambutnya yang sudah rapi. Namja berjuluk monyet itu terdiam melihat luka kecil di sudut bibir Kyuhyun dan beberapa lebam di sekitar pengelangan tangan pucat yang sedikit tertutup kemeja panjangnya.

"Apa pagi ini Tuan Muda Siwon melukaimu lagi, Kyu?" tanya Hyukjae pelan namun sukses membuat Donghae dan Kyuhyun terdiam.

"Ah, gwaenchana, Hyuk Hyung." sahut Kyuhyun dengan senyum lebar sambil berusaha menurunkan lengan kemejanya hingga menutupi pergelangan tangannya yang memar. "Kalau begitu, aku akan bersiap-siap ke Butik ini. Terima kasih banyak, Hyungdeul."

Donghae menahan lengan Hyukjae yang sudah akan menyusul Kyuhyun. Namja berwajah ikan itu menggeleng pelan saat melihat sorot mata Hyukjae yang mulai berkaca-kaca.

"Seharusnya, ia belajar di sekolah di usianya saat ini. Seharusnya ia bersenang-senang menikmati masa remajanya dan bukannya menderita seperti itu, Hae~" lirih Hyukjae diiringi satu butir air mata yang turun dari pipinya, "Dia masih terlalu muda untuk merasakan semuanya."

"Kyuhyun tidak lemah, Hyukkie. Aku yakin dia kuat." Balas Donghae masih memandangi punggung kecil Kyuhyun yang mulai menghilang di tikungan koridor. Mata ikannya bersinar sendu. "Dia melakukan semua ini demi keluarganya. Dia anak baik~"

Hyukjae mengangguk dan membiarkan dua butir air matanya meluncur begitu saja. Donghae beranjak kemudian dan pamit kepadanya untuk mengantar rekan pelayannya yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri itu.

"Sayap Malaikat-ku akan terbentang indah dengan warna putih yang suci. Sesuci cintaku untuknya. Tapi saat ini sayapnya terluka, membuatnya terpuruk di bumi."

.

.

"Hatinya sehangat pelukan di musim gugur. Begitu menentramkan dan menenangkan. Begitulah gambaran hati Malaikat-ku."

"Sial! Aku bosan melihat wajah palsu mereka!"

Choi Siwon menghempaskan tubuhnya tepat di kursi kerjanya yang mewah. Ia baru saja menyelesaikan meeting dengan beberapa client. Dan pria muda itu sungguh sangat muak karena harus melihat wajah dan senyum yang menurutnya palsu, penuh dusta.

"Jika saja mereka bukan client perusahaan, aku tidak segan-segan menghabisinya saat ini juga." Ucapnya lagi sambil menuangkan minuman berwarna merah gelap ke dalam gelas kaki tingginya, Wine.

Hari sudah sore. Siwon menatap sinar oranye yang merayap masuk melalui jendela kaca besar di belakangnya. Pria itu kemudian berdiri dan menatap pemandangan kota Seoul di depannya. Semuanya terlihat jelas dari tempatnya berdiri saat ini. Sangat indah. Namun, iris kelam itu seakan tidak pernah mengenal kata keindahan di dalamnya. Semuanya sama baginya. Segalanya menjijikkan.

"Ayah, Ibu, aku akan membalaskan dendam kalian dan membuat semua yang menentang kalian musnah dari muka bumi ini." ucapnya sambil mencengkeram gelas Wine di tangannya erat-erat saat bayangan wajah melintas di pikirannya. "Cho Kyuhyun, kau harus membayarnya."

"Malaikat-ku selalu berhati hangat. Ia memandang semuanya dengan senyuman yang menenangnkan. Namun saat ini hatinya masih sedingin es, kuharap kelak kepingan es itu bisa mencair dan Malaikat-ku bisa tersenyum lagi."

.

.

"Tingkah laku dan ucapannya selalu lembut. Selembut cinta yang tergambar jelas di sorot matanya."

Ceklek

"Selamat datang, Tuan Muda."

Ucapan para pelayan yang berjajar di sepanjang pintu itu tidak digubris sama sekali oleh sosok yang kini berjalan angkuh menuju tangga besar rumah megahnya. Setelah menyerahkan tas dan jas kerjanya kepada pelayan di samping kanan dan kirinya, Siwon mengedarkan mata ke seluruh penjuru ruangan.

"Dimana dia?"

"Pelayan Cho masih belum kembali mengambil baju anda, Tuan Muda. Mungkin sebenta―"

"SIAPA YANG MENYURUHNYA BEGITU LAMA?! AKU TIDAK MAU TAHU, BAWA DIA PADAKU SEKARANG!"

Semua pelayan yang ada disana menunduk takut saat seruan itu terdengar begitu keras di telinga mereka. Siwon masih bertahan di posisinya sambil menatap penuh amarah kepada semua orang yang ada disana. Semua hal memuakkan di sekitarnya itu membuatnya murka.

Ceklek

Semua perhatian mengarah ke arah pintu utama yang terbuka perlahan bersamaan dengan dua orang yang masuk. Siwon menatap kedua orang itu dengan sorot yang tidak bisa diartikan. Kyuhyun yang masih sibuk dengan kantung-kantung baju yang dibawanya tidak menyadari apa yang terjadi di depannya. Sedangkan Donghae yang lebih dulu bertemu mata dengan Tuan Muda-nya, hanya bisa membeku di tempatnya.

Tap tap tap

"Tuan Mud―"

Bugh

Kyuhyun sontak menjatuhkan semua tas yang berisi baju mahal yang telah ia ambil dari salah satu butik mahal di tengah kota begitu saja, saat melihat Donghae tersungkur di lantai sesaat setelah Siwon memukulnya. Donghae berusaha bangkit namun Siwon kembali menendangnya keras hingga namja itu tersungkur lagi dengan suara keras. Semua yang ada di ruangan itu hanya menyaksikan dalam diam dan takut.

"Tuan Muda, saya mohon hentikan. Jangan menyakiti Donghae-ssi. Saya mohon." Sergah Kyuhyun sambil menahan kaki Siwon yang sudah akan menendang Donghae lagi. Pemuda itu bersimpuh sambil memeluk sebelah kaki Siwon. Pandangannya tak lepas dari Donghae yang kini mulai meringis kesakitan dan mencoba bangkit di tempatnya.

