Sepenggal cerita...

.

.

.

Surprise

Pair : NaruSasu

Genre : Romance & Friendship

Warning : BL, Shounen ai, OOC, Miss typo, Semi-Canon, dll.

.

.

.

.

"Apa?"

Manik hitam Sasuke membulat ketika mendengar pernyataan yang baru saja disuarakan oleh lelaki pirang.

"Aku bilang kita akan pindah ke rumah baru," Naruto mendesah. Mengambil secangkir kopi yang berada di atas meja samping kursinya.

Kini keduanya sedang bersantai di balkon apartemen Uchiha. Menikmati cuaca musim dingin yang cerah di hari Minggu. Naruto mendapat libur cukup panjang sampai tahun baru tiba. Jadi dia bisa menemani Sasuke sepanjang waktu.

Pemuda bersurai raven menghentikan sejenak kegiatannya yang menyiram pot-pot bunga."Kita punya dua apartemen Naruto, mau dikemanakan itu?" tanyanya memandang heran.

"Well... kita bisa menjualnya," ujar Uzumaki enteng seusai menyesap minumannya.

"Kau ini... memangnya kau sudah beli rumah, Dobe? Apa uangmu cukup untuk membayarnya?" sarkas Sasuke sambil mematikan kran air dan meletakkan selang di tempatnya semula.

Pelipis sang blonde berkedut. "Jangan meremehkanku, Teme. Pekerjaan mapanku memberiku gaji besar tiap bulannya. Bahkan hanya dalam 3 bulan, sanggup untuk membeli dua rumah sekaligus."

Remaja ramping memutar bola mata Onyx-nya malas. "...sombong."

"Ooh, kau akan menyesal kalau tidak percaya, Suke..." kata Naruto menyeringai sinis seraya menaruh cangkirnya kembali di meja.

Melihat senyum kekasihnya itu membuat Sasuke mendengus sebel. "Jika kau benar-benar sudah membeli rumah baru untuk kita huni, tunjukkan padaku sekarang!" titahnya melipat tangan di depan dada angkuh.

"With my pleasure, my love."

"Don't call me that, Dobe!"

.

Sang Hokage muda membawa lelaki kesayangannya pergi menuju area pinggir hutan Konoha. Saat melewati jalan besar, mata mereka disuguhi deretan rumah tradisional. Tempat tersebut penuh dengan orang yang berlalu-lalang. Berbagai benda seperti pita berwarna-warni, lampu hias, dan karangan bunga unik, terpajang menghiasi dinding, jendela, serta pohon di depan rumah penduduk. Kelihatannya mereka sangat antusias menyambut pesta tahun baru yang akan diselenggarakan akhir bulan Desember nanti.

Naruto melambaikan tangan ketika warga menyapanya. Membalas senyuman dan salam mereka bergantian. Sasuke turut menganggukkan kepala. Tidak lama kemudian keduanya tiba di wilayah Klan Nara. Si Uchiha mengangkat alis heran.

"Dobe, kenapa kita malah datang kesini?"

"Karena kita sudah sampai, Teme," jawab Naruto melangkah ke gerbang utama.

Sasuke mengernyit. "Jangan katakan kau membeli rumah baru disini!"

Uzumaki mengerjap. "Ya, memangnya mengapa?"

"Aku tidak mau ketularan malas dari si jenius nanas itu, idiot."

"Ooh, seperti biasa kebohonganmu kejam sekali, Uchiha."

Naruto dan Sasuke menoleh serentak, menemukan sosok pemuda jangkung berambut hitam kuncir tinggi berdiri tak jauh di hadapan mereka. Mata kuaci Shikamaru menatap bosan. Agaknya sedikit kesal dengan sebutan Sasuke untuknya tadi.

"Yo, ohayou Shika," Naruto nyengir lebar.

Ketua Klan Nara menguap. "Kalian datang lebih cepat, mengganggu tidurku saja," ujarnya. Dia telah berjanji akan mengantar sahabatnya itu ke rumah barunya.

