COULD IT BE LOVE?

Main Cast: Lee Donghae, Lee Hyukjae

Genre: Romance, Friendship

WARNING!

BOYS LOVE

MAINSTREAM STORY

DON'T LIKE? DON'T READ PLEASE!

THE STORY IS MINE

Typo may applied, don't be silent reader please, NOT ALLOWED TO COPY PASTE WITHOUT MY PERMISSION ^^

TIDAK MENERIMA BASH DAN KAWAN-KAWANNYA. KRITIK DAN SARAN SANGAT DIBUTUHKAN.

THANKYOU ^^


.

.

The reason why I'm still breathing in this terrible loneliness, it's all because of YOU

.

.


Entah harus bagaimana lagi untuk meredakan rasa sakit yang bergelayut di hati Eunhyuk. Hatinya sakit sekali melihat tatapan sendu Donghae yang terus memohon kepadanya agar membatalkan kepergiannya ke London. Lihat? Untuk kesekian kalinya Donghae mempermainkan perasaan Eunhyuk. Di saat Eunhyuk berniat melupakannya, Donghae justru memohon kepadanya agar tetap tinggal bahkan dengan kata-kata cinta yang dulu sangat di harapkan Eunhyuk. Tapi untuk apa lagi semua kata cinta itu? Semua sudah terlambat dan tidak ada gunanya sama sekali. Sekali lagi, Eunhyuk bukannya membenci Donghae, hanya saja Eunhyuk tidak mau di cintai karena rasa kasihan atau karena terpaksa. Bila Donghae memang belum mampu melupakan henry, maka Eunhyuk akan mundur perlahan dan tidak akan menunggunya lagi.

"Kau yakin dengan keputusanmu? Aku masih belum memesan tiket untukmu, aku ingin memberimu waktu untuk memikirkan semua ini. Lagi pula upacara kelulusan masih lama, kau punya banyak waktu untuk memikirkan keputusanmu."

Eunhyuk mengangguk mantap, "Aku sudah membuat keputusan. Aku akan pergi bersamamu dan Kibum."

"Semalam Sungmin dan Kyuhyun mengomeliku, bahkan Sungmin menarik rambutku karena mengajakmu ke London di saat hatimu bimbang. Mereka bilang, kau harus menyelesaikan urusan cintamu dengan Donghae dulu baru bisa memutuskan akan pergi atau tidak."

"Entahlah."

"Kalau di pikir-pikir lagi Sungmin ada benarnya juga. Selesaikan dulu urusanmu di sini, setelah itu kau boleh memilih."

Eunhyuk menghela napas panjang sebelum menenggelamkan wajahnya di permukaan meja. Rasanya lelah sekali harus memikirkan banyak hal dalam satu waktu. Kenapa banyak sekali halangan ketika Eunhyuk sedang berusaha melupakan Donghae dan ingin pergi darinya? Donghae yang tiba-tiba menyatakan perasaan yang sesungguhnya, Sungmin dan Kyuhyun yang terus mendesaknya untuk tetap tinggal dan sekarang Siwon yang menyuruhnya untuk menyelesaikan urusan hatinya.

"Kenapa sulit sekali mau melupakan bocah pendek itu."

"Setidaknya dia masih lebih tinggi darimu, Sunbae!"

Kyuhyun yang baru saja datang bersama Sungmin langsung meletakan sekaleng jus jeruk di hadapan Eunhyuk, lalu ikut bergabung dalam obrolan serius mereka.

"Sebenarnya sejak awal aku sudah tahu perasaan Donghae yang sesungguhnya. Dia selalu mengatakan bahwa dia sangat nyaman berada di dekatmu, bukankah rasa cinta itu berawal dari perasaan nyaman? Sunbae, Donghae hanya terlalu bodoh untuk berkata-kata. Sejak kecil dia tidak pernah banyak bicara dan tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata. Biasanya, Donghae akan mengungkapkan apa yang dia rasakan lewat perbuatan."

Eunhyuk meneguk jus jeruk di hadapannya dengan sekali teguk, ia semakin bingung dan bingung lagi karena desakan teman-temannya.