Sret

"Kemana saja kau?! Kau lupa dengan pekerjaanmu, hah?!" seru Siwon sambil menarik surai ikal Kyuhyun hingga membuat pemuda itu berdiri dari tempatnya dengan sedikit meringis kesakitan.

"Maafkan saya, Tuan Muda. S-saya hanya mengambil ba―"

"JANGAN MENYELAKU, NAMJA HINA! INGAT POSISIMU DISINI!" seru Siwon yang seketika membuat Kyuhyun terdiam dan lebih memilih menunduk. "INGAT KALIAN SEMUA! JIKA ADA YANG BERANI MELANGGAR PERINTAHKU, MAKA AKAN BERAKHIR SEPERTI DIA!"

Setelah ucapannya berakhir, Siwon segera menarik Kyuhyun dengan kasar dan mulai berjalan menaiki tangga. Kyuhyun berusaha tersenyum untuk menenangkan Donghae yang mulai menatapnya khawatir. Bukan hanya Donghae, semua yang ada disana sangat khawatir dengan nasib pelayan muda itu.

Brak

Bruk

Kyuhyun kembali meringis kesakitan saat punggungnya membentur dinding dengan keras sesaat setelah Siwon menghempaskannya ke dalam kamarnya. Sebuah vas bunga di samping tubuhnya, pecah karena tidak sengaja tertabrak tubuhnya, membuat keping-kepingan tajam itu berhamburan di depannya. Siwon bergerak mendekat lalu kembali menarik surai coklat itu keras hingga mendongak.

"Kau mulai membangkang perintahku, Cho Kyuhyun? Kau lupa apa kesalahanmu?!" ucap Siwon sambil mencengkeram dagu Kyuhyun erat-erat.

"Maafkan saya, Tuan Muda. Kami sulit mendapatkan Bus karena―"

"Omong kosong!" ucap Siwon hingga membuat Kyuhyun kembali kehilangan kata-katanya. "Bilang saja kau bersenang-senang dengan teman pelayanmu itu dan lupa tugasmu. Bagaimana hari kalian? Apakah menyenangkan? Apakah dia mengajakmu berkencan di taman lalu menyewa hotel murah dan menidurimu sampai puas hingga sore? Dan kalian beralibi bahwa kalian kesulitan mendapatkan bus untuk pulang? Begitukah?"

Kyuhyun menggelang lemah diantara kekangan tangan Siwon yang masih mencengkeram dagunya erat. Beberapa butir air mata berjatuhan dari iris karamelnya pertanda menahan sakit. Sakit di tubuh dan hatinya.

"Ingat ini, Cho Kyuhyun, kau itu hina. Kau pendosa, pembunuh, kotor. Tidak ada seorangpun yang pantas bersamamu, kau hanya pantas dihina dan disakiti." Ucap Siwon lagi sambil mengambil satu keping vas bunga di sampingnya lalu dengan perlahan diraihnya jemari pucat Kyuhyun dan digoresnya telapak tangan pucat itu hingga berdarah.

Kyuhyun hanya memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya kuat-kuat untuk menahan perih saat kepingan tajam itu menggores telapak tangannya. Ingin rasanya ia berteriak untuk menghalau rasa sakit yang di deritanya, namun ia tidak bisa melakukannya tanpa seijin Tuan Mudanya ini.

Siwon menyeringai melihat cairan merah pekat yang keluar dari telapak tangan Kyuhyun. Lalu dengan perlahan, pria tampan itu mengusapkan darah itu ke belahan bibir Kyuhyun hingga membuat bibir pink di depannya itu merah seperti di lipstick.

"Lihat, bibirmu sangat cocok dengan lipstick darah ini." ucap Siwon sambil terus mengoleskan darah itu ke bibir Kyuhyun yang kini sudah lemas di depannya. Pemuda manis itu hanya bisa memejamkan mata pasrah dengan semua perlakuan tuan mudanya itu. Bukankah Siwon sudah bilang bahwa dirinya pantas untuk disiksa dan disakiti seperti ini.

Dan air mata Kyuhyun kembali menyeruak keluar begitu kedua matanya terbuka. Dan saat tubuhnya kembali di hempaskan ke ranjang oleh Siwon, Kyuhyun hanya bisa menatap sendu pria tampan yang kini mulai menanggalkan semua pakaiannya itu.

"Malaikatku… dia hanya terjatuh. Dia akan bangkit kembali begitu sinar cinta menerangi langkahnya untuk terbang ke langit yang jauh."

.

.

"Satu hal yang membuatku yakin bahwa dia adalah Malaikatku adalah sorot matanya."

Kyuhyun membuka matanya perlahan. Langit di luar masih gelap total, mungkin pagi masih beberapa jam lagi, batinnya. Pemuda itu mencoba bangkit dari posisi tidurnya namun usahanya sempat terhenti saat merasakan sakit di semua bagian tubuhnya. Ketika pandangannya mulai jelas, dapat dilihat Tuan Muda-nya masih terlelap tak jauh darinya dengan posisi telentang. Dengan perlahan di letakkannya sebuah selimut untuk menutupi tubuh polos Siwon. Kyuhyun kemudian kembali bergerak bangun dan memunguti pakaiannya yang berserakan di sekitar ranjang dengan langkah tertatih. Setelah berhasil memakai pakaiannya lagi, pemuda itu melangkahkan kakinya ke sisi ranjang lalu membenarkan letak bantal Siwon. setelah membersihkan pecahan vas bunga dan membereskan semua yang ada di kamar Tuan Muda-nya itu, Kyuhyun keluar dari kamar itu.

Semuanya masih begitu hening di luar. Waktu masih menunjukkan pukul 2 dini hari. Kyuhyun kembali melanjutkan langkahnya ke kamar pelayan dengan tertatih. Keadaan tubuhnya jauh dari kata baik-baik saja saat ini. Semuanya terasa sakit dan patah-patah. Siwon memang selalu kasar dengannya, namun ia sudah terbiasa. Hanya saja kali ini semuanya terlalu melelahkan, bahkan Kyuhyun ingat bahwa ia belum meyentuh makanan sama sekali sejak kemarin pagi.

Setelah sampai di kamar pelayan, Kyuhyun segera menuju washtafel dan melihat pantulan dirinya di cermin. Sangat berantakan dan pucat.

