Sepenggal cerita...
.
.
.
Morning, Suke...
Pair : NaruSasu
Genre : Romance
Warning! : BL, Shounen ai, MalexMale, AU, OOC, dll.
.
.
.
.
Seorang pemuda bersurai raven dengan poni panjang di kedua sisi wajah putihnya itu melangkah pelan menuju apartemen miliknya. Ia menyusuri gang kecil beraspal yang menjadi jalan utama pemukiman pinggiran Konoha. Sambil menenteng tas ransel di bahunya, Sasuke menembus keheningan malam setelah kembali dari misi.
Sepasang mata Onyx-nya memutar ke sekeliling. Tempat ini sepi dan sunyi. Hanya ada dirinya sendiri. Jendela dan pintu pada rumah-rumah yang berdiri di kanan-kiri jalan, tertutup rapat. Ditambah penerangan lampu yang menghiasi bagian depan tiap bangunan. Menandakan jika para penghuninya sudah tertidur pulas. Wajar, siapa yang akan bangun di jam 11 malam begini? Siapapun pasti lebih memilih bergelung dalam selimut hangat di kasurnya. Walau ini musim panas, hawa dingin tetap meraja kala malam tiba.
Sasuke menghela nafas. Ia memeluk tubuhnya yang berbalut seragam jounin. Mencoba mengusir angin yang merayapi kulitnya. Misi tingkat B yang memakan waktu 4 hari lamanya cukup membuatnya kelelahan. Ia dan Sai ditugaskan untuk mendampingi sekelompok pedagang yang bermaksud pulang ke kampung halamannya. Kliennya merupakan saudagar kaya raya. Sehingga karena khawatir dengan para bandit yang mungkin mengincar barang dagangannya, mereka meminta bantuan ninja Konoha untuk mengawal. Alhasil keduanyalah yang ditunjuk oleh sang Hokage.
Walau tidak menemui masalah berarti ketika para bandit yang diperkirakan ternyata memang menyerang, tetap saja kelelahan fisik dirasakan. Apalagi harus bergadang untuk jaga siang malam. Aah, sungguh mengesalkan. Rasanya Sasuke ingin segera sampai ke apartemennya dan berendam air panas.
'Laporan misinya kuserahkan besok saja. Si Dobe itu pasti sudah tidur sekarang,' batinnya mendengus.
Remaja penyandang Uchiha terakhir ini mempercepat lajunya saat melihat bangunan apartemen yang berjarak tak jauh lagi. Ia langsung melewati gerbang depan dan melompat memijaki dahan pohon untuk mencapai balkon kamarnya di lantai 3. Malas kalau harus berjalan kaki naik tangga. Bisa-bisa tubuhnya tambah capek.
Sasuke membuka jendela kaca besar yang memang tidak pernah ia kunci kalau berpergian. Setelah menutupnya kembali, ia melepas sepatunya serta meletakkan ranselnya di atas lantai ber-tatami hijau. Sasuke menyalakan lampu ruang tengah tempat ia berada sekarang. Ruangan ini tidak begitu luas. Tapi cukup diisi seperangkat sofa coklat gelap, meja, sebuah rak buku, dan rak kecil untuk televisi. Dindingnya berhias pigura-pigura foto. Ber-image keluarganya waktu dirinya masih anak-anak, tim 7 sebelum ia pergi, dan tim 7 bersama Yamato, Sai, Tsunade dan Shizune ketika ia sudah kembali ke Konoha. Kemudian fotonya yang berdua dengan Naruto saat si Dobe itu diangkat menjadi Hokage.
Manik hitam Sasuke melembut memperhatikan foto tersebut sejenak. Dalam gambar itu Naruto merangkul bahunya sambil menyengir lebar. Bertolak belakang dengannya yang hanya tersenyum tipis hampir tidak ketara. Naruto tidak banyak berubah. Rambutnya masih sepirang dulu, namun sekarang sedikit panjang hingga agak mirip ayahnya Minato Namikaze. Wajah bertanda lahir kumis kucingnya nampak dewasa dan tegas. Tinggi badan tegapnya bahkan telah melebihi Sasuke.
Kalau diingat-ingat ia dan Naruto belakangan ini jarang bertemu. Selain karena disibukkan oleh dokumen-dokumen penting yang harus pemuda Uzumaki itu tandatangani, dia juga harus mengurus misi untuk diberikan pada ninja-ninja Konoha serta menghadiri pertemuan antar Kage desa lain. Membuat Sasuke sedikit merasa kesepian. Seakan ada yang kurang jika tidak mendengar suara berisik dari lelaki pirang itu.
'...sudahlah, besok pasti bertemu,' inner-nya seraya mengulas senyum kecil.