"Ah, intinya kalian sama-sama bodoh! Kau yang tidak sabaran dan Donghae yang tidak bisa mengungkapkan sesuatu dengan benar! Kenapa kalian merepotkan sekali?"

Siwon yang biasanya tampak tenang kini mulai frustasi karena hubungan rumit sahabatnya itu. Rasanya benar-benar membuat sakit kepala mendengar cerita dari sisi Eunhyuk dan sisi Donghae. Penjelasan yang berbelit-belit soal perasaan mereka yang sesungguhnya, namun pada intinya adalah mereka berdua saling mencintai tapi tidak tahu bagaimana cara bersabar dan mengungkapkannya dengan benar.

"Kalian semua yang justru membuat aku repot! Ini kisah cintaku, aku yang jatuh cinta dan aku yang patah hati tapi kalian semua yang repot meluruskan hubungan antara aku dan Donghae!"

"Itu karena kalian bodoh! Sangat bodoh dan membuat orang jadi kelimpungan!"

Dan sekarang Kyuhyun ikut menaikan nada suaranya, ikut mengomeli kakak kelasnya itu. Kyuhyun menarik napas pelan, ia sadar telah membentak kakak kelasnya dan sekarang ketiga orang kakak kelasnya itu mendelik ke arahnya.

Kyuhyun menatap Sungmin dan Siwon, serius. "Aku hanya sangat kesal karena tingkah mereka berdua seperti anak-anak. Maksudku, memangnya ini kisah roman picisan yang akan selesai dengan sendirinya? Masalah ini harus di selesaikan oleh kedua pihak, duduk bersama dan saling bicara tentang perasaan mereka yang sesungguhnya. Kalau pun salah satu dari mereka tidak menginginkan hubungan yang lebih dari teman, semua bisa di bicarakan baik-baik. Jika mereka terus seperti ini masalah ini hanya akan terus berlarut-larut."

Siwon menganggukan kepalanya setuju sambil menatap Eunhyuk yang masih saja menenggelamkan wajahnya di permukaan meja, sementara Sungmin hanya diam dan memandangi wajah tampan Kyuhyun saat bicara serius.

Sungmin terkekeh, kemudian mencubit pipi Kyuhyun gemas.

"Aku tidak tahu pikiranmu sudah sedewasa itu, aku suka sekali!"

Kyuhyun tersenyum menanggapi perkataan Sungmin sebelum tangannya menyikut bahu Eunhyuk.

"Datanglah hari minggu ke apartemennya dan bicara baik-baik dengannya. Jika kau memutuskan untuk ikut bersama Siwon Sunbae, setidaknya kalian harus meluruskan hubungan kalian terlebih dahulu."

Aku takut tidak bisa mengendalikan perasaanku saat bicara dengannya...

.

.


Bicara bukan hal yang mudah untuk dilakukan di saat seperti ini. Segala cara sudah Eunhyuk lakukan untuk menghindari pertemuan ini, namun pada akhirnya Sungmin tetap datang ke rumahnya dan menyeretnya ke apartemen Donghae. Bahkan Eunhyuk hanya memakai pakaian tipis di tengah-tengah musim dingin karena Sungmin menyeretnya tanpa mempedulikan pakaian apa yang Eunhyuk pakai. Lihat Eunhyuk sekarang, ia hanya mengenakan kaos putih tipis, celana jeans belelnya dan jaket denim yang tidak cukup tebal untuk menghangatkan tubuhnya di tengah-tengah musim dingin. Saat Sungmin datang, Eunhyuk hanya sempat mencuci muka dan gosok gigi, Eunhyuk bahkan tidak sempat menyisir rambut coklatnya yang mulai panjang itu.

Eunhyuk merapikan rambut coklatnya dengan jemarinya sebelum menekan bel. Meskipun ini pertemuan biasa dan bukannya kencan, Eunhyuk tetap tidak mau terlihat lusuh di hadapan Donghae.

"Akhirnya kau datang, aku sudah menunggumu dari tadi."