"Kau tidak boleh sakit, Cho Kyuhyun~"ucapnya pada diri sendiri lalu menyalakan kran air untuk membasuh telapak tangannya yang terluka. Air di washtafel berubah kemerahan saat lukanya kembali terbuka, membuatnya sedikit meringis kesakitan.

Grep

"Hae Hyung?" ucap Kyuhyun terkejut ketika sepasang tangan kini bergabung dengan tangannya sendiri di bawah kran air yang masih menyala. Donghae hanya diam dan kini mulai menggerakkan telapak tangannya untuk membasuh luka Kyuhyun. Namja berwajah ikan itu masih menolak menatapnya.

"Hae Hyung, apa yang kau lakukan? Aku bisa membasuh tanganku sendiri." Ucap Kyuhyun sambil berusaha menghindari tangan Donghae yang masih telaten membasuh tangannnya di bawah kran.

"Gwaenchana, Kyu. Aku akan membantumu membersihkan luka ini." sahut Donghae masih menolak menatap Kyuhyun di sampingnya. Kedua tangannya masih bertahan membersihkan tangan pucat Kyuhyun yang terluka.

"Tidak apa-apa, Hyung. Ini hanya tergores. Sebentar lagi pasti kering."

Donghae hanya mengangguk dengan masih bertahan pada kegiatannya. Kyuhyun hanya menatapnya tak mengerti. Pemuda itu tidak menyadari air mata yang mengalir dari sepasang mata ikan yang masih menolak menatapnya itu.

"Kyu, mianhae~"

"Hyung?"

Kini Donghae menatap Kyuhyun langsung di matanya. Membuat pemuda yang lebih muda beberapa tahun darinya itu menatapnya terkejut saat melihat air mata mengalir dari matanya.

"Hyung―"

"Ayo pergi dari sini, Kyu. Aku akan membantumu lari. Aku tidak mau kau diperlakukan seperti ini lagi. Kumohon, pikirkan dirimu, Cho Kyuhyun~" ucap Donghae sambil menatap iris coklat di depannya dalam-dalam. Air mata masih mengalir dari matanya.

Kyuhyun membalas kata-kata Donghae hanya dengan senyumnya yang kekanakan. Pemuda itu menepuk tangan namja yang sudah ia anggap kakak itu dengan lembut. "Apa yang kau bicarakan, Hae Hyung? Aku baik-baik saja, lihat? Lagipula luka ini karena aku tidak berhati-hati―"

"DENGARKAN AKU, KYU!" seru Donghae sambil mencengkeram kedua lengan Kyuhyun, "Kau tidak pandai dalam berbohong, Kyuhyun. Dan bukan luka ini saja yang sedang kau derita. Bagaimana dengan luka di kakimu, di kepalamu, di badanmu, dan di bagian lain tubuhmu yang sengaja kau sembunyikan? Bagaimana dengan luka di dalam hatimu saat Tuan Muda mencacimu dengan kalimat-kalimatnya yang kejam. Apakah kau mengingkari rasa sakitnya? Apa kau yakin bisa bertahan dari rasa sakit ini selamanya, Cho Kyuhyun? Bisakah?"

Donghae sudah tidak tahan. Segalanya yang ada di dalam hatinya kini tumpah saat rasa iba dan kasihan untuk pemuda di depannya ini terasa begitu besar.

"Aku bisa, Hae Hyung. Hyung tenang saja, arra?" ucap Kyuhyun sambil tersenyum, membuat Donghae menatapnya tidak mengerti. "Hoaaam, aku mulai mengantuk. Sebaiknya kita kembali tidur dan bekerja keras lagi besok. Fighting!"

Donghae tidak bisa berbuat apa-apa ketika Kyuhyun berpamitan kepadanya sambil tersenyum. Selalu seperti ini, bukan kali ini saja Donghae memohon kepada namja manis di depannya ini untuk pergi, namun jawaban Kyuhyun selalu seperti ini. Ia tidak tahu lagi bagaimana cara menyelamatkan namja manis yang ia anggap adik sendiri itu.

Terlalu sibuk dengan lamunannya, Donghae tidak menyadari air mata yang kini mengalir deras dari iris coklat caramel Kyuhyun yang kini mulai berjalan dengan sedikit tertatih menuju kamarnya.

"Malaikatku… demi melihatmu terbang jauh, aku rela terjatuh dan tak pernah bangun. Asal sayap indahmu bisa terbentang suatu saat nanti."

.

.

"Aku suka salju. Karena saat salju turun, aku bisa membuat Snow Angel dengan kaki dan tanganku."

Pagi itu adalah pertengahan bulan Desember yang dingin. Gumpalan-gumpalan es putih itu turun perlahan menyelimuti apapun yang ada di luar dengan sebuah selimut putih tebal yang dingin. Suasana natal sudah sangat terasa di berbagai tempat disana.

Siwon memandangi pigura besar tepat di depannya. Pandangan matanya datar dan tak berekspresi seperti biasa. Kedua tangannya bersemayam di dalam saku celananya untuk menghalau rasa dingin. Citra sepasang pria dan wanita paruh baya tergambar jelas di dalam pigura besar itu. Duduk demgan posisi elegan dan sorot mata teduh namun penuh kebanggaan.

"Ayah… Ibu… Aku―"

"Permisi, Tuan Muda. Kopi anda sudah siap."

Gumaman Siwon dan pikirannya yang berkelana ke masa kecilnya seketika musnah saat suara lembut itu terdengar di telinganya. Siapapun akan tersenyum atau paling tidak merasa nyaman dengan suara lembut itu, namun tidak bagi Choi Siwon. Suara lembut itu lebih seperti suara penuh kepalsuan dan membuat rasa kebencian kembali menguasainya.

Siwon melangkahkan kakinya menuju ruang tengah dan mulai mendudukkan dirinya di sofa depan perapian buatan yang menyala hangat. Secangkir kopi sudah tersaji di depannya. Panas dan beraroma sedap.

Byur

Prang

Kyuhyun menatap Tuan Muda-nya terkejut dan tidak mengerti saat pria di depannya itu memuntahkan kopi yang baru saja diminumnya lalu membanting cangkirnya hingga pecah berkeping.

"KAU MAU MEMBUNUHKU, HAH?" seru Siwon seraya menarik kerah kemeja pelayan Kyuhyun hingga membuat pemuda berwajah manis itu tercekik, "Kau mau membuat lidahku cedera dengan kopi panas itu?!"