"He he, Sasuke penasaran sih," cengenges si blonde sebelummemalingkan muka ke pacarnya lagi. "Aku membeli rumah disini karena daerahnya sejuk dan tenang. Kupikir cocok untukmu, Suke," katanya.

"Tapi, ini tanah Klan Nara," ragu sang raven.

"Jangan khawatir," Shikamaru menimbrung. "Naruto sudah memberitahuku kalau kau kepikiran dengan tanggapan orang lain pada dirimu. Anggota Klan Nara adalah netral. Kami menerima keputusan apapun dari Hokage, asal hal itu tidak merugikan Konoha," jabarnya. "Kami menerimamu tinggal disini, Sasuke."

Remaja Uchiha menunduk, menggenggam ujung sweater indigo yang dipakainya erat. Perasaannya masih diliputi kebimbangan.

Melihat sikap diam kekasihnya, Naruto berinisiatif menarik perhatiannya. Lengan berbalut jaket cream-nya terangkat mengusap bahu Sasuke lembut. "Percayalah padaku," manik birunya menyorot lurus ke iris hitam getir itu. "Semua baik-baik saja."

Kilat keyakinan di mata Naruto membuat Sasuke menganggukkan kepala. Mengikuti kemauan tambatan hatinya.

Ketiganya mulai berjalan memasuki pemukiman Nara yang lenggang. Lingkungannya bersih, rumah-rumah dan pepohonan tersusun rapi. Beberapa pria nampak sibuk mengeruk salju yang menebal. Sementara sejumlah wanita turut membantu. Anak-anak berlarian sambil bersenda-gurau. Bermain lempar bola salju.

"Damai sekali..." komentar Sasuke mengamati sekitar.

Lelaki nanas berseragam jounin yang berada di depan Naruto dan Sasuke menggerling. "Mengingatkanmu pada masa lalu?"

"Shika..." tegur Naruto bersuara berat.

"Maaf..."

Sasuke menggeleng pelan. Onyx-nya meredup sendu. "...sedikit," Ia tidak menyangkal jika pemandangan ini mengingatkannya pada pemukiman Uchiha sewaktu masih utuh dulu.

Bermenit kemudian, mereka sampai tujuan. Di tepi hutan itu terdapat sebuah bangunan tradisional jepang. Rumah kayu panjang yang nyaman dan asri dengan hiasan semak belukar dan pohon kering. Di halaman samping juga ada kolam kecil. Serta kursi dan meja batu untuk bersantai.

Sasuke tertegun. Bangunan tersebut hampir mirip rumah yang pernah ditinggalinya bersama keluarganya saat kecil. Namun, berbeda. Modelnya lebih berkelas.

"Bagaimana?" tanya Naruto meminta pendapat. Bibirnya tersenyum teduh.

Pemuda ramping menoleh. "Ini... rumah yang kau beli?"

"Ya, kau menyukainya?"

Membisu sejenak. "...Aku suka..." ungkap Sasuke mengembangkan senyum senang.

Diam-diam, Shikamaru mendengus geli. Tidak menyangka dia bisa melihat senyuman Sasuke yang jarang muncul. "Sebaiknya kalian masuk dan melihat-lihat," tawarnya sembari membuka pintu pagar yang mengelilingi rumah itu.

"Good idea," Naruto langsung menggandeng Sasuke. Mengajaknya menjelajahi hunian baru milik mereka. Shikamaru mengekor di belakang.

Remaja pirang menggeser pintu souji. Melangkah memijaki lantai kayu dingin seusai melepas sandal ninjanya. Sasuke mengikuti gesturnya. Matanya memutar, menilik tiap ruangnya yang didesain klasik.