"Menunggu?"

"Ya, Kyuhyun bilang kau akan datang. Semalam dia mengomeliku panjang lebar, aku sampai lupa apa saja yang dia bicarakan saking panjangnya."

"Aku pun ada di sini karena di seret paksa oleh Sungmin. Hm, kau sudah sembuh?"

Donghae mengangguk, "Masih batuk dan flu tapi sudah lebih baik, setidaknya panasnya sudah turun. Masuklah di luar dingin dan kau hanya memakai pakaian tipis."

Ini adalah kali kedua Eunhyuk datang ke apartemen Donghae, tapi rasanya masih tetap berdebar-debar. Sulit sekali mengatur napas saat melihat Donghae dengan pakaian santainya. Donghae hanya memakai celana abu-abu pendek selutut dan sweater yang berwarna senada dengan celananya.

Tampan...

"Kau mau duduk di ruang televisi atau di meja makan?"

"Kau sudah makan?"

Donghae menggeleng, ragu. "Belum."

"Kalau begitu kita duduk di meja makan, aku akan membuatkan sesuatu untuk kau makan."

Diam-diam, Donghae merasa sedikit lega karena kemarahan Eunhyuk padanya tidak bertahan lama. Donghae sempat berpikir, pertengkaran kemarin adalah akhir dari segalanya. Donghae tersenyum, mata hazelnya mengawasi setiap pergerakan Eunhyuk di dapur. Laki-laki manis itu sudah melepaskan jaket denimnya dan meninggalkan kaos putih kebesaran membalut tubuhnya yang mungil.

"Aku pikir kau masih marah padaku."

"Aku memang masih marah padamu."

Donghae menghela napas keras-keras agar Eunhyuk mendengarnya.

"Kau pemarah sekali!"

Eunhyuk menulikan pendengarannya saat Donghae mulai merengek dan menggumamkan sesuatu yang tidak jelas, ia memilih untuk mencari bahan makanan di lemari es milik Donghae dan untuk kedua kalinya Eunhyuk di buat terkejut oleh isi lemari es Donghae. Semuanya sudah tertata rapi dan tidak ada minuman kaleng, hanya ada sayuran dan buah-buahan segar.

"Bukan aku yang mengisinya! Kakakku pulang dan membereskan isi lemari es, dia mengisinya dengan berbagai macam makanan yang tidak bisa aku olah sendiri."

Seakan bisa membaca pikiran Eunhyuk, Donghae langsung menjelaskan perubahan isi lemari esnya pada Eunhyuk.

"Setidaknya kakakmu tidak sebodoh dirimu."

"Dia bodoh! Sudah aku bilang agar tidak membersihkan isi lemari es karena aku ingin kau datang lebih sering dan membuatkan aku makanan. Mungkin jika aku terus membiarkan isi lemari es berantakan, aku bisa membuatmu tetap tinggal di sini. Bersamaku."

Eunhyuk mematikan kompornya dan mengambil beberapa potong roti lalu mengolesnya dengan selai.

"Aku kehilangan mood untuk memasak karena ocehanmu. Makan ini saja!"

Mau tidak mau Donghae mengambil roti yang di buatkan Eunhyuk, bibirnya mengerucut tanda ia sedang kesal.

"Kau benar-benar ingin pergi? Meninggalkan aku?"

"Harus aku katakan berapa kali? Ya, aku akan pergi. Kesempatan ini hanya akan datang sekali, aku tidak mau melewatkan kesempatan ini."

Nafsu makan Donghae hilang seketika. Rasa laparnya hilang entah kemana, padahal tadi ia lapar sekali.

"Bagaimana denganku?"

"Kau bisa mencari orang lain yang lebih baik dari aku, lagi pula kau tidak pernah ada rasa padaku, bukan?"

"Aku tidak pintar bicara dan sulit mengungkapkan sesuatu, jadi aku sulit merasa nyaman dengan orang yang baru aku kenal. Tapi saat baru pertama kali berinteraksi denganmu, aku tiba-tiba merasa nyaman berada di dekatmu meskipun aku belum mengenalmu dengan baik."