"Ma-maafkan saya, Tuan―"

PLAK

"Kau tidak berguna. Sama seperti kedua orang tuamu yang pembunuh itu, Cho Kyuhyun!"

Kyuhyun hanya menghela nafas sambil mencoba berdiri dari posisi tubuhnya yang tersungkur setelah Siwon menamparnya dengan keras. Sudut bibirnya kembali terasa perih dan bisa dipastikan akan berdarah.

"Kalian semua sama saja. Lebih baik kalian mati!" ucap Siwon sambil menatap remeh pemuda di depannya yang kini mulai bergerak memunguti pecahan cangkir di depannya. "Tapi aku tidak akan membiarkanmu mati begitu saja. Kau harus merasakan penderitaan seperti yang kualami setelah orang tuamu membunuh Ayah dan Ibuku. Kau harus menderita dan memohon kematianmu sendiri, Cho Kyuhyun. Kau mengerti?"

"Mengerti, Tuan Muda." sahut Kyuhyun pendek sambil membungkuk sopan dengan tangan yang membawa kepingan cangkir yang baru saja dipungutinya.

"Bagus. Itu baru pelayanku yang setia." Ucap Siwon sambil menggenggam kedua telapak tangan Kyuhyun yang masih membawa kepingan cangkir. Siwon meremas kedua telapak tangan itu yang secara tidak langsung membuat telapak tangan yang sudah pernah ia lukai itu, kini kembali dihujam pecahan kaca gelas yang masih dibawanya.

Tes

Cairan merah itu kembali menetes dan mengalir dari telapak tangan pucat yang rapuh itu. Pemiliknya hanya menundukkan kepalanya sambil menggigit bibirnya keras-keras untuk menahan perih, sedangkan Siwon hanya tersenyum puas melihat wajah kesakitan Kyuhyun di depannya.

Prang

"Ck! Lihat! Kau membuat tanganku ternoda darah kotormu! Cepat bersihkan!" ucap Siwon sambil mendudukkan tubuhnya lagi sesaat setelah menepis telapak tangan yang tadi di genggamnya hingga pecahan cangkir itu kembali terbengkalai di lantai.

"Baik, Tuan Muda." sahut Kyuhyun sambil mengambil sebuah kain lap bersih di meja dan mulai membersihkan telapak tangan Siwon dari sisa-sisa darahnya. Pemuda itu sesekali mengalihkan perhatiannya ke luar jendela samping saat salju mulai turun dengan lebat. Tidak memperdulikan rasa sakit dan darah yang masih mengalir dari kedua telapak tangannya.

"Malaikatku… jiwanya seputih salju yang selalu kusukai. Namun saat ini jiwanya masih tertutup awan gelap yang hitam. Tapi aku percaya, suatu saat Kristal putih itu akan menghiasi jiwanya yang indah."

.

.

"Semua orang bisa menjadi seorang Malaikat. Karena mereka memiliki kebaikan dalam diri mereka."

"Selamat datang kembali, Tuan Muda."

"Terima kasih."

Barisan pelayan itu membungkuk sopan kepada sesosok pria tampan yang baru saja memasuki kediaman Choi yang megah. Pria itu menyerahkan mantel dan kopernya kepada pelayang di sampingnya sambil tersenyum ramah. Pria tampan itu melanjutkan langkah kakinya ke arah tangga besar rumahnya.

"Selamat datang, Tuan Muda Choi Yunho. Saya Cho Kyuhyun, pelayan pribadi Tuan Muda Siwon. Mari saya antar ke ruang kerja, Tuan Muda Siwon sudah menunggu anda disana."

Yunho terkesima melihat sikap sopan dan suara jernih itu. Sorot matanya yang setajam musang menatap sosok pemuda di depannya dengan kagum. Pemuda di depannya ini memberikan aura yang memikat walau terkesan lugu.

"Terima kasih, Kyuhyun-ssi." Ucapnya sambil tersenyum ramah. Kyuhyun membalasnya dengan membungkuk sopan dan mulai memandunya menuju salah satu ruangan di lantai dua.

"Sudah berapa lama kau menjadi pelayan pribadi Adikku, Kyuhyun-ssi?"tanya Yunho basa-basi sambil memperhatikan punggung kecil di depannya.

Kyuhyun menghentikan langkahnya kemudian berbalik menghadap Yunho lalu membungkuk sopan. Membuat Yunho semakin mengagumi sosok yang baru di kenalnya ini.

"Saya bekerja untuk Tuan Muda Siwon sejak 2 tahun yang lalu, Tuan Muda."

"Hmm. Pantas aku baru tidak melihatmu, Kyuhyun-ssi."

Kyuhyun hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Yunho. Keduanya terlibat perbincangan ringan hingga mencapai pintu ruang kerja Siwon di lantai dua. Yunho memperhatikan Kyuhyun yang kini mengetuk pintu coklat besar di depannya. Namja itu sungguh kagum dengan sikap dan apapun yang ada pada diri namja yang terkesan manis dan lugu di depannya itu. Seulas senyum tidak pernah lepas dari bibirnya.

Ceklek

"Silahkan masuk, Tuan Muda." ucap Kyuhyun sambil meminggirkan tubuhnya untuk memberi jalan bagi Yunho untuk masuk.

Yunho mengangguk masih dengan senyum di wajahnya. Mata musangnya meredup saat memasuki ruangan luas itu dan mendapati seseorang yang duduk di belakang meja besar sambil menatapnya datar.

"Siwon-ah, bagaimana kabarmu?" sapa Yunho sambil tersenyum lembut saat adiknya itu bangkit dari kursinya dan berjalan pelan ke arahnya.

"Ada perlu apa kau kesini―Hyung?" sahut Siwon datar tanpa berniat membalas sapaan Yunho dengan bagian akhir kalimatnya yang terkesan diucapkan dengan terpaksa.

Yunho tertawa pelan lalu menepuk bahu dongsaeng-nya pelan. Kyuhyun yang masih berdiri di sisi pintu hanya memperhatikannya dalam diam.

"Perusahaan di Jepang akan segera diperluas. Aku akan mengadakan rapat dengan managemen disini." Ucap Yunho sambil mendudukkan dirinya di salah satu sofa disana. Siwon ikut duduk di depannya masih dengan wajah tanpa ekspresi sedikitpun. "Bagaimana kabar perusahaan disini?"