Dari depan ada bidang besar untuk ruang tamu. Sampingnya adalah ruang kecil menghadap ke halaman. Rencananya Naruto akan menjadikannya ruang santai. Lalu ruang berukuran sedang yang dilengkapi counter masak. Sebelahnya ialah kamar mandi.

"Rumah ini mempunyai dua kamar. Letaknya di sayap kanan," tunjuk sang Nara.

Sasuke pergi kesana. Ia membuka salah satu pintu kamar dan memeriksa keadaannya. Bidangnya cukup lebar. Ada jendela berbingkai kaca tebal yang menampilkan pemandangan hutan. Serasa sejuk dan nyaman.

"Ini akan jadi kamar kita berdua..." Naruto menyandingi Sasuke. "Jadi kita tidak perlu tidur terpisah lagi," katanya menyengir sumringah.

"Hn," Sasuke menggangguk senang.

"Dia sayap kiri ada tiga ruang kosong. Terserah kalian mau menjadikannya apa," timpal Shikamaru.

"Mungkin salah satunya akan kujadikan ruang kerjaku," tanggap Hokage muda.

"Bagus, lalu kapan kalian akan pindah kemari?"

"Secepatnya," Naruto berpaling ke Sasuke. "Bagaimana kalau dimulai dia hari lagi?"

"Hn, tidak masalah," raven setuju. "Tapi kita harus beli perlengkapan lain."

"Ooh ya, harus belanja dulu."

"Kalau begitu aku akan memanggil orang untuk bantu memindahkan barang-barang kalian," ujar pemuda nanas.

"OK, thanks my friend," Naruto menyengir lebar.

"Anytime," Shikamaru tersenyum tipis.

.

Hari berikutnya Naruto dan Sasuke pergi mengujungi toko Home and Furniture. Mereka membeli banyak kebutuhan untuk mengisi bidang ruang di rumah mereka yang baru. Termasuk menambah perabotan yang tidak mereka punyai saat tinggal di apartemen.

Naruto membiarkan kekasihnya memilih barang apapun sesuai seleranya. Tidak peduli seberapa mahal harganya, asal Sasuke suka, Uzumaki akan membayarnya. Dari awal dia memang berniat memanjakan Sasuke. Berharap lelaki Uchiha itu betah hidup bersamanya.

Selesai dengan kebutuhan dan pengurusan antar barang, keduanya beralih mendatangi masing-masing rumah kawan seangkatannya. Untuk memberitahukan bahwa mereka mengadakan pesta pindahan dan mengundang semua datang. Teman-temannya senang, berjanji akan menghadirinya.

"Kelihatannya semua sudah beres," ucap remaja pirang seraya menggandeng tangan Sasuke. Keduanya sedang menikmati perjalanan pulang.

Pemuda bersurai malam mengangguk. "Hn, besok kita bakal sibuk."

Naruto terkekeh. "Aku tidak sabar ingin segera menempatinya."

"...Aku juga."

Butiran salju kembali dijatuhkan oleh awan-awan yang memadati langit petang. Sasuke menengadahkan kepalanya, memperhatikan kilauan putih yang menentramkan hati.

"Kirei..."

Naruto mengulurkan tangannya. Menyentuh dagu pucat itu dan menggiringnya menghadap padanya. Sepasang Shappire jernihnya menatap dalam iris Onyx Sasuke. Memandangnya lembut penuh kasih.

"I love you, Suke. Please, stand by my side forever..."

Sasuke mengusap helaian mentari belahan jiwanya. Bibirnya menyinggungkan senyum kecil.

"I will always be with you, Naru. I love you too."

Keduanya menghapus jarak yang terbentang. Berciuman di bawah hujan salju yang mengisi keheningan malam. Mengungkapkan rasa bahwa mereka saling membutuhkan dan saling memiliki.

.

.

.

End

.

.

.

Huff kayaknya setelah ini aq break dulu mau ngelanjutin Coppia, maaf kalo udah membuat kalian nunggu lama tapi segera update kok, sabar dikit ya ^_^