Mata hazel Donghae menatap Eunhyuk penuh harap, berharap laki-laki di hadapannya ini mengerti maksud dari pembicaraannya.

"Banyak sekali yang ini aku ungkapkan padamu tapi aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya, bagaimana memilih kata yang benar. Aku hanya bisa mengucapkan dua kata yang pasti untukmu. Aku mencintaimu."

Untuk sesaat, waktu seperti berhenti berputar. Hanya ada Donghae dan Eunhyuk yang sedang saling menatap, mencari ketulusan di mata mereka masing-masing. Sampai akhirnya, Eunhyuk memutuskan kontak mata itu dan beranjak dari tempat duduknya. Eunhyuk memilih duduk di sofa dan menyalakan televisi untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Aku takut sekali kau mencintai aku karena rasa bersalah atau karena merasa kasihan padaku. aku tidak mau menjalani suatu hubungan karena keterpaksaan."

Donghae merebut remote televisi dari tangan Eunhyuk, mematikan televisinya dan melemparkan remote itu ke sembarang arah.

"Setidaknya tatap aku saat kita bicara!"

Donghae menarik bahu Eunhyuk agar menghadap ke arahnya, kemudian memaksanya untuk menatap ke dalam matanya.

"Aku sungguh-sungguh padamu! Tidakkah kau merasakannya? Jantung ini berdebar hanya untukmu, hanya saat bersamamu!"

Eunhyuk hanya mampu terdiam saat Donghae menarik tangannya dan meletakan di dada sebelah kirinya. Debaran yang sama dengan yang Eunhyuk rasakan, irama yang sama dengan debaran jantung Eunhyuk.

"Aku mencintaimu, mengertilah."

Setelah mengucapkan kalimat terakhir, Donghae menarik dagu Eunhyuk. Membawanya ke dalam ciuman hangat, menyalurkan seluruh rasa cintanya lewat sebuah ciuman lembut. Semakin lama, ciuman yang awalnya lembut itu menjadi sebuah ciuman yang menuntut. Donghae menarik tengkuk Eunhyuk dan mendorongnya sampai terbaring di sofa putih milik Donghae. Jemari Donghae mengelus lembut tengkuk Eunhyuk, membuat Eunhyuk melenguh.

"Hentikan!"

Wajah Eunhyuk merona merah, ia malu sekali di perlakukan seperti itu oleh Donghae. Eunhyuk mendorong dada Donghae agar menjauh darinya, kemudian menutup wajah merah meronanya dengan kedua telapak tangannya.

"Itu ciuman pertamaku, kenapa kau melakukannya sampai sejauh itu?"

"Karena sulit sekali meyakinkanmu dengan kata-kata. Untuk terakhir kalinya aku memintamu untuk tetap tinggal di sini, bersamaku. Atau, aku akan melakukan hal yang lebih padamu!"

"Kau yakin dengan perasaanmu padaku?"

Donghae terkekeh, ia menarik tangan Eunhyuk yang masih saja menutupi wajah manisnya.

"Aku rasa dua tahun adalah waktu yang cukup lama untuk meyakinkan perasaanku padamu. Ah, itu bukan ciuman pertamamu, itu yang kedua."

"Apa?"

Rasanya, jantung ini bukan milikku lagi karena aku tidak dapat mengendalikannya lagi. Wajahku panas dan aku tidak bisa mengendalikan perasaan membucah ini. Aku mencintaimu...sangat mencintaimu...

.

.


ooODEOoo


Siwon, Kibum, Sungmin dan Kyuhyun hampir saja menjatuhkan rahang mereka saat melihat Donghae dan Eunhyuk saling bergandengan tangan dan menghampiri meja mereka. Siwon pikir hari Senin kali ini akan menjadi hari suram sedunia karena Siwon menduga, Donghae dan Eunhyuk mengalami pertengkaran hebat kemarin.

"Ya ampun, reaksi kalian menyebalkan sekali."