"Semuanya aman dalam kendaliku. Aku tidak akan membiarkan tangan-tangan kotor kembali merusak kesuksesan keluarga kita." Sahut Siwon datar kali ini sambil melayangkan pandangan menusuk ke arah Kyuhyun yang hanya tertunduk di tempatnya.

"Siwon, kau harus bangun dari keterpurukan." Kali ini Yunho yang berbicara sambil menatap Siwon dengan pandangan sendu, "Ayah dan Ibu sudah tenang disana. Kau harus merelakan kepergian mereka."

Sret

Yunho sedikit tersentak saat Siwon berdiri dengan tiba-tiba lalu beranjak menuju salah satu jendela besar disana.

"Aku akan rela jika dendam mereka terbalaskan, Hyung. Mereka yang bersalah tidak akan aku biarkan hidup tenang begitu saja."

Yunho menghela nafas panjang sebentar kemudian berdiri juga sambil menatap nanar Siwon yang masih berdiri membelakanginya.

"Aku tidak berminat membicarakan ini lagi, Siwon. Kau harus bangkit dari semua ini." ucap Yunho lalu berbalik dan berjalan menuju pintu. Namja bermata musang itu tersenyum lembut sekilas saat Kyuhyun membungkuk sopan kepadanya saat akan melewati pintu. "Terima kasih telah menyambut dan mengantarku kesini, Kyuhyun-ssi. Kau benar-benar pelayan yang sopan dan baik."

Kyuhyun membungkuk sopan sekali lagi saat Yunho memujinya lalu membukakan pintu untuk mempersilahkan Yunho keluar. Senyum tipis terpatri di wajahnya saat melihat Yunho mulai berjalan keluar menyusuri koridor panjang rumah besar itu dan mulai membalas sapaan beberapa pelayan yang melintas dengan gaya yang ramah.

Begitu punggung Yunho sudah tak terlihat di tikungan koridor, Kyuhyun kembali menutup pintu perlahan dan berniat akan membereskan cangkir di atas meja kerja Siwon sebelum―

Sret

Bruk

Tubuh Kyuhyun kembali terhempas membentur pintu di belakangnya saat Siwon menarik lehernya dan menahannya di belakang pintu.

"Oh, apa itu tadi? Kau terpesona dengan sikap lembut kakakku?" ucap Siwon sambil mengeratkan pegangannya di leher Kyuhyun yang masih dicengkeramnya, "Jangan bilang kau menyukainya, namja jalang! Ingat posisimu~ Kau tidak pernah pantas untuk menyukai siapapun, Cho Kyuhyun. Kau tidak berhak mendapatkan cinta dari siapapun, kau mengerti?"

Kyuhyun, sudah terbiasa dengan kata-kata pedas itu. Pemuda itu mengangguk paham dengan menahan sakit di lehernya yang seakan tercekik. Siwon tersenyum menang melihat wajah pasrah di depannya. Lalu dengan sekali sentakan, di dorongnya tubuh rapuh di depannya hingga tersungkur di lantai.

"Sekarang pergi dari hadapanku! Dan kau kuhukum untuk tidak makan hari ini karena telah berani sok akrab dengan kakakku! Mengerti?!"

"Mengerti, Tuan Muda." sahut Kyuhyun sambil berusaha keras bangkit dari posisi jatuhnya.

Malaikatku… sayapnya hanya sedikit patah dan terluka. Suatu saat aku yakin, malaikatku akan terbang menebarkan cinta yang hangat di dalam hatinya.

.

.

Suatu saat… aku ingin bisa melihat sayapnya yang seputih salju membentang di depan mataku.

Donghae dan Hyukjae baru saja akan memindahkan sebuah vas bunga besar yang sudah selesai dihias dengan mawar putih yang indah pesanan Yunho. Sejak putra Sulung keluarga Choi itu pulang tadi pagi, rumah yang biasanya tampak suram itu kini sedikit lebih bercahaya. Tidak heran, karena memang Yunho adalah pribadi yang ramah dan sangat berbeda jauh dengan Siwon.

"Kyu, kau mau makan bersama kami? Tuan Muda Yunho membelikan seluruh pelayan masakan Jepang yang enak sekali~"

Kyuhyun tersenyum lebar mendengar kalimat yang diucapkan Hyukjae. Donghae di sampingnya lagi-lagi menatapnya khawatir dengan wajah yang masih penuh bekas lebam dan memar karena pukulan Siwon kemarin, membuatnya merasa bersalah.

"Benarkah?! Wah, Tuan Muda Yunho memang baik sekali. Hae Hyung dan Hyuk Hyung makan saja dulu bersama yang lain, aku akan menyusul nanti." Sahut Kyuhyun sambil tersenyum meminta maaf kepada rekan pelayan di depannya itu.

"Tapi sebentar lagi jam makan siang akan berakhir, Kyu." Ucap Hyukjae lagi dengan wajah sedih.

"Haha! Gwaenchana, Hyuk Hyung. Lagipula aku sudah makan banyak sekali tadi pagi."

Kyuhyun memperhatikan Hyukjae dan Donghae yang akhirnya pergi meninggalkannya untuk makan bersama para pelayan yang lain. Sejak tadi Dongahe sama sekali tidak berbicara satu katapun dengannya, atau lebih tepatnya sejak pembicaraan mereka tadi malam. Sebernarnya Kyuhyun masih merasa bersalah dengan Hyung berwajah ikannya itu kerena menolak pertolongannya tadi malam.

Tapi ia sudah memutuskan untuk menjalani semua ini dan bertahan.

Bertahan hingga akhir nanti.

Iris coklat caramel itu menatap butir-butir salju yang masih turun di luar. Mata indah itu berbinar melihat benda yang disukainya itu. Pemuda itu kemudian berjalan menuju depan perapian dan merapikan beberapa mantel Siwon disana.

"Kau tidak ikut makan bersama para pelayan yang lain, Kyuhyun-ssi?"

Kyuhyun membalikkan badannya dengan terkejut saat suara ramah itu terdengar di belakang tubuhnya. Disana berdiri Yunho yang menatapnya sambil tersenyum saat ia membungkuk untuk menyapa Tuan Muda-nya itu.

"Saya akan menyusul nanti, Tuan Muda." ucap Kyuhyun sopan sambil melipat mantel Siwon di tangannya.

"Kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat, Kyuhyun-ssi."