Sambil melepas satu per satu baju yang melekat di badannya bergantian, Sasuke berbalik menuju kamar mandi. Ia melempar seragam jounin-nya ke ranjang cuci. Lalu menyalakan kran air panas untuk mengisi bath-tub yang telah dicampuri sabun cair. Begitu mencapai separuh bidangnya, Sasuke masuk ke dalam air. Wangi papermint dan lemon yang mengudara,sanggup merilekskan otot-ototnya sekaligus membuang kepenatannya.
Dari jendela kecil Sasuke melirik ke arah bulan yang bertengger memperelok langit malam. Onyx-nya menerawang. Memikirkan Naruto sekali lagi.
'Apa si Dobe itu tahu kalau aku sudah pulang?' batinnya.
'...Ugh, baka! Berheti memikirkan si Dobe, Sasuke!' makinya menggelengkan kepala sembari memejamkan mata erat.
Merasa cukup berendam pemuda raven itu bangkit dari bath-tub. Sasuke keluar dari kamar mandi dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk kering. Sesampai di kamar, ia mengambil piyama tidur dari lemari lalu memakainya. Kemudian menggantung handuknya di teralis jemuran balkon. Tanpa perlu makan serta membereskan perlengkapan misi yang masih berada di ransel, Sasuke naik ke ranjang tidur. Berbaring dalam selimut di kasur queen-size empuknya untuk menuju alam mimpi.
Tak berasa pagi sudah tiba. Matahari bersinar terang menaiki cakrawala. Langit biru cerah diselingi awan-awan putih yang berarak pelan. Burung-burung terbang berkicau menjadi tanda mengawali hari.
Sasuke mengerjab lamat-lamat. Cahaya yang menembus kelopak matanya, membuatnya harus terbangun dari tidurnya yang hanya beberapa jam. Ketika hendak mengusap embun di sekitar mata, mendadak tangannya tidak bisa digerakkan. Mengapa?
"Ohayou, Suke..."
Mendengar suara baritone yang mengalun rendah itu, mata Sasuke refleks terbuka lebar seketika. Iris hitamnya menemukan seorang pemuda berambut blonde jabrik yang terbaring menyamping menghadapnya. Naruto menyinggungkan senyum hangat. Manik Shappire birunya menyorot teduh menatap remaja Uchiha yang terbungkus dalam selimut. Sementara tangannya menggenggam jemari putih Sasuke lembut.
Sasuke membeliak terkejut. Nafasnya tercekat. Lidahnya kelu seakan tidak mampu mengatakan apapun. Reaksi yang sanggup membuat kekehan meluncur keluar dari bibir Naruto.
"Kaget hmm?"
"A—apa yang kau—" gagap Sasuke parau begitu mendapatkan suaranya.
Naruto menaikkan sebelah alis. "Aah, aku sudah mengetuk pintu. Karena kau tidak muncul juga, akhirnya aku masuk lewat jendela balkon. Ternyata kau masih tidur," jelasnya.
"Bu—maksudku kenapa kau berada di ranjangku?" Sasuke bangun berniat untuk duduk. Namun satu lengan Naruto yang lain menahan gerakkannya dengan memeluk pinggang Sasuke untuk merapat padanya. "Dobe!" tegurnya menyalang tajam.
Si Uzumaki menyengir lebar. Dia melentangkan tubuhnya. Membawa Sasuke yang lebih kecil darinya ke atas badannya. Alhasil, Sasuke tengkurap bersandarkan dada bidang Naruto.
"Nar—"
"Otanjoubi omedetou, Suke-chan."
Bersamaan kalimat tersebut terucap, Naruto mengecup singkat bibir manis Sasuke. Membuat empunya tercengang akibat tidak menyangka akan perlakuannya. Aah, rupanya Sasuke berulang tahun hari ini. Bagaimana ia bisa lupa?
"Semoga kita selalu bersama dan bahagia selamanya."
Pemilik gelar Hokage termuda kedua itu menarik senyuman lembut. Naruto mengeratkan rengkuhannya pada sang raven yang menjadi pujaan hatinya. Seolah tidak mau melepaskannya. Sasuke melunak. Irisnya memandang Naruto dalam-dalam. Menyelami mata sewarna langit yang penuh kasih dan kehangatan.
Sasuke menunduk, memberikan ciuman balasan.
"Hn, Ohayou, Naru-kun. Arigatou..."
.
.
.
.
.
End.
.
.
.
.
Jangan keroyok aku untuk fanfic yang vague ini...ToT""
Ultah Sasu-chan emang udah lewat. Karena aku belum bikin ficnya makanya aku buat ini bersamaan hari ulatah Naruto.
Minat me-review?