Donghae mengibaskan tangannya di hadapan wajah keempatnya. Rasanya ingin sekali tertawa terbahak-bahak melihat wajah konyol mereka berempat.

"Kantin hari ini sepi sekali. Ah, mungkin karena kita datang terlalu pagi."

Donghae terus saja bermonolog sementara keempat temannya sedang memandanginya tidak percaya. Sungmin bahkan tidak percaya, bahwa yang duduk di hadapannya sekarang adalah sahabatnya Eunhyuk dan adik kelasnya Donghae. Mereka datang dengan bergandengan tangan dan senyum lebar Donghae membuktikan bahwa obrolan mereka kemarin membuahkan hasil positif.

"Kalian—pacaran? Maksudku, bagaimana hasil diskusi kalian kemarin?"

Wajah Donghae berseri-seri mengingat kejadian hari Minggu pagi di apartemennya. Itu adalah momen terindahnya dengan Eunhyuk. Donghae melirik Eunhyuk yang sedang salah tingkah sekilas, sebelum memberikan jawaban pada Sungmin.

"Tidak ada yang istimewa, aku hanya berhasil membuatnya tertular flu."

Mata Siwon membulat sempurna dan Kyuhyun tersedak jus jeruknya, sementara Sungmin dan Kibum hanya bisa geleng-geleng kepala tidak percaya.

"Aku bilang aku membuatnya tertular flu dan membuatnya tidak bisa pergi ke London bersama Siwon dan Kibum Sunbae. Lagi pula, tidak sopan menumpang hidup dengan sahabat yang sudah punya tunangan. Maksudku, bagaimana jika Siwon Sunbae tiba-tiba tertarik pada Eunhyuk-ku? Yeah, aku berhasil menyelamatkan hubungan Siwon dan Kibum Sunbae. Hebat bukan?"

Siwon dan Kibum kehilangan kata-kata. Mereka hanya bisa memijat pelipis mendengar ocehan ngawur Donghae. Jika ini bukan di sekolah, mungkin Siwon sudah menendangnya dan membuatnya memar di sekujur tubuh.

"Apa yang kalian lakukan kemarin?"

Kali ini Kyuhyun yang bertanya dengan tatapan penuh rasa penasaran.

"Hanya berciuman di sofa dan Eunhyuk menjadi milikku"

"APA?"

Rasanya, Eunhyuk ingin bumi menelannya detik itu juga. Donghae yang biasanya jarang sekali bicara sekarang menjadi atraktif dan bicara seenaknya soal apa yang mereka lakukan kemarin, dia bahkan tersenyum tanpa malu saat membicarakan ciuman mereka. Hal yang seharusnya menjadi hal pribadi malah di sebarkan oleh Donghae dengan senang hati. Tidak ada yang bisa Eunhyuk lakukan selain mendesah dan menghela napas melihat kepolosan—atau kebodohan—kekasih barunya itu.

Donghae meneguk jus jeruk Kyuhyun tanpa permisi lalu memekik girang.

"Aku senang sekali menggagalkan kepergian Eunhyuk ke London!"

Nada bicara Donghae seolah baru saja menyelamatkan Eunhyuk dari penculik, membuat Siwon memutar bola matanya dan menatap Donghae tidak suka. Bocah pendek itu benar-benar menghabiskan stok sabar Siwon.

"Kenapa?"

"Jika Eunhyuk tinggal bersamamu, dia akan tersiksa! Setiap hari Eunhyuk hanya akan mendengar desahan dan rintihan Kibum Sunbae! Sunbae pikir aku tidak tahu? Aku sering memergoki kalian di toilet sekolah!"

"Hei, kau pendek sialan! Memangnya kau pikir Eunhyuk-mu yang manis itu tidak mesum? Dia lebih parah! Koleksi film pornonya lengkap! Dia lebih-lebih dari aku! Kelihatannya saja manis dan lugu, kau tidak tahu apa yang sering dia lakukan saat sendirian di rumahnya!"

Sungmin mengangguk setuju, "Yang di katakan Siwon semuanya benar."