Yunho menatap dengan pandangan sedikit khawatir pada pelayan muda di depannya. Wajah Kyuhyun memang memiliki kulit berwarna putih pucat, namun Yunho tahu pucat yang ada di wajah pemuda yang baru dikenalnya ini bukan pucat biasa.

"Saya baik-baik saja, Tuan Muda. Mungkin ini hanya pengaruh udara dingin." ucap Kyuhyun dengan sedikit tersenyum, membuat Yunho lagi-lagi terperangah menatap senyumnya.

"Baiklah kalau begitu. Mau minum teh bersamaku?" tanya Yunho saat Kyuhyun sudah akan pamit meninggalkannya dengan sopan. Pelayan muda di depannya itu menatapnya heran dengan manik coklatnya yang besar.

"Terima kasih, Tuan Muda. Tapi saya masih ada yang harus dilakukan, Permisi."

Bruk

Baru saja Kyuhyun membungkukkan tubuhnya untuk pamit, pelayan muda itu ambruk di tempatnya. Membuat Yunho terkejut dan dengan reflex dan cekatan segera menangkap tubuh Kyuhyun sebelum tubuh itu berhasil menyentuh tanah.

"Kyu-kyuhyun-ssi?!"

Tanpa berpikir lama, Yunho segera membawa tubuh yang sudah lemas tak sadarkan diri itu ke dalam gendongannya dan membawanya ke kamar tamu terdekat. Putra sulung keluarga Choi itu kemudian menyuruh beberapa pelayan yang melintas untuk mengambil air dingin dan kain sementara ia mulai mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi dokter keluarga.

"Aku jatuh, untuk yang kesekian kali. Dan aku tersenyum saat merasa akan terjatuh. Aku terjatuh untuk malaikat-ku. Malaikat-ku yang indah."

.

.

"Aku ingin memiliki mimpi yang sama seperti semalam, dengan cahaya matahari yang bersinar terang dan senyum Malaikat-ku yang hangat."

Yunho memperhatikan pemuda manis yang masih terpejam di depannya. Wajah itu tampak damai dalam tidurnya sejak beberapa jam yang lalu, dan Yunho sama sekali tidak berminat meninggalkan tempatnya saat ini walau hanya untuk mengantar sang Dokter ke pintu depan beberapa saat yang lalu.

Ada sesuatu yang membuatnya betah menatap wajah polos di depannya itu.

"Cho Kyuhyun, siapa kau sebenarnya?"

Tok tok tok

Yunho mengalihkan perhatiannya ke arah pintu dan mengangguk saat seorang pelayan meminta ijin untuk masuk dengan membawa sebaskom air dingin dan kain. Yunho menerima kain itu lalu mencelupkannya ke dalam air dingin kemudian meletakkan kain yang sudah basah itu ke atas dahi pucat Kyuhyun di depannya.

"Maafkan saya, Tuan Muda. Kalau boleh saya tahu, apa yang terjadi pada Kyuhyun-ssi?"

Yunho menatap pelayan di depannya yang kini menatapnya sedikit takut. Ia tahu, bertanya hal yang tidak diceritakan oleh majikannya adalah hal yang lancang bagi seorang pelayan, namun pada akhirnya Yunho tersenyum kecil sambil membenarkan letak kompres di dahi Kyuhyun yang panas.

"Uisa-nim bilang Kyuhyun-ssi mengalami dehidrasi akut hingga membuatnya pingsan seperti sekarang." Perkataan Yunho hanya ditanggapi dengan tatapan nanar pelayang di depannya, "Uisa-nim juga bilang, Kyuhyun-ssi tidak mengonsumsi makanan selama kurang lebih dua hari. Apa itu benar, Donghae-ssi?"

Yunho menatap wajah pelayan di depannya yang kini hanya tertunduk di tempatnya. Beberapa luka lebam dan memar menghiasi wajah pelayan itu.

"S-saya tidak tahu, Tuan Muda." sahut Donghae sambil menundukkan wajahnya. Yunho menghela nafas pelan kemudian.

"Apa yang terjadi dengan wajahmu?"

Donghae menatap takut ke arah mata musang di depannya lalu menatap wajah damai Kyuhyun yang masih tak sadarkan diri.

"I-ini hanya kecelakaan biasa―"

"Siwon tidak memukulimu, kan?"

Deg

Donghae mencengkeram nampan di dadanya erat-erat saat. Bagaimana bisa Yunho menebak semuanya dengan begitu tepat? Begitu pikirnya.

"Jika memang benar seperti itu―" ucap Yunho lagi hingga membuat Donghae kembali menatapnya takut, "―Atas nama Siwon dan keluarga Choi, aku memohon maaf yang sebesar-besarnya kepadamu, Donghae-ssi. Maafkanlah segala kesalahan yang pernah diperbuat adikku."

Donghae hanya terdiam di tempatnya saat Yunho menatapnya dengan sorot menyesal yang teramat dalam.

"Anda tidak perlu meminta maaf, Tuan Muda Yunho. S-saya yang harusnya meminta maaf karena telah membuat kesalahan. Jeongmal Mianhamnida."

Yunho tersenyum lembut melihat Donghae yang kini membungkuk penuh di depannya. Ia kemudian menepuk bahu pelayannya itu pelan.

"Satu hal yang saya mohonkan pada Tuan Muda Siwon," ucap Donghae lagi sebelum namja itu meninggalkan kamar tamu itu. yunho menatapnya tidak mengerti saat Donghae tersenyum tipis sambil menatap Kyuhyun yang masih terbaring di ranjang, "Bisakah ia memiliki rasa kasih sedikit saja di dalam hatinya?"

Yunho terdiam di tempatnya saat Donghae sudah sepenuhnya menutup pintu besar itu. Ia mendengar jelas apa yang diucapkan Donghae walau suara pelayannya itu terdengar sangat lirih, namun Yunho sama sekali tidak paham apa arti ucapan itu.

"Tuan Muda?"

Yunho buru-buru mengalihkan perhatiannya ke arah ranjang dan mendapati Kyuhyun yang mulai membuka matanya dan mencoba untuk bangun dari pembaringannya. Namun dengan cekatan, Yunho kembali mendorong tubuh itu lembut agar kembali berbaring di ranjang.

"Bagaimana keadaanmu, Kyuhyun-ssi? Kau sudah merasa baikan?"