Donghae menatap Eunhyuk sejenak, kemudian bertepuk tangan.

"Bravo!"

Hari ini benar-benar menguji kesabaran Eunhyuk, setelah Donghae menyebarkan soal ciuman mereka pada sahabat-sahabatnya, kini sahabat-sahabatnya membeberkan rahasianya pada kekasihnya. Eunhyuk langsung saja memaki Siwon dengan sumpah serapah dan menarik rambut rapi Siwon dengan brutal.

"Jangan dengarkan mereka! Mereka bohong! Kibum bantu aku!"

Kibum hanya bisa mengangkat bahu acuh, karena apa yang di katakan kekasihnya memang benar adanya.

"Benar juga tidak apa-apa. Hanya karena aku penakut, bukan berati aku tidak tahu apa-apa dan sangat polos."

.

.


Malam ini, Donghae kehabisan cara untuk membujuk Eunhyuk yang sedang memberengut marah pada Donghae. Sejak kejadian tadi pagi di kantin, Eunhyuk terus saja mengacuhkannya. Donghae sudah memohon dan merengek mengandalkan mata sendunya yang selalu membuat luluh Eunhyuk, namun Eunhyuk tidak bergeming dan tetap bersikap acuh padanya. Ternyata, setelah resmi menjadikan Eunhyuk sebagai miliknya, rengekan manjanya sudah tidak bisa di andalkan lagi. Sepertinya Donghae harus mencari cara lain untuk membuat Eunhyuk luluh.

"Kau marah karena batal pergi ke London?"

"Tidak!"

"Lalu apa?"

"Aku hanya gelisah memikirkan upacara kelulusan minggu depan."

Donghae memeluk Eunhyuk dari belakang, menciumi tengkuknya. Berharap ia akan mendapatkan perhatian Eunhyuk kembali.

"Jangan acuhkan aku."

"Aku sedang membuatkan makan malam untukmu, duduklah dan jangan menggangguku. Jangan lupa, selesaikan pekerjaan rumahmu.

Donghae mendengus, melepaskan pelukannya lalu berjalan gontai menuju ruang televisi yang sudah berubah menjadi ruang belajar Donghae karena banyaknya buku berserakan.

"Kau terdengar seperti ibuku dari pada kekasihku."

"Kerjakan atau aku akan pulang sekarang juga!"

Ancaman Eunhyuk akan benar-benar dilakukan jika Donghae membantah, mau tidak mau Donghae kembali ke ruang televisi dan mengerjakan pekerjaan rumahnya yang belum selesai. Rasa malas, kantuk dan lapar mulai menyerangnya, Donghae tidak bisa berkonsentrasi membaca soal-soal yang ada di bukunya karena perutnya terus berbunyi dan matanya mulai berat.

"Makan dulu."

Donghae membuka mulutnya lebar-lebar dengan mata tertutup. Bahkan memegang sendok pun Donghae malas, ia hanya ingin segera tidur dan menyingkirkan semua pekerjaan rumahnya.

"Manja!"

Eunhyuk menghampiri Donghae, ia menyuapkan beberapa potong kentang ke dalam mulutnya lalu dengan telaten mengusap sudut bibir Donghae. Hanya tiga suapan dan Donghae jatuh terlelap di lantai beralaskan karpet bulu itu, menjadikan paha Eunhyuk sebagai bantalannya. Eunhyuk meletakan piring berisi sup itu di meja, matanya tertuju pada wajah terlelap Donghae.

"Kenapa aku seperti memiliki seorang balita dari pada seorang kekasih?"

"Aku mendengar itu."

Eunhyuk berdecih, sambil terus memainkan rambut hitam Donghae.

"Kau menyesal menjadi kekasihku dan batal pergi ke London?"

"Hm, aku tidak menyesal menjadi kekasihmu tapi aku menyesal melewatkan pergi ke London. Aku ingin sekali ke London, berjalan-jalan ke tempat unik dan menghabiskan waktu romantis di sana."

Donghae membuka matanya dan mendongak untuk menatap mata sipit Eunhyuk.

"Dengan Siwon?"