"Maafkan saya karena telah merepotkan anda―"

"Sssst! Kau jangan banyak bicara dulu. Kau harus istirahat dan banyak makan setelah ini, arrasseo?!" ucap Yunho dengan sedikit memaksa namun tetap tersenyum kepada namja manis di depannya ini.

"Ta-tapi, Tuan Muda―"

"Ah! Mulai sekarang jangan panggil aku dengan sebutan tuan muda." sahut Yunho kembali memotong ucapan Kyuhyun, "Panggil Hyung saja. Panggil aku Yunho Hyung."

"Aku bernafas atas nama cinta dalam dirinya. Atas nama cahaya dalam sorot matanya. Dan atas nama kebaikan dalam hatinya. Malaikatku… adalah nafasku."

.

.

"Malaikatku, kau terbang terlalu dekat dengan tanah. Hingga akhirnya kau terjatuh."

"Siwon akan keluar kota selama tiga hari. Artinya kau bisa libur dan bebas dari pekerjaanmu, Kyu. Kau bisa pergi kemanapun yang kau mau hingga Siwon kembali nanti."

Saat itu adalah pertengahan musim semi yang indah. Sudah beberapa bulan Yunho berada di mansion ini, dan sudah beberapa bulan juga mansion yang biasanya terlihat suram ini, kini mulai bercahaya.

"Benarkah, Hyung?"

Yunho mengangguk ceria untuk menjawab pertanyaan Kyuhyun yang kini mulai menuangkan teh di cangkirnya. Saat ini mereka sedang berada di taman belakang kediaman Choi yang megah sambil menikmati bunga-bunga yang bermekaran di taman raksasa itu.

"Bagaimana jika kita jalan-jalan keluar? Kau belum pernah keluar sama sekali, kan?"

Kyuhyun menunduk sambil mengeratkan pegangannya di teko teh yang ada di tangannya. Ia tampak menimbang penawaran Yunho. Yunho yang melihat wajah takut Kyuhyun segera saja meletakkan cangkir tehnya lalu menepuk bahu kecil pelayan muda didepannya.

"Kau tidak perlu khawatir, Kyu. Aku yang akan mengijinkanmu kepada Siwon."

Akhirnya Yunho menjalankan mobilnya ke arah taman hiburan di pusat kota dengan Kyuhyun yang terus saja memandang takjub ke luar jendela mobil untuk mengamati berbagai macam arena permainan yang menjulang di depannya.

"Hyung, apa nanti aku boleh menaiki permainan yang disana itu?" tanya Kyuhyun dengan mata berbinar sambil menunjuk Roller Coaster jauh di depannya.

Yunho tertawa sekilas lalu menutup pintu mobilnya kemudian menarik lengan Kyuhyun untuk memasuki taman hiburan terbesar di Korea Selatan itu. "Tentu, Kyu. Kau boleh bermain sepuasmu."

Tidak perlu waktu lama bagi Yunho untuk lagi-lagi menyunggingkan senyumnya. Entah mengapa ketika melihat senyum Kyuhyun, sesuatu di dalam hatinya rasanya sangat hangat dan berbunga-bunga. Cukup lama mereka berkeliling dan menaiki segala macam permainan disana hingga tak terasa matahari sudah berangsur turun.

"Kau bisa buat yang seperti ini? Ini bentuk merpati."

"Merpati? Itu lebih mirip seperti bebek yang memiliki kaki terlalu besar, Hyung!"

"Aniyo, Kyu! Ini merpati dan kakinya tidak terlalu besar menurutku."

Kyuhyun hanya terkikik geli di tempatnya sambil memperhatikan Yunho yang masih menatap ragu pada bunga kapasnya yang kini ia bentuk menyerupai sebuah 'merpati'. Kini mereka berdua duduk di salah satu bangku di taman yang dekat dengan mansion Choi. Setelah puas bermain di taman hiburan, mereka menghabiskan waktu untuk makan dan duduk menikmati matahari tenggelam di taman yang mulai sepi itu.

"Ah! Mengapa kakinya semakin besar?! Sudahlah! Kurasa aku memang sedang membuat bebek." Seru Yunho sambil mengacak rambutnya frustasi saat permen kapasnya gagal membentuk merpati yang ingin dibuatnya.

"Hahahahahaha~ Kau payah sekali, Yunho Hyung! Hahahaha!"

Namun, walau Yunho sedang kesal setengah mati karena gagal dengan apa yang dibuatnya, namja itu tetap tersenyum pada akhirnya. Bukan karena melihat bentuk permen kapasnya yang lucu, namun karena melihat tawa lepas Kyuhyun di sampingnya.

Seperti malaikat.

"Kau senang hari ini, Kyu?"

Kyuhyun menghentikan tawanya lalu menatap Yunho yang kini membaringkan tubuhnya di rumput sambil menatap awan yang berserakan di atasnya.

"Yup. Aku senang sekali, Hyung. Terima kasih telah bersedia mengajakku jalan-jalan keluar." Sahut Kyuhyun sambil memeluk kedua lututnya di depan dadanya.

"Bagaimana kau bisa menjadi pelayan Siwon? Mengapa dari sekian banyak pekerjaan yang bisa dilakukan di usiamu, kau bisa memilih bekerja kepada adikku?" tanya Yunho masih menatap awan-awan di atasnya, "Aku tahu benar, Siwon bukan sekedar orang yang mau memiliki seorang pelayan, Kyu."

Kyuhyun menundukkan wajahnya lalu menghela nafas sejenak. "Tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan kecuali menjadi pelayan Tuan Muda Siwon. Aku berhutang banyak pada keluarga Choi."

Yunho menatap pemuda di sampingnya tidak mengerti. Sedangkan Kyuhyun hanya tersenyum tipis sambil menatap hamparan rumput luas di depannya. Namun, Yunho lebih memilih diam dan tidak melanjutkan pertanyaannya saat melihat mendung mulai menghiasi wajah Kyuhyun.

"Di usiamu seperti ini kau harusnya kuliah, Kyu. Apa kau mau kuliah? Aku bisa mendaftarkanmu di Universitas yang kau minati jika kau mau. Kau bisa kuliah di pagi hingga siang hari, lalu bekerja pada Siwon di sore hingga malam hari. Siwon pasti mengerti."

"Tidak perlu, Hyung." sahut Kyuhyun sambil tersenyum menatap Yunho yang masih berbaring di sampingnya. "Aku tidak terlalu membutuhkan semua itu. Begini saja sudah cukup."

Yunho bangkit dari posisi berbaringnya dan bergerak merengkuk tubuh Kyuhyun di sampingnya dan membawanya ke dalam pelukannya dengan erat.

"Yunho Hyu―"

"Saranghae, Cho Kyuhyun. Saranghae."

Kyuhyun terdiam mendengar kalimat Yunho. Iris coklat caramel itu melebar sebentar kemudian meredup. Dengan perlahan dilepaskannya tubuhnya dari pelukan Yunho lalu ia menepuk kedua bahu Yunho pelan, membuat Yunho menatapnya tidak mengerti.

"Aku juga mencintaimu, Yunho Hyung." Ucap Kyuhyun sambil tersenyum dan tangannya mulai bergerak merapikan kemeja Yunho yang sedikit berantakan. "Tapi hanya sebagai Hyung. Kau pantas mendapat yang lebih baik daripada aku, Tuan Muda Yunho."

Yunho tersenyum getir mendengar perkataan Kyuhyun di depannya. Namja tampan itu kemudian menggenggam kedua telapak tangan yang masih merapikan kemejanya lalu menggenggamnya dengan lembut.

"Aku mengerti. Aku sudah menebak pasti jawabanmu akan seperti ini, Kyu. Tidak apa-apa, tapi berjanjilah kepadaku―" ucap Yunho sambil menatap kedua iris coklat caramel itu dalam-dalam.

"―Berjanjilah bahwa kau akan terus bahagia, Cho Kyuhyun."

"Berjanjilah, wahai Malaikat-ku. Bahwa kau akan terbang suatu saat nanti. Berjanjilah atas nama cinta dan cahaya yang selalu melingkupi. Dan berjanjilah atas namaku."

.

.

"Malaikat-ku… Dia segalanya bagiku."

Kyuhyun membungkuk sekilas lalu melambaikan tangannya saat Audi hitam milik Yunho mulai meninggalkan pelataran mansion keluarga Choi. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore dan ia baru saja diantar Yunho pulang. Tuan Muda-nya yang ramah itu baru saja menerima telepon untuk mengadiri sebuah rapat dadakan di perusahaan, jadilah Yunho hanya bisa mengantarnya pulang kemudian sang sulung Choi itu langsung melanjutkan perjalanan ke Choi Corp di sore hari seperti saat ini.

Kyuhyun tersenyum sekilas lalu melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil minum. Kepergian Siwon ke luar kota membuat jam kerjanya kosong dan ia memutuskan untuk istirahat atau membantu beberapa pelayan yang lainnya sebelum―

"Kyuhyun-ah, Tuan Muda Siwon menyuruhmu membawakan kopi ke ruangannya sekarang."

Kyuhyun terkejut ketika rekan pelayannya itu memanggilnya, "Tuan Muda Siwon sudah pulang? Sekarang?"

"Iya. Sebaiknya kau bergegas."

Kyuhyun segera berlari ke kamarnya untuk berganti seragam pelayan lalu menuju dapur untuk membuat kopi untuk Siwon. Dalam beberapa menit, Kyuhyun sudah berada di depan pintu kamar sang tuan muda dengan membawa nampan berisi secangkir kopi panas. Setelah menghela nafas panjang, di ketuknya pintu coklat besar itu."

Tok tok tok

Ceklek

"Permisi, Tuan Muda. Maaf saya terlambat mem―"

Kata-kata Kyuhyun terhenti saat pintu kamar itu terbuka. Lidahnya kelu untuk melanjutkan kata-katanya saat beberapa pasang mata menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Senyum mengejek terpampang di wajah mereka.

"Akhirnya kau datang juga, pelayanku yang setia." Ucap Siwon yang duduk di kursi besar tak jauh dari ranjangnya. Sebatang rokok sedang dihisapnya. "Bagaimana kencan romantismu dengan kakakku? Pasti menyenangkan~"

"HAHAHAHAHA!"

Kyuhyun mengeratkan pegangannya pada nampan yang dibawanya saat beberapa namja yang mungkin merupakan teman Siwon itu tertawa keras mendengar ucapan Siwon. Perasaannya tidak enak.

"S-saya―"

"Sepertinya perkataanku untuk tidak menggoda kakakku kau abaikan begitu saja, Kyuhyun. Bukankah kau sudah kuhukum karena masalah ini? Apa hukumanmu kurang?" ucap Siwon lagi diiringi beberapa tawa di sampingnya.

"Maafkan―"

"Aku bosan mendengar kata maafmu, Pelacur!" seru Siwon sambil berdiri dari Kursinya lalu membuang rokok di tangannya begitu dan mnginjakknya hingga padam di lantai. "Nah, Gentlemen. Kalian boleh menghukumnya semau kalian malam ini. Buat dia menyesal karena telah lancang menggoda kakakku!"

Kyuhyun hanya bisa memundurkan langkahnya saat kurang lebih lima orang namja asing kini mulai berjalan mendekatinya lalu salah satunya menarik tangannya dengan kasar hingga―

PRANG!

"Yunho-ssi? Kau kenapa?"

"Sajangnim, Gwaenchana?"

Yunho terdiam memperhatikan gelas air mineralnya yang kini pecah berserakan di lantai saat tiba-tiba meluncur dari tangannya ketika ia hendak meminumnya. Mata musangnya menatap kosong pecahan gelas di bawahnya. Beberapa rekan bisnis dan sekretarisnya menatapnya tidak mengerti.

'Kyuhyun?'

Malaikatku… aku rela terjatuh dalam jurang kesakitan, aku rela tenggelam dalam lautan air mata, aku rela terpuruk dalam kegelapan selamanya.

Apapun asal kau bahagia

Apapun yang kau mau

Kau begitu istimewa bagiku, Malaikat-ku yang berharga

Aku berharap aku juga istimewa

Namun…

Aku hanyalah makhluk rendah

Hanya manusia biasa yang berbeda jauh darimu

Bagaimana aku bisa mengharap cinta seorang malaikat sepertimu?

Haruskah aku menyerah?

Tuhan… aku lelah.

.

.

TBC

.

.

THIS IS TWOSHOOT

ENDING PART WILL RELEASE ON 1013 ^^

Prepare for the Worst, My Readers

.

Wonkyu is Love,

BabyWonKyu