"Denganmu, suatu saat nanti. Makanya selesaikan sekolahmu dan kita mengambil studi ke London bersama."

Tatapan mata Donghae semakin menghangat. Tanpa ragu, ia memeluk pinggang Eunhyuk dan menenggelamkan wajahnya di perut rata Eunhyuk.

"Aku sayang padamu!"

"Hm, ngomong-ngomong, aku ingin menanyakan soal ciuman pertama kita. Kapan? Kenapa aku merasa tidak pernah berciuman denganmu selain yang waktu itu."

Donghae melepaskan pelukannya dan beringsut duduk di hadapan Eunhyuk. Bibirnya menyunggingkan senyuman lucu, sedetik kemudian Donghae kembali mengecup bibir tipis Eunhyuk membuat wajah Eunhyuk kembali merona merah.

"Saat aku sakit. Morning Kiss pertamaku denganmu."

.

.


ooODEOoo


EPILOG

.

.

Sinar matahari masuk lewat celah-celah tirai kamar Donghae, mengetuk kelopak mata Donghae agar terbangun. Donghae membuka matanya dan menggeliatkan tubuhnya, ia meraba keningnya dan merasakan suhu tubuhnya yang mulai normal. Donghae baru saja akan turun dari ranjang saat matanya berhadapan langsung dengan wajah terlelap Eunhyuk. Akhirnya Donghae menyadari, Eunhyuk lah yang membuat suhu tubuhnya kembali normal. Donghae beringsut turun dari ranjangnya kemudian duduk di samping Eunhyuk mensejajarkan pandangannya dengan wajah manis yang sedang terlelap itu.

"Manis."

Tanpa sadar, Donghae memajukan wajahnya dan menempelkan bibirnya dengan bibir tipis merah milik Eunhyuk.

"Aku ingin kau menjadi milikku, menjadi satu-satunya yang akan mengisi kekosongan hatiku dan menjadi satu-satunya orang yang selalu aku cintai."

.

.

END


.

.

BIG THANKS TO:

HAEHYUK IS REAL, cho w 794, DochiDochi, haehyukies, Baek Ji Hye , nurulsaputri26 ,Imel jewels , reiasia95, nyukkunyuk , faridaanggra, Arum Junnie , Miss Chocoffee , megajewels2312, , HHSHelviJjang , nurul. , Polarise437 , ren, Arum Junnie, azihaehyuk , Hein-Zhouhee1015 , Wonhaesung Love, Lee Haerieun , Lhyra AiraUchiha , isroie106. lee ikan, rani gaem , faridaanggra, nanazz , dekdes, eunhaejr , NovaPolariself, Bluerissing, nemonkey, tamiyah, Jiae-haehyuk, EHEM, LS-snowie , JeniDaniel , Nakamichan, eunhyukkie44

.

.


Akhirnya tamat juga ^^

yg gak kesebut di thankst o maaf ya mata siwer heheheh tp saya sangat amat berterimakasih sm yang selalu meninggalkan jejak di fic ini, kalian selalu jadi semangat saya dan saya merasa di hargai sebagai author ^^ kerja keras saya mikirin plot utk ff ini jadi gak sia-sia karena review yang selalu kalian tinggalkan ^^

terimakasih banyak teman-teman ^^ *hug*

maaf gak bisa bales review kalian krn waktu saya yg terbatas ^^ kl ada pertanyaan atau ada apa2 bisa PM atau mention twitter, saya aktif di twitter jd kl mau tanya2 curhat dan lain-lain boleh heheh ^^

ceritanya aneh? antiklimaks? emang =_= sepak aja authornya =_=

saya stress sama kerjaan di kantor tapi saya merasa punya tanggung jawab untuk tetap melanjutkan fic ini meski dengan mood yang kacau...typo? berantakan? maaf ya T_T maaf banget T_T sekali lagi makasih buat yang suka review ^^

oke, sampai ketemu di fanfic selanjutnya ^^

bubye~~ review lagi ya? puhlis kkkk

.

.

With Love,

Milkyta Lee